Maha Govinda Suttram
Halaman 1 dari 1
Maha Govinda Suttram
Namo Bhagavate Mahabijnagiriraja Tathagata SamyakSambuddhassa
Namo Arya Jnanabhadra Bodhisattva Mahasattva
Namo Arya BoddhiCittam Nagajuna Bodhisattva Mahasattva
Anirodham anutpadam anucchedam ashvasatam
anekartham ananartham anagmamam anirgamam
yah Pratityasamutpadam praponchopasham shivam
deshyamas sambuddhastam vandevadatavaran
Namo Buddhaya guruve namo Dharmaya tayine namah Sanghaya mahatte tribhyopisatatam namah ratnatryam me sharanam sarvam pratidishayamgam anumode jagatpunyam Buddha Baudho dadhe manah abodhe sharanamyami Buddham Dharmam ganottaman Baudhociitam karomyesh svaparthaprasiddhaye utpadayami var Bodhiciitam nimantryam sarvasattvan ishtam carishye var Bodhicarikam Buddho bhaveyam jagatohitaya deshana sarvapapanam punyanam ca anumodana kritopvasam carishyami Arya Ashtangika poshadam.
Maha Govinda Sutta
Namo Arya Jnanabhadra Bodhisattva Mahasattva
Namo Arya BoddhiCittam Nagajuna Bodhisattva Mahasattva
Anirodham anutpadam anucchedam ashvasatam
anekartham ananartham anagmamam anirgamam
yah Pratityasamutpadam praponchopasham shivam
deshyamas sambuddhastam vandevadatavaran
Namo Buddhaya guruve namo Dharmaya tayine namah Sanghaya mahatte tribhyopisatatam namah ratnatryam me sharanam sarvam pratidishayamgam anumode jagatpunyam Buddha Baudho dadhe manah abodhe sharanamyami Buddham Dharmam ganottaman Baudhociitam karomyesh svaparthaprasiddhaye utpadayami var Bodhiciitam nimantryam sarvasattvan ishtam carishye var Bodhicarikam Buddho bhaveyam jagatohitaya deshana sarvapapanam punyanam ca anumodana kritopvasam carishyami Arya Ashtangika poshadam.
Maha Govinda Sutta
Demikianlah telah ku dengar,
Pada suatu ketika, Sang Bhagava berada di bukit Gridhakuta di Rajagaha. Dan pada suatu hari, ketika malam semakin larut, Pancasikha Gandhabbaputto yang perkasa menyinari seluruh Gridhakuta, datang menemui Sang Bhagava:"Bhante, ada hal yang telah saya lihat dan dengar sendiri dari para Dewa Tavatimsa, dan saya akan menceritakannya kepada Sang Bhagava."
"Ceritakanlah kepada-Ku, Pancasikha," jawab Sang Bhagava.
Bhante, pada waktu lampau, setelah berselang masa yang lama, pada malam yang kelimabelas di bulan purnama sempurna, di hari Uposatha, di hari Pavarana, para dewa Tavatimsa berkumpul dan duduk di gedung pertemuan Sudhamma. Dan mereka pun disertai oleh mahluk-mahluk surga yang telah duduk, dan diempat penjuru didiami oleh Empat Maharaja Langit. Di sebelah timur, Raja Dhatarattho dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke barat. Disebelah selatan, Raja Virudhaka dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke utara. Disebelah barat, Raja Virupakkha dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke timur. Disebelah utara, Raja Vaisravana dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke selatan. Bhante, ketika para Dewa Tavatimsa telah berkumpul di gedung pertemuan Sudhamma, dengan dikelilingi oleh semua mahluk surga lainnya yang telah duduk pula, dan diempat penjuru Empat Maharaja Langit telah duduk sesuai dengan urutan susunan kedudukan Mereka masing-masing. Selanjutnya, barulah urutan tempat duduk Kami. Bhante, para dewa yang baru saja lahir di alam dewa Tavatimsa, yang terlahir disitu karena Mereka telah hidup sesuai dengan Penghidupan Suci, yang telah dibabarkan oleh Sang Bhagava, maka cahaya tubuh Mereka melampaui cahaya tubuh dewa lainnya. Kemudian terdengar kata-kata dari para Dewa Tavatimsa yang sedang diliputi kegembiraan, kegiuran dan kesenangan:"O, cahaya tubuh mahluk surga bertambah gemilang, sedangkan cahaya tubuh para asura memudar!
Bhante, ketika Raja dewa Sakka melihat kepuasan yang diperlihatkan oleh para Dewa Tavatimsa, Ia menyatakan kata-kata simpatinya sebagai berikut:
"Para Dewa dan penguasa Surga Tavatimsa, semuanya gembira, semuanya menghormat Sang Tathagata dan Dhamma (Hukum Kebenaran Sang Buddha). Di sini Mereka melihat Para Dewa yang baru lahir, indah dan bercahaya, karena Mereka telah melaksanakan Penghidupan Suci yang dibabarkan oleh Sang Sugata, datang kemari dengan penuh kemegahan melampaui kegemilangan para Dewa yang lain. Karena melihat hal ini, maka Para Dewa Tavatimsa dan Penguasanya bergembira. Semua menghormat Sang Tathagata dan Dhamma-kebenaran."
Bhante, berdasarkan hal ini, Para Dewa Tavatimsa bertambah gembira, senang dan penuh kegiuran, berkata:"Cahaya tubuh mahluk surga bertambah gemilang, sedangkan tubuh para asura memudar.!" Bhante, ketika Raja Dewa Sakka menyaksikan kepuasan Para Dewa Tavatimsa, Ia bertanya pada Mereka:"Apakah Kamu mau mendengarkan delapan fakta kebenaran dari Sang Bhagava Yang Terpuji?"
"Kami mau mendengar hal-hal itu."
Bhante, kemudian Raja Dewa Sakka memberitahukan kepada Para Dewa Tavatimsa tentang Delapan Fakta Kebenaran dari Sang Bhagava Yang Terpuji:
"O, Para Dewa Tavatimsa, bagaimanakah pendapat Kamu? Begitu lama Sang Bhagava telah melakukan banyak Perbuatan untuk kesejahteraan orang banyak, karena kasih sayang-Nya kepada dunia, untuk kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan Para Dewa dan manusia. Kita tidak akan dapat menemukan Guru seperti Sang Bhagava atau semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa lampau maupun dimasa yang akan datang.
Demikian pula dengan Dhamma, telah sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagava, dapat dilihat, tidak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan, menuntun kedalam batin, dan dapat diselami oleh Para Bijaksana dalam batin masing-masing. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan pengajar Dhamma kebenaran yang membimbing Kita itu atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
'Ini baik, itu buruk', hal ini telah di babarkan dengan jelas oleh Sang Bhagava. Beliau telah membabarkan dengan jelas tentang; 'ini salah, itu benar, itu perlu dituruti, itu dihindari, ini kasar, ini halus, ini kebahagiaan yang meragukan'. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan pembabar Dhamma, Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Sang Bhagava telah membabarkan dengan sempurna Jalan Ke Nibbana kepada Siswa-Siswa-Nya, dan Mereka mengikuti Jalan dan mencapai Nibbana. Bagaikan air Sungai Gangga dan Yamuna yang mengalir bersama-sama dan bersatu, demikian pula dengan Jalan yang menuju Nibbana yang telah dibabarkan dengan Sempurna, yaitu dilaksanakan bersama-sama dan menjadi satu. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan pembabar Jalan Ke Nibbana seperti Dia, walau pun Kita mencari di masa lampau maupun di masa yang akan datang.
Sang Bhagava telah menerima Siswa-Siswa, dan Mereka telah mengikuti Jalan, dan Para Arahat yang telah hidup dengan 'memanfaatkan kehidupan'. Beliau tidak berpisah dengan Mereka, karena tetap bersama dengan Mereka dalam batin yang bersatu. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan Guru yang seperti Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Telah sempurna apa yang didapat Sang Bhagava, Kemasyuran-Nya telah tersebar, demikian pula menurut Pendapat-Ku, banyak Kesatria yang berkecendrungan baik kepada Beliau. Namun demikian, Sang Bhagava tidak terpengaruh sedikit pun dengan segala Pujian. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan Guru yang tidak terpengaruh seperti Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Perbuatan Sang Bhagava adalah sesuai dengan Perbuatan-Nya, ucapan-Nya adalah sesuai dengan Perbuatan-Nya. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan orang yang melaksanakan Dhamma dari yang mudah sampai sulit sekali dengan hasil seperti Dia atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Sang Bhagava telah menyeberangi lautan keragu-raguan, demikian pula semua yang perlu diketahui telah diketahui, segala sesuatu yang perlu dikerjakan telah diselesaikan dengan sempurna berdasarkan tekad-Nya yang teguh dan Penghidupan Suci-Nya. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan guru yang telah mencapai Pencapaian seperti Dia, atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang. Bhante, Kedelapan Fakta Kebenaran Sang Bhagava Yang Terpuji ini, telah dikatakan oleh Raja Dewa Sakka kepada Para Dewa Tavatimsa. Setelah mendengar hal ini, Para Dewa Tavatimsa bertambah gembira, senang penuh kegiuran dan bahagia.
Bhante, kemudian Para Dewa tertentu berkata:"O! Andaikata ada Empat Samma SamBuddha muncul di dunia dan mengajarkan Dhamma seperti Sang Bhagava! Mereka akan menyebabkan Kesejahteraan orang banyak, Kebahagiaan orang banyak, karena kasih sayang kepada dunia, untuk Kemajuan, Kesejahteraan dan Kebahagiaan Para Dewa dan manusia."
'Dan Para Dewa tertentu lain berkata:"Cukup, apabila ada tiga Samma SamBuddha yang muncul di dunia."
'Dan Para Dewa tertentu lain berkata:"Cukup, apabila ada Samma SamBuddha dua yang muncul di dunia dan mengajarkan Dhamma seperti Sang Bhagava! Mereka akan menyebabkan Kebahagiaan orang banyak, Kesejahteraan orang banyak, demi kasih sayang kepada dunia, untuk Kemajuan, Kesejahteraan dan Kebahagiaan Para Dewa dan manusia."
Kemudian Raja Dewa Sakka berkata kepada Para Dewa Tavatimsa: "Kawan-Kawan, tidak akan pernah dan tidak mungkin dalam satu tata surya ada dua Arahat Samma SamBuddha muncul bersama-sama, hal ini tidak pernah ada di masa yang lampau maupun di masa yang akan datang. Hal ini tidak akan pernah terjadi. O, Kawan-Kawan, namun, bila Sang Bhagava dapat hidup umur panjang, bebas dari penyakit dan kesakitan, hal ini yang dapat menyebabkan Kesejahteraan orang banyak, Kebahagiaan orang banyak, karena kasih sayang-Nya kepada dunia, untuk Kemajuan, Kesejahteraan dan Kebahagiaan Para Dewa dan manusia!" Bhante, setelah Para Dewa Tavatimsa selesai merundingkan dan membicarakan bersama-sama pokok persoalan sehingga Mereka berkumpul dan duduk di gedung Pertemuan Sudhamma, dan berkenaan dengan maksud tertentu, maka Keempat Maharaja menerima pembicaraan tersebut, dan dengan berdiri dari tempat duduk, Keempat Maharaja menerima nasehat.
"Kata-kata pemberitahuan dan nasehat diterima oleh Para Raja tersebut di situ, dengan Pikiran Mereka yang terpusat dan tenang Mereka berdiri di tempatnya masing-masing."
Namo Bhagavate Maha Govinda Bodhisattva Mahasattva
Bhante, kemudian, suatu cahaya gemilang memancar dari sebelah utara. Suatu cahaya gemilang yang melampaui kemegahan Para Dewa. Lalu, Raja Dewa Sakka berkata pada Para Dewa Tavatimsa:"Kawan-Kawan, sesuai dengan tanda-tanda yang nampak, sesuai dengan cahaya sinar, sesuai dengan kegemilangan yang kelihatan, itu menandakan Dewa Brahma akan tiba. Karena ini adalah tanda-tanda pendahuluan akan tiba Dewa Brahma, yaitu munculnya sinar dan terlihatnya cahaya gemilang."
"Sekarang tanda-tanda terlihat, maka Dewa Brahma akan tiba. Karena ini adalah tanda-tanda pendahuluan akan tiba Dewa Brahma, yaitu kemegahan yang gemilang sekali."
Bhante, kemudian Para Dewa Tavatimsa dengan duduk di tempat Mereka masing-masing berkata:"Kami akan dapat memastikan apa yang menyebabkan sinar ini, bila Kami telah membuktikannya, maka Kami akan pergi menemui-Nya."
Keempat Maharaja pun dengan duduk di tempat Mereka menyatakan hal yang sama. Ketika Mereka telah mendengar hal ini. Para Dewa Tavatimsa semuanya setuju:" Kami akan dapat memastikan apa yang menyebabkan sinar ini, bila Kami telah membuktikannya, maka Kami akan pergi menemui-Nya."
Bhante, ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan Dewa Tavatimsa, Ia nampak dengan tubuh yang agak keras sesuai dengan apa yang diciptakan-Nya. Karena biasanya, Dewa Brahma nampak tidak cukup bermateri bila dilihat oleh Para Dewa Tavatimsa. Ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan Para Dewa Tavatimsa, Cahaya dan Kemegahan-Nya melampaui Dewa lainnya. Bagaikan patung yang dibuat dari emas yang melampaui warna tubuh manusia, demikian pula, ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan Para Dewa Tavatimsa, cahaya-Nya melampaui cahaya Para Dewa Tavatimsa. Bhante, dan ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan Dewa Tavatimsa, tidak ada di antara semua yang hadir menghormat, berdiri dari duduk, atau mempersilahkan Dia duduk. Mereka semua duduk dengan diam, dengan kedua tangan dirangkapkan beranjali, duduk bersila dan berpikir:"Bila mana Dewa Brahma Sanamkumara ingin sesuatu, maka Ia akan duduk di tempat duduk Dewa.
Dan tempat duduk Dewa manapun yang diduduki-Nya, maka Dewa pemilik tempat duduk tersebut akan merasa senang sekali, bagaikan seorang kesatria yang baru dimahkotai dan dinobatkan, Ia merasa bangga dan senang sekali."
Bhante, kemudian, setelah Dewa Brahma Sanamkumara mengetahui betapa senangnya Para Dewa Tavatimsa tersebut, maka Ia menyatakan rasa senang-Nya dalam Syair ini:"Para Dewa dan Penguasa Tavatimsa semuanya gembira, semuanya menghormat Sang Tathagata dan Dhamma-Kebenaran. Disini Mereka telah melakukan Penghidupan Suci yang diajarkan Sang Sugata. Mereka sebagai Siswa yang telah merealisasikan Kebenaran datang kemari, dengan penuh kemegahan melampaui Kegemilangan Dewa yang lain. Karena melihat hal ini, maka Para Dewa Tavatimsa dan Penguasa-Nya bergembira. Semuanya menghormat Sang Tathagata dan Dhamma-Kebenaran."
Inilah yang dikatakan oleh Dewa Brahma Sanamkumara. Ia menyatakan Syair itu dengan delapan macam sifat suara. Suara-Nya lancar, jelas, merdu, nyaring, mengalun, dapat dimengerti, dalam dan bergetar. Bhante, ketika Dewa Brahma Sanamkumara berkata kepada Para Dewa yang hadir, suara-Nya tidak dapat didengar di luar gedung pertemuan tersebut. Dia yang memiliki suara dengan delapan sifat tersebut dinyatakan memiliki suara Brahma.
Bhante, kemudian Para Dewa Tavatimsa berkata kepada Dewa Brahma Sanamkumara:"O, Brahma! Baik sekali! Kami gembira dengan apa yang Kami saksikan ini. Lagi pula, Raja Dewa Sakka telah memberitahukan kepada Kami Delapan Fakta Kebenaran dari Sang Bhagava, dan Kami telah memperhatikan pula hal-hal itu, dan Kami bergembira pula dengan-Nya." Bhante, lalu Dewa Brahma Sanamkumara berkata kepada Raja Dewa Sakka sebagai berikut:"O, Raja Dewa Sakka, Baik sekali. Kami juga mau mendengarkan Delapan Fakta Kebenaran dari Sang Bhagava yang terpuji."
"O, Maha Brahma, baiklah," jawab Sakka.
Dan selanjutnya Ia mulai.
"Maha Brahma, bagaimana pendapat-Mu?" Begitu lama Sang Bhagava telah melakukan banyak Perbuatan untuk kesejahteraan orang banyak, karena kasih sayang-Nya kepada dunia, untuk kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan Para Dewa dan manusia. Kita tidak akan dapat menemukan Guru seperti Sang Bhagava atau semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa lampau maupun dimasa yang akan datang.
Demikian pula dengan Dhamma, telah sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagava, dapat dilihat, tidak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan, menuntun kedalam batin, dan dapat diselami oleh Para Bijaksana dalam batin masing-masing. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan pengajar Dhamma kebenaran yang membimbing Kita itu atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
'Ini baik, itu buruk', hal ini telah di babarkan dengan jelas oleh Sang Bhagava. Beliau telah membabarkan dengan jelas tentang; 'ini salah, itu benar, itu perlu dituruti, itu dihindari, ini kasar, ini halus, ini kebahagiaan yang meragukan'. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan pembabar Dhamma, Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Sang Bhagava telah membabarkan dengan sempurna Jalan Ke Nibbana kepada Siswa-Siswa-Nya, dan Mereka mengikuti Jalan dan mencapai Nibbana. Bagaikan air Sungai Gangga dan Yamuna yang mengalir bersama-sama dan bersatu, demikian pula dengan Jalan yang menuju Nibbana yang telah dibabarkan dengan Sempurna, yaitu dilaksanakan bersama-sama dan menjadi satu. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan pembabar Jalan Ke Nibbana seperti Dia, walau pun Kita mencari di masa lampau maupun di masa yang akan datang.
Sang Bhagava telah menerima Siswa-Siswa, dan Mereka telah mengikuti Jalan, dan Para Arahat yang telah hidup dengan 'memanfaatkan kehidupan'. Beliau tidak berpisah dengan Mereka, karena tetap bersama dengan Mereka dalam batin yang bersatu. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan Guru yang seperti Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Telah sempurna apa yang didapat Sang Bhagava, Kemasyuran-Nya telah tersebar, demikian pula menurut Pendapat-Ku, banyak Kesatria yang berkecendrungan baik kepada Beliau. Namun demikian, Sang Bhagava tidak terpengaruh sedikit pun dengan segala Pujian. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan Guru yang tidak terpengaruh seperti Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Perbuatan Sang Bhagava adalah sesuai dengan Perbuatan-Nya, ucapan-Nya adalah sesuai dengan Perbuatan-Nya. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan orang yang melaksanakan Dhamma dari yang mudah sampai sulit sekali dengan hasil seperti Dia atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Sang Bhagava telah menyeberangi lautan keragu-raguan, demikian pula semua yang perlu diketahui telah diketahui, segala sesuatu yang perlu dikerjakan telah diselesaikan dengan sempurna berdasarkan tekad-Nya yang teguh dan Penghidupan Suci-Nya. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan guru yang telah mencapai Pencapaian seperti Dia, atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang. Bhante, setelah mendengar hal tersebut, Dewa Brahma Sanamkumara merasa senang, gembira, penuh kegiuran, dan bahagia.
Bhante, demikianlah, Dewa Brahma Sanamkumara menciptakan Diri-Nya dengan tubuh yang agak keras sehingga nampak seperti pemuda Pancasikha, dan dengan bentuk seperti itu Ia muncul di depan Para Dewa Tavatimsa. Dengan melayang ke angkasa, ia duduk bersila di angkasa. Bhante, bagaikan seorang yang gagah perkasa yang duduk bersila di angkasa. Dan Ia berkata kepada Para Dewa Tavatimsa:
"O, Para Dewa Tavatimsa, bagaimanakah pendapat Kamu? sudah berapa lamakah Sang Bhagava memiliki Maha Panna (Maha Bijaksana)?"
Tersebutlah, pada suatu ketika ada seorang Raja bernama Disampati, dan mentri dari Raja Disampati adalah Seorang Brahmana bernama Govinda.
Putera Raja Disampati bernama Pangeran Ranu, dan Putera dari Mentri Govinda bernama Jotipala. Pangeran Ranu, Jotipala dan enam Pemuda Kesatria lainnya, jadi delapan Pemuda yang bersahabat. Demikianlah beberapa waktu kemudian Brahmana Govinda meninggal. Karena berduka cita atas kematiannya, maka Raja Disampati berkata:"O, baru saja Kami mempercayakan semua tugas-tugas Kami kepada Brahmana Govinda, dan selagi Kami memuaskan inderia-inderia kami, Govinda meninggal!" Lalu Pangeran Ranu berkata kepada Raja:"Baginda, janganlah bersedih, begitu bagi Brahmana Govinda. Govinda mempunyai seorang Putera bernama Jotipala yang lebih bijaksana dari pada ayahnya, lebih baik. Lihatlah, apa yang lebih menguntungkan dari pada ayahnya. Biarkanlah Jotipala melaksanakan semua tugas yang dipercayakan kepada ayahnya."
"Kau berpendapat demikian, 'Nak'?"
"Ya, Baginda."
"Sekarang tanda-tanda terlihat, maka Dewa Brahma akan tiba. Karena ini adalah tanda-tanda pendahuluan akan tiba Dewa Brahma, yaitu kemegahan yang gemilang sekali."
Bhante, kemudian Para Dewa Tavatimsa dengan duduk di tempat Mereka masing-masing berkata:"Kami akan dapat memastikan apa yang menyebabkan sinar ini, bila Kami telah membuktikannya, maka Kami akan pergi menemui-Nya."
Keempat Maharaja pun dengan duduk di tempat Mereka menyatakan hal yang sama. Ketika Mereka telah mendengar hal ini. Para Dewa Tavatimsa semuanya setuju:" Kami akan dapat memastikan apa yang menyebabkan sinar ini, bila Kami telah membuktikannya, maka Kami akan pergi menemui-Nya."
Bhante, ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan Dewa Tavatimsa, Ia nampak dengan tubuh yang agak keras sesuai dengan apa yang diciptakan-Nya. Karena biasanya, Dewa Brahma nampak tidak cukup bermateri bila dilihat oleh Para Dewa Tavatimsa. Ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan Para Dewa Tavatimsa, Cahaya dan Kemegahan-Nya melampaui Dewa lainnya. Bagaikan patung yang dibuat dari emas yang melampaui warna tubuh manusia, demikian pula, ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan Para Dewa Tavatimsa, cahaya-Nya melampaui cahaya Para Dewa Tavatimsa. Bhante, dan ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan Dewa Tavatimsa, tidak ada di antara semua yang hadir menghormat, berdiri dari duduk, atau mempersilahkan Dia duduk. Mereka semua duduk dengan diam, dengan kedua tangan dirangkapkan beranjali, duduk bersila dan berpikir:"Bila mana Dewa Brahma Sanamkumara ingin sesuatu, maka Ia akan duduk di tempat duduk Dewa.
Dan tempat duduk Dewa manapun yang diduduki-Nya, maka Dewa pemilik tempat duduk tersebut akan merasa senang sekali, bagaikan seorang kesatria yang baru dimahkotai dan dinobatkan, Ia merasa bangga dan senang sekali."
Bhante, kemudian, setelah Dewa Brahma Sanamkumara mengetahui betapa senangnya Para Dewa Tavatimsa tersebut, maka Ia menyatakan rasa senang-Nya dalam Syair ini:"Para Dewa dan Penguasa Tavatimsa semuanya gembira, semuanya menghormat Sang Tathagata dan Dhamma-Kebenaran. Disini Mereka telah melakukan Penghidupan Suci yang diajarkan Sang Sugata. Mereka sebagai Siswa yang telah merealisasikan Kebenaran datang kemari, dengan penuh kemegahan melampaui Kegemilangan Dewa yang lain. Karena melihat hal ini, maka Para Dewa Tavatimsa dan Penguasa-Nya bergembira. Semuanya menghormat Sang Tathagata dan Dhamma-Kebenaran."
Inilah yang dikatakan oleh Dewa Brahma Sanamkumara. Ia menyatakan Syair itu dengan delapan macam sifat suara. Suara-Nya lancar, jelas, merdu, nyaring, mengalun, dapat dimengerti, dalam dan bergetar. Bhante, ketika Dewa Brahma Sanamkumara berkata kepada Para Dewa yang hadir, suara-Nya tidak dapat didengar di luar gedung pertemuan tersebut. Dia yang memiliki suara dengan delapan sifat tersebut dinyatakan memiliki suara Brahma.
Bhante, kemudian Para Dewa Tavatimsa berkata kepada Dewa Brahma Sanamkumara:"O, Brahma! Baik sekali! Kami gembira dengan apa yang Kami saksikan ini. Lagi pula, Raja Dewa Sakka telah memberitahukan kepada Kami Delapan Fakta Kebenaran dari Sang Bhagava, dan Kami telah memperhatikan pula hal-hal itu, dan Kami bergembira pula dengan-Nya." Bhante, lalu Dewa Brahma Sanamkumara berkata kepada Raja Dewa Sakka sebagai berikut:"O, Raja Dewa Sakka, Baik sekali. Kami juga mau mendengarkan Delapan Fakta Kebenaran dari Sang Bhagava yang terpuji."
"O, Maha Brahma, baiklah," jawab Sakka.
Dan selanjutnya Ia mulai.
"Maha Brahma, bagaimana pendapat-Mu?" Begitu lama Sang Bhagava telah melakukan banyak Perbuatan untuk kesejahteraan orang banyak, karena kasih sayang-Nya kepada dunia, untuk kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan Para Dewa dan manusia. Kita tidak akan dapat menemukan Guru seperti Sang Bhagava atau semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa lampau maupun dimasa yang akan datang.
Demikian pula dengan Dhamma, telah sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagava, dapat dilihat, tidak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan, menuntun kedalam batin, dan dapat diselami oleh Para Bijaksana dalam batin masing-masing. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan pengajar Dhamma kebenaran yang membimbing Kita itu atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
'Ini baik, itu buruk', hal ini telah di babarkan dengan jelas oleh Sang Bhagava. Beliau telah membabarkan dengan jelas tentang; 'ini salah, itu benar, itu perlu dituruti, itu dihindari, ini kasar, ini halus, ini kebahagiaan yang meragukan'. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan pembabar Dhamma, Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Sang Bhagava telah membabarkan dengan sempurna Jalan Ke Nibbana kepada Siswa-Siswa-Nya, dan Mereka mengikuti Jalan dan mencapai Nibbana. Bagaikan air Sungai Gangga dan Yamuna yang mengalir bersama-sama dan bersatu, demikian pula dengan Jalan yang menuju Nibbana yang telah dibabarkan dengan Sempurna, yaitu dilaksanakan bersama-sama dan menjadi satu. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan pembabar Jalan Ke Nibbana seperti Dia, walau pun Kita mencari di masa lampau maupun di masa yang akan datang.
Sang Bhagava telah menerima Siswa-Siswa, dan Mereka telah mengikuti Jalan, dan Para Arahat yang telah hidup dengan 'memanfaatkan kehidupan'. Beliau tidak berpisah dengan Mereka, karena tetap bersama dengan Mereka dalam batin yang bersatu. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan Guru yang seperti Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Telah sempurna apa yang didapat Sang Bhagava, Kemasyuran-Nya telah tersebar, demikian pula menurut Pendapat-Ku, banyak Kesatria yang berkecendrungan baik kepada Beliau. Namun demikian, Sang Bhagava tidak terpengaruh sedikit pun dengan segala Pujian. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan Guru yang tidak terpengaruh seperti Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Perbuatan Sang Bhagava adalah sesuai dengan Perbuatan-Nya, ucapan-Nya adalah sesuai dengan Perbuatan-Nya. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan orang yang melaksanakan Dhamma dari yang mudah sampai sulit sekali dengan hasil seperti Dia atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Sang Bhagava telah menyeberangi lautan keragu-raguan, demikian pula semua yang perlu diketahui telah diketahui, segala sesuatu yang perlu dikerjakan telah diselesaikan dengan sempurna berdasarkan tekad-Nya yang teguh dan Penghidupan Suci-Nya. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan guru yang telah mencapai Pencapaian seperti Dia, atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang. Bhante, setelah mendengar hal tersebut, Dewa Brahma Sanamkumara merasa senang, gembira, penuh kegiuran, dan bahagia.
Bhante, demikianlah, Dewa Brahma Sanamkumara menciptakan Diri-Nya dengan tubuh yang agak keras sehingga nampak seperti pemuda Pancasikha, dan dengan bentuk seperti itu Ia muncul di depan Para Dewa Tavatimsa. Dengan melayang ke angkasa, ia duduk bersila di angkasa. Bhante, bagaikan seorang yang gagah perkasa yang duduk bersila di angkasa. Dan Ia berkata kepada Para Dewa Tavatimsa:
"O, Para Dewa Tavatimsa, bagaimanakah pendapat Kamu? sudah berapa lamakah Sang Bhagava memiliki Maha Panna (Maha Bijaksana)?"
Tersebutlah, pada suatu ketika ada seorang Raja bernama Disampati, dan mentri dari Raja Disampati adalah Seorang Brahmana bernama Govinda.
Putera Raja Disampati bernama Pangeran Ranu, dan Putera dari Mentri Govinda bernama Jotipala. Pangeran Ranu, Jotipala dan enam Pemuda Kesatria lainnya, jadi delapan Pemuda yang bersahabat. Demikianlah beberapa waktu kemudian Brahmana Govinda meninggal. Karena berduka cita atas kematiannya, maka Raja Disampati berkata:"O, baru saja Kami mempercayakan semua tugas-tugas Kami kepada Brahmana Govinda, dan selagi Kami memuaskan inderia-inderia kami, Govinda meninggal!" Lalu Pangeran Ranu berkata kepada Raja:"Baginda, janganlah bersedih, begitu bagi Brahmana Govinda. Govinda mempunyai seorang Putera bernama Jotipala yang lebih bijaksana dari pada ayahnya, lebih baik. Lihatlah, apa yang lebih menguntungkan dari pada ayahnya. Biarkanlah Jotipala melaksanakan semua tugas yang dipercayakan kepada ayahnya."
"Kau berpendapat demikian, 'Nak'?"
"Ya, Baginda."
Om Mani Pad Me Hum
Lalu Raja Disampati memanggil seorang pengawal dan bersabda:"Kemarilah saudara, temuilah Jotipala dan katakan kepadanya:-Semoga keberuntungan selalu bersama Jotipala! Raja Disampati memanggil anda, Jotipala! Raja Disampati mau bertemu dengan anda, Jotipala!"
"Baiklah, Baginda," jawab pengawal tersebut, lalu pergi menemui Jotipala dan menyampaikan pesanan tersebut. "Baik saudara," jawab Jotipala, dan pergi menghadap Raja. Ketika Ia tiba di hadapan Raja, Ia menghormat kepada Raja dan menyapa dengan sopan, lalu duduk di samping. Kemudian
Raja Disampati bersabda:"Kami mau Jotipala membantu Kami. Harap Jotipala tidak menolak untuk melaksanakannya. Saya akan menempatkan Jotipala pada kedudukan ayahmu dan mengangkat menjadi 'pengurus'. "Baiklah, Baginda," jawab Jotipala menyetujui.
Demikian Raja Disampati mengangkat Jotipala menjadi menteri, dan menempatkannya pada kedudukan ayahnya. Setelah diangkat dan ditempatkan, maka tugas apa saja yang dikerjakan oleh ayahnya, semuanya itu dilaksanakan oleh Jotipala, tetapi tugas apa saja yang tidak dikerjakan oleh ayahnya, semuanya itu juga tidak dikerjakannya. Dan pekerjaan apa saja yang telah diurus oleh ayahnya, demikian pula yang diurus oleh Jotipala, dan bukan yang lain. Karena hal inilah maka Jotipala di panggil 'Maha Govinda'.
Setelah berselang beberapa waktu, maka Govinda menemui keenam Kesatria kawannya dan berkata kepada mereka: "Raja Disampati telah tua dan berusia lanjut, masa kehidupannya akan segera berakhir. Siapakah yang dapat mempertahankan kehidupan? Bila mana Raja meninggal, maka pantaslah bagi penobatan-raja, menobatkan Pangeran Ranu menjadi Raja. Saudara-saudara, saya sarankan supaya kamu menemui Pangeran Ranu dan katakan kepadanya:"Kami disayangi, dicintai, dan bersahabat karib dengan junjungan kami Pangeran Ranu. Kami berbahagia bila junjungan kami bahagia, kami tidak bahagia bila beliau tidak bahagia. Raja Disampati junjungan kami telah tua, berusia lanjut dan masa kehidupannya akan segera berakhir. Siapakah yang dapat mempertahankan kehidupan? Bila Raja meninggal, maka pantas bagi penobat-raja menobatkan junjungan kami Pangeran Ranu menjadi Raja. Bila Junjungan kami Pangeran Ranu mendapat anugrah, semoga kami mendapat bagian dari anugrah tersebut pula."
"Baiklah," jawab keenam Kesatria, lalu mereka pergi menemui Pangeran Ranu, dan menyampaikan pesan tersebut."Kawan-kawan, mengapa? Siapakah di samping saya yang akan jaya di kerajaan ini bila bukan kamu? Bila saya mendapat kekuasaan pada kerajaan, saya akan membagikan kepada kamu."
Setelah beberapa waktu berselang, Raja Disampati meninggal. Setelah Beliau meninggal, penobat-raja menobatkan Pangeran Ranu menjadi Raja. Setelah Ia menjadi Raja, Ia tenggelam dalam pemuasan nafsu inderianya. Kemudian Maha Govinda menemui keenam kesatria kawannya dan berkata:"Kawan-kawan, Raja Disampati telah meninggal, dan junjungan Raja Ranu tenggelam dalam pemuasan nafsu inderianya. Kawan-kawan, siapakah yang dapat menjawab? Pemuasan inderia adalah sangat memikat. Saya sarankan Kamu menemui Raja Ranu dan katakan kepadanya:" Raja Disampati telah meninggal, junjunganku Pangeran Ranu telah dinobatkan menjadi raja. Apakah junjunganku, ingat janjinya?"
"Baiklah, kawan" jawab keenam Kesatria, dan pergi menemui Raja Ranu dan berkata:"Raja Disampati telah meninggal, junjunganku Pangeran Ranu telah dinobatkan menjadi raja. Apakah junjunganku, ingat janjinya?"
"Kawan-kawan, saya ingat janjiku. Siapakah di antara kamu yang dapat membagi dengan baik kerajaan yang maha luas ini, yang luas di utara dan berbentuk mulut kereta di selatan, menjadi tujuh bagian yang sama?"
"Baginda, siapakah yang dapat melakukannya kalau bukan Brahmana Maha Govinda?"
Maka Raja Ranu menyuruh seseorang memanggil Maha Govinda dengan bersabda:"Saudara yang baik, ke mari. Pergi temui Maha Govinda dan katakan kepadanya:'Raja memanggil-Mu'".
Maha Govinda diberitahu, menyetujuinya, dan datang menghadap raja, setelah memberi hormat dan saling menyapa dengan hormat, Ia duduk disamping. Kemudian Raja bersabda kepada-Nya:"Maha Govinda, dapatkah kamu pergi membagi tanah kerajaan yang maha luas ini, yang luas di utara dan berbentuk mulut kereta di selatan, menjadi tujuh bagian yang sama?"
"Baiklah, Baginda," jawab Maha Govinda. Dan Ia melakukannya.
Dan hasilnya, kerajaan dari Raja Ranu terletak dibagian tengah, seperti yang dikatakan:
Dantapura bagi Kalinga, Potana bagi Assaka
Mahissati bagi Avanti, Roruka bagi Sovira
Mithila bagi Videha, Campa bagi Anga
Akhirnya Benares dalam kerajaan Kasi: semua ini telah di bagi oleh Maha Govinda dengan baik.
Keenam Kesatria merasa senang dengan bagian Mereka masing-masing, yang sesuai dengan cita-cita Mereka. Karena itu, Mereka berkata:"Apa yang Kami inginkan, apa yang Kami sukai, apa yang Kami maksudkan, apa yang Kami tujui, itulah yang telah Kami dapati."
Dan ketujuh Raja ini dinamakan:
Sattabhu dan Brahmadatta, Vessabhu dengan Bharata
Ranu dan dua Dhatarattha. Inilah ketujuh Bharata.
Kemudian keenam Kesatria itu menemui Maha Govinda, dan berkata kepada-Nya:"Saudara Govinda menyayangi, mencintai dan bersahabat baik dengan Raja Ranu, demikian pula Ia menyayangi, mencintai dan bersahabat baik dengan Kami. Kami mengharapkan Maha Govinda mengurus urusan Kami, Kami harap Ia tidak menolak."
"Baiklah," jawab Maha Govinda. Demikianlah maka Ia menasehati ketujuh Raja yang telah dinobatkan itu tentang cara mengatur pemerintahan, dan Ia pun mengajar mantra-mantra kepada Tujuh Orang Brahmana kaya, dan Tujuh Ratus Siswa.
Tidak lama kemudian, reputasi baik dari Brahmana Maha Govinda tersiar sampai keluar kerajaan, dengan kata-kata pujian sebagai berikut:"Dengan matanya sendiri, Maha Govinda melihat Brahma! Maha Govinda bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan meminta Bimbingan-Nya!"
Sementara itu, Maha Govinda berpikir:"Berita kepopuleran-Ku telah tersiar sampai keluar kerajaan, dengan kata-kata pujian seperti itu, bahwa 'Saya telah melihat Brahma, Saya telah bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan meminta Bimbingan-Nya'. Sesungguhnya Saya belum pernah melihat-Nya, belum pernah bertemu dengan-Nya, belum pernah bercakap-cakap atau meminta Bimbingan-Nya. Tetapi Saya telah mendengar dari Orang-Orang Tua, Para Brahmana terhormat, Para Guru dan Para Siswa yang mengatakan bahwa 'Orang yang bersemadi selama empat bulan musim hujan dengan mencapai tingkat-tingkat Jhana, Ia dapat melihat Brahma, bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan mendapat Bimbingan-Nya. Jika demikian, lebih baik Saya melaksanakan cara itu.
Demikianlah, maka Maha Govinda pergi menghadap Raja, dan memberitahukan tentang berita yang tersiar mengenai diri-Nya, dan tentang keinginan-Nya untuk mempraktekkan samadhi, serta menambahkan:"Baginda, Saya ingin bersamadhi selama empat bulan musim hujan untuk mencapai tingkat-tingkat Jhana. Jangan biarkan siapa pun menemui-Ku, kecuali orang yang membawa makanan untuk-Ku."
"Lakukanlah apa yang Kau inginkan, Maha Govinda."
Selanjutnya Maha Govinda mendatangi setiap kawan-Nya dan mengatakan kepada keenam kawan-Nya tersebut tentang hal yang sama, dan memohon diri dari Mereka pula.
Setelah itu, Ia menemui tujuh orang Brahmana kaya dan tujuh ratus siswa, dan mengatakan kepada Mereka tentang berita yang telah tersiar mengenai diri-Nya, juga tentang keinginan-Nya untuk Bersamadhi, dan berkata:"Saudara-saudara, sesuai dengan Mantra-Mantra yang telah Kamu dengar dan hafalkan, maka ulang-ulangilah itu dengan baik, dan Kamu saling mengajarkan apa yang masing-masing Kamu ketahui. Saudara-saudara, Saya ingin Bersamadhi selama empat bulan musim hujan untuk mencapai tingkat-tingkat Jhana. Jangan biarkan siapa pun datang menemui-Ku, kecuali orang yang membawa makanan untuk-Ku."
"Lakukanlah apa yang Kau inginkan, Maha Govinda."
Setelah itu, Ia pergi menemui empat puluh orang istri-Nya yang semua-Nya mempunyai hak yang sama, dan mengatakan kepada Mereka tentang berita yang telah tersiar mengenai diri-Nya, dan keinginan-Nya untuk Bersamadhi. Dan Mereka pun memberikan jawaban yang sama seperti apa yang dikatakan oleh Kawan-kawan-Nya.
Kemudian, untuk maksud tersebut, maka sebuah rumah peristirahatan didirikan disebelah timur kota untuk Maha Govinda. Dan di situlah Ia Bersemadhi selama empat bulan musim hujan untuk mencapai tingkat-tingkat Jhana, dan tidak ada seorang pun yang menemui-Nya, kecuali orang yang membawa makanan untuk-Nya. Tetapi, setelah empat musim hujan berlalu, perasaan tidak puas dan kebosanan meliputi diri-Nya ketika Ia berpikir:"Saya telah mendengar dari orang-orang tua, Para Brahmana terhormat, para Guru dan Siswa-Siswa yang berkata bahwa Orang yang bersemadi selama empat bulan musim hujan dengan mencapai tingkat-tingkat Jhana dapat melihat Brahma, bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan mendapat Bimbingan Brahma." Tetapi Saya tidak melihat Brahma, tidak bertemu dengan Brahma, tidak bercakap-cakap ataupun mendapat Bimbingan dari Brahma."
Ketika Dewa Brahma Sanamkumara mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Maha Govinda, Ia lenyap dari alam Brahma bagaikan Seorang yang gagah perkasa merentangkan kedua tangan-Nya atau merapatkan tangan-Nya, Ia muncul didepan Maha Govinda. Ketika Maha Govinda melihat keadaan yang belum pernah dilihat-Nya ini, Ia takut, gemetar dan bulu romanya berdiri berkata kepada Dewa Brahma Sanamkumara dengan Syair-Syair ini: "Siapakah Anda yang nampak indah menarik dan gemilang. Kami bertanya karena tidak mengenal-Mu, dengan bertanya Kami akan mengetahui-Mu." "Di Alam Brahma, Saya dikenal sebagai Sanamkumara, semua Dewa mengenal-Ku, demikian pula dengan Govinda."
"Seandainya air untuk mencuci kaki, bawalah madu, kue dan minuman untuk Brahma. Kami menanyakan apa yang baik dan diperlukan oleh-Mu. Semoga itu dinyatakan kepada Kami." "Dengan ini, Kami menerima pemberian-Mu yang seperti Kamu katakan Govinda. Tanyakanlah apa yang Kamu butuhkan untuk Kesejahteraan dan Kebahagiaan pada sekarang ini atau untuk masa yang akan datang."
"Baiklah, Baginda," jawab pengawal tersebut, lalu pergi menemui Jotipala dan menyampaikan pesanan tersebut. "Baik saudara," jawab Jotipala, dan pergi menghadap Raja. Ketika Ia tiba di hadapan Raja, Ia menghormat kepada Raja dan menyapa dengan sopan, lalu duduk di samping. Kemudian
Raja Disampati bersabda:"Kami mau Jotipala membantu Kami. Harap Jotipala tidak menolak untuk melaksanakannya. Saya akan menempatkan Jotipala pada kedudukan ayahmu dan mengangkat menjadi 'pengurus'. "Baiklah, Baginda," jawab Jotipala menyetujui.
Demikian Raja Disampati mengangkat Jotipala menjadi menteri, dan menempatkannya pada kedudukan ayahnya. Setelah diangkat dan ditempatkan, maka tugas apa saja yang dikerjakan oleh ayahnya, semuanya itu dilaksanakan oleh Jotipala, tetapi tugas apa saja yang tidak dikerjakan oleh ayahnya, semuanya itu juga tidak dikerjakannya. Dan pekerjaan apa saja yang telah diurus oleh ayahnya, demikian pula yang diurus oleh Jotipala, dan bukan yang lain. Karena hal inilah maka Jotipala di panggil 'Maha Govinda'.
Setelah berselang beberapa waktu, maka Govinda menemui keenam Kesatria kawannya dan berkata kepada mereka: "Raja Disampati telah tua dan berusia lanjut, masa kehidupannya akan segera berakhir. Siapakah yang dapat mempertahankan kehidupan? Bila mana Raja meninggal, maka pantaslah bagi penobatan-raja, menobatkan Pangeran Ranu menjadi Raja. Saudara-saudara, saya sarankan supaya kamu menemui Pangeran Ranu dan katakan kepadanya:"Kami disayangi, dicintai, dan bersahabat karib dengan junjungan kami Pangeran Ranu. Kami berbahagia bila junjungan kami bahagia, kami tidak bahagia bila beliau tidak bahagia. Raja Disampati junjungan kami telah tua, berusia lanjut dan masa kehidupannya akan segera berakhir. Siapakah yang dapat mempertahankan kehidupan? Bila Raja meninggal, maka pantas bagi penobat-raja menobatkan junjungan kami Pangeran Ranu menjadi Raja. Bila Junjungan kami Pangeran Ranu mendapat anugrah, semoga kami mendapat bagian dari anugrah tersebut pula."
"Baiklah," jawab keenam Kesatria, lalu mereka pergi menemui Pangeran Ranu, dan menyampaikan pesan tersebut."Kawan-kawan, mengapa? Siapakah di samping saya yang akan jaya di kerajaan ini bila bukan kamu? Bila saya mendapat kekuasaan pada kerajaan, saya akan membagikan kepada kamu."
Setelah beberapa waktu berselang, Raja Disampati meninggal. Setelah Beliau meninggal, penobat-raja menobatkan Pangeran Ranu menjadi Raja. Setelah Ia menjadi Raja, Ia tenggelam dalam pemuasan nafsu inderianya. Kemudian Maha Govinda menemui keenam kesatria kawannya dan berkata:"Kawan-kawan, Raja Disampati telah meninggal, dan junjungan Raja Ranu tenggelam dalam pemuasan nafsu inderianya. Kawan-kawan, siapakah yang dapat menjawab? Pemuasan inderia adalah sangat memikat. Saya sarankan Kamu menemui Raja Ranu dan katakan kepadanya:" Raja Disampati telah meninggal, junjunganku Pangeran Ranu telah dinobatkan menjadi raja. Apakah junjunganku, ingat janjinya?"
"Baiklah, kawan" jawab keenam Kesatria, dan pergi menemui Raja Ranu dan berkata:"Raja Disampati telah meninggal, junjunganku Pangeran Ranu telah dinobatkan menjadi raja. Apakah junjunganku, ingat janjinya?"
"Kawan-kawan, saya ingat janjiku. Siapakah di antara kamu yang dapat membagi dengan baik kerajaan yang maha luas ini, yang luas di utara dan berbentuk mulut kereta di selatan, menjadi tujuh bagian yang sama?"
"Baginda, siapakah yang dapat melakukannya kalau bukan Brahmana Maha Govinda?"
Maka Raja Ranu menyuruh seseorang memanggil Maha Govinda dengan bersabda:"Saudara yang baik, ke mari. Pergi temui Maha Govinda dan katakan kepadanya:'Raja memanggil-Mu'".
Maha Govinda diberitahu, menyetujuinya, dan datang menghadap raja, setelah memberi hormat dan saling menyapa dengan hormat, Ia duduk disamping. Kemudian Raja bersabda kepada-Nya:"Maha Govinda, dapatkah kamu pergi membagi tanah kerajaan yang maha luas ini, yang luas di utara dan berbentuk mulut kereta di selatan, menjadi tujuh bagian yang sama?"
"Baiklah, Baginda," jawab Maha Govinda. Dan Ia melakukannya.
Dan hasilnya, kerajaan dari Raja Ranu terletak dibagian tengah, seperti yang dikatakan:
Dantapura bagi Kalinga, Potana bagi Assaka
Mahissati bagi Avanti, Roruka bagi Sovira
Mithila bagi Videha, Campa bagi Anga
Akhirnya Benares dalam kerajaan Kasi: semua ini telah di bagi oleh Maha Govinda dengan baik.
Keenam Kesatria merasa senang dengan bagian Mereka masing-masing, yang sesuai dengan cita-cita Mereka. Karena itu, Mereka berkata:"Apa yang Kami inginkan, apa yang Kami sukai, apa yang Kami maksudkan, apa yang Kami tujui, itulah yang telah Kami dapati."
Dan ketujuh Raja ini dinamakan:
Sattabhu dan Brahmadatta, Vessabhu dengan Bharata
Ranu dan dua Dhatarattha. Inilah ketujuh Bharata.
Kemudian keenam Kesatria itu menemui Maha Govinda, dan berkata kepada-Nya:"Saudara Govinda menyayangi, mencintai dan bersahabat baik dengan Raja Ranu, demikian pula Ia menyayangi, mencintai dan bersahabat baik dengan Kami. Kami mengharapkan Maha Govinda mengurus urusan Kami, Kami harap Ia tidak menolak."
"Baiklah," jawab Maha Govinda. Demikianlah maka Ia menasehati ketujuh Raja yang telah dinobatkan itu tentang cara mengatur pemerintahan, dan Ia pun mengajar mantra-mantra kepada Tujuh Orang Brahmana kaya, dan Tujuh Ratus Siswa.
Tidak lama kemudian, reputasi baik dari Brahmana Maha Govinda tersiar sampai keluar kerajaan, dengan kata-kata pujian sebagai berikut:"Dengan matanya sendiri, Maha Govinda melihat Brahma! Maha Govinda bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan meminta Bimbingan-Nya!"
Sementara itu, Maha Govinda berpikir:"Berita kepopuleran-Ku telah tersiar sampai keluar kerajaan, dengan kata-kata pujian seperti itu, bahwa 'Saya telah melihat Brahma, Saya telah bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan meminta Bimbingan-Nya'. Sesungguhnya Saya belum pernah melihat-Nya, belum pernah bertemu dengan-Nya, belum pernah bercakap-cakap atau meminta Bimbingan-Nya. Tetapi Saya telah mendengar dari Orang-Orang Tua, Para Brahmana terhormat, Para Guru dan Para Siswa yang mengatakan bahwa 'Orang yang bersemadi selama empat bulan musim hujan dengan mencapai tingkat-tingkat Jhana, Ia dapat melihat Brahma, bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan mendapat Bimbingan-Nya. Jika demikian, lebih baik Saya melaksanakan cara itu.
Demikianlah, maka Maha Govinda pergi menghadap Raja, dan memberitahukan tentang berita yang tersiar mengenai diri-Nya, dan tentang keinginan-Nya untuk mempraktekkan samadhi, serta menambahkan:"Baginda, Saya ingin bersamadhi selama empat bulan musim hujan untuk mencapai tingkat-tingkat Jhana. Jangan biarkan siapa pun menemui-Ku, kecuali orang yang membawa makanan untuk-Ku."
"Lakukanlah apa yang Kau inginkan, Maha Govinda."
Selanjutnya Maha Govinda mendatangi setiap kawan-Nya dan mengatakan kepada keenam kawan-Nya tersebut tentang hal yang sama, dan memohon diri dari Mereka pula.
Setelah itu, Ia menemui tujuh orang Brahmana kaya dan tujuh ratus siswa, dan mengatakan kepada Mereka tentang berita yang telah tersiar mengenai diri-Nya, juga tentang keinginan-Nya untuk Bersamadhi, dan berkata:"Saudara-saudara, sesuai dengan Mantra-Mantra yang telah Kamu dengar dan hafalkan, maka ulang-ulangilah itu dengan baik, dan Kamu saling mengajarkan apa yang masing-masing Kamu ketahui. Saudara-saudara, Saya ingin Bersamadhi selama empat bulan musim hujan untuk mencapai tingkat-tingkat Jhana. Jangan biarkan siapa pun datang menemui-Ku, kecuali orang yang membawa makanan untuk-Ku."
"Lakukanlah apa yang Kau inginkan, Maha Govinda."
Setelah itu, Ia pergi menemui empat puluh orang istri-Nya yang semua-Nya mempunyai hak yang sama, dan mengatakan kepada Mereka tentang berita yang telah tersiar mengenai diri-Nya, dan keinginan-Nya untuk Bersamadhi. Dan Mereka pun memberikan jawaban yang sama seperti apa yang dikatakan oleh Kawan-kawan-Nya.
Kemudian, untuk maksud tersebut, maka sebuah rumah peristirahatan didirikan disebelah timur kota untuk Maha Govinda. Dan di situlah Ia Bersemadhi selama empat bulan musim hujan untuk mencapai tingkat-tingkat Jhana, dan tidak ada seorang pun yang menemui-Nya, kecuali orang yang membawa makanan untuk-Nya. Tetapi, setelah empat musim hujan berlalu, perasaan tidak puas dan kebosanan meliputi diri-Nya ketika Ia berpikir:"Saya telah mendengar dari orang-orang tua, Para Brahmana terhormat, para Guru dan Siswa-Siswa yang berkata bahwa Orang yang bersemadi selama empat bulan musim hujan dengan mencapai tingkat-tingkat Jhana dapat melihat Brahma, bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan mendapat Bimbingan Brahma." Tetapi Saya tidak melihat Brahma, tidak bertemu dengan Brahma, tidak bercakap-cakap ataupun mendapat Bimbingan dari Brahma."
Ketika Dewa Brahma Sanamkumara mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Maha Govinda, Ia lenyap dari alam Brahma bagaikan Seorang yang gagah perkasa merentangkan kedua tangan-Nya atau merapatkan tangan-Nya, Ia muncul didepan Maha Govinda. Ketika Maha Govinda melihat keadaan yang belum pernah dilihat-Nya ini, Ia takut, gemetar dan bulu romanya berdiri berkata kepada Dewa Brahma Sanamkumara dengan Syair-Syair ini: "Siapakah Anda yang nampak indah menarik dan gemilang. Kami bertanya karena tidak mengenal-Mu, dengan bertanya Kami akan mengetahui-Mu." "Di Alam Brahma, Saya dikenal sebagai Sanamkumara, semua Dewa mengenal-Ku, demikian pula dengan Govinda."
"Seandainya air untuk mencuci kaki, bawalah madu, kue dan minuman untuk Brahma. Kami menanyakan apa yang baik dan diperlukan oleh-Mu. Semoga itu dinyatakan kepada Kami." "Dengan ini, Kami menerima pemberian-Mu yang seperti Kamu katakan Govinda. Tanyakanlah apa yang Kamu butuhkan untuk Kesejahteraan dan Kebahagiaan pada sekarang ini atau untuk masa yang akan datang."
Om Ah Hum Guru Pei Ahosasa Maha Lien Sheng Siddhi Hum
Lalu Maha Govinda berpikir:"Kesempatan yang baik telah diberikan pada-Ku oleh Dewa Brahma Sanamkumara! Apakah yang akan Saya minta kepada-Nya? Sesuatu yang berguna pada kehidupan ini atau sesuatu untuk kehidupan yang akan datang?" Selanjutnya pikiran ini pun muncul:"Saya ahli dalam hal yang berguna pada kehidupan sekarang ini. Karena orang lainpun datang untuk meminta nasehat-Ku. Bukankah lebih baik Saya meminta sesuatu yang berguna dari Dewa Brahma Sanamkumara untuk kehidupan yang akan datang? Maka Ia berkata kepada Dewa Brahma Sanamkumara dengan Syair ini:"O, Brahma Sanamkumara, Saya meminta kepada-Mu, untuk melenyapkan keragu-raguan-Ku, Saya menanyakan hal-hal yang orang lain pun ingin sekali ketahui: Dengan melaksanakan cara apakah maka orang yang tidak kekal dapat mencapai kekekalan Alam Brahma?" "O, Brahmana, orang yang membuang rasa 'Ke-akuan' dan 'Milikku' dia yang batinnya berada dalam ketenangan, penuh dengan kasih sayang, bebas dari bau busuk manusia, hidup dalam kesucian. Inilah cara yang dilaksanakan oleh orang yang tidak kekal untuk mencapai kekekalan di Alam Brahma."
"Apa yang dimaksud dengan meninggalkan rasa 'Ke-akuan' dan 'Milikku', Saya mengerti. Itu maksudnya adalah meninggalkan semua harta, apakah itu besar maupun kecil, meninggalkan hidup berkeluarga apakah itu besar maupun kecil, dan dengan mencukur rambut dan janggut, mengenakan jubah kuning meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi Pertapa, demikianlah yang Saya mengerti. Apa yang dimaksud dengan batin yang berada dalam ketenangan', Saya mengerti. Itu maksudnya adalah bila seseorang tinggal di tempat yang tenang di Hutan, di bawah pohon, di lereng gunung, dalam gua, di lekukan tebing, di kuburan, atau di atas timbunan rumput yang berada di lapangan terbuka. Demikianlah yang Saya mengerti. Apa yang dimaksud dengan 'penuh kasih sayang', Saya mengerti. Itu maksudnya, adalah bila seseorang menyebarkan kasih sayangnya ke sebuah arah , ke dua arah, ke tiga arah, ke empat arah dari alam sekelilingnya. Lebih lanjut, dengan hati yang penuh kasih sayang yang mendalam, yang luas sekali, tanpa batas, tanpa kebencian dan tanpa permusuhan, ia memancarkan kasih sayangnya ke seluruh dunia, di atas, di bawah, di sekeliling dan di mana
pun juga. Demikianlah yang saya mengerti. Tetapi, hanya dimaksud dengan 'bebas dari bau busuk manusia' yang Saya tidak mengerti. "O Brahma, apakah yang dimaksud dengan 'bau busuk manusia'? Hal ini Saya tidak mengerti.`Katakanlah apa maksudnya, O Maha tahu, karena diliputi dan dipengaruhi oleh 'bau busuk manusia.' Maka neraka menjadi pahalanya, dan tertutup dari surga alam Brahma."
"Kemarahan, bohong, menipu, berkhianat, egois, sombong, iri, loba, ragu-ragu, mengancam, penuh nafsu inderia, benci, membanggakan diri, dan dungu. Dan oleh karena diliputi oleh hal-hal ini maka manusia berbau busuk sehingga neraka yang menjadi pahalanya, dan Alam Brahma tertutup baginya."
Saya mengerti maksud dari kata-kata yang berkenaan dengan 'bau busuk manusia', tetapi hal itu tidak mudah dilenyapkan bila Saya hidup berumah tangga, maka Saya akan meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi Pertapa." "Laksanakanlah apa yang Kau inginkan Govinda."
Maka Maha Govinda pergi menghadap Raja Ranu dan berkata:"Baginda, dapatkah baginda mencari pembantu yang lain untuk mengurus administrasi
kerajaan? Saya mau jadi pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi." "Raja Ranu penguasa kerajaan, dengan ini Saya menyatakan:'Urusilah kerajaan-Mu ini, Saya tidak dapat mengurusinya lagi." "Bila Kau merasa inderia-Mu tidak terpuaskan, Saya akan memenuhinya, bila Kau merasa terluka, Saya sebagai penglima perang dan penakluk akan menyembuhkannya. Govinda, Engkau Ayahku, Saya Anak-Mu, tinggallah dengan Kami, jangan pergi!"
"Saya tidak merasa kekurangan dan tidak ada seorang pun yang melukai-Ku, tetapi karena Saya telah mendengar suara dari 'Yang Bukan Manusia' maka hidup berkeluarga tidak dapat menahan-Ku lagi." "Seperti apakah yang dimaksud dengan 'Yang Bukan Manusia' itu? Apakah yang telah Ia katakan kepada-Mu sehingga Kau mau meninggalkan kehidupan duniawi, keluarga dan Kami?" "Karena Saya telah menyelesaikan masa musim Hujan , Saya melaksanakan kehidupan sepiritual dengan meyalakan api-suci dan menebarkan rumput kusa, dan Saya telah melihat Brahma, Dewa yang kekal, dari alam Brahma. Saya bertanya, Ia menjawab, dan Saya mendengar. Dan sekarang kebosanan meliputi diri-Ku."
"Govinda, Saya percaya dengan apa yang Kau katakan. Karena telah mendengar suara 'Yang Bukan Manusia' maka tidak mungkin Kau tidak menuruti-Nya. Kami akan mengikuti-Mu. Jadilah pembimbing Kami, Jadilah Guru Kami. Bagaikan intan yang bersinar cemerlang, bersih dari kotoran, tanpa noda, dan tanpa cacad. Bagaikan intan cemerlang itulah, Kami akan patuh pada apa yang Kau katakan."
"Jika, Maha Govinda meninggalkan kehidupan duniawi menjadi Pertapa, Saya juga akan melakukannya, karena ke mana saja Kau pergi, Saya akan mengikuti-Mu."
Kemudian, Brahmana Maha Govinda menemui keenam Kesatria kawannya dan berkata:"Dapatkah anda sekalian mencari pembantu lain untuk mengurus administrasi kerajaan? Saya mau meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi." Lalu Keenam Kesatria itu pergi ke samping dan sama-sama berpendapat:"Brahmana ini mata duitan. Sebaiknya Kita bujuk Dia dengan memberikan uang." Maka Mereka menemui Maha Govinda dan berkata : "Kawan, dalam tujuh kerajaan ini banyak harta, ambillah sebanyak yang Kau sukai." "Cukup, kawan-kawan! Saya memiliki banyak harta, terima kasih atas perhatian anda sekalian. Kemewahan itulah yang menyebabkan Saya ingin meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa, seperti apa yang telah Saya katakan itu."
Lalu Keenam Kesatria itu pergi ke samping dan sama-sama berpendapat:"Brahmana ini senang wanita. Sebaiknya Kita bujuk Dia dengan wanita." Maka mereka menemui Maha Govinda dan berkata: "Kawan, dalam tujuh kerajaan ini banyak wanita. Ambillah sebanyak wanita yang Kamu sukai." "Cukup, kawan-kawan! Saya telah memiliki empat puluh istri yang sama hak mereka. Mereka semua Saya biarkan karena mau meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa, seperti yang telah Saya katakan itu."
"Jika Maha Govinda meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa, Kami juga akan melakukannya, karena kemana saja Kau pergi, Kami akan mengikuti-Mu." "Jika Kau meninggalkan pemuasan nafsu inderia yang mengikat hati manusia duniawi. Pertahankanlah dengan teguh kehendak-Mu itu, kuat dalam kesabaran. Inilah Jalan, Jalan yang lurus, Jalan ke pantai seberang, Jalan Kebenaran yang diikuti oleh orang yang baik, menuju ke kehidupan Brahma."
"Govinda, kalau begitu, tunggu tujuh tahun lagi, dan bila masa itu telah berlalu, Kami juga akan meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa, dan kemana saja Kau pergi, Kami akan mengikuti-Mu." "Kawan-kawan, tujuh tahun itu terlalu lama! Saya tidak dapat menunggu sampai tujuh tahun, karena hidup ini tidak pasti. Kita mesti melihat ke depan, Kita mesti belajar dengan menggunakan Kebijaksanaan, Kita mesti berbuat baik, Kita mesti mengikuti Kebenaran, karena bagi siapa saja yang terlahir tidak dapat terhindar dari kematian. Sekarang Saya mau jadi Pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi."
"Govinda, baiklah bila demikian tunggu enam tahun.... tunggu lima tahun.... tunggu empat tahun.... tiga tahun.... dua tahun.... satu tahun...., bila masa setahun telah berlalu, Kami juga akan meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Para Pertapa, dan kemana saja Kau pergi, Kami akan mengikuti-Mu."
"Kawan-kawan, setahun itu terlalu lama. Saya tidak dapat menunggu sampai setahun, karena hidup ini tidak pasti. Kita mesti melihat ke depan, Kita mesti belajar dengan menggunakan Kebijaksanaan, Kita mesti berbuat baik, Kita mesti mengikuti Kebenaran, karena bagi siapa saja yang terlahir tidak dapat terhindar dari kematian. Sekarang Saya mau jadi Pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi."
"Govinda, bila demikian tunggu tujuh bulan.... enam bulan.... lima.... empat.... tiga.... dua.... satu bulan...."
"Govinda, bila demikian tunggu setengah bulan.... tujuh hari hingga Kami telah menyerahkan tahta Kerajaan kepada Putera-Putera dan saudara-saudara Kami. Dan bila tujuh hari telah berlalu, Kami akan meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi Pertapa, dan ke mana saja Kau pergi, Kami akan mengikuti-Mu."
Selanjutnya Brahmana Maha Govinda menemui tujuh orang Brahma kaya dan tujuh ratus siswa, dan berkata: "Sekarang, sebaiknya kamu sekalian mencari Guru lain yang mengajarkan Mantra-Mantra. Saya akan meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa. Saya mau menjadi Pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma, karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi." "Maha Govinda, sebaiknya jangan meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi Pertapa. Karena hidup sebagai Pertapa hanya memiliki kekuasaan sedikit dan berpenghasilan sedikit saja, tetapi hidup sebagai Brahmana memiliki kekuasaan yang besar dan berpenghasilan banyak."
"Saudara-saudara, jangan berkata begitu mengenai kehidupan Pertapa ataupun kehidupan mengenai sebagai Brahmana. Siapakah yang lebih berkuasa dan kaya dari pada Saya? Saya telah pernah menjadi Raja dari Para Raja, menjadi Brahma dari Para Brahmana, dan menjadi Dewa dari keluarga. Dalam hal ini, semua itu saya tinggalkan untuk menjadi Pertapa. Saya mau menjadi Pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma, karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi."
"Jika, Maha Govinda menjadi pertapa, Kami juga akan melakukannya, dan kemana saja Kau pergi Saya akan mengikuti-Mu."
Sesudah itu, Brahmana Maha Govinda menemui ke empat puluh istri-Nya yang semuanya mempunyai Hak yang sama, dan berkata:"Bila di antara kamu ada yang mau, maka Ia dapat kembali ke keluarganya dan kawin lagi. Saya mau jadi Pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma, karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi."
"Walaupun Kami mencintai keluarga Kami, tetapi Kau adalah suami yang kami cintai. Jika Kau menjadi Pertapa, Kami juga akan melakukannya, dan kemana saja Kau pergi, Kami akan mengikuti-Mu."
"Apa yang dimaksud dengan meninggalkan rasa 'Ke-akuan' dan 'Milikku', Saya mengerti. Itu maksudnya adalah meninggalkan semua harta, apakah itu besar maupun kecil, meninggalkan hidup berkeluarga apakah itu besar maupun kecil, dan dengan mencukur rambut dan janggut, mengenakan jubah kuning meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi Pertapa, demikianlah yang Saya mengerti. Apa yang dimaksud dengan batin yang berada dalam ketenangan', Saya mengerti. Itu maksudnya adalah bila seseorang tinggal di tempat yang tenang di Hutan, di bawah pohon, di lereng gunung, dalam gua, di lekukan tebing, di kuburan, atau di atas timbunan rumput yang berada di lapangan terbuka. Demikianlah yang Saya mengerti. Apa yang dimaksud dengan 'penuh kasih sayang', Saya mengerti. Itu maksudnya, adalah bila seseorang menyebarkan kasih sayangnya ke sebuah arah , ke dua arah, ke tiga arah, ke empat arah dari alam sekelilingnya. Lebih lanjut, dengan hati yang penuh kasih sayang yang mendalam, yang luas sekali, tanpa batas, tanpa kebencian dan tanpa permusuhan, ia memancarkan kasih sayangnya ke seluruh dunia, di atas, di bawah, di sekeliling dan di mana
pun juga. Demikianlah yang saya mengerti. Tetapi, hanya dimaksud dengan 'bebas dari bau busuk manusia' yang Saya tidak mengerti. "O Brahma, apakah yang dimaksud dengan 'bau busuk manusia'? Hal ini Saya tidak mengerti.`Katakanlah apa maksudnya, O Maha tahu, karena diliputi dan dipengaruhi oleh 'bau busuk manusia.' Maka neraka menjadi pahalanya, dan tertutup dari surga alam Brahma."
"Kemarahan, bohong, menipu, berkhianat, egois, sombong, iri, loba, ragu-ragu, mengancam, penuh nafsu inderia, benci, membanggakan diri, dan dungu. Dan oleh karena diliputi oleh hal-hal ini maka manusia berbau busuk sehingga neraka yang menjadi pahalanya, dan Alam Brahma tertutup baginya."
Saya mengerti maksud dari kata-kata yang berkenaan dengan 'bau busuk manusia', tetapi hal itu tidak mudah dilenyapkan bila Saya hidup berumah tangga, maka Saya akan meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi Pertapa." "Laksanakanlah apa yang Kau inginkan Govinda."
Maka Maha Govinda pergi menghadap Raja Ranu dan berkata:"Baginda, dapatkah baginda mencari pembantu yang lain untuk mengurus administrasi
kerajaan? Saya mau jadi pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi." "Raja Ranu penguasa kerajaan, dengan ini Saya menyatakan:'Urusilah kerajaan-Mu ini, Saya tidak dapat mengurusinya lagi." "Bila Kau merasa inderia-Mu tidak terpuaskan, Saya akan memenuhinya, bila Kau merasa terluka, Saya sebagai penglima perang dan penakluk akan menyembuhkannya. Govinda, Engkau Ayahku, Saya Anak-Mu, tinggallah dengan Kami, jangan pergi!"
"Saya tidak merasa kekurangan dan tidak ada seorang pun yang melukai-Ku, tetapi karena Saya telah mendengar suara dari 'Yang Bukan Manusia' maka hidup berkeluarga tidak dapat menahan-Ku lagi." "Seperti apakah yang dimaksud dengan 'Yang Bukan Manusia' itu? Apakah yang telah Ia katakan kepada-Mu sehingga Kau mau meninggalkan kehidupan duniawi, keluarga dan Kami?" "Karena Saya telah menyelesaikan masa musim Hujan , Saya melaksanakan kehidupan sepiritual dengan meyalakan api-suci dan menebarkan rumput kusa, dan Saya telah melihat Brahma, Dewa yang kekal, dari alam Brahma. Saya bertanya, Ia menjawab, dan Saya mendengar. Dan sekarang kebosanan meliputi diri-Ku."
"Govinda, Saya percaya dengan apa yang Kau katakan. Karena telah mendengar suara 'Yang Bukan Manusia' maka tidak mungkin Kau tidak menuruti-Nya. Kami akan mengikuti-Mu. Jadilah pembimbing Kami, Jadilah Guru Kami. Bagaikan intan yang bersinar cemerlang, bersih dari kotoran, tanpa noda, dan tanpa cacad. Bagaikan intan cemerlang itulah, Kami akan patuh pada apa yang Kau katakan."
"Jika, Maha Govinda meninggalkan kehidupan duniawi menjadi Pertapa, Saya juga akan melakukannya, karena ke mana saja Kau pergi, Saya akan mengikuti-Mu."
Kemudian, Brahmana Maha Govinda menemui keenam Kesatria kawannya dan berkata:"Dapatkah anda sekalian mencari pembantu lain untuk mengurus administrasi kerajaan? Saya mau meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi." Lalu Keenam Kesatria itu pergi ke samping dan sama-sama berpendapat:"Brahmana ini mata duitan. Sebaiknya Kita bujuk Dia dengan memberikan uang." Maka Mereka menemui Maha Govinda dan berkata : "Kawan, dalam tujuh kerajaan ini banyak harta, ambillah sebanyak yang Kau sukai." "Cukup, kawan-kawan! Saya memiliki banyak harta, terima kasih atas perhatian anda sekalian. Kemewahan itulah yang menyebabkan Saya ingin meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa, seperti apa yang telah Saya katakan itu."
Lalu Keenam Kesatria itu pergi ke samping dan sama-sama berpendapat:"Brahmana ini senang wanita. Sebaiknya Kita bujuk Dia dengan wanita." Maka mereka menemui Maha Govinda dan berkata: "Kawan, dalam tujuh kerajaan ini banyak wanita. Ambillah sebanyak wanita yang Kamu sukai." "Cukup, kawan-kawan! Saya telah memiliki empat puluh istri yang sama hak mereka. Mereka semua Saya biarkan karena mau meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa, seperti yang telah Saya katakan itu."
"Jika Maha Govinda meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa, Kami juga akan melakukannya, karena kemana saja Kau pergi, Kami akan mengikuti-Mu." "Jika Kau meninggalkan pemuasan nafsu inderia yang mengikat hati manusia duniawi. Pertahankanlah dengan teguh kehendak-Mu itu, kuat dalam kesabaran. Inilah Jalan, Jalan yang lurus, Jalan ke pantai seberang, Jalan Kebenaran yang diikuti oleh orang yang baik, menuju ke kehidupan Brahma."
"Govinda, kalau begitu, tunggu tujuh tahun lagi, dan bila masa itu telah berlalu, Kami juga akan meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa, dan kemana saja Kau pergi, Kami akan mengikuti-Mu." "Kawan-kawan, tujuh tahun itu terlalu lama! Saya tidak dapat menunggu sampai tujuh tahun, karena hidup ini tidak pasti. Kita mesti melihat ke depan, Kita mesti belajar dengan menggunakan Kebijaksanaan, Kita mesti berbuat baik, Kita mesti mengikuti Kebenaran, karena bagi siapa saja yang terlahir tidak dapat terhindar dari kematian. Sekarang Saya mau jadi Pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi."
"Govinda, baiklah bila demikian tunggu enam tahun.... tunggu lima tahun.... tunggu empat tahun.... tiga tahun.... dua tahun.... satu tahun...., bila masa setahun telah berlalu, Kami juga akan meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Para Pertapa, dan kemana saja Kau pergi, Kami akan mengikuti-Mu."
"Kawan-kawan, setahun itu terlalu lama. Saya tidak dapat menunggu sampai setahun, karena hidup ini tidak pasti. Kita mesti melihat ke depan, Kita mesti belajar dengan menggunakan Kebijaksanaan, Kita mesti berbuat baik, Kita mesti mengikuti Kebenaran, karena bagi siapa saja yang terlahir tidak dapat terhindar dari kematian. Sekarang Saya mau jadi Pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi."
"Govinda, bila demikian tunggu tujuh bulan.... enam bulan.... lima.... empat.... tiga.... dua.... satu bulan...."
"Govinda, bila demikian tunggu setengah bulan.... tujuh hari hingga Kami telah menyerahkan tahta Kerajaan kepada Putera-Putera dan saudara-saudara Kami. Dan bila tujuh hari telah berlalu, Kami akan meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi Pertapa, dan ke mana saja Kau pergi, Kami akan mengikuti-Mu."
Selanjutnya Brahmana Maha Govinda menemui tujuh orang Brahma kaya dan tujuh ratus siswa, dan berkata: "Sekarang, sebaiknya kamu sekalian mencari Guru lain yang mengajarkan Mantra-Mantra. Saya akan meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa. Saya mau menjadi Pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma, karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi." "Maha Govinda, sebaiknya jangan meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi Pertapa. Karena hidup sebagai Pertapa hanya memiliki kekuasaan sedikit dan berpenghasilan sedikit saja, tetapi hidup sebagai Brahmana memiliki kekuasaan yang besar dan berpenghasilan banyak."
"Saudara-saudara, jangan berkata begitu mengenai kehidupan Pertapa ataupun kehidupan mengenai sebagai Brahmana. Siapakah yang lebih berkuasa dan kaya dari pada Saya? Saya telah pernah menjadi Raja dari Para Raja, menjadi Brahma dari Para Brahmana, dan menjadi Dewa dari keluarga. Dalam hal ini, semua itu saya tinggalkan untuk menjadi Pertapa. Saya mau menjadi Pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma, karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi."
"Jika, Maha Govinda menjadi pertapa, Kami juga akan melakukannya, dan kemana saja Kau pergi Saya akan mengikuti-Mu."
Sesudah itu, Brahmana Maha Govinda menemui ke empat puluh istri-Nya yang semuanya mempunyai Hak yang sama, dan berkata:"Bila di antara kamu ada yang mau, maka Ia dapat kembali ke keluarganya dan kawin lagi. Saya mau jadi Pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma, karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi."
"Walaupun Kami mencintai keluarga Kami, tetapi Kau adalah suami yang kami cintai. Jika Kau menjadi Pertapa, Kami juga akan melakukannya, dan kemana saja Kau pergi, Kami akan mengikuti-Mu."
Namo Bhagavate Ram Baharadur Banjam Bodhisattva Mahasattva
Demikianlah setelah tujuh hari berselang, Brahmana Maha Govinda mencukur rambut kepala-Nya dan janggut-Nya, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kehidupan duniawi menjadi Pertapa. Setelah Ia berbuat demikian, tujuh Raja Kesatria yang telah dimahkotai, tujuh Brahmana kaya, tujuh ratus siswa, empat puluh istri yang mempunyai hak yang sama, beberapa ribu Kesatria, beberapa ribu Brahmana, beberapa ribu pria dan wanita mencukur rambut Mereka, mengenakan jubah kuning dan meninggalkan kehidupan duniawi menjadi Pertapa. Dengan disertai rombongan ini, Brahmana Maha Govinda mengembara masuk desa, kampung atau kota, di situ Ia menjadi Raja di Raja, menjadi Brahma dari Para Brahmana, dan menjadi Dewa dari keluarga. Dan pada waktu itu, bila ada orang yang bersin atau tergelincir, Mereka menyebutkan:"Termulialah Brahmana Maha Govinda! Termulialah mentri dari tujuh Raja!"
Pada waktu itu, Brahmana Maha Govinda, selalu memancarkan cinta kasih-Nya, kasih sayang-Nya.... simpati-Nya... dan keseimbangan batinnya ke empat penjuru. Lebih lanjut, dengan batin yang penuh keseimbangan batinnya ke empat penjuru. Lebih lanjut, dengan batin yang penuh keseimbangan yang mendalam, yang luas sekali, tanpa batas, tanpa kebencian, dan tanpa permusuhan, Ia pancarkan keatas, ke bawah, ke sekeliling, ke mana-mana dan keseluruh dunia. Dan Ia mengajarkan kepada murid-muridnya jalan untuk mencapai alam Brahma.
Bagi murid-murid Maha Govinda yang mengerti semua yang diajarkan-Nya, setelah Mereka meninggal, Mereka semua terlahir kembali di alam Surga Brahma. Dan bagi Mereka yang tidak mengerti semua ajaran-Nya, setelah meninggal, ada di antara Mereka yang terlahir kembali sebagai Dewa di alam Surga Parinimmitavasavatti, ada yang terlahir kembali sebagai Dewa di alam Surga Nimmanarati, ada yang terlahir kembali sebagai Dewa di alam Surga Tusita, ada yang terlahir kembali sebagai Dewa di alam Surga Yama, ada yang terlahir kembali sebagai Dewa di alam Surga Tavatimsa, dan ada yang terlahir kembali sebagai Dewa di alam Surga Catummaharajika, sedangkan Mereka yang pencapaiannya paling rendah, terlahir kembali sebagai Gandharva. Demikianlah Mereka semua yang ikut jadi Pertapa ternyata tidak sia-sia, karena masing-masing menikmati hasil dan mendapat kemajuan."
"Apakah Sang Bhagava mengingat-Nya?"
"Ya, Saya mengingat-Nya, Pancasikha. Pada waktu itu, Saya adalah Maha Govinda. Saya mengajarkan kepada Murid-Murid-Ku 'Jalan untuk mencapai Alam Brahma'. Tetapi, Pancasikha, kehidupan spiritual itu tidak menghasilkan penglihatan, tidak menghasilkan kedamaian, tidak menghasilkan pengertian luhur dan tidak menghasilkan penerangan dan Nibbana. Pancasikha, tetapi sekarang, dengan cara 'Kehidupan Spiritual-Ku' dapat menghasilkan penglihatan, pengertian, kedamaian, pengertian luhur, penerangan dan Nibbana. Cara ini adalah 'Jalan Luhur Berunsur Delapan' , yaitu:
Pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan samadhi benar.
Pancasikha, murid-murid-Ku yang mengerti semua yang diajarkan, setelah Mereka melenyapkan semua kekotoran batin, menembus Kebenaran, merealisasikan dan mencapainya, sehingga pada masa kehidupan ini pun Mereka bebas dari Kekotoran Batin, batin Mereka menjadi Suci, penuh Kebijaksanaan dan Mereka mencapai Kesempurnaan. Dan bagi Mereka yang tidak mengerti semua apa yang Saya Ajarkan, di antara Mereka ada yang telah melenyapkan lima samyojana pertama, setelah Mereka meninggal langsung terlahir kembali dan di alam kelahiran itu, Mereka akan mencapai Nibbana dan tidak akan terlahir di alam kehidupan Kita ini. Diantara Mereka ada yang telah melenyapkan tiga samyojana dan melemahkan rasa ketidaksenangan, nafsu inderia dan kebodohan, Mereka menjadi Sakadagami yang akan terlahir sekali lagi di alam ini dan melenyapkan tiga samyojana dan menjadi Sotapanna, yang tidak akan pernah terlahir lagi di alam yang menyedihkan, dan telah pasti akan mencapai Penerangan Sempurna nanti. Pancasikha, demikianlah, Mereka semua yang meninggalkan kehidupan duniawi ternyata tidak sia-sia, karena masing-masing menikmati hasil dan mendapat kemajuan."
Demikianlah Sabda Sang Bhagava, dan Pancasikha Gandhaba bersuka cita atas Uraian Sang Bhagava, dan dengan kegembiraan dan suka cita Ia menghormat Sang Bhagava, lalu Ia meninggalkan tempat itu dengan berjalan di sebelah kanan.
Pada waktu itu, Brahmana Maha Govinda, selalu memancarkan cinta kasih-Nya, kasih sayang-Nya.... simpati-Nya... dan keseimbangan batinnya ke empat penjuru. Lebih lanjut, dengan batin yang penuh keseimbangan batinnya ke empat penjuru. Lebih lanjut, dengan batin yang penuh keseimbangan yang mendalam, yang luas sekali, tanpa batas, tanpa kebencian, dan tanpa permusuhan, Ia pancarkan keatas, ke bawah, ke sekeliling, ke mana-mana dan keseluruh dunia. Dan Ia mengajarkan kepada murid-muridnya jalan untuk mencapai alam Brahma.
Bagi murid-murid Maha Govinda yang mengerti semua yang diajarkan-Nya, setelah Mereka meninggal, Mereka semua terlahir kembali di alam Surga Brahma. Dan bagi Mereka yang tidak mengerti semua ajaran-Nya, setelah meninggal, ada di antara Mereka yang terlahir kembali sebagai Dewa di alam Surga Parinimmitavasavatti, ada yang terlahir kembali sebagai Dewa di alam Surga Nimmanarati, ada yang terlahir kembali sebagai Dewa di alam Surga Tusita, ada yang terlahir kembali sebagai Dewa di alam Surga Yama, ada yang terlahir kembali sebagai Dewa di alam Surga Tavatimsa, dan ada yang terlahir kembali sebagai Dewa di alam Surga Catummaharajika, sedangkan Mereka yang pencapaiannya paling rendah, terlahir kembali sebagai Gandharva. Demikianlah Mereka semua yang ikut jadi Pertapa ternyata tidak sia-sia, karena masing-masing menikmati hasil dan mendapat kemajuan."
"Apakah Sang Bhagava mengingat-Nya?"
"Ya, Saya mengingat-Nya, Pancasikha. Pada waktu itu, Saya adalah Maha Govinda. Saya mengajarkan kepada Murid-Murid-Ku 'Jalan untuk mencapai Alam Brahma'. Tetapi, Pancasikha, kehidupan spiritual itu tidak menghasilkan penglihatan, tidak menghasilkan kedamaian, tidak menghasilkan pengertian luhur dan tidak menghasilkan penerangan dan Nibbana. Pancasikha, tetapi sekarang, dengan cara 'Kehidupan Spiritual-Ku' dapat menghasilkan penglihatan, pengertian, kedamaian, pengertian luhur, penerangan dan Nibbana. Cara ini adalah 'Jalan Luhur Berunsur Delapan' , yaitu:
Pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan samadhi benar.
Pancasikha, murid-murid-Ku yang mengerti semua yang diajarkan, setelah Mereka melenyapkan semua kekotoran batin, menembus Kebenaran, merealisasikan dan mencapainya, sehingga pada masa kehidupan ini pun Mereka bebas dari Kekotoran Batin, batin Mereka menjadi Suci, penuh Kebijaksanaan dan Mereka mencapai Kesempurnaan. Dan bagi Mereka yang tidak mengerti semua apa yang Saya Ajarkan, di antara Mereka ada yang telah melenyapkan lima samyojana pertama, setelah Mereka meninggal langsung terlahir kembali dan di alam kelahiran itu, Mereka akan mencapai Nibbana dan tidak akan terlahir di alam kehidupan Kita ini. Diantara Mereka ada yang telah melenyapkan tiga samyojana dan melemahkan rasa ketidaksenangan, nafsu inderia dan kebodohan, Mereka menjadi Sakadagami yang akan terlahir sekali lagi di alam ini dan melenyapkan tiga samyojana dan menjadi Sotapanna, yang tidak akan pernah terlahir lagi di alam yang menyedihkan, dan telah pasti akan mencapai Penerangan Sempurna nanti. Pancasikha, demikianlah, Mereka semua yang meninggalkan kehidupan duniawi ternyata tidak sia-sia, karena masing-masing menikmati hasil dan mendapat kemajuan."
Demikianlah Sabda Sang Bhagava, dan Pancasikha Gandhaba bersuka cita atas Uraian Sang Bhagava, dan dengan kegembiraan dan suka cita Ia menghormat Sang Bhagava, lalu Ia meninggalkan tempat itu dengan berjalan di sebelah kanan.
Namo Bhagavate Naga Juna Bodhisattva Mahasattva
Adalah Seseorang (Maha Moggalana Thera) yang berpikiran untuk mengajukan pada Dewa Brahma pertanyaan ini Di Gedung Pertemuan Para Dewa, Sudhamma di Surga: 'Apakah masih ada dalam dirimu, 'Sobat, pandangan yang pernah muncul? 'Apakah gemerlapnya Surga 'Dengan jelas terlihat olehmu berlalu?' Brahma memberi jawaban Secara jujur terhadap pertanyaan bagi Saya: 'Tidaklah lagi terdapat dalam diriku, 'Tuan, pandangan yang pernah muncul; 'Semua gemerlap Surga 'Saya sekarang dengan jelas melihatnya berlalu; 'Saya mengutuk pernyataan saya yang dulu 'Sebagai yang permanen, kekal,.
<Majjhima Nikaya No. 50>
Sekarang muncullah di dunia ini seorang Tathagata, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, Sempurna Pikiran dan Perbuatan-Nya, Yang Maha Mulia, Pengenal semua Alam, Pembimbing manusia yang tiada taranya, Guru para dewa dan manusia, yang patut dimuliakan. Ia lantas mengajarkan Dhamma:"Ini adalah dukkha; ini adalah asal dari dukkha; ini adalah akhir dari dukkha; ini adalah jalan menuju akhir dari dukkha." Dan dewa-dewa itu yang berumur panjang, yang bergemerlapan dengan kecantikan, yang berdiam dengan penuh kesenangan dan untuk waktu yang lama berada dalam rumah-rumah surgawi yang megah, bahkan mereka, setelah mendengar Sang Bhagava mengajarkan Dhamma, tertimpa ketakutan, kegelisahan dan tergetar: "Aduh celaka, kita yang, sebenarnya, tidak permanen, percaya bahwa kita adalah permanen! Kita yang, sebenarnya, rapuh, percaya bahwa kita berkesinambungan! Kita yang, sebenarnya, tidak kekal, percaya bahwa kita kekal adanya!Tetapi, yang benar adalah bahwa, kita adalah tidak permanen, rapuh, tidak kekal, terpikat dalam kepribadian!"
<Anguttara Nikaya, Cattuka nipata, No. 33>
Jika seseorang berubah kepercayaan untuk kemudian percaya pada Sang Buddha, Sang Tathagata tidak akan menipu mereka, karena Beliau tidak memiliki perasaan serakah dan iri, dan Beliau pun bebas dari segala akibat Hukum. Jadi Sang Buddha, di alam semesta, merupakan Manusia yang benar-benar tiada cela.
<Upaya kausalya Parivartah>
Namah Samanta Vajranam He He Kimcirayasi Grhna Grhna Khada Khada Paripuraya Sarva Kimkaranam Svaprativijnam Svaha.
Semoga semua kejadian buruk yang akan menimpa Negara China dan Negara Thailand langsung musnah dengan Kebajikan Mahayana Puja ini.
Namah Samanta Buddhanam Sarva Klesa Nirsudana Sarva Dharma Vasitah Prapta Gagana Sama Asama Svaha.
Semoga semua Rakyat China dan Rakyat Thailand dalam wujud apapun, yang menderita di alam sengsara terbebaskan dan berbahagia bersama Para Tathagata.
Namah Samanta Buddhanam Varade Vara Prapta Hum.
Semoga semua mahluk alam rendah, para ikan, babi, anjing, unggas, ular, serangga, binatang berkaki banyak, sapi, burung, cacing, hantu kelaparan, mahluk neraka avici yang menderita bebas dari semua deritanya dan lahir di Buddhaloka.
Namah Samanta Buddhanam Vam Vam Vam Hum Hum Phat Svaha.
Semoga semua Pemimpin China dan Pemimpin Thailand mencintai Kebajikan, melakukan Kebajikan, menyebarkan Kebajikan dan berlindung pada Buddha Sasana.
Namah Samanta Buddhanam Dhrim Dhrim Rim Rim Jrim Jrim Svaha.
Semoga semua Bhikku mencapai Kesucian Arahat sebelum meninggalkan dunia ini.
Namah Samanta Buddhanam Aparajite Jayamti Tadite Svaha.
Semoga semua Rakyat Di Afrika dihapuskan semua karma buruknya dan memperoleh keyakinan kepada Buddha Sasana dan diakhir kehidupannya langsung lahir di Buddhaloka.
Namah Samanta Buddhanam Om Dhuru Dhuru Prthiviye Svaha.
Semoga tanah China, Thailand dan Benua Afrika menjadi subur bebas dari bencana api, air, angin, penyakit, dan bahaya lainnya.
Namah Samanta Buddhanam Apratihatasasanam Tadyatha Om Kha Kha, Khahi Khahi, Hum Hum, Jvala Jvala, Para Jvala Para Jvala, Tistha Tistha, Sittir Sittir, Saphat Saphat, Santika, Sriye Svaha.
Semoga Maha Tantrayana Bodhisattva Mahasattva Lian Sheng Lu Shen Yen berhasil Mendapatkan Kebijaksanaan Sang Tathagata dan Mencapai Tingkat Kesucian Arahat Patisambhidapato sebelum meninggalkan dunia ini.
<Majjhima Nikaya No. 50>
Sekarang muncullah di dunia ini seorang Tathagata, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, Sempurna Pikiran dan Perbuatan-Nya, Yang Maha Mulia, Pengenal semua Alam, Pembimbing manusia yang tiada taranya, Guru para dewa dan manusia, yang patut dimuliakan. Ia lantas mengajarkan Dhamma:"Ini adalah dukkha; ini adalah asal dari dukkha; ini adalah akhir dari dukkha; ini adalah jalan menuju akhir dari dukkha." Dan dewa-dewa itu yang berumur panjang, yang bergemerlapan dengan kecantikan, yang berdiam dengan penuh kesenangan dan untuk waktu yang lama berada dalam rumah-rumah surgawi yang megah, bahkan mereka, setelah mendengar Sang Bhagava mengajarkan Dhamma, tertimpa ketakutan, kegelisahan dan tergetar: "Aduh celaka, kita yang, sebenarnya, tidak permanen, percaya bahwa kita adalah permanen! Kita yang, sebenarnya, rapuh, percaya bahwa kita berkesinambungan! Kita yang, sebenarnya, tidak kekal, percaya bahwa kita kekal adanya!Tetapi, yang benar adalah bahwa, kita adalah tidak permanen, rapuh, tidak kekal, terpikat dalam kepribadian!"
<Anguttara Nikaya, Cattuka nipata, No. 33>
Jika seseorang berubah kepercayaan untuk kemudian percaya pada Sang Buddha, Sang Tathagata tidak akan menipu mereka, karena Beliau tidak memiliki perasaan serakah dan iri, dan Beliau pun bebas dari segala akibat Hukum. Jadi Sang Buddha, di alam semesta, merupakan Manusia yang benar-benar tiada cela.
<Upaya kausalya Parivartah>
Namah Samanta Vajranam He He Kimcirayasi Grhna Grhna Khada Khada Paripuraya Sarva Kimkaranam Svaprativijnam Svaha.
Semoga semua kejadian buruk yang akan menimpa Negara China dan Negara Thailand langsung musnah dengan Kebajikan Mahayana Puja ini.
Namah Samanta Buddhanam Sarva Klesa Nirsudana Sarva Dharma Vasitah Prapta Gagana Sama Asama Svaha.
Semoga semua Rakyat China dan Rakyat Thailand dalam wujud apapun, yang menderita di alam sengsara terbebaskan dan berbahagia bersama Para Tathagata.
Namah Samanta Buddhanam Varade Vara Prapta Hum.
Semoga semua mahluk alam rendah, para ikan, babi, anjing, unggas, ular, serangga, binatang berkaki banyak, sapi, burung, cacing, hantu kelaparan, mahluk neraka avici yang menderita bebas dari semua deritanya dan lahir di Buddhaloka.
Namah Samanta Buddhanam Vam Vam Vam Hum Hum Phat Svaha.
Semoga semua Pemimpin China dan Pemimpin Thailand mencintai Kebajikan, melakukan Kebajikan, menyebarkan Kebajikan dan berlindung pada Buddha Sasana.
Namah Samanta Buddhanam Dhrim Dhrim Rim Rim Jrim Jrim Svaha.
Semoga semua Bhikku mencapai Kesucian Arahat sebelum meninggalkan dunia ini.
Namah Samanta Buddhanam Aparajite Jayamti Tadite Svaha.
Semoga semua Rakyat Di Afrika dihapuskan semua karma buruknya dan memperoleh keyakinan kepada Buddha Sasana dan diakhir kehidupannya langsung lahir di Buddhaloka.
Namah Samanta Buddhanam Om Dhuru Dhuru Prthiviye Svaha.
Semoga tanah China, Thailand dan Benua Afrika menjadi subur bebas dari bencana api, air, angin, penyakit, dan bahaya lainnya.
Namah Samanta Buddhanam Apratihatasasanam Tadyatha Om Kha Kha, Khahi Khahi, Hum Hum, Jvala Jvala, Para Jvala Para Jvala, Tistha Tistha, Sittir Sittir, Saphat Saphat, Santika, Sriye Svaha.
Semoga Maha Tantrayana Bodhisattva Mahasattva Lian Sheng Lu Shen Yen berhasil Mendapatkan Kebijaksanaan Sang Tathagata dan Mencapai Tingkat Kesucian Arahat Patisambhidapato sebelum meninggalkan dunia ini.
Similar topics
» Maha Mangala Suttram
» Maha Samaya Suttram
» Maha Purissa Lakkhana Suttram
» Maha Mayuri Vidya Rajni Suttram
» Suramgama Usnisa Sitatapatra Suttram
» Maha Samaya Suttram
» Maha Purissa Lakkhana Suttram
» Maha Mayuri Vidya Rajni Suttram
» Suramgama Usnisa Sitatapatra Suttram
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik