Uposatha Suttram
Halaman 1 dari 1
Uposatha Suttram
Namo Bhagavate Maha Sakyamuni Tathagata
UPOSATHA SUTTA
UPOSATHA SUTTA
Demikianlah yang telah Kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavan sedang berdiam di Hutan Jeta, Arama Anathapindika, dekat Savatthi. Kala itu Sang Bhagavan bersabda kepada Para Bhikku, "Hai Para Bhikku." "Ya Bhante", Para Bhikku menyahut Sang Bagavan. Demikian Sabda Sang Bhagavan,"Hai Para Bhikku, pengalaman Uposatha Berunsur Delapan baik Pahala, Manfaat, Kemuliaan, maupun jangkauan-Nya besar sekali. Hai Para Bhikku, bagaimanakah Pengamalan Uposatha Berunsur Delapan yang baik Pahala, Manfaat, Kemuliaan, maupun jangkauan-Nya besar sekali itu?"
"Dalam Hal ini, Para Bhikku, demikianlah yang direnungkan Para Siswa Ariya:
Para Arahat, sepanjang Hidup telah meninggalkan pembunuhan mahluk hidup, telah menjauhkan Diri dari pembunuhan mahluk hidup, telah meletakkan tongkat pemukul serta senjata tajam, merasa malu (berbuat jahat) dan bersikap penuh kasih sayang terhadap semua mahluk hidup.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan pembunuhan mahluk hidup, akan menjauhkan Diri dari pembunuhan mahluk hidup, akan meletakkan tongkat pemukul serta senjata tajam, merasa malu (berbuat jahat) dan bersikap penuh kasih sayang terhadap semua mahluk hidup.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Pertama yang diamalkan.
Para Arahat, sepanjang Hidup telah meninggalkan pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, menjauhkan Diri dari pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, hanya mengambil apa yang diberikan, hanya menginginkan apa yang diberikan, tidak mencuri, Diri-Nya bersih bebas dari noda.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, telah menjauhkan Diri dari pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, hanya mengambil apa yang diberikan, hanya menginginkan apa yang diberikan, tidak mencuri, Diri-Nya bersih bebas dari noda.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Kedua yang diamalkan.
Para Arahat, sepanjang Hidup telah meninggalkan kehidupan tidak suci, menjalankan kehidupan suci, menjauhkan Diri dari hal-hal yang tercela, menjauhkan Diri dari kontak seksual seperti orang awam.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan kehidupan tidak suci, menjalankan kehidupan suci, menjauhkan Diri dari hal-hal yang tercela, menjauhkan Diri dari kontak seksual seperti orang awam.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Ketiga yang diamalkan.
Para Arahat, sepanjang Hidup telah meninggalkan ucapan bohong, menjauhkan Diri dari ucapan bohong, hanya mengucapkan yang benar, yang sesuai dengan kenyataan, dapat dipercayai, jujur, tidak berdusta terhadap orang-orang di dunia.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan ucapan bohong, menjauhkan Diri dari ucapan bohong, hanya mengucapkan yang benar, yang sesuai dengan kenyataan, dapat dipercayai, jujur, tidak berdusta terhadap orang-orang di dunia.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Keempat yang diamalkan.
Para Arahat, sepanjang Hidup telah meninggalkan minuman beralkohol dan memabukkan, menjauhkan Diri dari minuman beralkohol dan memabukkan.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan minuman beralkohol dan memabukkan, menjauhkan Diri dari minuman beralkohol dan memabukkan.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Kelima yang diamalkan.
Para Arahat, sepanjang Hidup sehari hanya makan sekali, tidak makan pada malam hari, menjauhkan Diri dari makan pada waktu yang salah.
Aku pun siang dan malam ini akan makan hanya sekali, tidak makan pada malam hari, menjauhkan Diri dari makan pada waktu yang salah.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Keenam yang diamalkan.
Para Arahat, sepanjang Hidup menjauhkan Diri dari tari-tarian, nyanyian, musik, tontonan pertunjukan, menjauhkan Diri dari pengenaan untaian bunga, wangi-wangian, bahan kosmetik, dandanan dan perhiasan.
Aku pun siang dan malam ini akan menjauhkan Diri dari tari-tarian, nyanyian, musik, tontonan pertunjukan, menjauhkan Diri dari pengenaan untaian bunga, wangi-wangian, bahan kosmetik, dandanan dan perhiasan.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Ketujuh yang diamalkan.
Para Arahat, sepanjang Hidup meninggalkan tempat tidur yang tinggi dan besar, menjauhkan Diri dari tempat tidur yang tinggi dan besar, hanya menggunakan tempat tidur yang rendah atau yang beralaskan taburan dedaunan.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan tempat tidur yang tinggi dan besar, menjauhkan Diri dari tempat tidur yang tinggi dan besar, hanya menggunakan tempat tidur yang rendah atau yang beralaskan taburan dedaunan.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Kedelapan yang diamalkan.
Demikianlah, Para Bhikku, Pengamalan Uposatha Berunsur Delapan yang baik Pahala, Manfaat, Kemuliaan, maupun jangkauan-Nya besar sekali.
Seberapa besarkah Pahala-Nya? Seberapa besarkah Manfaat-Nya? Seberapa besarkah Kemuliaan-Nya? Seberapa besarkah Jangkauan-Nya? Sama seperti, Para Bhikku, memiliki Kekuasaan Penuh atas keenam belas Negara ; Angga, Magadha, Kasi, Kosala, Wajji, Malla, Ceti, Wangga, Kuru, Pancala, Maccha, Surasena, Assaka, Awanti, Ghandara dan Kamboja, yang berlimpah ruah dalam Tujuh Permata, namun masih kalah jauh tidak sebanding dengan Uposatha Berunsur Delapan ini. Apa sebabnya? Karena, Para Bhikku, bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.
Para Bhikku, 50 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Catummaharajika. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Catummaharajika adalah 500 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Catummaharajika. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'
Para Bhikku, 100 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Tavatimsa. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Tavatimsa adalah 1000 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Tavatimsa. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'
Para Bhikku, 200 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Yama. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Yama adalah 2000 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Yama. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'
Para Bhikku, 400 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Tusita. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Tusita adalah 4000 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Tusita. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'
Para Bhikku, 800 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Nimmanarati. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Nimmanarati adalah 8000 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Nimmanarati. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'
Para Bhikku, 1600 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Parinimmitavasavatti. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Parinimmitavasavatti adalah 16000 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Parinimmitavasavatti. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'
Tidak membunuh, tidak mencuri,
Tidak berbohong pun bukan peminum,
Menjauhi seks dan hidup tak suci,
Tidak makan malam, di waktu yang salah,
Tak mengenakan kalung bunga dan wewangian,
Tidur beralas bumi atau dipan,
Inilah Delapan Unsur Uposatha nan Agung.
Oleh Buddha telah dibabarkan pelebur dukkha,
Bak mentari dan rembulan nan tampak jelas,
Bercahaya cemerlang memancar jauh,
Mengusir kegelapan di angkasa raya,
Menyinari langit menerangi penjuru.
Di antara harta pusaka di sini,
Mutiara, Permata, Lapis Lazuli,
serta Emas nan bernilai tinggi,
Yang dikatakan dapat diperoleh dengan uang,
Dibandingkan dengan Uposatha Berunsur Delapan,
Sungguh kalah jauh tidak sebanding.
Bak sinar rembulan dengan semua cahaya bintang.
Oleh karena itu, hai Pria dan Wanita nan berbudi,
Setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan,
Kebajikan yang mendatangkan Kebahagiaan,
Dengan tiada cacat, surgalah yang Kalian raih !
Similar topics
» Indriyabhavana suttram
» Amitabha Suttram
» Amitabha Suttram
» Brahma Jala Suttram
» Maha Govinda Suttram
» Amitabha Suttram
» Amitabha Suttram
» Brahma Jala Suttram
» Maha Govinda Suttram
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik