BUDDHIST COMPILATION FORUM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Ārya Sarva Buddha Visayā Avatāra Jñānā Lokā Lamkāra Nāma Mahāyāna Ratna Kuta Sūttram

Go down

Ārya Sarva Buddha Visayā Avatāra Jñānā Lokā Lamkāra Nāma Mahāyāna Ratna Kuta Sūttram Empty Ārya Sarva Buddha Visayā Avatāra Jñānā Lokā Lamkāra Nāma Mahāyāna Ratna Kuta Sūttram

Post by skipper Sun May 22, 2016 12:11 am

MAHAYANA TRIPITAKA SUTTRAM
Ārya Sarva Buddha Visayā Avatāra Jñānā Lokā Lamkāra Nāma Mahāyāna Ratna Kuta Sūttram OdPYZYu
Padmasambhava Guru Rinpoche

Ārya Sarva Buddha Visayā Avatāra Jñānā Lokā Lamkāra Nāma Mahāyāna Ratna Kuta Sūttram E6OhMIp
Rangjung Rigpe Dorje Karmapa Khyenno

Ārya Sarva Buddha Visayā Avatāra Jñānā Lokā Lamkāra Nāma Mahāyāna Ratna Kuta Sūttram

Namo Buddhāya


Demikianlah telah kudengar, pada suatu ketika, sang Bhagavan sedang tinggal berdiam di Rājagrha, di atas puncak permata yang tidak terbatas dari gunung Grdhrakūta (grdhrakūte parvvate anantaratnaśikhare), di dalam Rahim dari Alam Dharma (dharmmadhātugarbhe), bersama-sama dengan perkumpulan besar Bhiksu samgha yang berjumlah dua puluh lima ribu Bhiksu (pañcavinśatibhir bhiksusahasraih), yang semuanya adalah para Arhat yang arus keluarnya telah dihabiskan (ksīnāśravair), yang terbebas dari kekotoran batin (nihkleśair), yang telah mencapai penguasaan (vvaśībhūtaih). yang pikirannya sempurna terbebaskan (suvimuktacittaih), yang kebijaksanaannya sempurna terbebaskan (suvimuktaprajñaih). Mereka adalah Gajah besar berpengetahuan yang telah melaksanakan kewajiban yang perlu dilakukan (ājānaiyair mahānāgaih krtakrtyaih krtakaranīyaih), yang telah meletakkan beban mereka (apahrtabhārair), yang telah memperoleh hasil mereka sendiri (anuprāptasvakārathaih), yang telah menghancurkan belenggu dari keberadaan (pariksīnabhavasamyojanaih), yang pikirannya sepenuhnya terbebaskan oleh pengetahuan yang sempurna (samyagājñāsuvimuktacittaih), yang telah mencapai kesempurnaan tertinggi dalam penguasaan semua keadaan pikiran (sarvvacetovaśiparamapāramiprāptaih). Enam puluh delapan Mahā Srāvaka yang dipimpin oleh Ājñātakaundinya juga hadir disana.

Ada hadir tujuh puluh dua ratus ribu koti nayuta para Bodhisattvā Mahāsattvā, yaitu seperti : Manjuśri Kumārabhūta, Dhanaśri, Buddhiśri, Bhaisajyarāja, juga Bhaisajyasamudgata Bodhisattvā Mahāsattvā. Mereka semua memutar Roda Dharma yang tanpa kemunduran (avaivarttika dharmmacakra pravarttakaih). Mereka semua terampil di dalam menanyakan Sutra yang sangat luas dari gunung permata (ratnakūta vaipulyasūtra pariprcchā kuśalaih). Yang telah memperoleh tingkat Awan Dharma (dharmameghabhūmi). Yang memiliki kebijaksanaan seperti Sumeru. Mereka telah menembus Dharma kekosongan yang tiada tanda,  yang tiada nafsu keinginan, yang tidak dihasilkan, yang tidak dilahirkan, yang tiada keberadaan (śūnyatānimittāpranihitānutpādājādvatābhāvadharma). Dharma besar yang mendalam (mahā gambhīra dharma) muncul kepada Mereka. Yang memiliki sikap tubuh Tathāgata. Di sistem dunia yang tidak habis-habisnya, Mereka diutus oleh ratusan ribu koti nayuta para Tathāgata. Mereka semua memiliki pengetahuan super yang melihat perbuatan masa depan (abhijñāparakarmanirjātaih) dan terdirikan di dalam sifat alami dari keberadaan diri dari semua gejala kejadian (sarvvadharmasvabhāvaprakrtipratisthitaih).

Pada waktu itu, sang Bhagavata berpikir demikian : "Saya, dalam rangka untuk membangkitkan ketangkasan yang besar (mahājava), kekuatan (bala), dorongan (vega), dan daya tahan (sthāma) pada para Bodhisattvā Mahāsattvā, akan membabarkan Dharma, mengumpulkan para Bodhisattvā Mahāsattvā yang berkekuatan besar diantara yang berkekuatan besar (mahaujaskamahaujaskā) dari sistem dunia yang banyaknya seperti butiran pasir di sungai gangga. Saya akan memperlihatkan tanda-tanda mengadakan ajaran Mahā Dharma. Saya akan memancarkan cahaya yang besar sehingga para Bodhisattvā Mahāsattvā akan datang dan menanyakan ajaran Mahā Dharma."

Kemudian sang Bhagavan memancarkan Sinar Awan Besar-Nya (mahā rasmi megha) menyinari sistem dunia yang banyaknya sama seperti butiran debu di trisāhasra mahā sāhasra lokadhātu yang tidak terhitung dan yang tidak terbayangkan di sepuluh penjuru arah. Kemudian pada saat itu, dari sepuluh penjuru arah, para Bodhisattvā Mahāsattvā yang banyaknya sama seperti seratus ribu koti nayuta butiran debu di dalam sepuluh wilayah Buddha (daśabuddhaksetrā) yang tidak terbayangkan datang mendekati-Nya. Masing-masing para Bodhisattvā Mahāsattvā itu datang dengan perubahan wujud Bodhisattvā yang tidak terbayangkan (acintyābhir bodhisatvavikurvvanā), melaksanakan pemujaan yang tidak terbayangkan dan yang tepat kepada sang Bhāgavato, duduk di hadapan sang Bhagavatah di atas kursi bunga teratai (padmāsana) yang muncul melalui kekuatan cita-cita (pranidhānabala) milik Mereka sendiri, tinggal berdiam menatap sang Bhagavanta dengan tanpa berkedip.

Pada waktu itu, ada terlihat muncul Tahta Singa Rahim Bunga Teratai Permata Yang Besar (mahāratnapadmagarbhasimghāsanam) di tengah-tengah Istana Rahim Alam Dharma (dharmadhātugarbhe prāsādamadhye), yang lebarnya adalah koti yojana yang tidak terhitung (asamkhyeyayojanakotīvistāram), tingginya belum pernah terjadi sebelumnya (anupūrvvasamucchritam). Yang tercipta dari semua permata Mani yang bercahaya (sarvaprabhāsamaniratnamayam), yang bersinar mengkilat (vidyutpradīpam), di sekeliling kursi itu terdiri dari permata Mani (maniratnavedikāparivrtam). Tongkatnya yang berpermata Mani  bersinar dengan tidak terbayangkan (acintyaprabhāsamaniratnadandam). Tertutupi dengan permata Mani yang tiada bandingan (anupamamaniratnaparivāram). Dimurnikan dengan karangan bunga permata Mani yang bersinar melampaui dan tiada bandingan (anupamātikrāntaprabhāvamaniratnadāmakrtaśobham). Terselimuti dengan jaring permata Mani dan Vasi Raja (vaśirājamaniratnajālasañchannam). Terpasang dengan berbagai jenis permata Mani (nānāmaniratnapratyuptam), dengan spanduk - bendera - payung berdiri tegak (samucchritacchatradhvajapatākam).

Dari atas Tahta Singa Rahim Bunga Teratai Dari Permata Maha Mani itu (mahāmaniratnapadmagarbhasimhāsana), memancarkan sepuluh yang tidak terhitung dari seratus ribu koti nayuta sinar cahaya, menyinari sistem dunia yang sangat banyak di sepuluh penjuru arah dengan kecerahannya yang besar.

Pada saat itu, dari masing-masing sepuluh penjuru arah, para deva, nāga, yaksa, gandharvā, asura, garuda, kinnara, mahoraga, śakra, brahma, dan lokapālā berdatangan, yang banyaknya sama seperti yang tidak terkatakan dari seratus ribu koti nayuta butiran debu dari sepuluh wilayah Buddha. Beberapa datang bersama dengan seratus ribu koti nayuta 'dewi surga (apsara)' yang bernyanyi dan memainkan alat musik, yang tidak terhitung jumlahnya dan yang tidak terbayangkan, yang duduk di paviliun tingkat atas yang terbuat dari permata (ratnakūtāgāra).

Beberapa datang bersama dengan seratus ribu koti nayuta apsara yang bernyanyi dan memainkan alat musik, yang tidak terhitung jumlahnya dan yang tidak terbayangkan, yang duduk di paviliun tingkat atas yang terbuat dari bunga (puspamayaihkūtāgāra).

Beberapa datang bersama dengan seratus ribu koti nayuta apsara yang bernyanyi dan memainkan alat musik, yang tidak terhitung jumlahnya dan yang tidak terbayangkan, yang duduk di paviliun tingkat atas yang terbuat dari cendana uragasara (uragasāracandanamayaihkūtāgāra).

Beberapa datang bersama dengan seratus ribu koti nayuta apsara yang bernyanyi dan memainkan alat musik, yang tidak terhitung jumlahnya dan yang tidak terbayangkan, yang duduk di paviliun tingkat atas yang terbuat dari mutiara (muktāmayaihkūtāgāra).

Beberapa datang bersama dengan seratus ribu koti nayuta apsara yang bernyanyi dan memainkan alat musik, yang tidak terhitung jumlahnya dan yang tidak terbayangkan, yang duduk di paviliun tingkat atas yang terbuat dari Vajra (vajramayaihkūtāgāra).

Beberapa datang bersama dengan seratus ribu koti nayuta apsara yang bernyanyi dan memainkan alat musik, yang tidak terhitung jumlahnya dan yang tidak terbayangkan, yang duduk di paviliun tingkat atas yang terbuat dari permata Mani yang bercahaya Vajra (vajraprabhāsamaniratnamayaihkūtāgāra).

Beberapa datang bersama dengan seratus ribu koti nayuta apsara yang bernyanyi dan memainkan alat musik, yang tidak terhitung jumlahnya dan yang tidak terbayangkan, yang duduk di paviliun tingkat atas yang terbuat dari emas dari sungai Jambu (jāmbūnadasuvarnamayaihkūtāgāra).

Beberapa datang bersama dengan seratus ribu koti nayuta apsara yang bernyanyi dan memainkan alat musik, yang tidak terhitung jumlahnya dan yang tidak terbayangkan, yang duduk di paviliun tingkat atas yang terbuat dari kumpulan permata Mani yang bersinar semua warna (sarvaprabhāsasamuccayamaniratnarājamayaihkūtāgāra).

Beberapa datang bersama dengan seratus ribu koti nayuta apsara yang bernyanyi dan memainkan alat musik, yang tidak terhitung jumlahnya dan yang tidak terbayangkan, yang duduk di paviliun tingkat atas yang terbuat dari permata Mani Vasi Raja (vaśirājamaniratnamayaihkūtāgāra).

Beberapa datang bersama dengan seratus ribu koti nayuta apsara yang bernyanyi dan memainkan alat musik, yang tidak terhitung jumlahnya dan yang tidak terbayangkan, yang duduk di paviliun tingkat atas yang terbuat dari permata pengabul keinginan (cintāmaniratnamayaihkūtāgāra).

Beberapa datang bersama dengan seratus ribu koti nayuta apsara yang bernyanyi dan memainkan alat musik, yang tidak terhitung jumlahnya dan yang tidak terbayangkan, yang duduk di paviliun tingkat atas yang terbuat dari permata Mani chakrābhilagna [Kalung Mutiara Sakra Deva Indra] (chakrābhilagnamaniratnamayaihkūtāgāra).

Beberapa datang bersama dengan seratus ribu koti nayuta apsara yang bernyanyi dan memainkan alat musik, yang tidak terhitung jumlahnya dan yang tidak terbayangkan, yang duduk di paviliun tingkat atas yang terbuat dari permata besar Mani yang bersinar tiada batas dari susunan permata murni dari dasar lautan (sāgarapratisthānaviśuddharatnavyūhasamantaraśmiprabhāmanimahāratnamayakūtāgāra).

Setelah tiba, mereka memuja sang Bhagavato di dalam cara yang tidak terbayangkan, yang tiada bandingan, dan yang tiada batas, mengatur diri di satu sisi, duduk di kursi yang terwujud dari sumpah mereka sendiri, setelah duduk, tinggal berdiam menatap sang Bhagavanta dengan tanpa berkedip.

Lagi, kemudian pada saat itu, trisāhasramahāsāhasra lokadhātu berubah menjadi emas jambunada. Itu dihiasi dengan berbagai jenis pohon dari permata Maha Mani (nānāmahāmaniratnavrksair), pohon dari bunga surga (divyaih puspavrksair), pohon dari kain yang halus (vastravrksair), dan pohon dari wewangian uragasāra dan cendana (uragasāracandanagandhavrksair). Itu ditutupi dengan hiasan jaring permata mani yang bercahaya bulan dan matahari yang mengkilap (alamkrtacandrasūryāvidyutpradīpamaniratnajālasamcchannam). Spanduk, bendera, dan payung terangkat tinggi (ucchritacchatradhvajapatākah). Seratus ribu koti nayuta yang tidak terhitung dari para āpsara dengan setengah tubuh mereka terlihat memadati semua pohon, yang diselimuti oleh rangkaian kalung permata Maha Mani.

Lagi, kemudian pada saat itu, syair gāthā ini terdengar dari tahta singa dari rahim bunga teratai yang terbuat dari permata Maha Mani (mahāmaniratnapadmagarbhāt simhāsanā):

"Datanglah duduk, Raja yang terbaik di antara laki-laki (āgaccha nisīda narendrarājā) !
Saya hadir karena kekuatan kebajikan (aham hi te punyabalena udgatah).
Dengan seluruh keinginan terkabul, Saya hari ini mendukung Anda (sampūrnnasamkalpa aham tvam adya sandhārayisye),
Sang Pemenang di antara yang berkaki dua (dvipadottamam jinam).

"Tubuh saya ini terbuat dari permata (mamātmabhāvo ratanāmayo hy ayam).
Di tengah pusat saya ada bentuk satu bunga teratai permata yang indah (ratnaikapadmam mama madhyasamsthitam manoramam);
Demi kepentingan Anda, Pemandu (tubhya krtena nāyakāh),
Tolong kabulkanlah keinginan saya hari ini, Pelindung (samkalpa pūrehi mamādya tāyinah)!

"Duduk di atas bunga teratai yang terbuat dari permata ini (nisadya ratnāmayi padmi asmin),
Akan memperindah seluruh dunia ini dan saya (śobhehi mām sarvvam imam ca lokam).
Ajarkanlah Dharma kepada jutaan makhluk hidup yang sangat banyak (deśehi dharmam bahuprānikotinām).
Dengan mendengar Dharma itu, memperoleh tahta singa seperti ini (yam śruta simhāsana īdrśam labhet)!

"Ribuan sinar muncul dari tubuh Anda (raśmī sahasrā tava gātrasambhavāh)
Menerangi sistem dunia yang sangat banyak (prabhāsayanto bahulokadhātum).
Inilah tanda pasti dari Yang Melahirkan Kegembiraan (prāmodyajātasya hi laksanam imam).
Naiklah dengan kemulian, Pemandu (samākramā mahya krtena nāyakāh)!

"Cepat, dudukanlah diri Anda, berikanlah kebaikan hati Anda (ksipram nisīdasva kurusvanugraham)!
Di masa lalu, saya menjadi tempat duduk untuk delapan puluh juta (pūrvvam mayā dhārita astakotiyo),
Di tempat ini, para Muni yang muncul dengan sendirinya (asmim pradeśe muninām svayambhūvām).
Bhagavan, pada hari ini, limpahkanlah kebaikan hati (bhagavān pīhādya karotv anugraham) !"

Kemudian sang Bhagavān bangun dari tempat duduk-Nya yang sebelumnya (utthāyā pūrvvakād āsanāt) disana, duduk di atas tahta singa dari rahim bunga teratai permata yang besar (mahāratnapadmagarbhe simhāsane), dengan kaki disilangkan (paryankambaddhī), mengamati seluruh perkumpulan para Bodhisattvā, memberikan tanda-tanda kepada seluruh para Bodhisattvā Mahāsattvā itu tentang akan adanya pengajaran Dharma yang paling unggul (sāmutkarsikāyāś ca dharmadeśanāyāh).

Lalu pada saat itu, seluruh perkumpulan para Bodhisattvā itu memiliki pemikiran ini, "Sekarang, sang Mañjuśrīh Kumārabhūta harus bertanya kepada sang Tathagata Arhan Samyaksambuddha tentang yang tidak dilahirkan dan yang tidak berhenti (anutpādānirodhan). Kami telah lama tidak mendengar Dharmaparyāya seperti itu."

Kemudian Mañjuśrīh Kumārabhūta setelah memahami isyarat sang Bhagavato, dan juga setelah memeriksa pikiran dari para Bodhisattvā Mahāsattvā, bangkit dari tempat duduk (utthāyasana) dan mengatur jubah atasnya (uttarasangam krtva), lalu berlutut di depan sang Bhagavan dengan lutut kanannya ditempatkan di tengah bunga teratai (daksinam janumandalam padmamadhye pratisthapya). Dengan telapak tangan beranjali, Dia kemudian menyapa sang Bhagavato: "Yang tidak dilahirkan dan yang tidak berhenti, itu Bhagavan, telah dikatakan. Kepada siapakah, Bhagavan, julukan dari kualitas yang tidak dilahirkan dan yang tidak berhenti itu? (anutpādo'nirodha iti bhagavann ucyate | katamasyaitad bhagavan dharmasyādhivacanam | anutpādo nirodha iti)"

Kemudian Mañjusrī yang ingin menyatakan maksudnya kembali lagi menyapa dalam syair-gātha, dengan mengatakan (atha khalu mañjusrīh kumārabhūta etam evārtham bhūyasyāmātrayāpradarsayamān-as tasyām velāyām imā gāthā abhāsata) :

"Yang tidak dilahirkan dan yang tidak berhenti telah dikatakan oleh Anda, sang Pemandu. (anirodham anutpādam bravīsi tvam vināyaka)
Bagaimanakah,Yang Maha Bijaksana, menjelaskan ciri-cirinya? (tat kīdrśam mahāprājña tasya niruktilaksanam)"

"Yang tidak dilahirkan dan yang tidak berhenti, mengapa disebut begitu? (anirodham anutpādam katham esa nigadyate)
Beritahukanlah Saya contoh dan juga alasannya, Maha Muni ! (drstāntair hetubhiś caiva kathayasva mahāmune)"

"Telah hadir sangat banyak para Bodhisattva yang menginginkan pengetahuan dan memuja Anda, Tuanku (samāgateme bahubodhisatvā jñānārthinah tvām ca vibho bhivanditum)
Yang telah diutus oleh banyak para Pemandu dunia. Tunjukkanlah Saddharma yang mulia, yang tertinggi ! (sampresitā lokavināyakebhih deśehi saddharmmam udāran uttamam)"

Setelah itu dikatakan, sang Bhagavān berkata kepada Mañjuśrī Kumārabhūta demikian : "Sangat baik, sangat baik, Mañjuśrī, tentu sangat baik bahwa Anda Mañjuśrī berpikir untuk bertanya kepada sang Tathāgata tentang makna ini. Anda, Mañjuśrī, melakukannnya demi keuntungan orang banyak, demi kebahagiaan orang banyak, untuk belas kasihan kepada dunia, untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang banyak - para dewa dan manusia, agar pada saat ini para Bodhisattvā Mahāsattvā yang di masa depan dan yang telah datang mencapai tingkat Buddha. Dengan tiada kegentaran, Mañjuśrī, terapkanlah diri dalam mengerjakan yoga ini tanpa rasa takut, tanpa rintangan. Bergantung kepada pengetahuan juga, Mañjuśrī, adalah keharusan. Saat sang Tathāgata mengumumkan tentang Yang Tidak Dilahirkan dan Yang Tidak Berhenti, hal itu Mañjuśrī, adalah julukan sang Tathāgata. (sādhu sādhu manjuśrīh sādhu khalu punas tvam manjuśrī tathāgatam eta artham pariprastavyam manyase | bahujanahitāya ya tvam mañjuśrīh pratipanno bahujanasukhāya lokānukampayai mahato janakāyasyārthāya hitāya sukhāya devānāñ ca manusyānāñ ca etarhi anāgatāgatānāñ ca bodhisatvānām mahāsatvānām buddhabhūmiprāpanārtham | anutrāsas te manjuśrīr aśmi sthāne yogah karanīyo na bhayan na stambhitvam | jñānapratisaranena ca te manjuśrir bhavitavyam | tathāgatasya itam arthan nirddiśatah | anutpādo'nirodha iti mañjuśrī tathāgatasya itad adhivacanam)"

"Sebagai contoh, Mañjuśrī, bayangkanlah bumi yang besar (mahā-prthivī) ini terbuat dari permata Mahā Vaidūrya, sehingga melalui Mahā Prthivi yang terbuat dari Vaidūrya itu, orang bisa melihat pantulan dari tempat tinggal Surga Tiga puluh tiga (trayastrimśadbhavanam) serta Istana Kemenangan (vaijayanta) dari Sakra devānām indra. Dan bayangkanlah bahwa Sakra devānām indra bisa terlihat ada disana, sedang bermain dan menikmati diri sendiri dengan lima objek kenikmatan surga (divyaih pañcabhih kāmagunaih). Pada saat itu, para devā akan memanggil semua pria, wanita, anak laki-laki, dan anak perempuan di jambūdvīpa : 'Datanglah oh, laki-laki dan perempuan ! Lihatlah Sakra devānām indra yang sedang bermain, menikmati, dan menghibur diri sendiri dengan lima objek kenikmatan surga di dalam Vaijayanta. Datanglah oh, laki-laki dan perempuan ! Berikanlah persembahan dan buatlah kebajikan. Terimalah disiplin śīla dan laksanakanlah. Maka anda juga akan bisa bermain, menikmati, dan menghibur diri sendiri di dalam Vaijayanta. Anda akan menjadi sama seperti Śakra dan memiliki kekayaan seperti ini. Sakra devānām indra memiliki kenikmatan surga, dan anda juga akan.'"

"Lalu, Mañjuśrī, semua pria, wanita, anak laki-laki, dan anak perempuan itu yang melihat tempat tinggal Surga Tiga puluh tiga serta Vaijayanta dari Sakra devānām indra yang tercermin oleh Mahā Prthivi yang terbuat dari Vaidūrya, akan ber-anjali menghadap pantulan itu, menaburkan bunga-bunga dan mempersembahkan wewangian pada itu dengan berkata : 'Semoga kami juga akan memperoleh bentuk rupa yang sama seperti Sakra devānām indra; Semoga kami bermain, menikmati, dan menghibur diri di dalam Vaijayanta yang sama seperti dari Sakra devānām indra.'"

"Namun, para makhluk itu tidak akan mengerti bahwa ini hanyalah pantulan dari Mahā Prthivi yang terbuat dari Vaidūrya, pantulan yang terjadi karena kemurnian penuh dari Vaidūrya itu, dimana tempat tinggal Surga Tiga puluh tiga, bersama dengan Sakra devānām indra, dan Vaijayanta-nya, bisa terlihat. Berharap untuk tingkat Sakra (śakratvam), mereka memberikan persembahan dan membuat kebajikan, menerima disiplin śīla dan melaksanakannya. Mereka kemudian akan membaktikan akar-akar kebajikan (kuśalamūlāni) untuk menuju kelahiran di dalam pantulan dari tempat tinggal Surga Tiga puluh tiga itu."

"Itu, Manjusri, di Mahā Prthivi yang terbuat dari Vaidūrya itu, tentu saja di tempat itu tidak ada surga Trayastrimśa, dan juga tidak ada Vaijayanta dan istana, juga tidak ada Sakra devānām indra. Namun, dikarenakan oleh kemurnian dari Mahā Vaidūrya itu, surga Trayastrimśa bersama dengan Istana Kemenangan (Vaijayanta) dan Sakra sang raja para dewa semuanya menjadi terlihat. Tiada keberadaan (āsan), tiada dilahirkan (anotpanno), dan tiada berhenti (aniruddha), pantulan mereka (pratibhāsah) menjadi terlihat dikarenakan oleh kemurnian dari Mahā Vaidūrya itu."

"Dalam cara yang sama, Manjusri, melalui pikiran yang sepenuhnya murni (pariśuddhatvāc cittasya), dan meditasi yang sangat baik (subhāvitatvād bhāvanāyāh), para makhluk menjadi bisa melihat keberadaan diri sang Tathāgatā (satvānān tathāgatātmabhāvadarśanam bhavati). Melalui kekuatan sang Tathāgatā (tathāgatānubhāvena), Manjusri, para makhluk melihat sang Tathāgatā (satvās tathāgatam paśyanti). Namun tubuh Dia tiada dilahirkan (anotpanno), tiada berhenti (aniruddha), bukan keberadaan maupun yang tiada keberadaan (na bhāvo nābhāvo), bukan yang terlihat maupun yang tidak terlihat (na drśyo nādrśyo), bukan yang duniawi maupun yang tidak duniawi (na lokyo nālokyo), bukan yang ada maupun yang tiada (na san nāsan)."

"Demikian juga, Manjusri, para makhluk fokus pada objek pantulan sang Tathāgatā (atha ca mañjuśrīh satvāh tathāgatapratibhāsam ārambanīkrtvā), menaburi-Nya dengan bunga (puspāni ksipanti), dan menaburi-Nya dengan wewangian-pakaian-permata (gandhām vastrāni ratnāni ca kaipanti), mereka mengucapkan kata-kata demikian (evam ca vācam bhāsante) : Semoga kami menjadi bentuk yang sama seperti sang Tathāgata Ahan Samyaksambuddha juga (vayam apy evamrūpa bhāvema yādrśas tathāgato 'rhan samyaksambuddha iti). Mereka menginginkan pengetahuan Buddha juga memberikan sumbangan (te buddhajñānābhilāsino dānāni ca dadati), juga membuat kebajikan (punyāni ca kurvvanti), menerima dan melaksanakan disiplin (śīlañ ca samādāya varttante), dan lalu mematangkan akar kebaikan itu untuk mendapatkan pengetahuan Tathāgata (tac ca kuśalamūlam tathāgatajñānapratilambhāya parināmayanti)."

"Sebagai contoh, Manjusri, pantulan Sakra Devānām Indra di Mahā Prthivi yang terbuat dari Mahā Vaidūrya itu tidak berpindah (neñjati), tidak berpikir (na manyate), tidak membanyak (na prapañcayati), tidak membentuk (na kalpayati), tidak berimajinasi (na kalpayati), tidak membeda-bedakan (na vikalpayati), bukan bentukan (akalpa), bukan gagasan pikiran yang membeda-bedakan (avikalpo), tidak terbayangkan (acintyo), bukan perhatian pikiran (amanasikārah), tenang (śānta), hening (śītībhūto), tidak lahir (anutpāda), tidak hancur (anirodha), tidak terlihat (adrsto), tidak terdengar (aśruto), tidak terendus (nāghrāto), tidak berasa (nāsvādito), tidak tersentuh (naspṛṣṭo), tiada tanda (animitto), tidak diketahui (avijñaptiko), tiada yang bisa di beritahukan (avijñapanīyaḥ). Dalam cara yang sama, Manjusri, sang Tathāgata Arhan Samyaksambuddhaḥ tidak berpindah, tidak berpikir, tidak membanyak, tidak membentuk, tidak berimajinasi, tidak membeda-bedakan, bukan bentukan, bukan gagasan pikiran yang membeda-bedakan, tidak terbayangkan, bukan perhatian pikiran, tenang, hening, tidak lahir, tidak hancur, tidak terlihat, tidak terdengar, tidak terendus, tidak berasa, tidak tersentuh, tiada tanda, tidak diketahui, tiada yang bisa di beritahukan. Tentu di alam yang tidak dilahirkan (anutpādagatiko), Manjusri, ada sang Tathāgata. Namun juga sama seperti pantulan (atha ca pratibimba iva), Dia muncul di dunia (lokesu dṛśyate). Juga, sesuai dengan keyakinan dari para makhluk (yathādhimuktikānāñ ca satvānān), Dia memperlihatkan tampilan yang berbeda-beda (darśanavaimātratayā) - masa hidup yang berbeda-beda (āyuḥpramāṇavaimātratāṃ). Dia muncul diantara para mahkluk yang cocok menjadi wadah untuk kebangkitan (bodhibhājaneṣu satveṣu pratibhāsaprāpto bhavati), yang mengandung kekuatan keyakinan yang telah matang (paripācanādhimuktibalādhānatayā). Sesuai dengan watak dan keyakinan mereka, para makhluk ini mendengar Dharma (yathāśayādhimuktyā ca satvāḥ dharmaṃ śṛṇvanti). Sesuai dengan watak mereka, jadi memahami tiga kendaraan (yathāśayena triyānam iti saṃjānanti). Sesuai dengan watak mereka (yathāśayena), juga memperoleh keyakinan (cādhimucyate)."

Ārya Sarva Buddha Visayā Avatāra Jñānā Lokā Lamkāra Nāma Mahāyāna Ratna Kuta Sūttram Xldd5DV
Maha Kasyapa Mahasthavira

Sebagai contoh, Manjusri, genderang Dharma besar penghasil suara Dharma (dharmaśabdānām mahādharmadundubhir), yang disempurnakan oleh kekuatan kebajikan (puṇyabalapariniṣpannānāṃ) dari para devā Surga Tiga puluh tiga, tinggal di ruang angkasa diatas istana Vaijayanta, yang melampaui jarak pandangan mata (cakṣuḥpathasamatikrāntā). Semua devaputra tidak bisa melihat (adṛśyā) atau menatapnya (nālokyā). Namun lagi, Manjusri, itu adalah genderang Dharma yang besar. Pada waktu ini (yasmin samaye), para deva di alam Surga Tiga puluh tiga menjadi kecanduan (pramattā) dengan sangat terus-menerus selalu (tīvrasatatasamitan) menikmati kesenangan permainan nafsu surga (divyaiḥ kāmakrīḍāratiparibhogaiḥ). Tidak berhasil masuk kedalam aula Sudharma tempat pertemuan para deva (sudharmāyāṃ devasabhā) untuk melantunkan Dharma (dharman saṇgāyanti). Dan juga, Manjusri, Sakra sang Penguasa para deva menjadi kecanduan dengan sangat terus-menerus selalu menikmati kesenangan permainan nafsu surga, tidak duduk di atas kursi Dharma untuk memberitakan Dharma (na dharmāsane niṣadya dharmam bhāṣate).

Pada saat ini, Manjusri, genderang Dharma besar itu yang tidak bisa dilihat atau dipandang, yang tinggal di ruang angkasa melampaui jarak pandang mata siapapun, memancarkan suara Dharma, lalu kemudian, mengumumkan suara Dharma kepada semua deva di alam Surga Tiga puluh tiga : Adalah yang tidak abadi, Marsa, bentuk rupa - suara - bau wewangian - rasa - dan sentuhan. Jangan menjadi bertindak kecanduan (anityā mārṣā rūpaśabdagandharasasparśāḥ mā pramattacāriṇo bhavata)! Jangan cepat jatuh dari kediaman kita (mā kṣipram asmād bhavanāccyaviṣ), karena penderitaan, Marsa, adalah semua pembentukan (yathā duḥkhāḥ mārṣā sarvvasaṃskārāḥ), Yang tanpa diri, Marsa, adalah semua pembentukan (anātmano mārṣāḥ sarvvasaṃskārāḥ), Yang kosong, Marsa, adalah semua pembentukan (śūnyā mārṣāḥ sarvvasaṃskārā), jangan sampai ceroboh karena adalah sulit, bagi yang telah jatuh dari dunia ini, untuk dilahirkan disini kembali di masa depan (mā pramādam āpadyatha duḥkham itaś cyavitānāṃ punar atropapattir bhaviṣyati). Lantunkanlah, Marsa, sang Dharma, bersenang-senanglah di dalam kegembiraan dari Dharma (saṃgāyata mārṣā dharman dharmārāmāratiratā bhavatha).


Terakhir diubah oleh skipper tanggal Sun Feb 25, 2018 2:16 pm, total 23 kali diubah
skipper
skipper

Jumlah posting : 493
Join date : 27.11.08
Age : 35

http://aryamahayana.forumup.com

Kembali Ke Atas Go down

Ārya Sarva Buddha Visayā Avatāra Jñānā Lokā Lamkāra Nāma Mahāyāna Ratna Kuta Sūttram Empty Re: Ārya Sarva Buddha Visayā Avatāra Jñānā Lokā Lamkāra Nāma Mahāyāna Ratna Kuta Sūttram

Post by skipper Sun Feb 18, 2018 1:52 pm

Selamat melakukan Bodhi Puja 2018.

Tolong jangan mereply di topic Sutra ini, masih dalam proses posting hingga selesai.

Namo Stu Buddhaya
skipper
skipper

Jumlah posting : 493
Join date : 27.11.08
Age : 35

http://aryamahayana.forumup.com

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik