Arya Gambhira Samdhinirmocana Nama Mahayana Sutra
BUDDHIST COMPILATION FORUM :: BUDDHIST COMPILATION FORUM :: Tentang Agama Buddha berbagai aliran :: Mahayana
Halaman 1 dari 1
Arya Gambhira Samdhinirmocana Nama Mahayana Sutra
HUM
Namah Trailokya Vijaya Dharma Raja
(Terpujilah Sang Pemenang Tiga Dunia Sang Raja Dharma)
Arya Avalokitesvara Maha Bodhisattva
Padma Kula
Ārya Gambhīra Samdhinirmocana Nama Mahayana Sūtra Tīkā
(Yang Suci Sutra Kendaraan Besar Yang Bernama Membuka Rahasia Kemutlakan Yang Mendalam)
Namah Sarva Buddha Bodhisattvebhyah
(Terpujilah Semua Buddha dan Bodhisattva)
Bab I
Gambhirarthasamdhinirmocana Parivartah
Demikianlah telah kudengar, pada suatu ketika, sang Bhagavan sedang tinggal berdiam di tempat tinggal yang dihiasi dengan tujuh permata mulia yang bersinar cemerlang dan memancarkan cahaya yang besar menerangi semua alam dunia yang tidak terhitung. Wilayahnya yang tak terbatas terhiasi dengan cemerlang dan teratur dengan baik. Mandala yang tidak terintangi, itu tidak memiliki batas. Jumlahnya melampaui perhitungan, dan itu melampaui apa pun yang ditemukan di Tiga Dunia. Setelah muncul dari akar yang baik, tempat tinggal itu melampaui dunia ini. Itu ditandai dengan pembangunan kesadaran yang murni dari penguasaan yang sempurna. Itu adalah wilayah dari para Tathagata. Seperti awan, para Bodhisattva Mahasattva berkumpul bersama-sama di sana. Jumlah yang tidak terhitung dari para deva, naga, yaksa, gandharva, asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia, mahluk bukan manusia, dan para makhluk yang serupa hadir. Rasa yang besar dari Dharma menyokong kesenangan dan kebahagiaan mereka dan menimbulkan semua manfaat untuk semua makhluk hidup. Itu telah menghancurkan yang merusak, kehendak yang kotor dari nafsu, dan itu jauh dari semua kekuatan jahat yang bertentangan. Melebihi semua penghiasan adalah tempat tinggal yang terhiasi dari sang Tathagata. Jalannya adalah pengolahan budidaya dari ingatan besar dan kebijaksanaan. Kendaraannya adalah ketenangan yang besar dan penglihatan. Pintu masuknya adalah pembebasan yang besar dari kekosongan, tiada tanda, dan tiada nafsu. Itu dihiasi dengan yang tak terbatas banyaknya kualitas-kualitas yang baik. Itu didirikan dengan jumlah banyak dari Maha-padma-raja (Raja bunga teratai besar).
Dalam istana besar itu, sang Bhagavan sepenuhnya memurnikan pemahaman, tidak muncul sebagai yang ganda. Dia masuk ke dalam 'Dharma (Ajaran Hukum)' yang tiada tanda. Dia tinggal berdiam di dalam tempat tinggal Buddha, mencapai kesetaraan semua Buddha, dan mencapai keadaan tanpa rintangan. Ajaran Dharma Yang Tidak Bisa Diubah yang Dia kemukakan adalah yang tanpa hambatan. Itu yang Dia dirikan adalah yang tidak terbayangkan. Melewati tiga kali lipat dalam kenyataan dari kesetaraan, tubuh-Nya muncul ke semua alam dunia. Kebijaksanaan-Nya tiada ketidakpastian dalam hal apa pun. Dia telah menyempurnakan Penerangan Sempurna-Nya yang besar di semua praktek. Kebijaksanaan-Nya tiada keraguan dalam hal apapun. Semua Tubuh yang Dia wujudkan tidak bisa dibedakan. Kebijaksanaan-Nya, yang juga dicari oleh semua Bodhisattva, telah mencapai tepi pantai kemenangan dari tempat tinggal Buddha yang tiada duanya. Kebijaksanaan yang menyatu dari pembebasan Tathagata adalah tentu yang terakhir. Dia telah mencapai kesetaraan Buddha-ksetra. Dia mencapai 'Dharmadhatu (alam kenyataan)'. Dia menyelesaikan ruang angkasa dan tidak akan pernah berakhir.
Dia didampingi oleh yang tidak terhitung banyaknya dari para Maha Sravaka, semuanya adalah anak-anak Buddha yang patuh. Pemikiran Mereka juga dibebaskan dengan baik. Pemahaman Mereka dibebaskan dengan baik. Disiplin Mereka dimurnikan dengan baik, dan Mereka telah menetapkan tujuan Mereka pada sukacita di dalam Dharma. Mereka telah mendengar banyak, dan mempertahankan dan mengumpulkan apa yang telah Mereka dengar. Mereka memikirkan pikiran yang baik, mengucapkan kata-kata yang baik, dan melakukan perbuatan yang baik. Kebijaksanaan Mereka adalah tangkas, cepat, tajam, penolakan duniawi, menembus, besar, luas, tiada bandingnya. Setelah menyempurnakan kebijaksanaan permata itu, Mereka diberkahi dengan tiga pengetahuan dari mengingat kehidupan lampau, mata dewa, dan pelenyapan kotoran. Mereka telah mencapai kebahagiaan dari keadaan tertinggi di dunia saat ini. Mereka tinggal berdiam di dalam lapangan kebajikan yang murni. Tingkah laku Mereka adalah tenang dan tiada yang tidak sempurna. Kesempurnaan dari kesabaran dan kelembutan Mereka adalah tanpa penurunan. Sudah baik, Mereka menghormati dan mempraktekkan Ajaran suci dari sang Tathagata.
Hadir juga yang tidak terhitung jumlahnya dari para Bodhisattva Mahasattva, berkumpul dari berbagai Buddha-ksetra. Mereka semua sepenuhnya terlibat dan tinggal berdiam di dalam Mahayana dan meninggalkan 'perputaran keberadaan (Samsāra)' melalui ajaran Mahayana. Pikiran Mereka mempertahankan kesetaraan terhadap semua makhluk. Mereka terbebas dari perbedaan waktu dari akhir waktu. Mereka telah mengalahkan semua kekuatan jahat yang bertentangan. Mereka jauh dari pemikiran semua Sravaka dan Pratyekabuddha. Mereka ditopang oleh sukacita dan kebahagiaan dari yang besar, rasa Dharma yang luas. Mereka telah bangkit melampaui lima jenis ketakutan dan telah pasti masuk kedalam keadaan yang tanpa kemunduran. Tampil di depan mereka, Mereka meredakan wilayah-wilayah yang tertindas yang menyiksa para makhluk hidup. Yang utama bernama 'Gambhirarthasamdhinirmocana (Membuka Rahasia Kemutlakan Yang Mendalam)' Bodhisattva Mahasattva,
'Vidhivatpariprcchaka (Bertanya Yang Mendalam)' Bodhisattva Mahasattva,
'Dharmodgata (Keturunan Ajaran Hukum)' Bodhisattva Mahasattva,
'Suvisuddhimati (Kecerdasan Yang Termurnikan)' Bodhisattva Mahasattva,
'Visalamati (Kecerdasan Yang Luas)' Bodhisattva Mahasattva,
'Gunakara (Akar Kebajikan)' Bodhisattva Mahasattva,
'Paramarthasamudgata (Lahir Dari Kebenaran Tertinggi)' Bodhisattva Mahasattva,
Aryavalokitesvara Bodhisattva Mahasattva,
Maitreya Bodhisattva Mahasattva, dan Manjusri Bodhisattva Mahasattva.
Pada saat itu, Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva bertanya kepada Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva, di hadapan sang Buddha, dengan berkata : "Putra Jina, dikatakan bahwa semua 'hal (dharma)' adalah tiada duanya. Apakah arti dari semua hal? Dan mengapa mereka tiada duanya?"
Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva menjawab Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva dengan berkata: "Putra yang baik, sehubungan dengan 'semua hal (sarvadharma)', semua hal adalah dari dua macam, yang berkondisi dan yang tidak berkondisi. Disini, 'hal yang berkondisi' adalah yang tidak berkondisi maupun yang tidak tanpa kondisi, dan 'hal yang tidak berkondisi' adalah yang tidak tanpa kondisi maupun yang tidak berkondisi."
Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva kembali bertanya kepada Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva dengan berkata: "Putra Jina, apa artinya dengan mengatakan bahwa 'hal yang berkondisi' adalah yang tidak berkondisi maupun yang tidak tanpa kondisi, atau 'hal yang tidak berkondisi' adalah yang tidak tanpa kondisi maupun yang tidak berkondisi? "
Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva menyapa Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva dengan berkata: "Putra yang baik, istilah 'yang berkondisi' adalah kata sementara yang diciptakan oleh Guru pertama. Sekarang, jika itu adalah kata sementara yang diciptakan oleh Guru pertama, maka itu adalah ungkapan lisan yang ditangkap oleh imajinasi. Dan jika itu adalah ungkapan lisan yang ditangkap oleh imajinasi, maka, dalam analisis akhir, gambaran yang dibayangkan seperti demikian itu tidak mengesahkan hal yang nyata. Oleh karena itu, 'yang berkondisi' tidak ada. Putra yang baik, istilah 'yang tidak berkondisi' adalah juga diciptakan dari bahasa [dan juga tidak mengesahkan hal yang nyata].
"Selanjutnya, selain 'yang berkondisi' dan 'yang tidak berkondisi', ungkapan apapun lainnya yang ada dalam bahasa adalah sama. Tapi, itu mungkin ditolak, "apakah itu tidak benar bahwa tidak ada ungkapan tanpa beberapa kenyataan [yang sesuai]?" "Apa, kemudian, kenyataan yang ada di sini?" Saya akan menjawab bahwa itu adalah kenyataan yang terpisah dari bahasa dan yang diwujudkan di dalam 'kebangkitan yang sempurna (samyak-sambodhi)' dari Arya melalui kebijaksanaan suci Mereka dan wawasan Mereka yang terpisah dari semua nama dan kata-kata. Itu adalah karena Mereka ingin membimbing orang lain untuk mewujudkan kebangkitan yang sempurna bahwa Mereka sementara membangun [ungkapan yang seperti demikian] seperti 'yang berkondisi' sebagai gambaran lisan.
"Putra yang baik, istilah 'yang tidak berkondisi' juga merupakan kata sementara yang diciptakan oleh Guru pertama. Sekarang, jika Guru pertama itu sementara menciptakan kata ini, maka itu adalah ungkapan lisan yang ditangkap oleh imajinasi. Dan jika itu adalah ungkapan lisan yang ditangkap oleh imajinasi, maka, dalam analisis akhir, gambaran yang dibayangkan seperti demikian itu tidak mengesahkan hal yang nyata. Oleh karena itu, 'yang tidak berkondisi' tidak ada. Putra yang baik, istilah 'yang berkondisi' juga diciptakan dari bahasa [dan juga tidak mengesahkan hal yang nyata].
"Selain 'yang tidak berkondisi' dan 'yang berkondisi', ungkapan apapun lainnya yang ada dalam bahasa adalah sama. Tapi [beberapa mungkin menolak], "apakah itu tidak benar bahwa tidak ada ungkapan tanpa beberapa kenyataan [yang sesuai]?" "Lalu apa kenyataan itu yang ada di sini?" Saya akan menjawab bahwa itu adalah kenyataan yang terpisah dari bahasa dan yang diwujudkan di dalam kebangkitan yang sempurna dari Arya melalui kebijaksanaan suci Mereka dan wawasan Mereka yang terpisah dari semua nama dan kata-kata. Itu adalah karena Mereka ingin membimbing orang lain untuk mewujudkan kebangkitan yang sempurna bahwa Mereka sementara membangun [ungkapan yang seperti demikian] seperti 'yang tidak berkondisi' sebagai gambaran lisan.
Kemudian Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva kembali bertanya kepada Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva dengan berkata: "Putra Jina, mengapa bahwa para Arya, yang dibebaskan dari bahasa melalui kebijaksanaan suci dan wawasan, mewujudkan kebangkitan yang sempurna dalam sifat alami dari kenyataan yang tidak terbayangkan itu, dan menginginkan untuk membimbing orang lain untuk mewujudkan kebangkitan yang sempurna, secara sementara membangun gambaran lisan, seperti 'yang berkondisi' dan 'yang tidak berkondisi'?"
Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva menyapa Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva dengan berkata: "Putra yang baik, orang bisa menyamakan pada para pesulap yang terampil atau murid-muridnya, yang mempersiapkan diri di persimpangan jalan, membuat benda-benda seperti 'ubin yang rusak', 'rumput', 'daun', 'potongan kayu', 'ranting', 'kerikil', dan 'batu' tampil menjadi hal-hal magis, [seperti] kawanan gajah, kuda, kereta, tentara, permata, mutiara, lapis-lazuli, kulit keong, kristal, karang, harta, biji-bijian, gudang, lumbung padi. Beberapa orang, yang bodoh dan yang berakal lambat, yang berpemahaman salah dan tanpa kecerdasan, melihat dan mendengar hal-hal magis itu dan berpikir bahwa itu benar-benar adalah kawanan gajah, kuda, kereta, tentara, permata, mutiara, lapis-lazuli, kulit keong, kristal, karang, harta, biji-bijian, gudang, lumbung padi. Mereka dengan gigih melekat pada ungkapan lisan yang ditimbulkan dari apa yang mereka sendiri telah lihat dan dengar, [berpikir] hanya itu yang benar dan nyata dan segala sesuatu yang lain adalah palsu. Itu hanya kemudian bahwa mereka terpaksa untuk mengubah pendapat mereka. Orang lain, yang tidak bodoh maupun yang tidak berakal lambat, yang berpemahaman yang baik dan memiliki kecerdasan, melihat dan mendengar hal-hal magis itu dan memahami bahwa apa yang mereka lihat adalah tidak benar-benar kawanan gajah, kuda, kereta, tentara, permata, mutiara, lapis-lazuli, kulit keong, kristal, karang, harta, biji-bijian, gudang, lumbung padi, tapi adalah tipuan magis yang membingungkan mata dan menyebabkan untuk menimbulkan gagasan dari kawanan gajah, gagasan imajinasi dari kawanan kuda, banyak gagasan imajinasi dari biji-bijian, gudang, atau ilusi magis lainnya. Mereka tidak gigih melekat pada ungkapan lisan yang ditimbulkan dari apa yang telah mereka lihat dan dengar. Dengan mereka, itu bukanlah perkara "hanya itu yang benar dan nyata dan segala sesuatu yang lain adalah palsu". Namun, dalam rangka untuk mengungkapkan objek [yang dilihat dan didengar], mereka juga mengikuti bahasa yang diterima. Setelah itu mereka tidak perlu mempertimbangkan kembali.
"Dalam cara seperti ini, beberapa makhluk hidup, yang bodoh dan duniawi, masih belum mencapai pemahaman yang melampaui dari para Arya dan tidak mampu mengenali bahwa di dalam segala hal kenyataan terpisah dari bahasa. Setelah mereka melihat dan mendengar tentang semua 'yang berkondisi' dan 'yang tidak berkondisi', mereka berpikir bahwa apa yang mereka telah pelajari adalah yang paling pasti benar-benar ada hal-hal 'yang berkondisi' dan 'yang tidak berkondisi'. Mereka melekat pada ungkapan lisan yang disebabkan oleh apa yang mereka telah lihat dan dengar. Hanya itu yang benar dan segala sesuatu yang lain adalah palsu. Tapi kemudian mereka harus mempertimbangkan kembali.
"Makhluk hidup lainnya, yang tidak bodoh, yang telah mendapatkan wawasan menuju kedalam kebenaran suci, yang telah mencapai wawasan yang melampaui dari Arya, benar-benar memahami bahwa dalam segala hal kenyataan terlepas dari bahasa. Setelah mereka melihat dan mendengar tentang hal yang berkondisi dan yang tidak berkondisi, mereka berpikir bahwa apa yang telah mereka pelajari adalah yang paling pasti tidak benar-benar ada hal-hal yang berkondisi dan yang tidak berkondisi. Sebaliknya itu adalah gambaran yang ditimbulkan dari imajinasi dan magis, membingungkan pemahaman pada yang mana yang menghasilkan gagasan tentang 'yang berkondisi' dan 'yang tidak berkondisi', gagasan tentang apakah itu 'ada' atau 'tidak'. Mereka tidak gigih melekat pada ungkapan lisan yang ditimbulkan dari apa yang telah mereka lihat dan dengar atau berpikir bahwa hanya [ungkapan itu] yang benar dan segala sesuatu yang lain adalah palsu. [Tapi,] untuk mengungkapkan makna yang mereka tahu, mereka mengikuti bahasa yang diterima. Setelah itu mereka tidak terpaksa untuk mempertimbangkan kembali. Dengan demikian, putra yang baik, para Arya, terbebaskan dari bahasa melalui kebijaksanaan suci dan wawasan Mereka dalam hal ini, mencapai kebangkitan yang sempurna bahwa kenyataan benar-benar terpisah dari bahasa. Itu adalah karena Mereka ingin membimbing orang lain untuk mewujudkan kebangkitan yang sempurna bahwa Mereka secara sementara membangun nama dan gagasan dan menyebut hal 'berkondisi' atau 'tidak berkondisi'."
Pada saat itu Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva mengucapkan syair-gatha ini untuk menegaskan maksud-Nya:
Pidato sang Buddha adalah terpisah dari bahasa dan yang tiada duanya.
Kedalamannya melampaui lingkup ketidak-tahuan.
Dalam kebingungan kebodohan mereka,
Para orang bodoh senang di dalam kegandaan dan mengandalkan rekayasa lisan.
Apakah tanpa pemahaman atau dengan pemahaman salah,
Mereka akan berputar di dalam penderitaan dari perpindahan selama waktu yang sangat lama.
Mereka tentu akan jauh dari wacana kebijaksanaan sejati
Dan pasti akan terlahir kembali sebagai sapi, domba, dan seterusnya.
Bab II
Dharmodgata Parivartah
Pada saat itu, Dharmodgata Bodhisattva Mahasattva menyapa sang Buddha dengan berkata: "Bhagavan, pada jarak dari kawasan timur ini yang sebanding dengan jumlah butiran pasir dari tujuh puluh dua sungai Gangga, ada sistem dunia yang bernama Kirtimat, yang Buddhanya bernama 'Visalakirti (Kemasyhuran Besar)' Tathagata. Saya tinggal berdiam di sana sebelum Saya datang ke sini. Di dalam Buddha-ksetra itu Saya pernah melihat 77.000 bida tirthika bersama dengan guru mereka berkumpul di satu tempat untuk mempertimbangkan gambaran tanda-tanda dari makna tertinggi dari segala sesuatu. Tapi meskipun mereka berpikir, merenungkan, menyelidiki, dan benar-benar meneliti tanda-tanda dari makna tertinggi dari segala sesuatu ini, pada akhirnya mereka tidak dapat mencapai kesimpulan apapun. Mereka pergi tidak lebih dari untuk meniadakan tafsiran tertentu, menggambarkan dan mengubah tafsiran mereka sendiri. Mereka saling menentang satu sama lain dan berdebat keras. Mulut mereka memancarkan komentar berduri (yang menusuk hati), menuding, suka menyalahkan, marah, kejam, dan kemudian masing-masing pergi secara terpisah, Saya kemudian berpikir pada diri sendiri, 'Kemunculan dari Tathagata di dunia memang jarang terjadi. Tapi, dikarenakan oleh kemunculan-Nya, itu menjadi mungkin untuk memahami tanda-tanda dari makna tertinggi, yang melampaui bidang penalaran apapun.'"
Kemudian sang Bhagavan menyapa Dharmodgata Bodhisattva Mahasattva dengan berkata: "Anak yang baik, begitulah, itu adalah sama seperti yang Anda telah ungkapkan. Saya sempurna terbangkitkan pada tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi, yang melampaui penalaran apapun. Dengan menjadi SamyaksamBuddha, Saya menyatakan, memberitakan, menjelaskan, mengajar, dan menerangi [tanda-tanda itu] kepada orang lain. Mengapa Saya melakukan ini? Karena Saya telah memberitakan bahwa makna tertinggi dicapai di bagian dalam oleh setiap Arya, sementara penalaran dicapai dalam memberi dan menerima [diskusi bersama] antara orang awam duniawi. Dharmodgata, dari prinsip ini Anda harus memahami bahwa 'makna tertinggi' melampaui 'gambaran dari makna bernalar'. Selanjutnya, Dharmodgata, Saya telah memberitakan bahwa makna tertinggi tidak bekerja melalui 'bentuk (rupa)', tapi fungsi dari penalaran adalah bergerak di dalam bidang rupa. Dari prinsip ini, Dharmodgata, Anda harus memahami bahwa makna tertinggi melampaui gambaran dari makna bernalar. Selanjutnya, Dharmodgata, Saya memberitakan bahwa makna tertinggi adalah yang tak terbayangkan, tapi fungsi dari penalaran bergerak di dalam bidang bahasa. Dari prinsip ini, Dharmodgata, Anda harus memahami bahwa makna tertinggi melampaui gambaran dari makna bernalar. Selanjutnya, Dharmodgata, Saya mengajarkan bahwa makna tertinggi memotong putus semua ungkapan, tapi fungsi dari penalaran bergerak di dalam bidang ungkapan. Dari prinsip ini, Dharmodgata, Anda harus memahami bahwa makna tertinggi melampaui gambaran dari makna bernalar. Selanjutnya, Dharmodgata, Saya mengabarkan bahwa makna tertinggi memotong putus semua perdebatan, tetapi fungsi dari penalaran adalah bergerak di dalam bidang dari perdebatan tentang makna. Dari prinsip ini, Dharmodgata, Anda harus memahami bahwa makna tertinggi melampaui gambaran dari makna bernalar.
"Selain itu, Dharmodgata, Anda harus memahami bahwa itu adalah seperti orang yang seumur hidupnya sudah lama terbiasa pada rasa pedas dan rasa pahit. Ia tidak akan mampu memahami, menilai, atau menghargai rasa yang bagus dari madu atau gula batu. Itu adalah seperti orang yang sudah sangat lama sekali menempatkan perhatiannya dan membawa kegembiraannya di dalam mengidam [ingin ini atau ingin itu]. Dengan nafsu keinginannya yang membakar seperti api, ia tidak akan mampu memahami, menilai, atau menghargai Pelepasan Bagian Dalam Yang Bagus Yang Memotong Putus Gambar Dari Semua Objek Indera, Suara, Bau, Rasa, dan Sentuhan. Itu adalah seperti orang yang sudah sangat lama sekali menempatkan perhatiannya dan membawa kegembiraannya di dalam kehalusan percakapan-percakapan duniawi. Ia tidak akan mampu memahami, menilai, atau menghargai Sukacita Di Bagian Dalam, Keheningan Yang Suci Dari Ketenangan. Itu adalah seperti orang yang sudah sangat lama sekali menempatkan perhatiannya dan membawa kegembiraannya di dalam semua gagasan pikiran duniawi yang telah dia dengar, ungkap, dan pahami. Ia tidak akan mampu memahami, menilai, atau menghargai Penghentian Akhir Yang Selamanya Memusnahkan 'Semua Gagasan Pikiran' Dan Menghancurkan 'Kepribadian'. Pahami, Dharmodgata, itu adalah seperti orang yang sudah sangat lama sekali menempatkan perhatiannya dan membawa kegembiraannya di dalam pertengkaran duniawi. Ia tidak akan mampu memahami, menilai, atau menghargai kenyataan bahwa di utara Kuru [di mana saya telah berkhotbah] tidak ada perselisihan pada unsur atau pada tiada diri. Dalam cara yang sama, Dharmodgata, penalaran adalah sepenuhnya tidak mampu memahami, menilai, atau menghargai tanda-tanda gambaran dari makna tertinggi, yang melampaui fungsi penalaran apapun. "
Pada saat itu, sang Bhagavan membacakan syair gatha ini untuk menegaskan maksud-Nya:
Lingkup bidang yang secara di bagian dalam terwujud tanpa gambaran
Tidak dapat dibicarakan dan memotong putus ungkapan.
Makna tertinggi, menghentikan untuk mengistirahatkan semua sengketa,
Melampaui semua tanda-tanda gambaran dari penalaran.
Bab III
Suvisuddhimati Parivartah
Pada saat itu Suvisuddhimati Bodhisattva Mahasattva menyapa sang Buddha dengan berkata:
"Itu adalah sangat hebat, Bhagavan, bahwa Saya telah mampu mendengar kata-kata ini dari Anda. Itu adalah tepat seperti yang telah Anda katakan, untuk tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi, menjadi yang halus dan yang mendalam, dapat dicirikan sebagai yang tidak sama dengan ataupun yang tidak berbeda dari segala sesuatu. Mereka memang sulit untuk dipahami. Bhagavan, Saya pernah melihat sebuah perkumpulan para Bodhisattva berkumpul bersama-sama dan duduk. Mereka berada di tahap dari yang sepenuhnya mengolah budidaya janji Mereka, dan semuanya sedang mempertimbangkan tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi, apakah itu yang sama dengan ataupun yang berbeda dari tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk. Beberapa dari para Bodhisattva ini mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara 'tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi' dan 'tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk'. Yang lainnya mengatakan bahwa itu adalah tidak benar bahwa tidak ada perbedaan antara 'tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi' dan 'tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk', tapi tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi adalah berbeda dari tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk. Namun para Bodhisattva yang lainnya, dalam keraguan dan kebingungan, mengatakan: "Bodhisattva mana yang berkata benar dan mana yang salah? Yang mana yang penalaran cerdas dan yang tidak cerdas?' Namun, apakah Mereka menyatakan bahwa tanda-tanda dari makna tertinggi adalah tidak berbeda dari tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk, atau bahwa tanda-tanda dari makna tertinggi adalah berbeda dari tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk, Saya, Bhagavan, berpikir pada diri Saya sendiri bahwa semua putra yang baik ini adalah bodoh dan lamban. Mereka tidak memiliki wawasan, dan, berperilaku buruk, tidak menalar dengan cerdas dalam hal kehalusan dan kedalaman dari kebenaran dari makna tertinggi, karena itu adalah melampaui yang dicirikan sebagai yang sama dengan ataupun yang berbeda dari keadaan-keadaan dari para mahkluk dan tidak bisa begitu dipahami. "
Kemudian sang Bhagavan menyapa Bodhisattva Suvisuddhimati Bodhisattva Mahasattva dengan berkata: "Anak yang baik, itu adalah tepat seperti yang Anda telah ungkapkan itu. Semua Anak yang baik itu memang bodoh dan lamban. Mereka tidak memiliki wawasan, dan, berperilaku buruk, tidak menalar dengan cerdas dalam hal kehalusan dan kedalaman dari kebenaran dari makna tertinggi, karena itu adalah melampaui yang dicirikan sebagai yang sama dengan ataupun yang berbeda dari keadaan-keadaan dari para mahkluk. Mengapa demikian, Suvisuddhimati? Itu adalah karena orang tidak dapat memahami tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi di dalam nama dengan melakukan latihan-latihan tersebut.
"Mengapa demikian, Suvisuddhimati? Itu adalah karena, jika 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' sama sekali tidak berbeda dari 'keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk', maka pada saat ini semua mahluk awam duniawi akan telah memperoleh wawasan kedalam kebenaran. Mereka semua tentu akan sudah mencapai penghentian yang diam dari keterampilan tertinggi atau akan telah mencapai Samyaksambodhi. Tapi, [di sisi lain,] jika 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' sepenuhnya berbeda dari 'keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk', maka mereka yang telah memperoleh wawasan kedalam kebenaran tidak akan telah menghapus gambar-gambar dari 'keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk'. Dan jika mereka belum menghapus gambar-gambar dari 'keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk', maka mereka tidak akan telah mencapai pembebasan dari ketergantungan pada gambar-gambar itu. Dengan tidak terbebas dari gambar-gambar rupa itu, mereka tidak akan terbebas dari ketergantungan pada kelemahan-kelemahan kotor mereka. Dengan tidak terbebas dari ketergantungan pada kelemahan-kelemahan kotor, mereka yang telah mendapatkan wawasan kedalam kebenaran tidak akan telah dapat mencapai penghentian yang diam dari keterampilan tertinggi atau Samyaksambodhi. Tapi, Suvisuddhimati, itu bukanlah kasus bahwa pada saat ini semua mahkluk awam duniawi telah memperoleh wawasan kedalam kebenaran, adalah sudah mampu mencapai penghentian yang diam dari keterampilan tertinggi, atau telah mencapai Samyaksambodhi. Oleh karena itu, pendapat bahwa 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' tidak berbeda dari 'tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk' adalah tidak beralasan. Jika ada orang yang mengatakan bahwa 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' tidak berbeda dari 'tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk', dari penjelasan tadi ini, Anda harus memahami bahwa pendapat ini adalah tidak cerdas ataupun tidak benar-benar beralasan. Suvisuddhimati, juga bukan kasus bahwa mereka yang telah mendapatkan wawasan kedalam kebenaran belum mampu menghapus semua gambar-gambar rupa dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk, karena mereka tentu saja bisa menghapusnya. Itu bukanlah kasus bahwa mereka yang telah mendapatkan wawasan kedalam kebenaran tidak mampu terbebas dari ketergantungan pada gambar-gambar rupa dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahluk, karena mereka tentu saja telah mampu untuk pembebasan tersebut. Itu bukanlah kasus bahwa mereka yang telah mendapatkan wawasan kedalam kebenaran tidak mampu terbebas dari ketergantungan pada kelemahan-kelemahan kotor, karena mereka tentu saja telah mampu untuk pembebasan tersebut. Justru karena mereka telah mampu untuk pembebasan dari dua hambatan ini bahwa mereka telah mampu untuk mencapai penghentian yang diam dari keterampilan tertinggi, dan untuk mencapai Samyaksambodhi. Oleh karena itu, pendapat bahwa 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' sepenuhnya berbeda dari 'tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk' adalah tidak beralasan. Jika ada yang mengatakan bahwa 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' sepenuhnya berbeda dari 'tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk', dari penjelasan tadi, Anda harus memahami bahwa pendapat ini adalah tidak cerdas ataupun tidak benar-benar beralasan.
"Lagi, Suvisuddhimati, jika 'tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi' sama dengan 'tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk', maka, sama seperti tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahluk adalah kotor, demikian juga tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi akan menjadi kotor. Suvisuddhimati, jika 'tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi' sepenuhnya berbeda dari 'tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk', maka tanda umum yang menggambarkan keadaan-keadaan yang berkondisi dari makhluk tidak bisa disebut tanda dari kebenaran dari makna tertinggi. Tapi , Suvisuddhimati, 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' adalah tidak kotor, dan tanda umum dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari makhluk disebut tanda dari kebenaran dari makna tertinggi. Oleh karena itu, adalah tidak beralasan untuk mengatakan bahwa 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' sama dengan 'tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk', atau bahwa mereka sepenuhnya berbeda satu sama lain. Dari penjelasan ini, Anda harus memahami bahwa orang yang berbicara untuk ciri khas tanda-tanda itu dan orang yang berbicara untuk perbedaannya yang sepenuhnya adalah yang tidak cerdas ataupun yang tidak beralasan.
"Lagi, Suvisuddhimati, jika tanda-tanda gambaran dari kebenaran tertinggi sama dengan tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk, maka, sama seperti tanda dari kebenaran dari makna tertinggi yang tidak dibedakan di dalam semua keadaan-keadaan yang berkondisi, demikian juga semua tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi itu akan tidak dibedakan. Kemudian orang-orang yang berlatih meditasi akan tidak perlu mencari makna tertinggi di dalam semua keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahluk yang mereka telah lihat, dengar, pahami, dan kenal. Di sisi lain, jika tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi sepenuhnya berbeda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari makhluk, maka itu tidak akan benar bahwa semua keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk adalah hanya perwujudan dari ketiadaan diri, dari ketiadaan intisari. Tanda-tanda dari kebenaran tertinggi akan kemudian secara bersamaan diadakan menjadi ditandai dengan dua cara yang berbeda, satu dari kekotoran dan satu dari kemurnian. Tapi, Suvisuddhimati, tanda-tanda dari hal-hal yang berkondisi adalah tentu saja berbeda. Mereka yang berlatih meditasi melakukan pencarian untuk makna tertinggi di dalam keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk yang mereka telah lihat, dengar, pahami, dan kenal. Juga, semua keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahluk adalah tentu saja hanya perwujudan dari ketiadaan diri, ketiadaan intisari, dan mereka benar disebut 'tanda-tanda dari kebenaran tertinggi'. Adalah tidak benar bahwa itu secara bersamaan ditandai dengan dua cara, satu dari kekotoran dan satu dari kemurnian. Oleh karena itu, pendapat bahwa tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi sama dengan atau sepenuhnya berbeda dari tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari makhluk adalah tidak beralasan. Jika ada yang mengatakan bahwa tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi sama dengan atau sepenuhnya berbeda dari tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari makhluk, dari penjelasan ini Anda harus memahami bahwa mereka adalah yang tidak cerdas dan yang tidak benar-benar beralasan.
"Itu adalah sama seperti pada warna putih segar dari kulit kerang, karena itu adalah tidak mudah memastikan apakah [warna itu] sama dengan atau berbeda dari kulit kerang. Warna kuning dari emas menunjukkan kasus yang serupa. Atau mempertimbangkan melodi dari suara gitar, karena itu adalah sulit untuk memastikan apakah suara itu sama dengan atau berbeda dari gitar. Atau mengambil aroma yang naik dari gaharu, karena itu adalah sulit untuk mengatakan apakah itu sama dengan atau berbeda dari gaharu. Atau mengambil rasa pahit dari merica, karena itu adalah sulit untuk mengetahui apakah itu sama dengan atau berbeda dari merica. Kasus yang sama adalah rasa hambar dari kacang arjuna. Itu adalah sama seperti kulit yang halus dari ngengat dan kelembutannya, karena itu adalah sulit untuk memastikan apakah tekstur yang halus sama dengan atau berbeda dari kelembutan. Atau mengambil cairan yang banyak di atas mentega rebus. Apakah itu sama dengan atau berbeda dari mentega rebus?
"Demikian juga, itu adalah sulit untuk mengatakan apakah ketidakkekalan sama dengan atau berbeda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari makhluk, apakah penderitaan sama dengan atau berbeda dari keadaan-keadaan yang tidak murni dari pikiran, apakah ketiadaan diri dari kepribadian sama dengan atau berbeda dari segala sesuatu, apakah kegelisahan sama dengan atau berbeda dari ketamakan. Hal yang sama berlaku untuk kemarahan dan kebodohan pada ketamakan. Dengan demikian, Suvisuddhimati, tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi tidak dapat dikatakan sama dengan atau berbeda dari tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk. Suvisuddhimati, Saya telah sempurna memahami tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi, yang tentu saja halus, yang tentu saja mendalam, yang tentu saja sulit untuk dipahami, yang melampaui semua gambaran sebagai yang sama dengan atau berbeda dari segala sesuatu. Setelah sempurna memahami, Saya menyatakan, memberitakan, menjelaskan, dan menerangkan demi orang lain. "
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair gatha ini untuk menegaskan maksud-Nya:
Tanda-tanda gambaran dari alam dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk dan dari makna tertinggi adalah terpisah dari yang digambarkan baik sebagai yang sama ataupun yang berbeda.
Jika orang membayangkannya menjadi baik 'yang sama' ataupun 'yang berbeda', dia bertindak tidak beralasan.
Dikarenakan oleh ketergantungan pada 'gambar rupa' dan 'kelemahan-kelemahan yang kotor', makhluk hidup harus tekun mengolah budidaya 'ketenangan yang sunyi' dan 'penglihatan',
Dan kemudian mereka akan dapat mencapai pembebasan.
Arya Vajrasattva
Arya Subhuti
Bab IV
Subhuti Parivartah
Pada saat itu, sang Bhagavan menyapa Ayusman Subhuti dengan berkata: "Subhuti, di dalam dunia makhluk hidup, berapa banyak yang Anda tahu - yang menghargai kebanggaan mereka dan di dalam cara yang sombong menyatakan pemahaman mereka? Dan berapa banyak yang Anda tahu - yang menyatakan pemahaman mereka tanpa kebanggaan? "
Ayusman Subhuti menyapa sang Buddha dengan berkata: "Bhagavan, di dalam dunia makhluk hidup, Saya tahu beberapa orang yang menyatakan pemahaman mereka tanpa kebanggaan, tapi Saya tahu yang tak terhitung, para makhluk hidup yang tak terhingga yang menghargai kebanggaan mereka dan menyatakan pemahaman mereka dengan cara yang sombong. Bhagavan, saat Saya tinggal berdiam di sebuah kebun di hutan. Sejumlah besar Bhiksu tinggal dekat. Saya melihat mereka berkumpul setelah matahari terbit untuk membahas berbagai persoalan dan untuk mengusulkan pemahaman mereka, masing-masing sesuai dengan wawasannya.
"Beberapa mengusulkan pemahaman mereka tentang [kumpulan] Skandha, tanda-tanda gambaran dari Skandha, kemunculan Skandha, pengurasan Skandha, penghancuran Skandha, dan pencapaian dari penghancuran Skandha. Yang lainnya, di dalam cara yang sama, mengusulkan pemahaman mereka tentang [dua belas] landasan [dari kesadaran] dan Pratītyasamutpāda (kemunculan yang saling bergantungan), sementara yang lain mengusulkan pemahaman mereka tentang makanan, tanda-tanda gambaran dari makanan, kemunculan makanan, pengurasan makanan, penghancuran makanan, dan pencapaian dari penghancuran makanan. Masih yang lainnya mengusulkan pemahaman mereka tentang kebenaran, tanda-tanda gambaran dari kebenaran, kesadaran penuh dari kebenaran, pemutusan [yang dibawa oleh] kebenaran, pencapaian kebenaran, dan pengolahan budidaya kebenaran. Yang lainnya mengusulkan pemahaman mereka tentang unsur alam, tanda-tanda gambaran dari unsur alam, berbagai sifat alami dari unsur alam, jumlah banyak yang beragam dari unsur alam, penghancuran dari unsur alam, dan pencapaian dari penghancuran unsur alam. Yang lainnya mengusulkan pemahaman mereka tentang pemusatan ingatan, tanda-tanda gambaran dari pemusatan ingatan, keadaan-keadaan dari pemusatan ingatan yang mereka mampu kendalikan, pengolahan budidaya pemusatan ingatan, kemunculan pemusatan ingatan dari keadaan yang belum muncul, kepastian tidak lupa setelah timbul, dan peningkatan dari pemusatan ingatan dari praktek yang berulang. Pada saat yang sama, yang lainnya mengusulkan pemahaman mereka tentang pemutusan yang benar, dari kemampuan gaib, alat indera, kekuatan, faktor kebangkitan, sementara yang lainnya berbicara tentang delapan jalan Arya (Ārya 'stānga mārgah), tanda-tanda gambaran dari delapan jalan Arya, keadaan-keadaan yang mampu dikendalikan oleh delapan jalan Arya, kemunculannya dari keadaan yang belum muncul, kepastiannya untuk tidak bisa dilupakan setelah kemunculannya, dan peningkatannya dari praktek yang berulang.
"Bhagavan, ketika Saya melihat mereka, Saya berpikir bahwa semua orang-orang yang terhormat itu terlibat dalam menangani berbagai persoalan ini dan mengusulkan penafsiran mereka, masing-masing sesuai dengan wawasan yang telah dicapainya. Tapi, memperhatikan dengan baik, semua dari mereka menghargai kebanggaan mereka dan, karena mereka melekat pada kebanggaan itu, mereka tidak dapat memahami satu rasa semesta dari kebenaran dari makna tertinggi. Tapi Anda, Bhagavan, telah menjelaskan bahwa tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi adalah yang langka, tentu saja yang paling halus, yang paling mendalam, yang sulit untuk dipahami. Anda telah menjelaskan bahwa satu rasa semesta sulit untuk dipahami. Bhagavan, jika Bhiksu yang sedang berlatih merasa sulit untuk memahami satu rasa semesta dari kebenaran dari makna tertinggi ini di dalam ajaran suci ini, lalu akan bagaimana jauh lebih sulit lagi bagi para bida untuk memahaminya? "
Kemudian sang Bhagavan menyapa Subhuti dengan berkata: "Ini adalah begitulah, Subhuti, karena Saya telah terbangkitkan pada kebenaran dari makna tertinggi yang adalah dari satu rasa semesta, yang paling halus, yang paling mendalam, yang paling sulit untuk dimengerti. Setelah terbangkitkan, Saya menyatakan, memberitakan, menjelaskan, dan meneranginya demi kepentingan orang lain. Apa itu yang saya telah khotbahkan, Subhuti? Saya telah memberitakan bahwa muatan yang termurnikan dari pemahaman di dalam semua skandha adalah kebenaran dari makna tertinggi. Saya telah memberitakan bahwa muatan yang termurnikan dari pemahaman di dalam semua kemunculan yang saling ketergantungan, di dalam makanan, di dalam unsur alam, di dalam pemusatan ingatan, di dalam pemutusan yang benar, di dalam kemampuan gaib, di dalam faktor kebangkitan, dan di dalam faktor-faktor dari sang jalan adalah kebenaran dari makna tertinggi. Muatan yang termurnikan dari pemahaman ini ditandai sebagai yang dari Satu Rasa, Yang Tidak Dibedakan di dalam semua skandha, di dalam semua landasan, di dalam semua yang mereka bahas [tadi], karena itu adalah 'satu rasa' dan 'tidak dibedakan'. Ini adalah dari prinsip ini bahwa kebenaran dari makna tertinggi adalah dari Satu Rasa Semesta.
"Selanjutnya, Subhuti, setelah para Bhiksu yang sedang berlatih yang mengolah pemusatan itu telah memahami 'Tathatā (Kenyataan apa adanya yang sesungguhnya)' dari satu kelompok [pertanyaan], 'ketiadaan diri' dari ajaran tentang makna tertinggi, maka mereka tidak akan terlibat dalam menganalisis satu dari yang lain : kumpulan skandha, landasan, kemunculan yang saling ketergantungan, makanan, kebenaran, unsur alam, pemusatan ingatan, pemutusan yang benar, kemampuan gaib, alat indera, kekuatan, faktor-faktor kebangkitan, atau faktor-faktor sang Jalan. 'Ketiadaan diri' dari ajaran dari Tathatā dan makna tertinggi adalah berdasarkan pada kebijaksanaan yang tiada duanya dari Tathatā dan makna tertinggi. Mereka kemudian akan sampai ke kesadaran dan mencapai kebenaran dari makna tertinggi, yang adalah dari 'Satu Rasa Semesta'. Oleh karena itu, Subhuti, dari prinsip ini pahami bahwa kebenaran dari makna tertinggi adalah dari 'Satu Rasa Semesta'.
"Selanjutnya, Subhuti, jika, sama seperti semua skandha, sama seperti semua landasan, kemunculan yang saling ketergantungan, makanan, kebenaran, unsur alam, pemusatan ingatan, pemutusan yang benar, kemampuan gaib, alat indera, kekuatan, faktor-faktor kebangkitan, dan faktor-faktor sang Jalan, yang semuanya dijelaskan dengan membedakan satu dari yang lain; jika, sama seperti ini, 'Tathatā', 'Makna Tertinggi', dan 'Yang Tanpa Intisari' memiliki tanda-tanda gambaran yang membedakan satu dari yang lain, maka mereka ini akan muncul dari penyebab, mereka akan menjadi penyebab. Dan, jika mereka muncul dari penyebab, mereka akan diri mereka sendiri dikondisikan. Dan, jika berkondisi, mereka tidak akan menjadi makna tertinggi. Dan, jika mereka bukan makna tertinggi, maka orang akan sekali lagi harus mencari kebenaran dari makna tertinggi yang lain. Itu adalah karena 'Tathatā', 'Makna Tertinggi', dan 'Yang Tanpa Intisari Dari Semua Hal' tidak dikatakan menjadi penyebab, tidak muncul dari penyebab, dan tidak dikondisikan bahwa mereka adalah kebenaran dari makna tertinggi. Setelah orang mencapai makna tertinggi ini, tidak ada keperluan lagi untuk mencari makna tertinggi yang lain. Hanya itu yang kekal dan permanen, apakah sang Tathagata muncul di dunia atau tidak, karena di dalam segala hal Kenyataan didirikan, dharmadhatu tetap ada. Oleh karena itu, Subhuti, dari prinsip ini Anda harus memahami bahwa kebenaran dari makna tertinggi adalah dari 'satu rasa semesta'.
"Subhuti, di ruang angkasa kosong, ada perbedaan dalam beberapa bagian yang beragam dari warna, sementara [ruang angkasa itu sendiri] tetap tiada tanda, tidak dibedakan, dan tidak berubah oleh 'mereka (warna-warna itu)'. Melainkan ia mencakup semua tanda-tanda itu di dalam Satu Rasa-nya. Dalam cara yang sama, kebenaran dari makna tertinggi adalah di dalam 'semua hal (sarvadharma)', yang dari sifat alami yang berbeda dan memiliki tanda-tanda yang berbeda; dan ia mencakup semua tanda-tanda itu dengan Satu Rasa-nya ".
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini untuk menegaskan arti-Nya :
Mencakup semua tanda-tanda dengan satu rasa,
Makna Tertinggi yang diajarkan oleh semua Buddha menjadi yang tidak dibedakan.
Jika orang akan membedakannya di dalam perbedaan-perbedaan itu,
Orang akan pasti tentu saja bodoh dan sombong.
Terakhir diubah oleh skipper tanggal Thu May 19, 2016 10:39 pm, total 3 kali diubah
HUM
Bab V
Visalamati Parivartah
Pada saat itu, Visalamati Bodhisattva Mahasattva bertanya kepada sang Bhagavan : "Bhagavan, Anda telah berkata bahwa para Bodhisattva terampil di dalam rahasia dari pikiran, kecerdasan, dan kesadaran. Bhagavan, bagaimanakah para Bodhisattva terampil di dalam rahasia dari pikiran, kecerdasan, dan kesadaran? Dengan alasan apakah sang Tathagata menunjuk para Bodhisattva sebagai yang terampil di dalam rahasia dari pikiran, kecerdasan, dan kesadaran?"
Sang Bhagavan menyapa sang Bodhisattva Visalamati dengan berkata: "Anda, Visalamati, terlibat dalam hal ini demi keuntungan orang banyak, demi kebahagiaan orang banyak, untuk belas kasihan kepada dunia, untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang banyak, para dewa dan manusia, sehingga mereka bisa dibimbing untuk mencapai arti, keuntungan dan kebahagiaan. Niat Anda dalam bertanya kepada sang Tathagata tentang hal ini adalah sangat baik, sangat baik. Oleh karena itu, Visalamati, dengarlah dengan penuh perhatian, Saya akan menjelaskan kepada Anda arti dari rahasia dari pikiran, kecerdasan, dan kesadaran."
"Anda, Visalamati, harus memahami bahwa berbagai jenis makhluk hidup jatuh kedalam keberadaan dalam perpindahan mereka melalui enam jenis keberadaan. Para makhluk hidup itu mewujudkan tubuh dan muncul di dalam keadaan dari kelahiran seperti yang lahir dari telur, yang lahir dari rahim, yang lahir dari kelembaban, yang lahir secara spontan. Dalam waktu seketika pertama kali, pematangan, perkembangan, penyatuan, peningkatan dan pertumbuhan pikiran mereka, bersama dengan semua benih mereka tergantung pada dua kemelekatan. Yang pertama adalah kemelekatan dari indera kebendaan dalam tubuh. Yang kedua adalah kemelekatan dari kecenderungan terhadap penyebutan yang salah dalam tanggapan penglihatan yang membeda-bedakan ciri-ciri dan nama. Dua kemelekatan ini ada di alam wujud (rupadhatu), namun dua kemelekatan ini tidak ada di alam tanpa wujud (arupadhatu)."
"Kesadaran ini, Visalamati, adalah juga disebut 'kesadaran yang melekat', karena ia menggenggam dan melekati tubuh dalam cara itu. Ia juga disebut 'kesadaran yang menampung', karena ia menerima dan menghuni dalam tubuh tidak peduli baik atau buruk. Ia juga disebut 'pikiran', karena ia mengumpulkan dan menghimpun bentuk-rupa, suara, bau, rasa, dan sentuhan."
"Itu, Visalamati, karena kesadaran yang melekat adalah pendukung dan wadah, ada berkembang kumpulan dari enam kesadaran yaitu kesadaran mata, kesadaran telinga, kesadaran hidung, kesadaran lidah, kesadaran tubuh, kesadaran berpikir. Kondisi yang menghasilkan kesadaran mata adalah bergantung pada mata dan wujud kebendaan bekerja sama dengan kesadaran. Berfungsi bersama-sama dengan kesadaran mata, ada berkembang kesadaran berpikir yang secara bersamaan membeda-bedakan objek penglihatan itu."
"Selanjutnya, Visalamati, kondisi yang menimbulkan kesadaran telinga, kesadaran hidung, kesadaran lidah, dan kesadaran tubuh adalah telinga, hidung, lidah, dan tubuh bersama-sama dengan suara, bau, rasa, dan sentuhan. Berfungsi bersama-sama dengan kesadaran telinga, kesadaran hidung, kesadaran lidah, dan kesadaran tubuh ini, ada berkembang kesadaran berpikir yang secara bersamaan membeda-bedakan objek-objek itu."
"Jika ada timbul satu kesadaran mata, pada seketika itu, ada timbul kesadaran berpikir yang membeda-bedakan yang berinteraksi dengan kesadaran mata itu. Demikian juga, jika ada timbul dua, tiga, empat, atau lima kesadaran, pada seketika itu, ada timbul kesadaran berpikir yang membeda-bedakan yang berinteraksi dengan lima kumpulan kesadaran itu."
"Itu adalah, Visalamati, sama seperti arus air yang mengalir deras. Jika kondisi untuk menimbulkan satu gelombang air muncul, hanya satu gelombang air yang akan timbul. Jika kondisi untuk dua atau banyak gelombang air muncul, maka banyak gelombang air yang akan timbul. Namun arus air yang deras itu tetap terus mengalir tanpa berhenti. Itu juga sama seperti permukaan dari kaca yang sangat murni. Jika kondisi untuk satu wujud muncul, maka hanya satu wujud yang akan timbul. Jika kondisi untuk dua atau banyak wujud muncul, maka banyak wujud akan timbul. Namun permukaan kaca itu tidak merubah dirinya sendiri menjadi wujud itu, dan tidak menderita perubahan apapun."
"Demikian juga, Visalamati, kesadaran yang melekat adalah sama seperti arus air yang mengalir deras itu, karena itu adalah pendukung dan wadah. Ketika kondisi untuk menimbulkan satu kesadaran mata muncul, maka satu kesadaran mata terbentuk. Ketika kondisi untuk menimbulkan lima kumpulan kesadaran indera muncul, maka kelima kesadaran itu terbentuk."
"Meskipun, Visalamati, dalam cara ini, para Bodhisattva yang didukung oleh kebijaksanaan tinggal berdiam di dalam Dharma, terampil di dalam rahasia dari pikiran, kecerdasan, dan kesadaran indera, namun tidak oleh sebab ini bahwa sang Tathagata menggambarkan Mereka sebagai yang terampil di dalam rahasia dari pikiran, kecerdasan, dan kesadaran indera. Visalamati, semua Bodhisattva itu yang dikatakan terampil di dalam makna kebenaran tertinggi (paramartha satya) dan digambarkan oleh sang Tathagata sebagai yang terampil di dalam makna kebenaran tertinggi karena masing-masing dalam diri Mereka sendiri tidak melihat kemelekatan sebagai yang nyata, tidak melihat kesadaran yang melekat, tidak melihat penampungan, tidak melihat kesadaran yang menampung, tidak melihat himpunan, tidak melihat pikiran, tidak melihat mata, tidak melihat bentuk-rupa, tidak melihat kesadaran mata, tidak melihat telinga, tidak melihat suara, tidak melihat kesadaran telinga, tidak melihat hidung, tidak melihat bau, tidak melihat kesadaran hidung, tidak melihat lidah, tidak melihat rasa, tidak melihat kesadaran lidah, tidak melihat tubuh, tidak melihat sentuhan, tidak melihat kesadaran tubuh."
"Mereka, Visalamati, tidak melihat kecerdasan, tidak melihat gejala kejadian, tidak melihat kesadaran berpikir. Visalamati, itu adalah oleh sebab ini bahwa Mereka disebut Bodhisattva yang terampil di dalam rahasia dari pikiran, kecerdasan, dan kesadaran. Ketika sang Tathagata menunjuk para Bodhisattva sebagai yang terampil di dalam rahasia dari pikiran, kecerdasan, dan kesadaran, Dia menunjuk Mereka seperti itu oleh alasan ini."
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini untuk menegaskan arti-Nya :
Kesadaran yang melekat adalah mendalam dan halus;
Semua benihnya seperti arus air yang mengalir deras,
Jika dipahami sebagai 'diri', itu tidaklah benar,
Sehingga Saya tidak mengajarkannya kepada yang kekanak-kanakan.
Terakhir diubah oleh skipper tanggal Thu Apr 28, 2016 10:43 pm, total 2 kali diubah
Namo Amituo Fo
Bab VI
Gunakara Parivartah
Pada saat itu, Gunakara Bodhisattva Mahasattva menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, Anda telah mengatakan tentang para Bodhisattva yang terampil di dalam ciri-ciri dari gejala kejadian. Bhagavan, bagaimanakah para Bodhisattva terampil di dalam ciri-ciri dari gejala kejadian? Dengan alasan apakah sang Tathagata menunjuk para Bodhisattva sebagai yang terampil di dalam ciri-ciri dari gejala kejadian?"
Kemudian sang Bhagavan menyapa sang Bodhisattva Gunakara dengan berkata: "Anda, Gunakara, terlibat dalam hal ini demi keuntungan orang banyak, demi kebahagiaan orang banyak, untuk belas kasihan kepada dunia, untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang banyak, para dewa dan manusia, sehingga mereka bisa dibimbing untuk mencapai arti, keuntungan dan kebahagiaan. Niat Anda dalam bertanya kepada sang Tathagata tentang hal ini adalah sangat baik, sangat baik. Oleh karena itu, Gunakara, dengarlah dengan penuh perhatian, Saya akan menjelaskan kepada Anda ciri-ciri dari gejala kejadian."
"Totalnya, Gunakara, ciri-ciri dari gejala kejadian ada tiga. Yang pertama adalah ciri-ciri dari kemelekatan gagasan. Yang kedua adalah ciri-ciri dari asal-mula yang bergantungan. Yang ketiga adalah ciri-ciri sempurna dari kenyataan."
"Ciri-ciri dari kemelekatan gagasan mengacu pada penetapan nama dan simbol untuk gejala kejadian dan pembedaan intisarinya, sehingga ia menjadi diungkapkan di dalam bahasa. Ciri-ciri dari asal-mula yang bergantungan mengacu pada sifat alami dari gejala kejadian yang adalah asal-mula yang bergantungan : karena ini ada, itu ada, karena ini timbul, itu timbul. Hal ini mengacu pada yang dikondisikan oleh ketidaktahuan adalah pembentukan, yang dikondisikan oleh asal-mula adalah kumpulan besar dari penderitaan ini. Ciri-ciri sempurna dari kenyataan mengacu pada 'kenyataan yang apa adanya (tathātā)', yang sama dengan semua dharma. Para Bodhisattva menembus tathātā ini dikarenakan oleh keteguhan semangat Mereka, pemusatan perhatian yang benar, dan perenungan yang benar. Dengan secara bertahap mengolah penembusan ini, Mereka mencapai Anuttarāh Samyaksambodhi Abhisambuddha."
"Kulaputra, ciri-ciri dari kemelekatan gagasan adalah sama seperti penglihatan yang rusak dari orang yang memiliki katarak di matanya. Ciri-ciri dari asal-mula yang bergantungan adalah sama seperti gambar-gambar yang menipu di dalam penglihatan yang terbingungkan dari orang yang berkatarak itu, karena itu tampak menjadi gambar yang berbeda, seperti rambut, serangga, biji sesawi, wujud warna biru, wujud warna kuning, wujud warna merah, atau wujud warna putih. Ciri-ciri sempurna dari kenyataan adalah sama seperti objek-benda yang tidak membingungkan yang dilihat oleh penglihatan murni dari orang yang matanya sehat dan tidak ada katarak."
"Itu adalah, Kulaputra, sama seperti ketika kristal yang murni terhubung dan terpancar dengan warna biru, ia tampak menjadi permata biru atau maha nila. Karena ia memuat penampilan dari permata biru atau maha nila, ia membingungkan makhluk hidup. Ketika terhubung dengan warna merah, ia tampak menjadi permata merah dan membingungkan makhluk hidup. Ketika terhubung dengan warna hijau, ia tampak menjadi permata hijau dan membingungkan makhluk hidup. ketika terhubung dengan warna kuning, ia tampak menjadi emas dan membingungkan makhluk hidup. Sama juga, Gunakara, seperti warna-warna itu muncul pada kristal yang murni, demikian juga kecenderungan terhadap penetapan bahasa dari ciri-ciri kemelekatan gagasan menjadi ditempatkan pada ciri-ciri yang bergantungan lainnya. Sama seperti pada yang kristal yang murni itu orang dengan salah melekat pada permata biru, permata merah, permata hijau, atau emas; jadi pada ciri-ciri yang bergantungan lainnya dari kesadaran, orang melekat pada gagasan itu, untuk ciri-ciri yang bergantungan lainnya itu adalah yang sama seperti kristal. Sama seperti, ketika secara tetap dan terus-menerus kristal yang murni itu tidak lagi memiliki gambar permata biru, permata merah, permata hijau, atau emas yang tanpa kenyataan atau intisari, juga, ketika ciri-ciri yang bergantungan lainnya tidak lagi memiliki gagasan tentang gambar di dalamnya yang juga sesungguhnya adalah yang tanpa kenyataan atau intisari, maka Anda harus tahu bahwa ciri-ciri sempurna dari kenyataan adalah sama seperti ini."
"Lebih lanjut, Gunakara, ciri-ciri dari kemelekatan gagasan dapat dipahami sebagai yang disebabkan oleh hubungan antara gambar dan kata-kata. Ciri-ciri dari asal-mula yang bergantungan dapat dipahami sebagai yang disebabkan oleh kemelekatan pada gambar-gambar gagasan terhadap ciri-ciri yang bergantungan lainnya itu. Ciri-ciri sempurna dari kenyataan dapat dipahami sebagai yang disebabkan oleh tidak adanya kemelekatan pada gambar-gambar gagasan terhadap ciri-ciri yang bergantungan lainnya itu."
"Jika, Gunakara, para Bodhisattva sungguh mampu memahami ciri-ciri dari kemelekatan gagasan saat ia timbul pada ciri-ciri yang bergantungan lainnya dalam semua gejala kejadian, maka Mereka akan sungguh mampu memahami bahwa semua gejala kejadian adalah yang tiada tanda, sebagaimana apa adanya. Jika para Bodhisattva sungguh mampu memahami ciri-ciri yang bergantungan lainnya, maka Mereka akan sungguh mampu memahami kekotoran dari semua gejala kejadian, sebagaimana apa adanya. Jika para Bodhisattva sungguh mampu memahami ciri-ciri sempurna dari kenyataan, maka Mereka akan sungguh mampu memahami kemurnian dari semua gejala kejadian, sebagaimana apa adanya. Jika para Bodhisattva sungguh memahami bahwa semua gejala kejadian adalah yang tiada tanda dalam ciri-ciri yang bergantungan lainnya, maka Mereka akan mampu meninggalkan gejala kejadian yang kotor. Jika Mereka mampu meninggalkan gejala kejadian yang kotor, Mereka akan mampu mencapai gejala kejadian yang murni."
"Dalam hal ini, Gunakara, karena para Bodhisattva sungguh memahami ciri-ciri dari kemelekatan gagasan, ciri-ciri yang bergantungan lainnya, dan ciri-ciri sempurna dari kenyataan, Mereka akan sungguh memahami yang tiada tanda, yang kotor, dan yang murni dari semua gejala kejadian, sebagai mana apa adanya. Karena Mereka sungguh memahami yang tiada tanda sebagai mana apa adanya, Mereka meninggalkan semua yang kotor, oleh karena itu, mencapai kemurnian."
"Ini adalah bagaimana para Bodhisattva terampil di dalam ciri-ciri dari gejala kejadian. Ketika sang Tathagata menunjuk para Bodhisattva sebagai yang terampil di dalam ciri-ciri dari gejala kejadian, Dia menunjuk Mereka seperti itu oleh alasan ini."
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini untuk menegaskan arti-Nya :
Jika tidak memahami gejala kejadian sebagai yang tiada tanda,
Orang tidak akan mampu meninggalkan kekotoran dari gejala kejadian.
Ketika orang tidak meninggalkan kekotoran dari gejala kejadian,
Ia menghancurkan pencapaian dari kemurnian gejala kejadian yang halus.
Tidak melihat kesalahan dari gejala kejadian yang berkondisi,
Bersenang-senang di dalam yang berkondisi, akan menyakiti para makhluk hidup.
Sembrono dalam menganggap sebagai yang stabil pada gejala kejadian yang sementara,
Tidakkah orang itu kehilangan dan menjadi yang patut dikasihani?
Terakhir diubah oleh skipper tanggal Fri Apr 29, 2016 10:59 pm, total 1 kali diubah
HUM
Bab VII
Paramarthasamudgata Parivartah
Pada saat itu, Paramarthasamudgata Bodhisattva Mahasattva menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, ketika saya tinggal berdiam sendiri di tempat yang tenang, saya merenungkan: sang Bhagavan dalam cara yang tidak terhitung telah menjelaskan Kumpulan (skandha), ciri-cirinya yang khusus, kemunculannya, kehancurannya, peninggalannya, pemahaman lengkapnya. Dengan cara yang sama, Dia telah menjelaskan landasan kesadaran indera, asal-mula yang bergantungan, dan makanan. Dalam cara yang tidak terhitung, sang Bhagavan telah menjelaskan Kebenaran (satyāni), ciri-cirinya yang khusus, pemahaman lengkap, peninggalan, dan praktek-praktek yang menyebabkan pencapaiannya. Dalam cara yang tidak terhitung, sang Bhagavan telah menjelaskan semua unsur (dhatu), ciri-cirinya yang khusus, keanekaragaman jenisnya, perbedaannya, kesamaannya, peninggalan, dan pemahaman lengkap. Dalam cara yang tidak terhitung, sang Bhagavan telah menjelaskan Kesadaran penuh (smrtih), ciri-cirinya yang khusus, tindakan pengendaliannya dan mana yang dikendalikan, bagaimana dengan meditasi apa yang belum muncul dapat dihasilkan, bagaimana apa yang telah muncul dapat dipertahankan, tiada kelupaan, praktek yang berulang, pertumbuhan, dan peningkatan. Sama seperti Dia telah menjelaskan Kesadaran penuh, Dia juga telah menjelaskan peninggalan yang benar, kemampuan ajaib, organ indera dan kekuatan, faktor-faktor kebangkitan. Dalam cara yang tidak terhitung, sang Bhagavan telah menjelaskan delapan bagian jalan Arya (aryastāngikamārga), ciri-cirinya yang khusus, tindakan pengendaliannya dan mana yang dikendalikan, bagaimana dengan meditasi apa yang belum muncul dapat dihasilkan dan apa yang telah muncul dapat dipertahankan, tiada kelupaan, praktek yang berulang, pertumbuhan, dan peningkatan."
"Bhagavan, Anda juga telah menjelaskan bahwa semua gejala kejadian tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana. Kemudian saya berpikir, 'dengan maksud apakah sang Bhagavan mengatakan bahwa semua gejala kejadian tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana?' Mengapa sang Bhagavan mengatakan bahwa semua gejala kejadian tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana? Saya ingin bertanya kepada sang Tathagata tentang hal ini. Saya mohon agar sang Tathagata berkenan untuk menjelaskan apa maksud yang mendasari dalam mengatakan hal ini. "
Kemudian sang Bhagavan menyapa Paramarthasamudgata dengan berkata:. "Sangat baik, Paramarthasamudgata, pikiran Anda sungguh cerdas. Sangat baik, Kulaputra, bahwa Anda telah mampu bertanya kepada sang Tathagata tentang hal yang mendalam ini. Anda terlibat dalam hal ini demi keuntungan orang banyak, demi kebahagiaan orang banyak, untuk belas kasihan kepada dunia, untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang banyak, para dewa dan manusia, sehingga mereka bisa dibimbing untuk mencapai arti, keuntungan dan kebahagiaan. Oleh karena itu, Paramarthasamudgata, dengarlah dengan penuh perhatian, Saya akan menjelaskan kepada Anda maksud dari mengatakan bahwa semua gejala kejadian tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana."
"Anda, Paramarthasamudgata, harus memahami bahwa di dalam ketergantungan pada tiga jenis dari yang tiada intisari, Saya telah menjelaskan bahwa semua gejala kejadian adalah yang tidak memiliki intisari : 'Ciri-ciri' tidak memiliki intisari, 'yang muncul' tidak memiliki intisari, dan 'makna tertinggi' tidak memiliki intisari."
"Kulaputra, ciri-ciri adalah yang tidak memiliki intisari, karena semua gejala kejadian diciri-cirikan melalui kemelekatan gagasan. Ini demikian karena itu adalah nama dan simbol yang membentuk ciri-cirinya, dan tidak ada ciri-ciri di dalam gejala kejadian. Oleh karena itu, ini disebut ketiadaan intisari pada ciri-ciri."
"Kulaputra, Kemunculan dari gejala kejadian tidak memiliki intisari, karena semua gejala kejadian yang muncul bergantungan pada yang lain. Ini demikian karena ia bergantung pada kekuatan sebab-musabab dari yang lain dan tidak muncul dari dirinya sendiri. Oleh karena itu, ini disebut ketiadaan intisari pada yang muncul."
"Kulaputra, kebenaran tertinggi dari semua gejala kejadian tidak memiliki intisari, karena dari kemunculannya, semua gejala kejadian tidak memiliki intisari. ini adalah apa yang Saya sebut sebagai tiada intisari yang sama dengan kemunculan yang berkondisi dari semua 'gejala kejadian (dharma)'. Saya juga menyebutnya sebagai ketiadaan intisari dari makna tertinggi karena Saya mengajarkan bahwa di antara semua gejala kejadian, bahwa, alam yang muatannya termurnikan dari pemahaman adalah yang dianggap sebagai ketiadaan intisari dari makna tertinggi. Ciri-ciri dari pola yang saling bergantungan lainnya dari kesadaran, bagaimanapun, bukanlah diri mereka sendiri sebagai alam dari objek yang termurnikan dari pemahaman ini. Oleh karena itu, Saya menyebutnya sebagai ketiadaan intisari dari makna tertinggi."
"Lebih lanjut, Paramarthasamudgata, ciri-ciri yang sepenuhnya tersempurnakan dari semua gejala kejadian juga adalah ketiadaan intisari dari makna tertinggi; karena tiada diri di dalam semua gejala kejadian, itu disebut sebagai makna tertinggi, atau tiada intisari, karena ini adalah kebenaran dari makna tertinggi (paramarthasatya), juga, karena itu terwujud melalui ketiadaan intisari. Oleh karena itu, Saya menyebutnya sebagai ketiadaan intisari dari makna tertinggi."
"Kulaputra, bunga di langit adalah sama seperti ketiadaan intisari dari ciri-ciri, munculnya gambar-gambar ilusi adalah sama seperti ketiadaan intisari dari yang muncul, yang demikian itu juga merupakan ketiadaan intisari dari makna tertinggi. Sama seperti ruang angkasa yang meliputi di mana-mana dengan tiada bentuk kebendaan, demikian juga dengan ketiadaan intisari dari makna tertinggi, yang meliputi di mana-mana dengan tiada diri di dalam semua gejala kejadian."
"Kulaputra, ini adalah maksud yang mendasari tentang tiga jenis dari ketiadaan intisari, di mana Saya telah mengajarkan bahwa semua gejala kejadian tidak memiliki intisari. Paramarthasamudgata, Anda harus memahami bahwa itu adalah dengan maksud yang mendasari ini tentang ketiadaan intisari dari ciri-ciri, di mana Saya mengajarkan bahwa semua gejala kejadian tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana. Mengapa begini? Karena, Paramarthasamudgata, jika ciri-ciri dari gejala kejadian tidak ada, maka itu tidak muncul. Jika itu tidak muncul, maka itu tidak punah. Jika itu tidak punah, maka asal-mulanya adalah yang diam tenang. Jika awalnya adalah yang diam tenang, maka itu sifat alaminya adalah di dalam keadaan dari Nirvana. Yang sifat alaminya di dalam keadaan dari Nirvana, maka tidak ada bahkan bagian terkecil sekalipun yang bisa menyebabkan kembali lagi ke penghentian terakhir. Oleh karena itu, dengan maksud yang mendasari ini tentang ketiadaan intisari dari ciri-ciri, Saya telah mengajarkan bahwa semua gejala kejadian tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana."
"Kulaputra, itu adalah dengan maksud yang mendasari ini tentang ketiadaan intisari dari kebenaran tertinggi yang terwujud melalui ketiadaan diri dari gejala kejadian bahwa Saya mengajarkan semua gejala kejadian tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana. Ketiadaan intisari dari makna tertinggi ini yang terwujud melalui ketiadaan diri dari gejala kejadian adalah yang selalu dan selamanya abadi, karena sifat alami yang sesungguhnya dari semua gejala kejadian tinggal berdiam di dalam keadaan yang tidak berkondisi dan tidak terhubung dengan kekotoran apapun. Dan karena sifat alami yang sesungguhnya dari semua gejala kejadian tinggal berdiam didalam keabadian, itu adalah yang tidak berkondisi. Karena itu tidak berkondisi, itu tidak dihasilkan dan tidak punah. Karena itu tidak tercampuraduk dengan kekotoran apapun, itu asal-mulanya adalah yang diam tenang dan pada dasarnya di dalam Nirvana. Oleh karena itu, dengan maksud yang mendasari ini tentang ketiadaan intisari dari makna tertinggi yang terwujud melalui ketiadaan diri dalam gejala kejadian, Saya telah mengajarkan bahwa semua gejala kejadian tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana."
"Lebih lanjut, Paramarthasamudgata, Saya tidak mengemukakan tiga jenis dari ketiadaan intisari ini karena di antara beranekaragam makhluk hidup di dunia, beberapa menganggap pola kemelekatan gagasan sebagai intisari yang berbeda, atau karena mereka menganggap pola ketergantungan lainnya atau pola kesempurnaan penuh sebagai intisari yang berbeda. Melainkan karena para makhluk hidup menempatkan pola kemelekatan gagasan di atas yang bergantungan lainnya dan kesempurnaan penuh bahwa Saya mengemukakan tiga jenis dari ketiadaan intisari ini. Para makhluk hidup, karena mereka membayangkan ada intisari dan ciri-ciri yang dilekati di dalam pola ketergantungan lainnya dan pola yang sepenuhnya tersempurnakan, menghasilkan perkataan tentang ini dan itu. Sampai ke tingkat menghasilkan perkataan, mereka melekat pada gambaran intisari di dalam pola ketergantungan lainnya dan yang sepenuhnya tersempurnakan karena pikiran mereka terresapi dengan perkataan, pemahaman mereka mengikuti perkataan, kecenderungan mereka mengarah ke perkataan. Jadi, mereka melekat pada berbagai macam intisari yang dibayangkan dan ciri-ciri dalam pola ketergantungan lainnya dan yang sepenuhnya tersempurnakan dari kesadaran. Dengan melekati pola-pola seperti itu, mereka melekat pada pola yang dibayangkan. Oleh karena itu, mereka akan mendatangkan pola ketergantungan lainnya di masa depan. Dikotori oleh nafsu, tindakan, dan kelahiran, mereka akan berpacu di siklus perpindahan dalam waktu yang lama. Untuk waktu yang lama, mereka akan beredar di sana tanpa henti dan mengalami penderitaan, baik di dalam neraka, di antara para hewan, di antara para preta, atau di surga, di antara para dewa, atau di antara para manusia."
"Lebih lanjut, Paramarthasamudgata, Saya mengkhotbahkan Dharma tentang ketiadaan intisari dari yang muncul untuk semua makhluk hidup yang belum menanam akar kebajikan, yang belum menyucikan diri sendiri dari rintangan, yang belum mematangkan kelangsungan dari kesadaran mereka, yang belum menumbuhkan pembebasan, yang belum mampu mengumpulkan dua syarat: kebajikan dan kebijaksanaan. Ketika mereka hadir untuk mendengar Dharma ini, mereka akan dapat, sesuai dengan kemampuan mereka, memahami bahwa semua keadaan yang berkondisi, yang muncul secara ber-ketergantungan, adalah yang tidak abadi, tidak tetap, tidak menghibur, kesementaraan yang menyedihkan, dan merusak. Kemudian pikiran mereka akan menghasilkan ketakutan yang mendalam dan kebencian pada semua keadaan yang berkondisi. Ketika ini terjadi, maka mereka akan menolak segala kejahatan. Ketika mereka tidak lagi melakukan kejahatan, mereka akan dapat menumbuhkan dan mempraktekkan kebaikan. Dengan mempraktekkan kebaikan, mereka akan dapat menanam akar kebajikan yang sebelumnya tidak ditanam, mereka akan dapat memurnikan rintangan yang sebelumnya tidak dimurnikan, mereka akan dapat mematangkan kelangsungan mereka yang sebelumnya tidak dimatangkan. Karena itu, mereka akan menumbuhkan pembebasan dan mengumpulkan dua syarat: kebajikan dan kebijaksanaan."
"Walaupun mereka menanam akar kebajikan hingga mengumpulkan dua syarat dari kebajikan dan kebijaksanaan ini, namun di dalam ketiadaan intisari dari yang muncul, mereka tidak akan benar-benar dapat memahami ketiadaan intisari dari ciri-ciri dan dua jenis dari ketiadaan intisari dari makna tertinggi. mereka masih belum mampu secara sempurna membenci semua keadaan yang berkondisi. mereka masih belum mampu memotong putus nafsu keinginan mereka atau menjadi sempurna terbebaskan. mereka tidak akan sepenuhnya terbebaskan dari kotoran dari nafsu. mereka tidak akan sepenuhnya terbebaskan dari kotoran dari tindakan, mereka tidak akan sepenuhnya terbebaskan dari kotoran dari kelahiran."
"Ini adalah demi mereka bahwa sang Tathagata lebih lanjut mengajarkan Dharma ini tentang ketiadaan intisari dari ciri-ciri dan ketiadaan intisari dari makna tertinggi. Dia tentu berkehendak untuk memimpin mereka agar dapat secara sempurna membenci semua keadaan yang berkondisi, secara sempurna memotong putus nafsu keinginan mereka, secara sempurna terbebaskan, dan untuk melampaui kotoran dari semua nafsu, tindakan, dan kelahiran."
"Ketika mereka hadir untuk mendengar Dharma ini, maka di dalam ketiadaan intisari dari yang muncul, mereka akan mampu secara sempurna percaya dan memahami ketiadaan intisari dari ciri-ciri dan ketiadaan intisari dari makna tertinggi. Mereka akan merenungkan, berpikir, dan benar-benar mengerti, untuk di dalam pola yang saling bergantungan lainnya dari kesadaran, mereka tidak akan melekat pada intisari yang dibayangkan atau ciri-ciri. Dikarenakan oleh kebijaksanaan tidak diresapi oleh perkataan, karena kebijaksanaan yang mendalam tidak dibentuk oleh perkataan, karena kebijaksanaan terbebas dari kecenderungan terhadap perkataan, mereka akan dapat menghancurkan pola yang muncul ber-ketergantungan pada yang lain, dan, ditopang oleh kekuatan kebijaksanaan dari Dharma ini, mereka akan mampu memotong putus semua penyebab untuk [kelahiran kembali] masa depan selamanya. Dikarenakan oleh itu, mereka akan dapat membenci semua keadaan yang berkondisi, mereka akan dapat memotong putus semua nafsu keinginan mereka dan menjadi sempurna terbebaskan. Mereka akan dapat sepenuhnya terbebas dari tiga kotoran dari nafsu, tindakan, dan kelahiran."
"Lebih lanjut, Paramarthasamudgata, karena mereka mengikuti Jalan ini, semua makhluk hidup itu yang dari Srāvakayana akan mencapai Nirvana yang tenang dan tidak tertandingi, demikian juga semua orang yang dari PratyekaBuddhayana atau yang dari kendaraan Tathagata akan mencapai Nirvana yang tenang dan tidak tertandingi. Ini adalah satu-satunya jalan pemurnian yang menakjubkan untuk semua Srāvaka, PratyekaBuddha, dan Bodhisattva. Ini adalah satu-satunya pemurnian tertinggi. Tidak ada yang lain. Ini adalah dengan maksud yang mendasari ini dimana Saya telah mengajarkan bahwa hanya ada satu kendaraan. Ini tidak berarti bahwa di dalam dunia makhluk hidup tidak ada makhluk hidup yang dari berbagai garis keturunan yang berbeda, ada beberapa yang indriyanya lemah, ada juga yang indriyanya sedang, dan ada beberapa yang indriyanya tangkas."
"Kulaputra, orang yang dari silsilah Srāvaka, yang mengarah ke ketenangan, bahkan jika dia akan secara terampil dibimbing melalui semangat ketekunan dari semua Buddha, namun tidak akan dapat dibimbing untuk duduk di atas kursi kebijaksanaan dan mencapai Anuttarā Samyaksambodhi. Ini begitu karena dari asalnya, mereka memiliki hanya silsilah yang lebih rendah, karena belas-kasih mereka telah lemah, karena mereka telah hidup di dalam ketakutan pada penderitaan. Karena belas-kasih mereka telah lemah, mereka telah berpaling dari perbuatan yang menguntungkan dan menggembirakan semua makhluk hidup. Karena mereka telah hidup di dalam ketakutan pada penderitaan, mereka telah berpaling dari menimbulkan kegiatan yang berkondisi. Saya tidak pernah mengajarkan bahwa orang yang berpaling dari perbuatan yang menguntungkan dan menggembirakan semua makhluk, yang berpaling dari menimbulkan kegiatan yang berkondisi, akan duduk di atas kursi kebijaksanaan dan mencapai Anuttarā Samyaksambodhi. Oleh karena itu, Saya mengajarkan bahwa orang seperti itu disebut Srāvaka yang sepenuhnya bertujuan pada ketenangan."
"Namun jika orang yang dari silsilah Srāvaka akan berbalik menuju ke kebijaksanaan, Saya akan mengenalnya sebagai seorang Bodhisattva. Ini begitu karena, setelah terbebaskan dari rintangan nafsu gairah, ketika dia menerima kebangkitan semesta dari semua Tathagata, pikirannya juga akan terbebaskan dari hambatan untuk mengetahui. Karena pada awalnya, hanya bertujuan untuk kepentingannya sendiri, ketekunan prakteknya membebaskan dia dari rintangan nafsu gairah, dan oleh karena itu, sang Tathagata menunjuk dia sebagai yang dari silsilah Srāvaka."
"Lebih lanjut, Paramarthasamudgata, para makhluk hidup memiliki berbagai macam tingkat keyakinan pada ajaran disiplin yang Saya telah jelaskan dengan baik dan Dharma yang baik yang diucapkan dengan niat yang sepenuhnya murni. Namun sang Tathagata mengandalkan pada tiga jenis dari ketiadaan intisari; Dan dengan maksud yang mendalam seperti itu, Dia telah menjelaskan rangkuman dari Dharma itu ketika Dia mengajarkan Sutra dari makna yang mutlak, mengatakan bahwa semua gejala kejadian tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana; yang seperti itu adalah ciri-cirinya yang tersembunyi dan yang mendalam."
"Jika para makhluk hidup itu, yang telah menanam akar kebajikan yang unggul, yang telah termurnikan dari semua rintangan, yang telah mematangkan kelanjutan dari kesadaran mereka, yang telah berulang kali mengolah pembebasan, yang telah mampu mengumpulkan syarat dari kebajikan dan kebijaksanaan yang unggul; jika orang seperti itu mengikuti ajaran Sutra tentang arti yang mutlak ini, mereka akan sungguh memahami maksud yang mendasari kata-kata Saya dan akan menimbulkan keyakinan yang mendalam dan pemahaman tentang Dharma ini, karena mereka akan sungguh menembus makna ini di dalam pemahaman yang sempurna. Mengandalkan praktek penembusan itu, mereka akan bisa cepat mencapai tahap akhir. Dikarenakan oleh menimbulkan keyakinan murni yang mendalam kepada Saya, mereka akan tahu bahwa sang Tathagata adalah yang mencapai kebangkitan tertinggi dan mewujudkan kebijaksanaan sejati di dalam semua gejala kejadian."
"Ada para makhluk hidup yang bersifat jujur, yang telah menanam akar kebajikan yang unggul, yang telah termurnikan dari semua rintangan, yang telah mematangkan kelanjutan dari kesadaran mereka, yang telah berulang kali mengolah pembebasan, tapi yang belum mampu mengumpulkan syarat dari kebajikan dan kebijaksanaan yang unggul. Meskipun bersifat jujur, mereka tidak memiliki kemampuan berpikir untuk membuat penilaian pada persoalan. namun, karena mereka tidak mendirikan pandangan mereka sendiri, ketika mereka mengikuti ajaran ini, meskipun mereka tidak memiliki kemampuan yang sungguh memahami maksud yang mendasari kata-kata Saya, namun mereka akan dapat menimbulkan keyakinan yang mendalam di dalam ajaran ini. mereka akan percaya di dalam Sutra ini : 'Ajaran dari sang Tathagata adalah pemberitahuan yang paling mendalam, yang berhubungan dengan kekosongan yang paling mendalam, sulit dilihat, sulit dipahami, melampaui pemikiran, bukan di dalam lingkup perenungan awam, yang diartikan secara halus, yang dipahami oleh para bijaksana.' Tapi mereka tinggal berdiam di dalamnya dengan kerendahan hati dan berkata: 'Kebijaksanaan dari semua Buddha adalah yang mendalam. Kenyataan dari semua gejala kejadian adalah yang mendalam. Hanya para Buddha Tathagata yang dapat memahaminya dengan baik, karena itu bukanlah sesuatu yang kami mampu pahami! Demi para makhluk hidup yang dari berbagai macam minat, semua Buddha Tathagata telah memutar Roda Saddharma, karena kebijaksanaan dan wawasan dari semua Buddha Tathagata adalah yang tidak terbatas, sementara kebijaksanaan dan wawasan kami seperti jejak kaki sapi yang mengikuti di belakang Mereka.' Meskipun mereka mampu menghormati Sutra ini dan mengumumkannya kepada orang lain, menyalinnya dan melindunginya, membukanya dan menyebarkannya, memuliakannya dan menyembahnya, membacanya dan mengingatnya, namun mereka masih tidak akan mampu di dalam usaha untuk bermeditasi padanya, dan dengan demikian, mereka tidak akan mampu menembus maksud yang mendasari kata-kata Saya itu. Tapi para makhluk hidup itu akan dapat meningkatkan syarat dari kebajikan dan kebijaksanaan, dan mereka akan dapat mematangkan kelanjutan dari kesadaran mereka yang belum matang."
"Ada para makhluk hidup yang sama seperti mereka, belum mampu mengumpulkan syarat dari kebajikan dan kebijaksanaan, tetapi yang bukan dari sifat alami yang jujur. Meskipun mereka memiliki kemampuan untuk membuat penilaian pada persoalan, namun, tinggal berdiam di dalam pandangan mereka sendiri, bahkan jika mereka mendengar Dharma ini, mereka tidak akan dapat sungguh memahami maksud yang mendasari kata-kata Saya itu. Bahkan jika mereka menimbulkan keyakinan dan pemahaman di dalam Dharma ini, mereka hanya akan melekati huruf-huruf yang mengungkapkan arti, yaitu: bahwa semua gejala kejadian tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana. Akibatnya, mereka mengambil pandangan dari tiada keberadaan dan ketiadaan semua ciri-ciri. Dengan pandangan dari tiada keberadaan dan ketiadaan semua ciri-ciri, mereka meniadakan semua ciri-ciri karena segala sesuatu tiada berciri-ciri. mereka membuang dan meniadakan tidak hanya ciri-ciri dari kemelekatan gagasan, tetapi juga ciri-ciri dari yang saling bergantungan lainnya dan ciri-ciri yang sepenuhnya sempurna. Sekarang, kemampuan untuk menunjuk pola yang dibayangkan mengandaikan bahwa pola ketergantungan lainnya dan pola yang sepenuhnya tersempurnakan dijelaskan melalui ciri-ciri. Jika, lalu, di dalam membuang dan meniadakan ciri-ciri yang dibayangkan, mereka menganggap ciri-ciri dalam pola ketergantungan lainnya dan yang sepenuhnya tersempurnakan sebagai yang tiada ciri-ciri, mereka pada kenyataannya membuang dan meniadakan semua tiga ciri-ciri. Mereka membentuk gagasan tentang ajaran Saya, namun, dalam peniadaan makna, mereka tidak membentuk gagasan tentang maknanya. Karena, sementara membentuk gagasan pada ajaran Saya, dalam peniadaan makna, mereka tidak membentuk gagasan pada maknanya. Mereka mempertahankan ajaran ini, tetapi mereka tidak mempertahankan maknanya. Namun demikian, karena mereka telah menimbulkan keyakinan dan pemahaman pada ajaran ini, pahala kebajikan mereka akan meningkat, tetapi mereka akan berpaling dari dan kehilangan kebijaksanaan karena mereka menimbulkan kemelekatan pada yang tiada makna. Karena mereka berpaling dari kebijaksanaan, mereka akan kehilangan Dharma yang luas dan tidak terbatas itu."
"Namun, para makhluk hidup lainnya, mendengarkan mereka dan mengambil ajaran mereka sebagai Dharma dan peniadaan makna mereka sebagai makna. Jika mereka mengikuti pandangan itu, mereka akan membentuk gagasan tentang Dharma dari ajaran itu dan gagasan tentang makna dari peniadaan makna itu, mereka akan mengabdikan diri untuk ajaran itu sebagai Dharma dan peniadaan makna itu sebagai makna. Oleh karena itu, mereka juga akan berpaling dari dan kehilangan Saddharma."
"Para makhluk hidup lainnya tidak mengikuti pandangan ini, tetapi segera setelah mereka mendengar bahwa semua gejala kejadian tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana, mereka ketakutan. Merasa ketakutan seperti itu, mereka berkata: 'Ini bukan ajaran Buddha, melainkan ajaran Mara.' Dengan pemahaman seperti itu, mereka menyerang dan menghina Sutra ini. Oleh karena itu, mereka menghadapi kemalangan besar dan dirintangi oleh hambatan dari karma mereka. Ini adalah mengapa Saya telah mengajarkan bahwa jika orang membentuk pandangan bahwa semua ciri-ciri adalah tiada ciri-ciri dan mengumumkan ketiadaan makna ini sebagai makna, ini akan mendatangkan rintangan karma. Karena mereka menipu para makhluk hidup yang tidak terbatas banyaknya, mereka menyebabkan mereka juga menjadi dirintangi oleh hambatan dari karma ini."
"Kulaputra, ada para makhluk hidup lainnya yang belum menanam akar kebajikan, yang belum termurnikan dari semua rintangan, yang belum mematangkan kelanjutan dari kesadaran mereka, yang belum mengulang tekat mereka, yang belum mengumpulkan syarat dari kebajikan dan kebijaksanaan, dan bukan dari sifat alami yang jujur. Meskipun mereka mampu merenung untuk menilai persoalan, namun, mereka selalu mempertahankan pandangan mereka sendiri,
"Bahkan jika mereka mendengar ajaran ini, mereka tidak akan dapat sungguh memahami maksud yang mendasari kata-kata Saya itu ataupun tidak memiliki keyakinan yang mendalam di dalam ajaran ini. Mereka akan membentuk gagasan bahwa ajaran ini bukan Dharma dan bahwa makna ini bukan makna. Melekat pada gagasan bahwa ajaran ini bukan Dharma dan bahwa makna ini bukan makna, mereka mengumumkan penilaian mereka, dengan mengatakan: 'Ini bukanlah ajaran Buddha, tetapi dari Mara'. Dengan pemahaman seperti itu, mereka memfitnah, menolak, kutukan, dan mencaci Sutra ini sebagai yang tidak berguna dan keliru; dan dengan cara-cara yang tidak terhitung, mereka menyerang, mengkritik, dan membuang Sutra ini. Mereka menganggap semua orang yang memiliki keyakinan di dalam Sutra ini sebagai kelompok saingan. Dari awal, mereka dirintangi oleh hambatan dari karma mereka, dan dengan demikian mereka menghalangi orang lain melalui rintangan karma ini. Sangat mudah untuk menggambarkan awal dari rintangan karma ini, atau untuk memperkirakan berapa banyak ratusan ribu kalpa yang dibutuhkan untuk mengatasinya."
"Ini, Kulaputra, adalah perbedaan di dalam berbagai jenis tingkat keyakinan dari para makhluk hidup terhadap ajaran disiplin yang Saya telah jelaskan dengan baik dan Dharma yang baik yang diucapkan dengan niat yang sepenuhnya murni."
Pada saat itu, sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini untuk menegaskan arti-Nya :
Semua dharma tidak memiliki intisari,
tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang;
Semua dharma sifat alaminya adalah Nirvana.
Orang bijak manakah yang akan berbicara itu tiada maksud tersembunyi yang mendasarinya?
Ciri-ciri, kemunculan, dan kebenaran tertinggi dari dharma adalah yang tiada intisari,
Hal itu, Saya telah mengajarkannya;
Orang yang tidak mengetahui maksud tersembunyi yang mendasari ini dari sang Buddha,
Kehilangan jalan yang benar, tidak bisa pergi diatasnya.
Jalan kemurnian dan penyucian mengandalkan satu ini,
karena tidak ada yang lainnya;
Oleh karena itu, Saya mendirikan satu kendaraan,
tidak berarti bahwa tiada perbedaan jenis dari makhluk hidup.
Tidak terhitung banyaknya orang dalam dunia makhluk hidup,
mencari Nirvana hanya untuk diri mereka sendiri;
Sangat langka orang yang berbelas kasih dan berani, yang mencapai Nirvana,
namun tidak meninggalkan makhluk hidup lainnya.
Di dalam alam yang tiada kotoran (anasravadhatu), yang halus dan tidak terbayangkan,
Pembebasan adalah yang sama, yang tanpa perbedaan;
Semua makna tercapai, angan-angan khayalan dan penderitaan terlenyapkan.
Tiada mendua atau perbandingan, inilah yang disebut kebahagiaan abadi.
Pada saat itu, Paramarthasamudgata Bodhisattva Mahasattva menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, maksud yang mendasari kata-kata dari semua Bhagavan Buddha adalah yang langka, sungguh langka, yang halus, sungguh halus, yang mendalam, sungguh mendalam, yang sulit ditembus, sungguh sulit ditembus! Saya sekarang memahami arti yang diucapkan oleh sang Bhagavan dalam cara ini. Sang Bhagavan telah menjelaskan bahwa ciri-ciri dari semua dharma pada dasarnya adalah yang tanpa intisari dalam mengacu pada pola kemelekatan pada apa yang dibayangkan, dimana hubungan dari nama dan simbol pada gambar yang berkondisi, yang mendukung ciri-ciri gambaran yang dibayangkan itu melekat dalam wilayah pembedaan, yang dianggap menjadi 'kumpulan dari bentuk kebendaan (rupa skandha)', ciri-ciri gambaran dari intisarinya, ciri-ciri gambaran dari perbedaan khususnya, dimana hubungan dari nama dan simbol dianggap menjadi ciri-ciri dari intisari atau perbedaan yang timbul dari bentuk kebendaan, kepunahan dari bentuk kebendaan, atau pemutusan abadi dari bentuk kebendaan."
"Sang Bhagavan telah menjelaskan bahwa kemunculan dari semua dharma pada dasarnya tanpa intisari, dan satu aspek darinya adalah bahwa makna tertinggi pada dasarnya tanpa intisari dalam mengacu pada pola ketergantungan lainnya, yang adalah gambaran berkondisi yang mendukung ciri-ciri gambaran yang dibayangkan itu melekat dalam wilayah pembedaan. Sekarang Saya memahami makna ini yang diucapkan oleh sang Bhagavan sebagai berikut, untuk ciri-ciri itu yang melekati melalui pembayangan gagasan pada gambaran yang berkondisi yang mendukung kemelekatan gagasan seperti itu dalam wilayah pembedaan, tidak mengesahkan apapun yang nyata, dan ini adalah sifat alaminya sebagai yang tiada intisari.
"Sang Bhagavan telah menjelaskan aspek lain darinya bahwa makna tertinggi adalah yang tanpa intisari dalam mengacu pada pola kesempurnaan penuh, muatan yang termurnikan dari pemahaman yaitu ketiadaan diri dari dharma, yaitu Tathatā, yaitu yang disebut pola kesempurnaan penuh. Ini adalah bagaimana rupa skandha atau skandha lainnya harus dijelaskan. Ini adalah bagaimana masing-masing dari dua belas landasan (dvādaśa-āyatana) harus dijelaskan. Ini adalah bagaimana masing-masing dari dua belas cabang dari keberadaan (pratītyasamutpāda) harus dijelaskan. Ini adalah bagaimana masing-masing dari empat makanan (catur-āhāra) harus dijelaskan. Ini adalah bagaimana masing-masing dari enam alam (sad-dhātu) dan delapan belas unsur (astādaśa-dhātu) harus dijelaskan."
"Saya mengerti makna ini yang diucapkan oleh sang Bhagavan sebagai berikut. Sang Bhagavan telah menjelaskan bahwa ciri-ciri dari semua dharma pada dasarnya tanpa intisari dalam mengacu pada pola kemelekatan yang dibayangkan, yaitu, kenyataan bahwa hubungan dari nama dan simbol pada gambar yang berkondisi yang mendukung kemelekatan pada ciri-ciri gambaran yang dibayangkan dalam wilayah pembedaan dianggap sebagai kebenaran dari penderitaan. Sang Bhagavan telah menjelaskan bahwa kemunculan dari semua dharma pada dasarnya tanpa intisari dalam mengacu pada pola ketergantungan lainnya, yaitu, gambaran berkondisi yang mendukung kemelekatan pada ciri-ciri gambaran yang dibayangkan dalam wilayah pembedaan. Sekarang Saya memahami makna ini yang diucapkan oleh sang Bhagavan sebagai berikut, karena gambaran berkondisi itu yang mendukung kemelekatan pada yang dibayangkan dalam wilayah pembedaan tidak mengesahkan apapun yang nyata, intisarinya justru tanpa intisari, karena ini adalah ketiadaan diri dari dharma, kenyataan yang apa adanya (Tathatā), muatan yang termurnikan dari pemahaman. Inilah yang disebut pola kesempurnaan penuh. Mengacu pada ini, sang Bhagavan telah menjelaskan aspek lainnya bahwa makna tertinggi pada dasarnya tanpa intisari. Tiga kebenaran lainnya (dari Empat Kesunyataan Mulia) harus dijelaskan sama seperti kebenaran pertama dari penderitaan ini, demikian juga pemusatan perhatian, peninggalan yang benar, kemampuan ajaib, organ indera, kekuatan, faktor kebangkitan, dan ruas jalan dari Arya. Semua ini harus dijelaskan dengan cara ini."
"Saya mengerti makna ini yang diucapkan oleh sang Bhagavan sebagai berikut. Sang Bhagavan telah menjelaskan bahwa ciri-ciri dari semua dharma pada dasarnya tanpa intisari dalam mengacu pada pola kemelekatan yang dibayangkan, yaitu, kenyataan bahwa hubungan dari nama dan simbol pada gambar yang berkondisi yang mendukung kemelekatan pada yang dibayangkan dalam wilayah pembedaan dianggap sebagai ciri-ciri intisari atau yang khusus dari Samadhi yang benar, kemampuannya untuk mengendalikan, mana yang harus dikendalikan, pengolahannya yang benar untuk menghasilkan apa yang belum dihasilkan, penguatannya pada apa yang telah dihasilkan, tiada kelupaan, pengolahannya yang berulang, peningkatannya dan pengembangannya. Sang Bhagavan telah menjelaskan bahwa kemunculan dari dharma pada dasarnya tanpa intisari, dan satu aspeknya adalah kebenaran tertinggi pada dasarnya tanpa intisari dalam mengacu pada pola ketergantungan lainnya, yaitu, gambaran berkondisi yang mendukung kemelekatan pada yang dibayangkan dalam dalam wilayah pembedaan. Saya akan menjelaskan arti yang diucapkan oleh sang Bhagavan sebagai berikut: jika, di dalam gambaran berkondisi itu yang mendukung kemelekatan pada ciri-ciri yang dibayangkan dalam wilayah pembedaan, ciri-ciri yang melekat melalui imajinasi itu tidak mengesahkan apapun yang nyata, maka ini adalah intisari yang pada dasarnya tanpa intisari, ketiadaan diri dari dharma, kenyataan yang apa adanya (Tathatā), muatan yang termurnikan dari pemahaman. Inilah yang disebut pola kesempurnaan penuh."
"Bhagavan, sama seperti jahe kering harus dimasukkan ke dalam resep dari semua bubuk obat dan ramuan, demikian juga, Bhagavan, 'ajaran (Dharma)' yang jelas itu bahwa semua 'gejala kejadian (dharma)' tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana harus dimasukkan ke dalam semua Sutra dari makna yang mutlak. Bhagavan, sama seperti zat pewarna menyerap meliputi semua warnanya dengan sama, corak tunggal dari warnanya, apakah biru, kuning, merah, atau putih, dan dengan demikian menunjukkan tindakan mewarnai itu, demikian juga, Bhagavan, Dharma yang jelas itu bahwa semua dharma tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana menyerap meliputi semua Sutra dari makna yang mutlak dengan sama, corak tunggal, dan dengan demikian menunjukkan makna kemutlakan dari Sutra-Sutra itu. Bhagavan, sama seperti penambahan mentega yang murni untuk hidangan yang dimasak seperti kue atau nasi menghasilkan rasa yang lezat, demikian juga, Bhagavan, penambahan Dharma yang jelas itu bahwa semua dharma tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana pada Sutra-Sutra dari makna yang mutlak menghasilkan kesenangan yang sangat indah. Bhagavan, sama seperti ruang angkasa meliputi dimana-mana dengan sama, satu rasa dan tidak menghalangi kegiatan, demikian juga, Bhagavan, Dharma yang jelas itu bahwa semua dharma tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana meliputi semua Sutra dari makna kemutlakan dengan sama, satu rasa dan tidak menghalangi kegiatan yang dilakukan oleh para Śrāvaka, Pratyekabuddha, Bodhisattva."
Pada saat itu, sang Bhagavan memuji sang Bodhisattva Paramarthasamudgata dengan berkata: "Sangat baik, sangat baik, Kulaputra, bahwa Anda telah mampu memahami dengan baik maksud yang mendasari ucapkan sang Tathagata, Juga perumpamaan dari jahe kering, zat pewarna, mentega, dan ruang angkasa adalah tepat pada artinya. Itu, Paramarthasamudgata, adalah sama persis, tidak berbeda sama sekali. Hal ini sama persis seperti yang Anda telah pertahankan."
Pada saat itu, Paramarthasamudgata Bodhisattva Mahasattva menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Di Varanasi, di Resipatana, di dalam Taman Rusa, sang Bhagavan memutar Roda Dharma untuk pertama kali, Empat Kebenaran Mulia (catvāryāryasatyāni) untuk Mereka yang menetap di Śrāvakayana. Pemutaran Roda ini luar biasa menakjubkan, yang tidak ada seorangpun, apakah dewa atau manusia, mampu memutarnya di dunia sebelumnya. Walaupun begitu, Roda Dharma ini yang diputar oleh sang Bhagavan masih ada yang lebih unggul melampauinya, karena ada celah untuk disangkal, harus diartikan, dan menyebabkan perdebatan. Kemudian sang Bhagavan dengan maksud yang mendasari memutar Roda Dharma untuk kedua kalinya demi Mereka yang menetap di Mahāyāna, bahwa semua dharma tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana. Pemutaran Roda ini bahkan lebih luar biasa menakjubkan. Walaupun begitu, Roda Dharma ini yang diputar oleh sang Bhagavan masih ada yang lebih unggul melampauinya, karena ada celah untuk disangkal, harus diartikan, dan menyebabkan perdebatan. Kemudian sang Bhagavan dengan kejelasan yang lengkap untuk ketiga kalinya memutar Roda Dharma untuk Mereka yang menetap di semua Kendaraan (sarvayāna), bahwa semua dharma tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana. Pemutaran Roda Dharma ini adalah yang paling luar biasa menakjubkan, yang tidak pernah terjadi di dunia, tiada yang mengunggulinya, tidak mengandung makna yang tersembunyi, tidak menyebabkan perdebatan."
"Bhagavan, jika kulaputra atau kuladuhitrā, setelah mendengar Dharma ini, bahwa semua dharma tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana, dengan makna yang jelas seperti yang telah diucapkan oleh sang Tathagata, akan mempercayainya, menyalinnya, melindunginya, menghormatinya, menyebarkannya, membacanya, atau bermeditasi dan merenungkannya, berapa banyak pahala kebajikan yang mereka akan timbulkan melalui usaha bermeditasi merenungkannya itu?"
Pada saat itu sang Bhagavan menyapa Paramarthasamudgata Bodhisattva Mahasattva dan berkata: "Pahala kebajikannya, Paramarthasamudgata, yang dihasilkan oleh kulaputra atau kuladuhitrā itu akan tidak terbatas, tidak terhitung, tiada bandingan. Saya akan memberitahukan bagian kecilnya untuk Anda, sama seperti sedikit butiran debu di kuku orang dibandingkan dengan tanah bumi. Ini tidak sama dengan seperseratus bagiannya, atau seperseribu bagiannya, atau seperseratusribu bagiannya. Ini tidak bisa diperhitungkan sebagai bahkan bagian terkecilnya. Atau itu sama seperti genangan air di jejak kaki sapi dibandingkan dengan perairan dari empat Maha Samudra. Ini tidak sama dengan seperseratus bagiannya, atau seperseribu bagiannya, atau seperseratusribu bagiannya. Ini tidak bisa diperhitungkan sebagai bahkan bagian terkecilnya. Yang seperti itu adalah yang akan menjadi pahala kebajikan yang dicapai dengan mendengar dan percaya dan dengan usaha yang dikerahkan untuk bermeditasi merenungkan Dharma dari Sutra makna kemutlakan ini. Namun, bahkan ini tidak sampai ke seperseratus bagiannya, tidak sampai ke bagian terkecil dari pahala kebajikan yang dicapai dengan mendengar dan percaya dan dengan usaha yang dikerahkan untuk bermeditasi merenungkan Dharma dari Sutra makna kemutlakan ini. "
Kemudian sang Bodhisattva Paramarthasamudgata menyapa sang Buddha dan berkata: "Bhagavan, bagaimana kami menamai Dharma dari penjelasan maksud yang mendasari ini? Bagaimana kami menghormatinya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Paramarthasamudgata dengan berkata: "Itu, Kulaputra, dinamakan Dharma yang lengkap pada makna tertinggi (paramarthaparipurnadharma), dan Anda harus menghormatinya seperti itu."
Ketika Dharma yang lengkap pada makna tertinggi ini telah diumumkan di dalam perkumpulan majelis yang besar, enam ratus ribu makhluk hidup menghasilkan pikiran yang bertekad untuk Anuttarāh Samyaksambodhi Abhisambuddha. Tiga ratus ribu Śrāvaka menghapus diri mereka sendiri jauh dari kekotoran dan pencemaran, melalui Dharma ini, mencapai mata kebijaksanaan Dharma. Seratus lima puluh ribu Śrāvaka dengan pasti memisahkan diri mereka sendiri dari semua keadaan pikiran yang tercemar dan mencapai pembebasan. Tujuh puluh lima ribu Bodhisattva mencapai kesabaran menerima gejala kejadian sebagai yang tidak dihasilkan (anutpattikadharmaksānti).
____________________________________________
Kebenaran dari Makna Tertinggi (paramārtha-satya) adalah kekosongan dari semua gejala kejadian (sarvadharma shunyata), juga adalah sifat alami yang sesungguhnya dari gejala kejadian, yang tidak memiliki kekukuhan yang berdiri sendiri.
Dua belas landasan (dvādaśa-āyatana) : Makhluk hidup terdiri dari dua belas landasan indera, yaitu: enam indriya (mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran) dan enam objek tujuan indera (pemandangan, suara, aroma, rasa, sentuhan, dan objek tujuan pikiran mereka). Enam Indriya juga dinamakan Enam bidang bagian dalam, dan objek tujuannya dinamakan Enam bidang bagian luar.
Empat makanan (catur-āhāra) : (1) makanan yang dimakan; (2) makanan yang berhubungan dengan objek tujuan indera yang menyenangkan, seperti pemandangan, suara, aroma, rasa, dan sentuhan; (3) pembentukan dari makanan pikiran, seperti gagasan-ide, harapan, dan ingatan; dan (4) makanan dari kesadaran yaitu gudang kesadaran (ālayavijnana) yang mempertahankan proses tubuh dan pikiran orang serta membawa benih-benih karma, yang akan menyebabkan kelahiran kembali di masa depan. Makhluk awam di kamadhatu memerlukan empat jenis makanan itu untuk bertahan hidup.
Kemunculan Yang Saling Bergantungan (pratītyasamutpāda) : Adalah Hukum Kesunyataan dari dua belas nidana yang juga dinamakan Saddharma Pundarika, dimana dijelaskan secara baik didalam Sutra Pintu Gerbang Dharma Sri Lalitavistara ini.
Enam unsur (sad-dhātu) : Makhluk hidup tercipta dari enam unsur - tanah, air, api, angin, dan kesadaran dan tampil memiliki ciri-ciri ini: zat padat, cairan, panas, gerak, ruang di dalam tubuh, dan kesadaran. Makhluk yang tidak memiliki kesadaran (tanaman atau pepohonan) tercipta dari lima unsur pertama (tidak termasuk kesadaran).
Delapan belas bidang (astādaśa-dhātu) : Makhluk hidup tersusun dari delapan belas bidang, yaitu: enam indriya (mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran), enam obyek tujuan indera (pemandangan, suara, aroma, rasa, sentuhan, dan objek tujuan pikiran), dan enam kesadaran (kesadaran mata, kesadaran telinga, kesadaran hidung, kesadaran lidah, kesadaran tubuh, dan kesadaran pikiran). Kesadaran pikiran yang adalah kesadaran keenam, berfungsi melalui dirinya sendirinya serta bersama-sama dengan lima kesadaran pertama. Sama seperti mata adalah landasan fisik dimana kesadaran mata muncul, demikian juga manas (indera pikiran) adalah landasan pikiran dimana kesadaran pikiran muncul. Dalam Dharma Mahayana, manas juga ditunjuk sebagai kesadaran ketujuh, yang memiliki empat kekotoran batin bawaan: (1) khayalan diri, (2) cinta diri, (3) pandangan diri, dan (4) kesombongan diri. Ālaya yang adalah kesadaran kedelapan, meskipun tidak secara tegas dimasukkan kedalam Delapan belas bidang, ia adalah akar dari ini semua.
Terakhir diubah oleh skipper tanggal Sat Oct 01, 2016 11:53 pm, total 14 kali diubah
Om Maha Maitri Maitreya Svaha
Maitreya Maha Bodhisattva
Bab VIII
Maitreya Parivartah
Pada saat itu, sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, di dalam Mahayana, ketika Bodhisattva mempraktekkan meditasi ketenangan yang sunyi (śamatha) dan wawasan kedalam sifat alami dari kenyataan (vipaśyanā), apa dukungannya? Apa pangkalannya?"
Sang Bhagavan menjawab: "Maitreya, Kulaputra, Anda harus memahami bahwa di dalam Mahayana, ketika Bodhisattva mempraktekkan śamatha dan vipaśyanā, dukungan dan pangkalannya adalah penjelasan terperinci dari Dharma dan tekad yang teguh untuk tidak menjauh dari Anuttarāh Samyaksambodhi."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Sang Bhagavan telah mengajarkan empat jenis objek pengamatan dari śamatha dan vipaśyanā, yang pertama adalah objek yang disertai dengan gambaran untuk perenungan, yang kedua adalah objek yang tidak disertai dengan gambaran untuk perenungan, yang ketiga adalah objek yang meluas hingga ke batas dari gejala kejadian, dan yang keempat adalah objek yang menyelesaikan tugas. di antara keempat ini, mana yang merupakan objek dari śamatha? mana yang merupakan objek dari vipaśyanā? dan mana yang merupakan objek dari keduanya bersama-sama?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Kulaputra, objek tunggal dari śamatha adalah yang tidak disertai dengan gambaran untuk perenungan. Objek tunggal dari vipaśyanā adalah yang disertai dengan gambaran untuk perenungan. Objek bersama dari keduanya adalah batas dari kenyataan gejala kejadian dan penyelesaian tugas."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimanakah sang Bodhisattva mampu mencari śamatha dan menjadi terlatih dengan baik di dalam vipaśyanā dengan menyokong dirinya sendiri pada empat jenis objek dari śamatha dan vipaśyanā ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Kulaputra,penjelasan terperinci dari Dharma seperti yang Saya telah umumkan untuk para Bodhisattva tersusun dalam 'Sūtra (percakapan ajaran dalam prosa)', 'Geya (Nyanyian yang mengulangi ajaran)', 'Vyākarana (ramalan)', 'Gāthā (syair)', 'Udāna (Ungkapan yang dimulai diri sendiri)', 'Nidāna (Sebab dari percakapan ajaran)', 'Avadāna (cerita perumpamaan)', 'Itivrttaka (Sutra yang dimulai dengan 'Jadi telah dikatakan')', 'Jātaka (Kehidupan masa lampau dari sang Buddha)', 'Vaipulya (Ajaran yang luas panjang)', 'Adbhuta-dharma (Peristiwa keajaiban yang menakjubkan)', 'Upadeśa (Pertunjukkan dari pengajaran)'. Para Bodhisattva mendengar dengan penuh perhatian dan menerimanya dengan patuh. Dengan kata-kata Mereka yang dipahami dengan baik, ide-ide Mereka yang dipertimbangkan dengan baik, pandangan Mereka yang terjernihkan dengan baik, sendirian di hutan terpencil, Mereka memusatkan pikiran pada Dharma yang Mereka telah dengar dan renungkan, karena Mereka sekarang telah mampu merenungkan Dharma itu. Dalam kelangsungan pikiran batin mereka fokus dan merenungkan, dan berulang kali tinggal berdiam di dalam praktek yang benar ini. Mereka menempatkan tubuh dan pikiran pada ketenangan. Inilah yang disebut śamatha, dan ini adalah bagaimana Bodhisattva mencari śamatha."
"Dengan tubuh dan pikiran yang tenang, dan setelah meninggalkan pikiran yang menduga-duga, Mereka sepenuhnya memeriksa dan memahami Dharma itu yang mana mereka telah renungkan dengan sangat baik dalam gambaran yang dihasilkan melalui pemusatan pikiran (samadhi). Dalam makna-makna itu yang diketahui melalui gambaran yang dihasilkan melalui samadhi, Mereka dapat secara benar menyelidiki dan memeriksa, untuk merenungkan dan mencari segala sesuatu, apakah kesabaran, kebahagiaan, kebijaksanaan, pandangan, atau kebangkitan. Inilah yang disebut vipaśyanā, dan ini adalah bagaimana Bodhisattva dapat menjadi terlatih di dalam vipaśyanā."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, jika para Bodhisattva merenungkan dan memeriksa 'pikiran (citta)' tanpa telah mencapai ketenangan tubuh dan pikiran, apa yang Anda sebut untuk jenis dari perenungan itu?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Kulaputra, itu bukanlah perenungan śamatha. Namun itu adalah perenungan yang seiring dengan penerapan untuk śamatha."
"Bhagavan, jika para Bodhisattva yang masih belum mencapai ketenangan tubuh dan pikiran, dengan penuh perhatian merenungkan gambaran sebagai objek konsentrasi batin dalam kesesuaian dengan Dharma yang Mereka telah renungkan, disebut apakah jenis dari perenungan itu?"
[Sang Bhagavan menjawab :] "Kulaputra, itu bukanlah perenungan dari vipaśyanā! Namun itu adalah perenungan yang seiring dengan penerapan yang mengarah ke vipaśyanā."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, apakah jalan dari śamatha dan jalan dari vipaśyanā dikatakan sebagai yang berbeda atau yang sama?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Mereka, Kulaputra, harus dikatakan sebagai yang tidak berbeda maupun yang tidak sama. Mereka tidak berbeda karena tujuan mereka adalah objek yang diketahui di dalam vipaśyanā. Mereka tidak sama karena gambaran untuk perenungan bukanlah objek tujuan dari śamatha."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, apakah gambaran yang dihasilkan melalui semua konsentrasi dan penglihatan dikatakan sebagai yang berbeda atau yang tidak berbeda dengan pikiran?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Mereka, Kulaputra, harus dikatakan sebagai yang tidak berbeda dengan pikiran. Ini demikian karena gambaran itu hanyalah ide gagasan. Kulaputra, Saya telah mengajarkan bahwa objek kesadaran hanyalah perwujudan dari bentukan kesadaran saja."
"Bhagavan," [Maitreya bertanya,] "jika gambaran-gambaran itu yang dihasilkan dengan cara ini adalah yang sama dengan pikiran, maka bagaimanakah pikiran dapat merenungkan kembali dan melihat dirinya sendiri?"
"Kulaputra," [Sang Bhagavan menjawab,] "tidak ada apapun yang pernah melihat apapun. Sebaliknya, ketika pikiran terjadi seperti begini atau begitu, maka gambaran yang begini dan begitu membuat kemunculan. Kulaputra, ketika permukaan cermin yang dipoles dengan baik dan yang bersih bertemu bentuk kebendaan, ia mencerminkan bentuk kebendaan itu yang mendasari dan orang berpikir 'saya melihat gambaran itu', dan berpikir ada gambaran lain yang terpisah dari objek itu. Dalam cara yang sama ini, ketika pikiran muncul, ia tampak seolah-olah berbeda dari gambaran yang muncul di dalam konsentrasi."
"Bhagavan, semua gambaran yang para makhluk hidup miliki, yang terjadi karena pikiran mereka menjumpai bentuk kebendaan, dan seterusnya, menampilkan diri sebagai intisari yang berbeda. Apakah ini tidak berbeda dengan pikiran?"
"Kulaputra, mereka tidak berbeda, walaupun begitu, dengan kesadaran yang keliru, para makhluk yang kekanak-kanakan tidak mampu sungguh memahami bahwa gambar-gambar ini tidak lain hanyalah bentukan kesadaran dan akibatnya salah memahaminya."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimanakah Kita bisa menjelaskan praktek pemusatan pikiran dari vipaśyanā dari para Bodhisattva?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Kulaputra, dengan terus-menerus fokus, Mereka merenungkan hanya pada gambaran dari pikiran."
"Lalu bagaimanakah," [Maitreya bertanya,] "Bhagavan, Kita bisa menjelaskan praktek pemusatan pikiran dari śamatha dari para Bodhisattva?"
"Kulaputra," [Sang Buddha menjawab,] "dengan terus-menerus fokus, Mereka merenungkan hanya pada pikiran yang tidak terganggu."
"Bhagavan, lalu bagaimanakah Kita bisa menjelaskan praktek gabungan dari 'śamatha (praktek keheningan-tenang)' dan 'vipaśyanā (praktek penglihatan)' dari para Bodhisattva?"
"Kulaputra, mereka secara benar merenungkan pada pemusatan pikiran di satu titik."
"Bhagavan, lalu apa itu gambaran dari pikiran?"
"Kulaputra, mereka adalah gambar-gambar untuk perenungan yang dihasilkan oleh 'samādhi (konsentrasi)', objek pengamatan dari 'vipaśyanā (penglihatan)'."
"Bhagavan, apa itu pikiran yang tidak terganggu?"
"Kulaputra, itu adalah tujuan dari śamatha, pikiran yang bertemu gambar-gambar itu."
"Bhagavan, apa itu pikiran yang fokus berpikir pada satu titik?"
"Kulaputra, itu adalah pemahaman bahwa semua gambar di dalam samādhi hanyalah bentukan kesadaran, atau, karena telah memahami ini, merenungkan 'Tathatā (Kenyataan apa adanya yang sesungguhnya)'."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, berapa banyak jenis dari vipaśyanā?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Totalnya, Kulaputra, ada tiga jenis. Yang pertama adalah vipaśyanā dari gambar. Yang kedua adalah vipaśyanā dari penyelidikan. Yang ketiga adalah vipaśyanā dari penembusan. Vipaśyanā dari gambar adalah vipaśyanā yang merenungkan hanya pada gambar-gambar untuk perenungan yang dihasilkan oleh samādhi. Vipaśyanā dari penyelidikan adalah vipaśyanā yang melalui kebijaksanaan dengan penuh perhatian merenung pada gejala kejadian yang belum dipahami dengan baik agar untuk memahaminya dengan baik. Vipaśyanā dari penembusan adalah vipaśyanā yang dengan penuh perhatian merenung pada gejala kejadian yang sudah dipahami dengan baik dengan meliputinya di dalam kebijaksanaan agar untuk menyadarinya dan mencapai pembebasan."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, berapa banyak jenis dari śamatha?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Itu, Kulaputra, karena mengikuti pikiran itu dengan tidak terganggu [oleh gambar], Anda harus memahami bahwa ini juga ada tiga jenis. Juga, Maitreya, ada delapan jenis śamatha, karena setiap 'Dhyāna (meditasi)' adalah jenis dari śamatha, dari Dhyāna pertama, Dhyāna kedua, Dhyāna ketiga, Dhyāna keempat, Wilayah dari ruang angkasa yang tidak terbatas (Ākāsānañtāyasthana), Wilayah dari kesadaran yang tidak terbatas (Vijñānanantayasthana), Wilayah dari yang tiada apapun (Akimcanantayasthana), dan Wilayah dari tiada tanggapan penglihatan maupun tiada yang tanpa tanggapan penglihatan (Naivasamjñānāsamjñāyanantayasthana). Lagi, ada empat jenis, karena setiap empat kegiatan dari Cinta kebaikan yang tidak terbatas (Apramāna maitrī), Belas kasih yang tidak terbatas (Apramāna karunā), turut bersukacita yang tidak terbatas (Apramāna muditā), dan keseimbangan batin yang tidak terbatas (Apramāna upeksā) adalah jenis dari śamatha."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, Anda telah mengajarkan tentang śamatha dan vipaśyanā yang didukung oleh Dharma dan yang tidak didukung oleh Dharma. Apa arti dari yang didukung oleh Dharma dan yang tidak didukung oleh Dharma?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Itu, Kulaputra, śamatha dan vipaśyanā yang didukung oleh Dharma [dari Mahayana] adalah śamatha dan vipaśyanā yang dicapai melalui Dharma dan maknanya pertama kali diterima dan direnungkan oleh para Bodhisattva. Samatha dan vipaśyanā yang tidak didukung oleh Dharma [dari Bodhisattva] adalah śamatha dan vipaśyanā yang dicapai tidak melalui gambar-gambar dari Dharma yang para Bodhisattva telah terima dan renungkan, tetapi melalui petunjuk dan makna dari ajaran lainnya, seperti bermeditasi pada mayat yang berubah warna dan membusuk atau pada ketidakkekalan dari gejala kejadian yang berkondisi, pada penderitaan dari semua keadaan yang berkondisi dari makhluk, pada ketiadaan diri dari semua gejala kejadian, atau pada ketenangan tertinggi dari Nirvana. Samatha dan vipaśyanā yang seperti itu Saya tetapkan sebagai yang tidak didukung oleh Dharma. Namun, jika Mereka telah mencapai śamatha dan vipaśyanā yang didukung oleh Dharma [dari Bodhisattva], para Bodhisattva itu Saya telah tetapkan sebagai pengikut Dharma, dan Mereka memiliki indera yang tajam, sementara, jika Mereka mencapai śamatha dan vipaśyanā yang tidak didukung oleh Dharma, para Bodhisattva itu Saya telah tetapkan sebagai pengikut Sraddha (keyakinan), dan Mereka memiliki indera yang tumpul."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, Anda telah mengajarkan tentang śamatha dan vipaśyanā yang mengambil objeknya dari ajaran yang lainnya, dan tentang śamatha dan vipaśyanā yang mengambil objeknya dari Dharma yang terpadu. Apa arti dari yang mengambil objeknya dari ajaran yang lainnya dan yang mengambil objeknya dari Dharma yang terpadu?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Itu, Kulaputra, ketika Bodhisattva mengambil sebagai objek pemahamannya setiap Dharma dari Sutra tertentu, dan seterusnya mempraktekkan śamatha dan vipaśyanā sehubungan dengan Dharma itu yang dia telah terima dan renungkan, itu disebut śamatha dan vipaśyanā yang mengambil objeknya dari ajaran yang lainnya. Ketika Bodhisattva mengambil sebagai objek pemahamannya Dharma dari semua Sutra, dan seterusnya dengan penuh perhatian merenung pada semua Dharma ini sebagai satu kesatuan, satu himpunan, satu kelengkapan, satu kumpulan, semuanya mendekati Tathatā, mengarah ke Tathatā, memasuki Tathatā, mendekati Bodhi, mengarah ke Bodhi, memasuki Bodhi, mendekati Nirvāna, mengarah ke Nirvāna, memasuki Nirvāna, mendekati perubahan landasan indera (Āyatana), mengarah ke perubahan landasan indera, memasuki perubahan landasan indera, menuju kesini, jika, dalam mendekati Dharma-Dharma ini, dia mengumumkan Dharma yang tidak terbatas, tidak terhitung dan dengan ini mempraktekkan perenungan śamatha dan vipaśyanā, itu disebut śamatha dan vipaśyanā yang mengambil objeknya dari Dharma yang terpadu."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, Anda telah mengajarkan tentang śamatha dan vipaśyanā yang mengambil objeknya dari Dharma terpadu yang sedikit, tentang śamatha dan vipaśyanā yang mengambil objeknya dari Dharma terpadu yang besar, dan śamatha dan vipaśyanā yang mengambil objeknya dari Dharma terpadu yang tidak terbatas. Apa arti dari yang mengambil objeknya dari Dharma terpadu yang sedikit? Apa arti dari yang mengambil objeknya dari Dharma terpadu yang besar? Apa arti dari yang mengambil objeknya dari Dharma terpadu yang tidak terbatas?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Itu, Kulaputra, jika orang mengambil sebagai obyek pemahamannya arti dari masing-masing Sutra, Geya, Vyākarana, Gāthā, Udāna, Nidāna, Avadāna, Itivrttaka, Jātaka, Vaipulya, Adbhuta-dharma, Upadeśa, dan dengan penuh perhatian merenungkannya sebagai satu kesatuan, satu himpunan, satu kelengkapan, satu kumpulan, dan seterusnya, ini dikenal sebagai śamatha dan vipaśyanā yang mengambil objeknya dari Dharma terpadu yang sedikit."
"Tetapi jika orang mengambil sebagai objek pemahamannya Dharma dari Sutra, Geya, Vyākarana, Gāthā, Udāna, Nidāna, Avadāna, Itivrttaka, Jātaka, Vaipulya, Adbhuta-dharma, Upadeśa, menerimanya dan merenungkannya, dan dengan penuh perhatian merenungkannya sebagai satu kesatuan, satu himpunan, satu kelengkapan, satu kumpulan, dan seterusnya, tanpa mempertimbangkannya secara terpisah, maka ini dikenal sebagai śamatha dan vipaśyanā yang mengambil objeknya dari Dharma terpadu yang besar."
"Jika orang mengambil sebagai objek pemahamannya Dharma yang tidak terbatas dari sang Tathagata, kata-kata dan ungkapan yang tidak terbatas dari Dharma itu, dan penjelasan yang tidak terbatas dari kebijaksanaan yang unggul, dan dengan penuh perhatian merenungkannya sebagai satu kesatuan, satu himpunan, satu kelengkapan, satu kumpulan, dan seterusnya, tanpa mempertimbangkannya secara terpisah, maka ini dikenal sebagai śamatha dan vipaśyanā yang mengambil objeknya dari Dharma terpadu yang tidak terbatas."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, mengapa Anda mengatakan bahwa para Bodhisattva mencapai śamatha dan vipaśyanā yang mengambil sebagai objek pemahamannya dari Dharma terpadu?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Itu, Kulaputra, ada lima alasan yang harus dipahami. Yang pertama adalah bahwa ketika Mereka merenungkan, dari waktu ke waktu Mereka melenyapkan landasan untuk semua Kelemahan. Kedua, adalah bahwa Mereka memotong putus semua berbagai jenis gagasan dan mengambil sukacita di dalam Dharma. Yang ketiga adalah bahwa Mereka memahami cahaya tanpa batas dari Dharma yang tidak memiliki ciri-ciri yang membedakan dimanapun. Yang keempat adalah bahwa Mereka menghasilkan 'gambar termurnikan yang tidak dibayangkan' demi penyelesaian tugas. Kelima adalah bahwa, dalam rangka untuk mencapai kesempurnaan Tubuh Dharma (Dharmakāya), Mereka meliputi penyebab-penyebab yang unggul dan menakjubkan demi perkembangan yang terus meningkat."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, kapan śamatha dan vipaśyanā yang mengambil objeknya dari Dharma terpadu dikatakan dipahami? Pada titik manakah mereka tercapai?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Itu, Kulaputra, mereka dikatakan dipahami dari tahap pertama dari Sukacita Tertinggi, dan dikatakan tercapai dari tahap ketiga dari Cahaya Yang Meluas. Kulaputra, para Bodhisattva yang baru mulai mempraktekkannya juga harus belajar dan fokus pada ini tanpa lalai, meskipun Mereka belum dapat dipuji [untuk mencapainya]."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, kapankah śamatha dan vipaśyanā dikatakan menjadi 'konsentrasi (samādhi)' yang memiliki pertimbangan dan penyelidikan? Kapankah menjadi konsentrasi yang tidak memiliki pertimbangan tetapi hanya penyelidikan? Kapankah menjadi konsentrasi yang tidak memiliki pertimbangan maupun penyelidikan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Itu, Kulaputra, śamatha dan vipaśyanā dikatakan menjadi konsentrasi yang memiliki pertimbangan dan penyelidikan ketika mereka mengalami dan menyadari ciri-ciri Dharma seperti yang diterima, diselidiki, dan diperiksa, walaupun itu sangat jelas. Samatha dan vipaśyanā dikatakan menjadi konsentrasi yang tidak memiliki pertimbangan tetapi hanya penyelidikan ketika mereka mengalami dan menyadari ciri-ciri Dharma seperti yang diingat di dalam cahayanya yang halus, walaupun tidak mengalami atau menyadari apa yang sangat jelas. Samatha dan vipaśyanā dikatakan menjadi konsentrasi yang tidak memiliki pertimbangan maupun penyelidikan ketika mereka mengalami dan menyadari ciri-ciri Dharma itu tanpa usaha untuk merenungkan sama sekali."
"Selanjutnya, Kulaputra, śamatha dan vipaśyanā yang disertai dengan pemeriksaan disebut konsentrasi yang memiliki pertimbangan dan penyelidikan. Samatha dan vipaśyanā yang disertai dengan penyelidikan disebut konsentrasi yang tidak memiliki pertimbangan tetapi hanya penyelidikan. Samatha dan vipaśyanā yang mengambil sebagai objek pemahamannya dari Dharma terpadu disebut konsentrasi yang tidak memiliki pertimbangan maupun penyelidikan."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, apa tanda-tanda dari ketenangan (śamatha)? Apa tanda-tanda dari pembangkitan? Apa tanda-tanda dari peninggalan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Itu, Kulaputra, saat pikiran menjadi tidak terkendali atau akan mulai menjadi tidak terkendali, Ketenangan ditandai sebagai memusatkan perhatian pada hal-hal yang dapat menimbulkan kemuakkan, atau dengan memusatkan perhatian pada pikiran yang tidak terganggu [oleh gambaran]. Saat pikiran menjadi lesu atau akan mulai menjadi lesu, Pembangkitan [untuk penglihatan] ditandai sebagai memusatkan perhatian pada hal-hal yang dapat membawa sukacita, atau dengan memusatkan perhatian pada gambar-gambar dari pikiran itu. Saat orang menjadi tercemar oleh dua kecenderungan yang bergairah ini, apakah dalam praktek śamatha, praktek vipaśyanā, atau praktek dua-duanya yang saling berpengaruh, Peninggalan ditandai sebagai pemusatan perhatian yang tanpa usaha dan pikiran yang spontan."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, seluruh perkumpulan besar dari para Bodhisattva itu yang berlatih śamatha dan vipaśyanā memahami Dharma dan maknanya. Apa itu memahami Dharma? Apa itu memahami maknanya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Kulaputra, semua Bodhisattva itu memahami dan mengetahui Dharma dalam lima aspek, yaitu, Mereka mengetahui namanya, katanya, hurufnya, pemisahannya, dan kesatuannya. Pemahaman nama-namanya terdiri dalam penamaan secara gagasan, yang menggambarkan intisari di dalam semua gejala kejadian yang kotor dan yang murni. Pemahaman katanya terdiri dalam kemampuan untuk mempertahankan dan mendirikan di dalam wacana, semua gejala kejadian yang kotor dan yang murni di antara kumpulan nama-nama itu. Pemahaman hurufnya terdiri dalam ucapan yang didasarkan pada dua dukungan ini [nama dan kata]. Pemahaman pemisahannya terdiri dalam pemusatan perhatian, yang mengungkapkan setiap perbedaannya. Pemahaman kesatuannya terdiri dalam pemusatan perhatian, yang mengungkapkan kesatuannya. Ketika semua ini datang bersama-sama menjadi satu, itu adalah memahami Dharma. Inilah sebabnya mengapa dikatakan bahwa para Bodhisattva itu memahami Dharma."
"Kulaputra, para Bodhisattva itu memahami makna di dalam sepuluh aspek, karena Mereka memahami batas dari keberadaan, Tathatā dari keberadaan, makna dari penerima, makna dari objek yang diterima, makna dari lingkungan, makna dari makanan, makna dari kesalahan, makna dari ketiadaan kesalahan, makna dari kekotoran, dan makna dari kemurnian.
"Kulaputra, batas dari keberadaan mengacu pada batas untuk pemeriksaan dari semua yang ada di antara semua gejala kejadian yang kotor dan yang murni. Ini termasuk semua yang ada, seperti Lima Kumpulan (pañca-skandha), Enam bidang bagian dalam (enam indriya), dan Enam bidang bagian luar (enam objek tujuan indera).
"Tathatā dari semua dharma mengacu pada Tathatā yang ada di dalam semua gejala kejadian yang kotor dan yang murni. Istilah ini mencakup Tathatā dari segala sesuatu. Ada tujuh macam. Yang pertama adalah Tathatā dari arus perpindahan, karena semua keadaan yang berkondisi dari gejala kejadian tidak memiliki awal maupun akhir. Yang kedua adalah Tathatā dari ciri-ciri, karena di dalam semua gejala kejadian, pudgala dan gejala kejadian adalah yang tanpa diri. Yang ketiga adalah Tathatā dari pembentukan kesadaran, karena semua keadaan yang berkondisi dari gejala kejadian tidak lain hanyalah pembentukan kesadaran. Yang keempat adalah Tathatā dari apa yang telah diberikan, yaitu, kebenaran dari penderitaan yang Saya telah ajarkan. Yang kelima adalah Tathatā dari perilaku yang salah, yaitu, kebenaran dari asal-mula penderitaan yang Saya telah ajarkan. Yang keenam adalah Tathatā dari pemurnian, yaitu, kebenaran dari berhentinya penderitaan yang Saya telah ajarkan. Dan ketujuh adalah Tathatā dari praktek yang benar, yaitu, kebenaran dari Jalan yang saya telah ajarkan."
"Pahamilah, Kulaputra, bahwa dikarenakan oleh Tathatā dari arus perpindahan, oleh Tathatā dari apa yang telah diberikan, dan oleh Tathatā dari perilaku yang salah, semua makhluk hidup adalah sepenuhnya sama."
"Dikarenakan oleh Tathatā dari ciri-ciri dan oleh Tathatā dari pembentukan kesadaran, semua gejala kejadian adalah sepenuhnya sama."
"Dikarenakan oleh Tathatā dari pemurnian, Bodhi dari semua Śrāvaka, dari semua Pratyekabuddha, dan dari semua Bodhisattva adalah sepenuhnya sama."
"Dikarenakan oleh Tathatā dari praktek yang benar, kebijaksanaan yang dicakup di dalam mendengar Dharma dan di dalam śamatha dan vipaśyanā yang mengambil sebagai objek mereka dari Dharma terpadu adalah sepenuhnya sama."
"Makna dari penerima terdiri dalam lima organ indera, pikiran, kecerdasan, kesadaran, dan keadaan batin yang megikuti."
"Makna dari objek yang diterima terdiri dalam Enam bidang bagian luar, juga, makna dari penerima adalah makna dari objek yang diterima [karena objek tidak lain hanyalah pembentukan kesadaran].
"Makna dari lingkungan terdiri dalam lingkungan yang mencakup di mana semua makhluk hidup tinggal berdiam, apakah sebuah kota tunggal, seratus kota, seribu kota, atau seratus ribu kota; apakah sebuah daratan besar tunggal yang berbatasan dengan lautan, seratus ini, seribu ini, atau seratus ribu ini; apakah satu benua Jambudvipa, seratus ini, seribu ini, atau seratus ribu ini; apakah satu kelompok dari empat benua, seratus ini, seribu ini, atau seratus ribu ini; apakah sahasra-culanika tunggal, seratus ini, seribu ini, atau seratus ribu ini; apakah dvisahasra-madhyama tunggal, seratus ini, seribu ini, atau seratus ribu ini; apakah trisahasra-maha-sahasra tunggal, seratus ini, seribu ini, seratus ribu ini, atau sepuluh juta ini, satu miliar ini, seratus miliar ini, seribu miliar ini, atau seratus ribu miliar ini; apakah satu triliun ini, seratus triliun ini, seribu triliun ini, atau seratus ribu triliun ini, dalam jumlah yang sama dengan butiran terkecil dari debu yang terkandung di dalam seratus ribu triliun trisahasra-maha-sahasra, di dalam cakupan alam semesta yang tidak terbatas dan tidak terhitung di dalam sepuluh penjuru arah."
"Makna dari makanan terdiri dalam kebutuhan hidup yang Saya telah ajarkan sebagai yang dinikmati oleh para makhluk hidup."
"Makna dari kesalahan terdiri dalam kesalahan dari gagasan, kesalahan dari berpikir, kesalahan dari melihat sehubungan dengan penerima dan objek yang diterima, seperti membayangkan apa yang tidak abadi menjadi yang abadi; kesalahan dari gagasan, kesalahan dari berpikir; kesalahan dari melihat, seperti membayangkan penderitaan menjadi kebahagiaan, atau kotoran menjadi kemurnian, atau membayangkan yang tanpa-diri menjadi diri."
"Makna dari ketiadaan kesalahan terdiri dari kebalikannya, dimana orang dapat menangkalnya. Orang harus, bagaimanapun, mengetahui ciri-cirinya."
"Makna dari kekotoran adalah tiga bagian, karena ada tiga jenis kekotoran di triloka ini: kekotoran dari nafsu keinginan, kekotoran dari tindakan, dan kekotoran dari kelahiran."
"Makna dari kemurnian terdiri dalam faktor-faktor kebangkitan, dimana orang dipisahkan dari perbudakan pada tiga jenis kekotoran itu."
"Anda harus tahu bahwa sepuluh aspek ini mencakup semua makna. Lagi, Kulaputra, para Bodhisattva itu dikatakan mengetahui makna karena Mereka dapat mengetahui dan memahami lima jenis makna. Apa lima jenis makna itu? yaitu, mengetahui semua hal, semua makna, dan semua penyebab, mencapai hasil dari pengetahuan yang sempurna, dan pemahaman yang terbangkitkan."
"Kulaputra, 'mengetahui semua hal' terdiri dalam mengetahui semua yang diketahui, yaitu, semua kumpulan (skandha), semua landasan bagian dalam dan semua landasan bagian luar."
"Dalam cara yang sama, pengetahuan semesta tentang semua makna terdiri dalam mengetahui makna yang harus dibedakan sesuai dengan keanekaragamannya; apakah makna duniawi atau makna tertinggi; apakah kebajikan atau keburukan; apakah tentang kondisi atau jangka waktu; apakah tentang kemunculan, tinggal menghuni, atau kehancuran; apakah tentang penyakit dan seterusnya; apakah tentang penderitaan, asal-usulnya, dan seterusnya; apakah tentang Tathatā, batas kenyataan (bhutakoti), alam gejala kejadian (dharmadhatu), dan seterusnya; apakah yang luas atau yang khusus; apakah jawaban yang merangkul semua, jawaban yang meneliti, menjawab setelah mengembalikan pertanyaan, atau menjawab dengan tidak menjawab; apakah yang tersembunyi atau yang jelas. Pengetahuan tentang semua keanekaragaman itu adalah apa yang disebut sebagai mengetahui semua makna."
"Pengetahuan tentang semua penyebab terdiri dalam faktor-faktor kebangkitan (bodhipaksya-dharma), yang mampu memahami keduanya [makna tertinggi dan makna duniawi], yang termasuk, kesadaran penuh perhatian, usaha yang benar, dan seterusnya."
"Pencapaian hasil dari pengetahuan yang sempurna terdiri dalam disiplin yang melenyapkan ketamakan, kebencian, dan kebodohan; praktek pertapaan yang sepenuhnya memotong putus ketamakan, kebencian, dan kebodohan; dan yang biasa atau yang khusus, kualitas yang baik dari yang duniawi atau yang melampaui duniawi dari para Sravaka dan Tathagata, semua yang Saya telah jelaskan."
"Pemahaman yang terbangkitkan, yaitu, pemberitahuan tentang hal-hal itu, yang terdiri dalam secara luas memberitakan dan mengumumkan kepada orang lain semua kebijaksanaan Dharma yang membebaskan, yang orang telah capai. Kelima makna ini mencakup semua makna."
"Selanjutnya, Kulaputra, para Bodhisattva dikatakan mengetahui makna karena Mereka tahu empat aspek dari makna: makna dari pencengkraman pikiran, makna dari pengalaman, makna dari pembentukan kesadaran, dan makna dari kekotoran dan kemurnian. Kulaputra, keempat aspek dari makna ini mencakup semua makna."
"Selanjutnya, Kulaputra, para Bodhisattva dikatakan mengetahui makna karena Mereka tahu tiga aspek dari makna: makna dari ucapan, makna dari makna, dan makna dari alam. Kulaputra, makna dari ucapan mengacu pada kumpulan kata-kata, dan seterusnya. Makna dari makna ada sepuluh jenis: ciri-ciri dari kenyataan, ciri-ciri dari pengetahuan yang menyeluruh, ciri-ciri dari penghapusan akhir, ciri-ciri dari pencapaian, ciri-ciri dari pengolahan, ciri-ciri dari perbedaan di antara kenyataan dan yang sebelumnya, ciri-ciri dari interaksi di antara dukungan dan yang didukung, ciri-ciri dari hambatan untuk yang pengetahuan yang menyeluruh, ciri-ciri dari keadaan yang selaras dengan itu [pengetahuan yang menyeluruh], dan ciri-ciri dari ketidakberuntungan dari ketiadaan pengetahuan yang menyeluruh. dan keuntungan dari kehadirannya. Makna dari alam ada lima bagian: alam dari dunia, alam dari makhluk hidup, alam dari kualitas, alam dari disiplin, dan alam dari cara dari disiplin. Kulaputra, tiga aspek ini mencakup semua makna."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, apa perbedaan di antara makna yang diketahui melalui kebijaksanaan yang didapat dari mendengar, makna yang diketahui melalui kebijaksanaan yang didapat dari pemikiran, dan makna yang diketahui melalui kebijaksanaan yang didapat dari mengolah śamatha dan vipaśyanā?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Itu, Kulaputra, kebijaksanaan yang didapat dari mendengar, para Bodhisattva mengandalkan arti dari kata-kata tanpa sungguh memahami maksudnya atau membuatnya jelas. Mereka bergerak menuju pembebasan tanpa bisa menyadari makna yang menghasilkan pembebasan itu. Kebijaksanaan yang didapat dari pemikiran, juga mengandalkan kata-kata, tetapi tidak hanya pada kata-kata itu, karena Mereka mampu sungguh memahami maksudnya, namun belum mampu membuatnya jelas, dan, meskipun menuju ke arah pembebasan, Mereka belum mampu menyadari makna yang menghasilkan pembebasan itu. Untuk kebijaksanaan yang didapat dari pengolahan, para Bodhisattva mengandalkan kata-kata dan juga tidak mengandalkan kata-kata, Mereka mengikuti kata-kata itu dan juga tidak mengikuti kata-kata itu, karena Mereka mampu sungguh memahami maksudnya. Mereka membuatnya menjadi jelas dengan cara gambar yang dibuat di dalam konsentrasi yang sesuai dengan hal yang diketahui. Mereka menuju ke arah pembebasan dengan baik dan mampu menyadari makna yang menghasilkan pembebasan. Kulaputra, ini adalah apa yang disebut sebagai tiga jenis perbedaan di dalam mengetahui makna. "
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, apa itu kebijaksanaan dan apa itu wawasan dari semua Bodhisattva yang mengetahui Dharma dan maknanya melalui pengolahan śamatha dan vipaśyanā?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Itu, Kulaputra, Saya telah beberapa kali mengumumkan dua perbedaan di antara kebijaksanaan dan wawasan, walaupun begitu, sekarang Saya akan menyimpulkan pokok utamanya untuk Anda. Kebijaksanaan adalah kecerdasan menakjubkan yang terjadi melalui pengolahan śamatha dan vipaśyanā yang mengambil objeknya dari Dharma yang terpadu [dari Mahayana]. Wawasan adalah kecerdasan menakjubkan yang terjadi melalui pengolahan śamatha dan vipaśyanā yang mengambil objeknya dari Dharma yang lain [dari Mahayana]."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, ketika para Bodhisattva mengolah śamatha dan vipaśyanā, gambar apakah yang Mereka hapus? Melalui perenungan apa?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Itu, Kulaputra, karena Mereka merenungkan 'Tathatā yang sebenarnya (bhūta-tathatā)', Mereka menghapus gambar dari ajaran dan gambar dari makna. Ketika Mereka tidak memiliki apapun yang untuk dicapai di dalam nama dan intisari nama, maka Mereka tidak lagi melihat pada gambaran itu yang mendukungnya [nama dan intisari nama]. Dalam cara ini, Mereka menghapusnya. Sama seperti dengan nama, demikian juga dengan kata-kata dan semua jenis makna. Bahkan dalam hal alam dan intisari dari alam, Mereka tidak memiliki apapun yang untuk dicapai, sehingga Mereka tidak lagi melihat pada gambar-gambar itu. Dalam cara seperti itu, Mereka menghapusnya."
"Bhagavan, makna dari Tathatā yang dilihat itu [dalam perenungan itu] adalah makna dari gambar. Apakah gambar dari Bhūta-tathatā ini juga harus dihapus atau tidak?"
"Kulaputra, di dalam makna dari Bhūta-tathatā yang Mereka sadari, tidak ada gambar apapun dan tidak ada yang untuk dicapai. Lalu bagaimana bisa itu dihapus? Kulaputra, sama seperti yang Saya telah jelaskan, makna dari Bhūta-tathatā yang Mereka sadari itu menyingkirkan setiap jenis dari gambar yang bermakna apapun. Jadi, itu bukanlah kasus bahwa pemahaman ini sendiri dapat diganti dengan apapun yang lain. "
"Bhagavan, Anda telah memberikan contoh baskom berisi air yang keruh, cermin yang kotor, dan kolam yang airnya bergoncangan sebagai permukaan yang tidak mempertahankan setiap gambar untuk dipertimbangkan. Kebalikan dari ini yang akan mempertahankannya [gambaran itu]. Dengan cara seperti itu, jika orang memiliki pikiran yang tidak diolah, maka orang tidak akan mempertahankan pemahaman yang benar dari Tathatā, namun ketika pikiran diolah dengan baik, maka orang akan mempertahankan pemahaman seperti itu. Dalam penjelasan ini, apa itu pikiran yang mampu menembus pemahaman? Apa jenis Tathatā yang Anda bicarakan?"
"Kulaputra," [Sang Bhagavan menjawab,] " di dalam penjelasan itu, ada tiga jenis dari pikiran yang mampu menembus pemahaman: pikiran yang mampu memahami dari apa yang telah didengar, pikiran yang mampu memahami dari apa yang telah dipikirkan, dan pikiran yang mampu memahami dari apa yang telah diolah. Saya memberikan penjelasan itu di dalam cahaya dari Tathatā dari pembentukan kesadaran."
"Bhagavan, para Bodhisattva yang telah melihat dan mengetahui Dharma dan maknanya, dan yang telah sungguh-sungguh di dalam pengolahan untuk melenyapkan semua gambar, Berapa banyakkah jenis dari gambar yang sulit dilenyapkan yang Mereka lenyapkan? Dan bagaimanakah cara melenyapkannya? "
"Kulaputra, ada sepuluh jenis dari gambar itu, dan para Bodhisattva dapat melenyapkannya melalui kekosongan. Yang pertama, karena Mereka melihat dan mengetahui Dharma dan maknanya, ada berbagai macam gambar dari huruf dan kata-kata, yang Mereka dapat lenyapkan melalui kekosongan dari semua gejala kejadian. Yang kedua, karena Mereka melihat dan mengetahui makna dari Tathatā dari yang telah diberikan, Mereka memiliki gambar-gambar dari kemunculan, kehancuran, tinggal menghuni, perbedaan, kelanjutan, dan perkembangan, yang Mereka mampu lenyapkan melalui yang pertama, kekosongan dari gambar, dan kemudian, kekosongan dari awal dan akhir. Yang ketiga, karena Mereka melihat dan mengetahui makna dari penerima, mereka memiliki gambar yang penuh nafsu dari tubuh dan kebanggaan diri, yang Mereka mampu lenyapkan melalui kekosongan dari bagian dalam dan kekosongan dari tiada pencapaian. Keempat, karena Mereka melihat dan mengetahui makna dari objek yang diterima, Mereka memiliki gambar dari harta yang diinginkan, yang mereka mampu lenyapkan melalui kekosongan dari bagian luar. Yang kelima, karena Mereka melihat dan mengetahui makna dari kenikmatan, Mereka telah secara bagian dalam membentuk gambar dari rayuan dan anugerah dari pria dan wanita, yang Mereka mampu lenyapkan melalui kekosongan dari bagian dalam dan bagian luar, dan kekosongan dari asal-mulanya. Yang keenam, karena Mereka melihat dan mengetahui makna dari lingkungan, Mereka memiliki gambar yang tidak terbatas, yang Mereka mampu lenyapkan melalui kebesaran dari kekosongan. Yang ketujuh, karena Mereka melihat dan mengetahui yang tiada bentuk-rupa, Mereka memiliki gambar dari ketenangan bagian dalam dan pembebasan, yang Mereka dapat lenyapkan melalui kekosongan dari yang berkondisi. Yang kedelapan, karena Mereka melihat dan mengetahui makna dari Bhūta-tathatā dari gambar, Mereka memiliki gambar dari ketiadaan diri dari pudgala dan ketiadaan diri dari gejala kejadian, yang, apakah gambar dari yang hanya pembentukan kesadaran atau gambar dari makna tertinggi, yang Mereka mampu lenyapkan melalui kekosongan tertinggi, kekosongan dari yang tiada intisari, kekosongan dari keberadaan yang tiada intisari, dan kekosongan dari makna tertinggi. Yang kesembilan, karena Mereka melihat dan mengetahui makna dari Tathatā dari pemurnian, Mereka memiliki gambar dari yang tidak berkondisi dan gambar dari yang tidak berubah, yang Mereka dapat lenyapkan melalui kekosongan dari yang tidak berkondisi dan kekosongan dari yang tidak berubah. Kesepuluh, karena Mereka secara penuh perhatian merenungkan sifat alami kekosongan dimana Mereka mendisiplinkan apa yang harus di disiplinkan, Mereka memiliki gambar dari sifat alami kekosongan, yang Mereka dapat lenyapkan melalui 'kekosongan dari kekosongan (sunyasūnyatā)'."
"Bhagavan, setelah melenyapkan sepuluh jenis gambaran itu, apa gambar lainnya yang Mereka lenyapkan dan dari gambar apakah Mereka terbebaskan?"
"Mereka, Kulaputra, melenyapkan gambar-gambar yang dibuat di dalam konsentrasi. Mereka meninggalkan dan terbebaskan dari gambar kekotoran yang membelenggu. Kulaputra, Anda harus memahami bahwa, dengan mengatakan masing-masing dari kekosongan ini meniadakan masing-masing gambarnya, tetapi itu tidaklah benar bahwa masing-masing itu tidak meniadakan semua gambar. Ini sama seperti dengan kasus ketidaktahuan, karena itu tidaklah benar bahwa ia tidak dapat menimbulkan hal-hal yang kotor bahkan hingga usia tua dan kematian, namun, dengan mengatakan bahwa ketidaktahuan menimbulkan hanya bentuk-bentuk karma, karena semua pembentukan karma langsung disebabkan oleh ketidaktahuan. Prinsip yang sama ini juga berlaku."
Pada saat itu, sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, apa gambar keseluruhan dari kekosongan itu yang para Bodhisattva lihat tanpa menyingkirkannya dan namun tanpa kebanggaan sehubungan dengan gambar dari kekosongan itu?"
Kemudian sang Bhagavan memuji sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Sangat baik, Kulaputra, sangat baik, Anda telah mampu bertanya kepada sang Tathagata pada makna yang mendalam ini untuk menuntun semua Bodhisattva supaya tidak menyingkirkan gambar dari sifat alami kekosongan!. Mengapa begitu, kulaputra? Itu adalah karena jika para Bodhisattva akan menyingkirkan gambar dari sifat alami kekosongan, maka Mereka akan menyingkirkan Mahāyāna. Oleh karena itu, Kulaputra, dengarlah dengan baik, karena Saya akan menjelaskan gambar keseluruhan dari kekosongan untuk Anda. Di dalam Mahāyāna, Kulaputra, gambar keseluruhan dari kekosongan itu mengacu pada pemisahan akhir dari gambar-gambar itu yang melekat melalui imajinasi, dengan semua keanekaragaman dari kekotorannya dan kemurniannya, dari pola yang saling bergantungan lainnya dan pola kesempurnaan penuh: yang adalah sepenuhnya tiada pencapaian di dalamnya."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, berapa banyak 'konsentrasi (samādhi)' yang termasuk di dalam śamatha dan vipaśyanā ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Itu, Kulaputra, seperti yang Saya telah jelaskan, para Śrāvaka, Bodhisattva, dan Tathāgata yang tidak terbatas jumlah-Nya memiliki keanekaragaman samādhi yang tidak terbatas, yang semua itu termasuk di dalamnya."
"Bhagavan, apa penyebab dari śamatha dan vipaśyanā ini?"
"Itu, Kulaputra, adalah disiplin sila yang dimurnikan dan wawasan yang benar yang dicapai melalui pendengaran yang dimurnikan dan perenungan."
"Bhagavan, apa hasil dari śamatha dan vipaśyanā ini?"
"Hasil darinya, Kulaputra, adalah disiplin sila yang dimurnikan dengan baik, pikiran yang dimurnikan dengan baik, dan pemahaman yang dimurnikan dengan baik. Lagi, Kulaputra, semua kualitas yang baik, baik yang duniawi maupun yang melampaui, dari semua Śrāvaka, Bodhisattva, dan Tathāgata, adalah termasuk sebagai hasil dari śamatha dan vipaśyanā ini. "
"Bhagavan, apa kegiatan yang dikerjakan melalui śamatha dan vipaśyanā?"
"Kegiatannya, Kulaputra, adalah pembebasan dari dua belenggu, belenggu dari gambar dan belenggu dari kelemahan yang kotor."
"Bhagavan, di antara lima jenis dari jeratan yang Anda telah jelaskan, manakah yang merupakan hambatan untuk śamatha? Manakah yang merupakan hambatan untuk vipaśyanā? Manakah yang merupakan hambatan untuk kedua-duanya?"
"Kulaputra, nafsu keinginan untuk tubuh dan harta benda adalah hambatan untuk śamatha. Tidak berminat pada Dharma yang suci adalah hambatan untuk vipaśyanā. Berbagai cara dari tinggal berdiam di dalam hiruk-pikuk dari gambar-gambar kesenangan dan sepenuhnya terpuaskan dengan kedangkalan adalah hambatan untuk kedua-duanya. Dikarena oleh yang pertama, orang tidak dapat melakukan meditasi. Dikarena oleh yang kedua, usaha yang telah diolah itu tidak pernah mencapai penyelesaian."
"Bhagavan, di antara lima pengaburan, manakah yang menghambat śamatha? Manakah yang menghambat vipaśyanā? Manakah yang menghambat kedua-duanya?"
"Kulaputra, gejolak kegelisahan dan tindakan kejahatan adalah hambatan untuk śamatha. Kemurungan, kemalasan, dan keraguan adalah hambatan untuk vipaśyanā. Pendambaan dan kebencian adalah hambatan untuk kedua-duanya."
"Bhagavan, bagaimanakah cara menentukan tingkat dimana jalan dari śamatha telah disempurnakan dan dimurnikan?"
"Kulaputra, pada tingkat dimana kemurungan dan kemalasan telah dilenyapkan, di tingkat itu dikatakan bahwa jalan dari śamatha telah disempurnakan dan dimurnikan."
"Bhagavan, bagaimana cara menentukan tingkat dimana jalan dari vipaśyanā telah disempurnakan dan dimurnikan?"
"Kulaputra, pada tingkat dimana kegelisahan dan tindakan kejahatan telah dilenyapkan, di tingkat itu dikatakan bahwa jalan dari vipaśyanā telah disempurnakan dan dimurnikan."
"Bhagavan, dalam mencapai śamatha dan vipaśyanā, berapa banyak gangguan yang harus Bodhisattva ketahui?"
"Mereka, Kulaputra, harus mengetahui lima ini: gangguan pada perhatian, gangguan pada yang bagian luar, gangguan pada yang bagian dalam, gangguan pada gambar, dan gangguan pada kelemahan yang kotor. Jika, Kulaputra, para Bodhisattva menolak perhatian Mahāyāna dan jatuh ke dalam perhatian dari Śravaka dan Pratyekabuddha, itu adalah gangguan pada perhatian. Jika Mereka membiarkan pikiran menjadi menyebar di antara kecenderungan gairah nafsu yang dirasakan pada semua gambar yang membingungkan dari lima daya pemikat indera bagian luar, itu adalah gangguan pada yang bagian luar. Jika Mereka menjadi tenggelam dalam kemurungan, melekat pada rasa dari Dhyāna melalui kemalasan, atau dikotori oleh nafsu gairah yang menyertai untuk keadaan Dhyāna lainnya, itu adalah gangguan pada yang bagian dalam. Jika, dalam memperhatikan dan berpikir pada gambar yang di buat dengan cara konsentrasi bagian dalam, Mereka mengandalkan gambar dari bagian luar, itu adalah gangguan pada gambar. Jika secara bagian dalam, Mereka memperhatikan perasaan yang timbul secara berkondisi dan namun, dikarenakan oleh kelemahan yang kotor, membayangkan 'diri' dan menimbulkan kebanggaan, itu adalah gangguan pada kelemahan yang kotor."
"Bhagavan, rintangan apa yang śamatha dan vipaśyanā mampu atasi dari tingkat pertama dari Bodhisattva (bodhisattvapratamabhūmi) hingga ke tingkat Tathagata (tathāgatabhūmi)?"
"Kulaputra, pada tingkat pertama, śamatha dan vipaśyanā mengatasi rintangan nafsu yang menyebabkan takdir jahat, dan kekotoran dari karma dan kelahiran. Pada tingkat kedua, mereka mengatasi rintangan dari kemunculan kesalahan yang halus. Pada tingkat ketiga, mereka mengatasi rintangan dari nafsu keinginan. Pada tingkat keempat, mereka mengatasi rintangan dari kemelekatan pada konsentrasi dan Dharma. Pada tingkat kelima, mereka mengatasi rintangan dari menolak samsāra dan rintangan dari menuju nirvāna. Pada tingkat keenam, mereka mengatasi rintangan dari seringnya muncul gambar-gambar. Pada tingkat ketujuh, mereka mengatasi rintangan dari kemunculan gambar-gambar yang halus. Pada tingkat kedelapan, mereka mengatasi rintangan dari mengerahkan usaha dalam hal yang tiada bentuk-rupa dan rintangan dari belum mencapai penguasaan dalam hal yang berbentuk-rupa. Pada tingkat kesembilan, mereka mengatasi rintangan dari belum mencapai penguasaan semua jenis pidato yang terampil. Pada tingkat kesepuluh, mereka mengatasi rintangan dari belum mencapai tubuh Dharma (Dharmakāya) yang sepenuhnya tersempurnakan. Kulaputra, dalam tingkat Tathagata, śamatha dan vipaśyanā mengatasi rintangan dari nafsu yang paling halus dan rintangan dari menuju sarvajñajñānā. Karena mampu sepenuhnya melenyapkan rintangan itu, pada akhirnya, mencapai kebijaksanaan semesta dan wawasan yang tidak melekat dan tanpa rintangan; dan, didukung pada pencapaian tujuan, Mereka terdirikan di dalam Dharmakāya yang sangat murni."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimanakah para Bodhisattva, yang didukung oleh pengolahan Mereka yang kuat pada śamatha dan vipaśyanā, mencapai Anuttarāh Samyaksambodhi Abhisambuddha?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Itu, Kulaputra, karena telah mencapai śamatha dan vipaśyanā, para Bodhisattva mendukung diri Mereka sendiri pada tujuh macam Tathatā itu. Dengan pikiran yang terkonsentrasi dengan baik pada Dharma itu yang telah di dengar dan di renungkan, dalam diri Mereka sendiri bersungguh-sungguh merenungkan pada sifat alami dari Tathatā seperti yang telah dipertimbangkan dengan baik, diperiksa dengan baik, dan didirikan dengan baik. Dikarenakan oleh perenungan mereka pada Tathatā, mereka mampu menyingkirkan kemunculan dari semua gambar yang halus, apalagi gambar yang kotor. Kulaputra, gambar-gambar yang halus ini mengacu pada gambar dari pencengkraman dari pikiran; gambar dari pengalaman; gambar dari pembentukan kesadaran; gambar dari kekotoran dan kemurnian; gambar dari bagian dalam; gambar dari bagian luar; gambar dari bagian dalam dan bagian luar; gambar yang 'orang harus bertindak untuk kepentingan makhluk hidup'; gambar dari kebijaksanaan sejati; gambar dari Tathatā, gambar dari [empat kebenaran dari] penderitaan, asal-mulanya, penghentiannya, dan sang jalan; gambar dari yang berkondisi; gambar dari yang tidak berkondisi; gambar dari yang abadi; gambar dari yang tidak abadi; gambar dari sifat alami dari penderitaan dan perubahan; gambar dari yang tidak berubah; gambar dari ciri-ciri yang berbeda dari yang berkondisi; gambar dari ciri-ciri yang sama dari yang berkondisi; gambar dari segala sesuatu yang berhubungan dengan mengetahui segala sesuatu; gambar dari ketiadaan diri dari pudgala; dan gambar dari ketiadaan diri dari dharma."
"Mereka mampu menyingkirkan semua gagasan yang muncul dalam pikiran dan, karena terus-menerus tinggal berdiam di dalam kegiatan seperti ini, selama periode waktu, Mereka mengolah pikiran untuk mengatasi semua jeratan, pengaburan, dan gangguan. Setelah itu, Mereka secara bagian dalam menghasilkan tujuh aspek kecerdasan yang menembus masing-masing tujuh aspek dari Tathatā, ini adalah jalan dari wawasan. Dikarenakan oleh pencapaian ini, Mereka dikatakan yang telah memasuki status terjamin dari Bodhisattva yang terbebaskan dari kelahiran kembali, karena Mereka dilahirkan ke dalam keluarga dari Tathāgata dan, masuk kedalam tingkat pertama, Mereka dapat menikmati kualitas bagus yang unggul dari tingkat ini. Selama periode awal ini, karena telah mencapai śamatha dan vipaśyanā, Mereka telah mencapai dua objek : objek yang disertai dengan gambaran untuk perenungan dan objek yang tidak disertai dengan gambaran untuk perenungan - itu adalah pada saat ini bahwa Mereka mencapai jalan dari wawasan. Mereka juga mencapai sebagai objek pemahaman Mereka batas-batas dari gejala kejadian. Kemudian setelah itu, di dalam semua tingkat, Mereka mengolah jalan dari meditasi sambil dengan penuh perhatian merenungkan tiga jenis objek ini. Sama seperti orang yang mencabut ganjalan yang besar dengan cara menggunakan ganjalan yang kecil, demikian juga para Bodhisattva ini menyingkirkan gambar bagian dalam melalui cara dari mengandalkan ini yang sama seperti ganjalan kecil untuk mencabut ganjalan besar. Semua gambar yang berhubungan dengan kekotoran menjadi terlenyapkan, dan, begitu dilenyapkan, kelemahan juga dilenyapkan. Karena Mereka secara permanen menghancurkan kelemahan-kelemahan itu dalam semua gambar-gambarnya, setelah itu, di dalam semua tingkat, Mereka secara bertahap memurnikan pikiran sama seperti memurnikan emas hingga Mereka mencapai Anuttarāh Samyaksambodhi, mencapai tujuan yang mereka perjuangkan untuk diselesaikan. Kulaputra, itu adalah karena para Bodhisattva ini telah dengan baik mengolah meditasi dalam diri Mereka sendiri, Mereka mencapai Anuttarāh Samyaksambodhi Abhisambuddha."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimanakah pengolahan ini menghasilkan kekuasaan yang besar dari Bodhisattva?"
"Ketika, Kulaputra, para Bodhisattva menyadari enam pendukung, Mereka mampu menghasilkan kekuasaan yang besar dari Bodhisattva. Yang pertama adalah mengetahui dengan baik kemunculan pikiran. Yang kedua adalah mengetahui dengan baik tinggal berdiamnya pikiran. Yang ketiga adalah mengetahui dengan baik keberangkatan pikiran. Yang keempat adalah mengetahui dengan baik peningkatan pikiran. Yang kelima adalah mengetahui dengan baik penurunan pikiran. Yang keenam adalah mengetahui dengan baik cara bijaksana."
"Mereka mengetahui dengan baik kemunculan pikiran, karena Mereka sungguh mengetahui perbedaan yang menimbulkan pikiran di dalam enam belas kegiatannya; ini adalah apa yang dimaksud dengan mengetahui dengan baik kemunculan pikiran."
"Enam belas Kegiatan dari pikiran ini adalah, yang pertama, munculnya pembentukan kesadaran sebagai yang tidak disadari, wadah yang mendasar, yaitu kesadaran yang mencengkram (ādānavijñāna). Yang kedua adalah munculnya pembentukan kesadaran bersama-sama dengan banyak objeknya yang berbeda, yaitu, kesadaran pikiran berimajinasi yang segera menangkap semua objek alam bentuk-rupa, dan seterusnya; pemahaman yang segera menangkap objek bagian dalam dan bagian luar; atau, sebagai kemungkinan lainnya, kesadaran pikiran berimajinasi yang dalam sekejap, seketika itu juga, masuk ke dalam 'konsentrasi (samādhi)' dan melihat banyak Buddhaksetra dan banyak Tathagata. Yang ketiga adalah munculnya pembentukan kesadaran yang fokus dalam objek gambar yang kecil, yaitu, pikiran yang terikat pada dunia nafsu keinginan. Yang keempat adalah munculnya pembentukan kesadaran yang fokus dalam objek gambar yang besar, yaitu, pikiran yang terikat pada dunia bentuk-rupa. Yang kelima adalah munculnya pembentukan kesadaran yang fokus dalam objek gambar yang tidak terbatas, yaitu, pikiran yang terikat pada ruang angkasa yang tidak terbatas dan kesadaran yang tidak terbatas. Yang keenam adalah munculnya pembentukan kesadaran yang fokus dalam objek gambar yang halus, yaitu, pikiran yang terikat pada ketiadaan apapun. Yang ketujuh adalah munculnya pembentukan kesadaran yang fokus dalam objek gambar dari batas terakhir, yaitu, pikiran yang terikat pada tiada tanggapan penglihatan maupun tiada yang tanpa tanggapan penglihatan. Yang kedelapan adalah munculnya pembentukan kesadaran dalam yang tiada gambar, yaitu, pikiran yang melampaui dan pikiran yang tanpa objek tujuan. Yang kesembilan adalah munculnya pembentukan kesadaran yang diaktifkan bersama-sama dengan penderitaan, yaitu, pikiran tentang makhluk di neraka. Yang kesepuluh adalah munculnya pembentukan kesadaran bersama-sama dengan banyak perasaan yang bercampur, yaitu, pikiran yang diaktifkan melalui nafsu keinginan. Yang kesebelas adalah munculnya pembentukan kesadaran yang diaktifkan bersama-sama dengan kegembiraan (prīti), yaitu, pikiran dari dua meditasi pertama. Yang kedua belas adalah munculnya pembentukan kesadaran yang diaktifkan bersama-sama dengan kebahagiaan (sukha), yaitu, pikiran dari meditasi ketiga. Yang ketiga belas adalah munculnya pembentukan kesadaran yang diaktifkan bersama-sama dengan tiada penderitaan maupun tiada kebahagiaan, yaitu, pikiran dari meditasi keempat pada yang tiada tanggapan penglihatan maupun tiada yang tanpa tanggapan penglihatan. Yang keempat belas adalah munculnya pembentukan kesadaran bersama-sama dengan kekotoran, yaitu, pikiran yang berhubungan dengan nafsu dan kecenderungan nafsu. Yang kelima belas adalah munculnya pembentukan kesadaran bersama-sama dengan kebaikan, yaitu, pikiran yang berhubungan dengan keyakinan, dan seterusnya. Yang keenam belas adalah munculnya pembentukan kesadaran bersama-sama dengan keadaan netral, yaitu, pikiran yang tidak terhubung dengan kekotoran atau kebaikan."
"Apa itu mengetahui dengan baik tinggal berdiamnya pikiran? Ini berarti bahwa Mereka sungguh mengetahui Tathatā dari pemahaman."
"Apa itu mengetahui dengan baik keberangkatan pikiran? Ini berarti bahwa Mereka sungguh mengetahui pembebasan dari dua belenggu, oleh gambar dan oleh kelemahan, karena dengan mengetahui ini memungkinkan untuk menjauhkan pikiran darinya."
"Apa itu mengetahui dengan baik peningkatan pikiran? Ini berarti bahwa Mereka sungguh mengetahui pikiran yang mampu mengatasi belenggu dari gambar dan belenggu dari kelemahan, karena pada saat itu, ketika [gambar dan kelemahan] itu meningkat dan berkumpul, Mereka mencapai peningkatan dan pengumpulan [dari pikiran yang mengatasinya]. Ini adalah apa yang dimaksud dengan mengetahui peningkatan pikiran."
"Apa itu mengetahui dengan baik penurunan pikiran? Ini berarti bahwa Mereka sungguh mengetahui gambar yang harus dilenyapkan, pikiran lemah yang kotor, dan, ketika membuangnya atau menguranginya, ini adalah penolakan dan penurunan. Ini adalah apa yang dimaksud dengan mengetahui penurunan pemikiran."
"Apa itu mengetahui dengan baik cara bijaksana? Ini berarti bahwa Mereka sungguh mengetahui pembebasan, penguasaan, dan keseluruhan, ketika sedang mengolahnya atau mengakhirinya. Ini, Kulaputra, adalah bagaimana para Bodhisattva demi kekuasaan yang besar dari Bodhisattva, telah melakukannya, akan melakukannya, atau sedang melakukannya sekarang."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, seperti yang Anda telah ajarkan, dalam Nirvanadhatu yang tanpa skandha yang tersisa, semua perasaan sepenuhnya lenyap tanpa sisa. Apa perasaan yang selamanya lenyap itu?"
"Singkatnya, Kulaputra, ada dua jenis perasaan yang dilenyapkan tanpa sisa. Pertama adalah perasaan dari kelemahan tubuh, dan yang kedua adalah perasaan dari objek yang adalah hasil [dari perasaan dari kelemahan tubuh]. Ada empat jenis perasaan dari kelemahan tubuh : perasaan dari tubuh berbentuk, perasaan dari tubuh yang tidak berbentuk, perasaan dari kelemahan yang sudah membuahkan hasil, dan perasaan dari kelemahan yang belum membuahkan hasil. Perasaan yang sudah membuahkan hasil itu mengacu pada perasaan sekarang, sementara perasaan yang belum membuahkan hasil itu mengacu pada objek dari perasaan yang menjadi penyebab di masa depan. Perasaan dari objek yang adalah hasilnya juga ada empat jenis: perasaan dari tempat tinggal, perasaan dari nafkah penghidupan, perasaan dari menggunakan, dan perasaan dari ketergantungan. Dalam Penghentian yang menyisakan skandha, semua perasaan yang belum membuahkan hasil telah dilenyapkan, karena pada umumnya menyajikan pengalaman dari perasaan yang terlahir dari hubungan dengan kebijaksanaan, yang melenyapkan pengalaman dari itu [perasaan yang belum membuahkan hasil], dan dari perasaan yang sudah membuahkan hasil. Kedua jenis perasaan itu sudah terlenyapkan, dan orang hanya mengalami perasaan yang terlahir dari hubungan dengan kebijaksanaan. Namun dalam penghentian yang tanpa menyisakan skandha, pada saat penghentian akhir, bahkan ini [perasaan yang terlahir dari hubungan dengan kebijaksanaan] sepenuhnya terlenyapkan. Dengan demikian dikatakan bahwa di dalam Nirvanadhatu yang tanpa skandha yang tersisa, semua perasaan sepenunnya lenyap tanpa sisa." Dengan begitu, sang Bhagavan menyelesaikan penjelasan-Nya."
Kemudian sang Bhagavan menyapa sang Bodhisattva Maitreya dan berkata:. "Sangat baik, Kulaputra, sangat baik, bahwa Anda telah mampu bertanya kepada sang Tathagata tentang penyelesaian jalan yang paling murni dari guhya yoga. Anda sendiri telah pasti mencapai keterampilan tertinggi di dalam yoga, dan Saya telah mengumumkan kepada Anda jalan dari guhya yoga yang menakjubkan, sempurna dan paling murni. Para Bhagavan Buddha dari masa lalu atau masa depan telah mengajarkan atau akan mengajarkan Dharma seperti ini. Semua kulaputra dan kuladuhitrā harus dengan usaha yang tekun mengolahnya."
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini untuk menegaskan arti-Nya :
Dalam yoga yang terdirikan di dalam Dharma ini,
Jika orang sembrono, akan kehilangan manfaat yang besar itu.
Jika orang mempraktekkan secara benar berdasarkan Dharma yoga ini,
Akan mencapai Maha Bodhi.
Jika dalam mencari pencapaian, orang menolaknya dan mengkritiknya,
Mengambil pandangannya sendiri menjadi jalan untuk mencapai Dharma ini,
Maka, Maitreya, mereka sedang menjauh dari yoga ini,
Seperti jauhnya langit dari bumi.
Orang yang bandel tidak bekerja demi kepentingan makhluk,
Saat tercerahkan, tidak peduli tentang menguntungkan makhluk hidup,
Namun orang bijak mengerjakannya sampai akhir dari kalpa,
Dan mereka mencapai sukacita tertinggi yang tanpa noda.
Jika orang, dengan nafsu keinginan, mengkhotbahkan Dharma,
Meskipun dikatakan telah menolak nafsu keinginan, orang akan kembali mencengkram nafsu keinginan.
Para orang bodoh itu, yang telah memperoleh permata Dharma yang tidak ternilai,
Berbalik kembali dan berkeliaran dalam kemiskinan.
Menolak pertengkaran dan meninggalkan kemelekatan gagasan,
Timbulkan usaha yang unggul.
Demi menyelamatkan para dewa dan manusia,
Anda harus mempelajari yoga ini.
Pada saat itu, sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimana kami menamai Dharma dari penjelasan maksud yang mendasari ini? Bagaimana kami menghormatinya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata: "Itu, Kulaputra, dinamakan Dharma tentang arti yang jelas dari yoga, dan Anda harus menghormatinya seperti itu."
Ketika Dharma tentang arti yang jelas dari yoga ini diberitakan di dalam perkumpulan majelis itu, enam ratus ribu makhluk hidup menghasilkan pikiran yang bertekad untuk Anuttarāh Samyaksambodhi Abhisambuddha; tiga ratus ribu Śrāvaka mencapai pemurnian mata Dharma yang terbebas dari debu dan tanpa noda sehubungan dengan Dharma ini; seratus lima puluh ribu Śrāvaka melenyapkan kekotoran dan pikiran mereka mencapai pembebasan; dan tujuh puluh lima ribu Bodhisattva mencapai meditasi perenungan Maha Yoga.
________________________________________________________
Lima Kumpulan (pañca-skandha). Makhluk hidup tersusun dari lima kumpulan: rūpa (bentuk), vedanā (perasaan), saṁjñā (tanggapan penglihatan/gagasan), saṁskāra (pembentukan pikiran), dan vijñāna (kesadaran). Yang pertama adalah benda berwujud dan empat lainnya adalah pikiran. Karena empat ini bukan benda berwujud, hanya ditampilkan dalam bahasa penamaan, pañca-skandha diringkas sebagai Nama dan Rupa. Skandha juga berarti yang menutupi atau menyembunyikan, dan pekerjaan tetap dari pañca-skandha adalah menyembunyikan Tathatā (kenyataan yang sesungguhnya) dari makhluk hidup.
Terakhir diubah oleh skipper tanggal Sat Jan 14, 2017 1:13 pm, total 13 kali diubah
OM MA NI PAD ME HUM
Lokesvararaja Tathagata
Avalokitesvara Maha Bodhisattva
Bab IX
Avalokiteśvara Parivartah
Pada saat itu, sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, Anda telah mengajarkan sepuluh tingkat Bodhisattva (dasabhūmi), yaitu : tingkat penuh kegembiraan (pramuditābhūmi), tingkat tanpa kekotoran (vimalābhūmi), tingkat pemancar cahaya (prabhākarībhūmi), tingkat kecerdasan yang menyala (arcismatībhūmi), tingkat yang sulit ditaklukkan (sudurjayābhūmi), tingkat menuju tujuan (abhimukhībhūmi), tingkat pergi jauh (dūrangamābhūmi), tingkat yang tidak tergoyahkan (acalābhūmi), tingkat kecerdasan yang sangat baik (sādhumatībhūmi), dan tingkat awan dari ajaran (dharmameghābhūmi). Anda telah lebih jauh lagi menjelaskan tingkat Buddha (buddhabhūmi) sebagai tingkat kesebelas. Apa itu pemurnian dari tingkat ini? Dalam apakah itu dicakupkan? "
Pada saat itu, sang Bhagavan menyapa sang Bodhisattva Avalokitesvara dan berkata: "Anda, Kulaputra, harus memahami bahwa semua tingkat ini dicakup dalam empat pemurnian dan sebelas aspek. Empat pemurnian mampu mencakup sepuluh tingkat itu karena pemurnian niat yang unggul mencakup tingkat pertama, pemurnian disiplin yang unggul mencakup tingkat kedua, pemurnian pikiran yang unggul mencakup tingkat ketiga, dan pemurnian kebijaksanaan yang unggul mencakup keunggulan yang berkembang di dalam urutan dari tingkat-tingkat selanjutnya. Anda harus memahami bahwa itu mampu mencakup semua tingkat dari yang keempat hingga ke tingkat terakhir dari keBuddhaan. Anda harus memahami bahwa dengan cara ini, empat pemurnian ini mampu mencakup semua tingkat itu."
"Bagaimanakah sebelas aspek mencakup semua tingkat ini? Pada tingkat pertama dari mempraktekkan pembaktian, para Bodhisattva juga menumbuhkan kesabaran dalam pembaktian dengan mengandalkan pada sepuluh praktik Dharma [menyalin, menghormati, menyebarkan, menghadiri, membaca, mempertahankan, menjelaskan, melantunkan, merenungkan, dan mengolahnya]. Oleh karena itu, setelah melampaui tingkat ini, Mereka memasuki kepastian terjamin sebagai Bodhisattva yang terbebaskan dari kelahiran kembali. Setelah menyempurnakan aspek [pertama] ini, para Bodhisattva itu masih belum mampu sungguh mengetahui dan mempraktekkan, dikarenakan oleh adanya pelanggaran dan kesalahan yang halus. Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun Mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan dengan sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu menyempurnakan aspek [kedua] ini, Mereka masih belum mampu untuk mencapai penyerapan di dalam samādhi duniawi yang sempurna atau ingatan, atau mengingat dengan sempurna pada [Dharma] yang telah didengar. Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan dengan sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu menyempurnakan aspek [ketiga] ini, Mereka belum mampu mempertahankan faktor-faktor kebangkitan yang telah dicapai di dalam meditasi yang berkepanjangan. Pikiran Mereka belum mampu meninggalkan kemelekatan pada meditasi dan Dharma. Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun Mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan dengan sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu menyempurnakan aspek [keempat] ini, Mereka masih belum mampu memeriksa prinsip-prinsip kebenaran suci sebagaimana apa adanya di dalam kenyataan. Mereka tidak mampu berpaling dari atau menolak perpindahan kehidupan (samsāra) dan tidak berfokus pada penghentian (nirvāna). Mereka tidak mampu menumbuhkan faktor-faktor kebangkitan termasuk cara terampil (upaya kausalya). Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun Mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan dengan sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu menyempurnakan aspek [kelima] ini, Mereka masih belum mampu memeriksa kelanjutan dari samsāra sebagaimana apa adanya di dalam kenyataan, karena terus-menerus menimbulkan perasaan kemuakan kepadanya. Mereka tidak mampu tinggal berdiam dengan lama di dalam perenungan yang tanpa gambar. Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun Mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan dengan sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu menyempurnakan aspek [keenam] ini, Mereka belum mampu tinggal berdiam dengan lama di dalam meditasi dari perenungan tanpa gambar secara tanpa cacat dan tidak terganggu. Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun Mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan dengan sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu menyempurnakan aspek [ketujuh] ini, Mereka masih belum mampu meninggalkan usaha yang berhubungan dengan penguasaan tanpa gambar. Mereka tidak mampu mencapai penguasaan atas gambar. Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun Mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan dengan sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu menyempurnakan aspek [kedelapan] ini, Mereka masih belum mampu mencapai penguasaan atas cara-cara yang berbeda dari ucapan, gambar, penjelasan, dan pembedaan di dalam pengajaran. Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun Mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan dengan sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu menyempurnakan aspek [kesembilan] ini, Mereka masih belum mampu mencapai perasaan dari kehadiran tubuh Dharma (Dharmakāya) yang sempurna. Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun Mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan dengan sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu menyempurnakan aspek [kesepuluh] ini, Mereka masih belum mampu mencapai kebijaksanaan yang menakjubkan dan wawasan, yang tidak melekat dan tanpa hambatan di dalam semua alam pengetahuan apapun. Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun Mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan dengan sungguh-sungguh. Dengan begitu, aspek ini menjadi tersempurnakan, dan, dengan menjadi tersempurnakan, semua aspek itu menjadi tersempurnakan. Pahamilah, Kulaputra, bagaimana cara sebelas aspek ini seluruhnya mencakup dasabhūmi."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, mengapa tingkat pertama dinamakan tingkat penuh kegembiraan? Mengapa tingkat yang lainnya hingga tingkat keBuddhaan dinamakan dengan apa yang telah disebut?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Kulaputra, tingkat pertama dinamakan tingkat penuh kegembiraan karena, di dalam mencapai tujuan yang besar dan mencapai pikiran yang melampaui dunia, orang menghasilkan kegembiraan dan sukacita. Tingkat kedua dinamakan tingkat tanpa kekotoran karena di dalamnya, orang melenyapkan semua pelanggaran halus terhadap disiplin. Tingkat ketiga dinamakan tingkat pemancar cahaya karena konsentrasi (samādhi) dan ingatan yang tercapai di dalamnya dapat menjadi dukungan untuk cahaya kebijaksanaan yang tidak terbatas. Tingkat keempat dinamakan tingkat kecerdasan yang menyala karena faktor-faktor kebangkitan yang dicapai di dalamnya membakar habis semua nafsu gairah dengan kebijaksanaan yang seperti kobaran api. Tingkat kelima dinamakan tingkat yang sulit ditaklukkan karena ketika di dalamnya, orang mencapai penguasaan di dalam pengolahan cara-cara terampil pada faktor-faktor dari kebangkitan yang sama itu, yang paling sulit untuk dikuasai. Tingkat keenam dinamakan tingkat menuju tujuan karena ketika di dalamnya, orang mewujudkan dan memeriksa semua perkembangan dari gejala kejadian yang berkondisi dan tinggal berdiam di dalam kehadirannya dengan terus-menerus mengolah perenungan pada ketiadaan gambar itu. Tingkat ketujuh dinamakan tingkat pergi jauh karena ketika di dalamnya, orang dapat masuk ke dalam perenungan yang tiada gambar dan yang menjangkau jauh, tanpa cacat dan tanpa gangguan, dan dengan demikian orang semakin mendekati gambar dari kemurnian. Tingkat kedelapan dinamakan tingkat tidak tergoyahkan karena ketika di dalamnya, orang mencapai spontanitas sehubungan dengan ketiadaan gambar dan tidak tergoyahkan oleh nafsu gairah apapun sehubungan dengan gambar. Tingkat kesembilan dinamakan tingkat kecerdasan yang sangat baik karena di dalamnya, orang memperoleh kebijaksanaan yang tiada cacat dan yang luas, yang memahami dan menguasai semua pengucapan Dharma. Tingkat kesepuluh dinamakan tingkat awan dari Dharma karena di dalamnya, sama seperti awan yang besar mampu menutupi langit, kumpulan dari kelemahan ini [yaitu, kesadaran yang menampung] dicakup oleh Dharmakaya. Tingkat kesebelas dinamakan tingkat Buddha karena di dalamnya, orang selamanya terbebas dari rintangan bahkan nafsu gairah terhalus dan dari rintangan untuk sarvajñajñānā, di dalam Samyaksambodhi untuk semua alam yang diketahui."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, di tingkat bhumi ini, ada berapa banyak angan-angan khayalan dan ada berapa banyak kelemahan yang untuk dilenyapkan ditemukan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Di dalam tingkat bhumi ini, Kulaputra, ada dua puluh dua angan-angan khayalan dan sebelas jenis kelemahan yang untuk dilenyapkan. Pada tingkat pertama, ada dua angan-angan khayalan: angan-angan khayalan yang melekati pudgala dan gejala kejadian, dan angan-angan khayalan yang karena tercemar di dalam takdir jahat. Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa yang harus dilenyapkan. Pada tingkat kedua, ada dua angan-angan khayalan: angan-angan khayalan dari kesalahan pelanggaran yang halus dan angan-angan khayalan dari nasib yang dihasilkan oleh berbagai tindakan (karma). Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa yang harus dilenyapkan. Pada tingkat ketiga, ada dua angan-angan khayalan: angan-angan khayalan dari menjadi tamak dan angan-angan khayalan sehubungan dengan menyempurnakan ingatan pada apa yang telah didengar. Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa yang harus dilenyapkan. Pada tingkat keempat, ada dua angan-angan khayalan: angan-angan khayalan yang melekati konsentrasi dan angan-angan khayalan yang melekati Dharma. Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa yang harus dilenyapkan. Pada tingkat kelima, ada dua angan-angan khayalan: angan-angan khayalan dari perhatian khusus di dalam menolak perpindahan (samsāra) dan angan-angan khayalan dari perhatian khusus di dalam menuju ke penghentian (nirvāna). Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa yang harus dilenyapkan. Pada tingkat keenam, ada dua angan-angan khayalan: angan-angan khayalan dari menghadirkan dan memeriksa perkembangan dari gejala kejadian yang berkondisi, dan angan-angan khayalan dari seringkali menghadirkan gambar. Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa yang harus dilenyapkan. Pada tingkat ketujuh, ada dua angan-angan khayalan: angan-angan khayalan dari menghadirkan gambar yang halus [dari pikiran] dan angan-angan khayalan dari cara memperhatikan khusus pada yang tiada gambar. Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa yang harus dilenyapkan. Pada tingkat kedelapan, ada dua angan-angan khayalan: angan-angan khayalan dari mengerahkan usaha sehubungan dengan yang tiada gambar dan angan-angan khayalan sehubungan dengan menguasai gambar. Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa yang harus dilenyapkan. Pada tingkat kesembilan ada dua angan-angan khayalan: angan-angan khayalan dari setelah menguasai penjelasan Dharma yang tidak terbatas, huruf kata-kata Dharma yang tidak terbatas, dan penafsiran kebijaksanaan yang berturut-turut dan Mantra, dan angan-angan khayalan dari setelah menguasai pengetahuan khusus dari penafsiran. Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa yang harus dilenyapkan. Pada tingkat kesepuluh ada dua angan-angan khayalan: angan-angan khayalan sehubungan dengan kekuatan ajaib yang besar dan angan-angan khayalan di dalam memahami rahasia yang halus. Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa yang harus dilenyapkan. Pada tingkat Tathagata ada dua angan-angan khayalan: angan-angan khayalan dari kemelekatan yang paling halus untuk semua alam yang diketahui dari makna dan angan-angan khayalan dari hambatannya yang sangat halus. Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa yang harus dilenyapkan. Itu, Kulaputra, dikarenakan oleh dua puluh dua angan-angan khayalan dan sebelas kelemahan ini bahwa ada tingkat-tingkat ini, dan bahwa Anuttarāh Samyaksambodhi, dihalangi oleh itu, menjadi tetap tidak hadir. "
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, Anuttarāh Samyaksambodhi adalah tentu sangat langka, karena itu adalah pencapaian dari manfaat yang besar, hasil yang besar, dimana semua Bodhisattva dimungkinkan untuk memecah belah jaring-jaring khayalan yang besar, dimungkinkan untuk melewati semak-semak belukar dari kelemahan yang besar dan mencapai Abhisambodhi."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, oleh berapa banyak keunggulan tingkat ini didirikan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Singkatnya, Kulaputra, ada delapan: kemurnian tekad yang tinggi, kemurnian pikiran, kemurnian belas kasih, kemurnian kesempurnaan yang melampaui, kemurnian melihat para Buddha dan memberikan Mereka penghormatan, kemurnian mematangkan para makhluk hidup, kemurnian kelahiran, dan kemurnian kekuasaan. Kemurnian ini, Kulaputra, secara berurutan menjadi semakin unggul dari tingkat pertama sampai tingkat Tathagata. Tidak termasuk kemurnian kelahiran di dalam tingkat Tathagata, kualitas yang baik dari tingkat pertama secara sebanding ada di dalam tingkat-tingkat yang lebih tinggi, dan Anda harus memahami bahwa tingkat-tingkat ini adalah yang lebih unggul dalam kualitas yang baik. Kualitas yang baik dari seluruh sepuluh tingkat Bodhisattva dapat dilampaui, namun kualitas yang baik dari tingkat Tathagata adalah yang tiada tanding."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, mengapa Anda mengatakan bahwa kelahiran Bodhisattva adalah yang jauh lebih unggul dibandingkan kelahiran semua makhluk yang lain?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Ada, Kulaputra, empat alasannya. Pertama, dihasilkan dari akar yang paling baik dan murni. Kedua, diambil melalui kekuatan pikiran yang menembus. Ketiga, berbelas kasih menyelamatkan para makhluk hidup. Dan keempat, menjadi murni tanpa noda, mampu menghapus kekotoran orang lain."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, mengapa Anda mengatakan bahwa semua Bodhisattva menghasilkan sumpah yang luas, sumpah yang menakjubkan, sumpah yang unggul?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Itu, Kulaputra, ada empat alasan. Semua Bodhisattva mampu secara baik mewujudkan kebahagiaan dari tinggal berdiam di dalam nirvāna. Mereka bisa cepat mencapainya, namun Mereka meninggalkan pencapaian yang sangat cepat dari kediaman yang menyenangkan itu. Tanpa sebab atau kebutuhan, Mereka menghasilkan pikiran dari sumpah yang besar itu karena Mereka ingin memberikan manfaat keuntungan kepada semua makhluk hidup. Mereka tetap berada di antara penderitaan besar yang berbagai jenis selama waktu yang panjang. Oleh karena itu, Saya telah mengatakan bahwa Mereka menghasilkan sumpah yang luas, sumpah yang menakjubkan, sumpah yang unggul."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, ada berapa banyak aturan yang semua Bodhisattva harus amati?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Kulaputra, aturan dari para Bodhisattva adalah enam kesempurnaan yang melampaui (sadpāramitā) dari memberi (dāna), moralitas (sīla), kesabaran (ksānti), semangat (vīrya), meditasi (dhyāna), dan kebijaksanaan (prajñā)."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, dari enam jenis aturan ini, berapa banyak yang termasuk dalam aturan disiplin yang tinggi, berapa banyak yang termasuk dalam aturan pikiran yang tinggi, dan berapa banyak yang termasuk dalam aturan kebijaksanaan yang tinggi?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Kulaputra, tiga yang pertama termasuk dalam aturan disiplin yang tinggi, meditasi tunggal termasuk dalam aturan pikiran yang tinggi, dan kebijaksanaan termasuk dalam aturan kebijaksanaan yang tinggi. Saya mengajarkan bahwa semangat meliputi mereka semua."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimana Bodhisattva mengamati enam aturan ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Ada, Kulaputra, lima aspek yang dengan melaluinya Mereka harus mengamati aturan ini. Yang pertama adalah, dari awal, Mereka harus memiliki keyakinan yang kuat di dalam ajaran Dharma yang menakjubkan tentang pāramitā seperti yang ditemukan di dalam ajaran Bodhisattva. Yang kedua adalah, Mereka harus rajin mengolah kebijaksanaan yang menakjubkan, yang dicapai melalui pendengaran, perenungan, dan meditasi di dalam sepuluh praktik Dharma. Yang ketiga adalah, Mereka harus memelihara pikiran kebangkitan (Bodhicitta). Yang keempat adalah, Mereka harus dekat berhubungan dengan Acarya. Yang kelima adalah, Mereka harus mengolah sifat-sifat yang baik tanpa gangguan."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, mengapa Anda menyajikan aturan ini menjadi enam?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Kulaputra, ada dua alasan : untuk memberikan manfaat keuntungan kepada makhluk hidup dan untuk melenyapkan semua nafsu, karena tiga aturan pertama memberikan manfaat keuntungan kepada makhluk hidup, dan tiga aturan terakhir melenyapkan semua nafsu. Tiga pertama memberikan manfaat keuntungan kepada makhluk hidup, karena dengan memberi, semua Bodhisattva menyediakan yang dibutuhkan untuk memberikan manfaat keuntungan kepada makhluk hidup. Dengan moralitas, Mereka memberikan manfaat keuntungan kepada makhluk hidup di dalam menghindarkannya dari cedera, penindasan, dan kejengkelan. Dengan kesabaran di dalam makian, Mereka mampu memberikan manfaat keuntungan kepada makhluk hidup, memungkinkan Mereka dengan sabar bertahan dari cedera, penindasan, dan kejengkelan. Tiga yang terakhir melenyapkan semua nafsu, karena dengan semangat, para Bodhisattva, meskipun Mereka mungkin belum melenyapkan semua nafsu selamanya atau mungkin belum melenyapkan semua kecenderungan gairah, mampu secara rajin mengolah kualitas yang baik, dan semua nafsu itu menjadi tidak mampu membalikkan usaha Mereka menuju kebaikan. Dengan meditasi, mereka melenyapkan nafsu selamanya, dan dengan kebijaksanaan, Mereka melenyapkan kecenderungan gairah selamanya."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, mengapa Anda menyajikan pāramitā yang lainnya menjadi empat?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Karena, Kulaputra, itu adalah bantuan untuk sadpāramitā tadi. Para Bodhisattva, yang membantu para makhluk hidup dengan cara tiga pāramitā pertama [memberi, disiplin moral, dan kesabaran], mendirikan di dalam kebaikan dengan cara merawat mereka di dalam cara terampil dari semua [empat] jenis penarikan [berdana kepada makhluk, mendorong mereka dengan ucapan yang ramah, menguntungkan mereka dengan tindakan, dan mempersamakan dengan mereka]. Oleh karena itu, Saya telah mengajarkan bahwa kesempurnaan cara terampil (upāya pāramitā) adalah bantuan untuk tiga pāramitā pertama.
"Tapi dikarenakan oleh kondisi para Bodhisattva yang sekarang, nafsu mereka yang sangat banyak, belum mampu di dalam praktek yang tidak terganggu. Dikarenakan oleh tekad yang rapuh dan kualitas duniawi dari pemahaman, tidak mampu tinggal berdiam di dalam pikiran mereka sendiri. Karena tidak mampu mempraktekkan secara benar latihan yang mereka dengar di dalam ajaran Bodhisattva, meditasi yang mereka miliki tidak mampu menghasilkan kebijaksanaan yang melampaui. Namun, mereka telah mengumpulkan syarat kebajikan di beberapa bagian yang kecil, dan di dalam pikiran, mereka bersungguh-sungguh menimbulkan sumpah untuk mengurangi nafsu mereka di masa depan. Karena sumpah ini, nafsu menjadi melemah dan mereka menjadi mampu mempraktekkan semangat. Oleh karena itu, Saya telah mengajarkan bahwa kesempurnaan sumpah (pranidhāna pāramitā) adalah bantuan untuk kesempurnaan semangat (vīrya pāramitā). Ketika Bodhisattva dekat berhubungan dengan Acarya dan mendengar Dharma dengan perhatian yang benar, ini menjadi penyebab mereka berpaling dari tekad yang rendah dan menuju tekad yang lebih unggul, karena mereka menjadi mampu mencapai pemahaman yang lebih tinggi. Inilah yang disebut kesempurnaan kekuatan (bala pāramitā). Dikarenakan oleh kekuatan seperti ini, mereka menjadi mampu tinggal berdiam di dalam pikiran mereka sendiri. Oleh karena itu, Saya telah mengajarkan bahwa kesempurnaan kekuatan (bala pāramitā) membantu kesempurnaan meditasi (dhyāna pāramitā). Jika para Bodhisattva itu sungguh dapat mengolah latihan yang mereka telah dengar, mereka menjadi mampu menghasilkan meditasi. Dan ini adalah apa yang disebut kesempurnaan kebijaksanaan (prajñā pāramitā). Dikarenakan oleh kebijaksanaan ini, mereka mampu menghasilkan pengetahuan yang melampaui. Oleh karena itu, Saya telah memberitakan bahwa kesempurnaan kebijaksanaan (prajñā pāramitā) adalah bantuan untuk kesempurnaan pengetahuan (jñāna pāramitā). "
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, apa alasan untuk urutan dari sadpāramitā di dalam khotbah Anda?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Itu, Kulaputra, adalah pendukung yang memungkinkan orang untuk menghasilkan yang selanjutnya. Ini berarti bahwa para Bodhisattva dapat memperoleh sila yang termurnikan melalui menjadi dermawan dengan harta fisik Mereka [melalui berdana]. Mereka berlatih kesabaran karena menjaga sila. Dengan berlatih kesabaran, Mereka menjadi mampu menghasilkan semangat. Dengan menghasilkan semangat, Mereka menjadi mampu mencapai meditasi. Terberkahi dengan meditasi, Mereka menjadi mampu memperoleh kebijaksanaan yang melampaui. Ini, maka adalah alasan untuk urutan dari sadpāramitā di dalam khotbah Saya."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, apa berbagai jenis pembagian dari sadpāramitā ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Itu, Kulaputra, masing-masing memiliki tiga pembagian. Tiga pembagian dari memberi adalah pemberian Dharma (dharma dana), pemberian barang-barang (amisa dana), dan pemberian keberanian (abhaya dana). Tiga pembagian dari sila adalah sila untuk berpaling dari apa yang tidak baik, sila untuk beralih ke apa yang baik, dan sila untuk beralih ke memberikan manfaat keuntungan kepada makhluk hidup. Tiga pembagian dari kesabaran adalah kesabaran untuk bertahan dari penghinaan dan luka, kesabaran untuk tinggal berdiam dengan penuh kedamaian di dalam penderitaan, dan kesabaran untuk menyelidiki Dharma. Tiga pembagian dari semangat adalah semangat yang melindungi orang seperti baju perisai, semangat untuk mengerahkan usaha di dalam menimbulkan yang baik, dan semangat untuk mengerahkan usaha untuk memberikan manfaat keuntungan kepada makhluk hidup. Tiga pembagian dari meditasi adalah meditasi dari tinggal berdiam di dalam kebahagiaan, yang dapat melenyapkan semua penderitaan dari nafsu karena itu tidak membeda-bedakan, hening tenang, sangat tenang, dan tanpa cacat; meditasi yang menimbulkan kualitas yang baik; dan meditasi yang menghasilkan manfaat keuntungan kepada makhluk hidup. Tiga pembagian dari kebijaksanaan adalah kebijaksanaan yang mengambil objeknya dari kebenaran biasa yang duniawi (loka-samvriti-satya); kebijaksanaan yang mengambil objeknya dari kebenaran makna tertinggi (paramarthika satya); dan kebijaksanaan yang mengambil objeknya dari yang menguntungkan makhluk hidup."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, mengapa kesempurnaan ini dinamakan pāramitā?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Ada, Kulaputra, lima alasan : Ia tidak melekat, tidak tertarik, tiada cacat, tidak membeda-bedakan, dan membuahkan hasil. Ia tidak melekat karena tidak melekat pada yang berlawanan dari kesempurnaan. Ia tidak tertarik karena pikiran tidak terikat untuk pematangan atau hadiah yang dihasilkan dari setiap kesempurnaan itu. Ia tiada cacat karena kesempurnaan ini tidak memiliki kesamaan dengan gejala kejadian yang kotor dan terpisah dari pelaksanaan tindakan yang jahat. Ia tidak membeda-bedakan karena ciri-ciri khusus dari kesempurnaan ini tidak mencengkram pada makna dari perkataan. Ia membuahkan hasil karena kesempurnaan ini, ketika dipraktekkan dan dihimpun, mengarah pada dan mencari hasil dari Anuttarāh Samyaksambodhi."
"Bhagavan, apa yang berlawanan dari kesempurnaan ini?"
"Anda, Kulaputra, harus memahami bahwa itu ada enam jenis. Yang pertama adalah melihat keuntungan di dalam mencari kebahagiaan dengan mendambakan kenikmatan, kekayaan, dan kekuasaan. Yang kedua adalah melihat keuntungan di dalam memanjakan kenikmatan dari tubuh, ucapan, dan pikiran. Yang ketiga adalah melihat keuntungan di dalam menjadi tidak sabar ketika dihina oleh orang lain. Yang keempat adalah melihat keuntungan di dalam tidak bertindak cepat untuk berlatih dan melekat pada kesenangan. Yang kelima adalah melihat keuntungan di dalam kebingungan yang riuh dan kegiatan liar duniawi. Yang keenam adalah melihat keuntungan di dalam pemalsuan apa yang di lihat, di dengar, di mengerti, di ketahui, dan di katakan."
"Bhagavan, apa hasil pematangan dari semua kesempurnaan ini?"
"Anda, Kulaputra, harus memahami bahwa dalam ringkasnya ada enam jenis. Yang pertama adalah pencapaian dari kekayaan yang besar. Yang kedua adalah pergi dan lahir di dalam nasib yang baik. Yang ketiga adalah sukacita penuh dan kebahagiaan dari kedamaian dan kerukunan. Yang keempat adalah menjadi penguasa atas makhluk hidup. Yang kelima adalah tidak adanya siksaan tubuh. Yang keenam adalah memiliki kemasyhuran besar dan ketenaran."
"Bhagavan, bagaimanakah kesempurnaan ini menjadi bercampur dengan hal-hal yang kotor?"
"Ringkasnya, Kulaputra, ada empat situasi : Ketika terhubung dengan tidak adanya belas kasih, tidak adanya kewajaran, tidak adanya kelanjutan, atau tidak adanya ketekunan. Situasi menjadi tidak wajar ketika, melalui berlatih satu pāramitā, orang membuang dan mengabaikan praktek dari pāramitā yang lainnya."
"Bhagavan, apa yang dimaksud dengan cara yang tidak terampil?"
"Jika, Kulaputra, para Bodhisattva itu, di dalam memberikan manfaat keuntungan kepada para makhluk hidup melalui pāramitā, yang mengandalkan hanya pada barang-barang material untuk memberikan manfaat dan membuat mereka bahagia, dan tidak akan berusaha untuk memimpin mereka menjauh dari kejahatan atau mendirikan mereka di dalam kebajikan, itu akan menjadi cara yang tidak terampil. Mengapa begitu? Itu, Kulaputra, adalah tidak benar bahwa orang yang melakukan hal-hal itu benar-benar memberikan manfaat keuntungan kepada makhluk hidup. Apakah sejumlah kecil ataupun tumpukan besar dari tinja dan kencing, itu tidak pernah dapat digunakan sebagai wewangian. Dengan cara yang sama, karena makhluk hidup menderita disebabkan oleh tindakan mereka, dan karena sifat alami mereka adalah penderitaan, adalah tidak mungkin untuk memimpin mereka menuju kebahagiaan hanya dengan cara menyediakan kepada mereka dengan bentuk-bentuk yang cepat berlalu dari barang-barang material. Manfaat yang terbaik adalah mendirikan mereka di dalam kebajikan."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, berapa banyak kemurnian yang dimiliki oleh semua pāramitā ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Kulaputra, Saya tidak pernah mengatakan bahwa itu memiliki kemurnian yang lain dari lima yang telah disebutkan [tidak melekat, tidak tertarik, tiada cacat, tidak membeda-bedakan, dan membuahkan hasil]. Namun, dengan ini [lima] sebagai landasan, Saya akan menjelaskan ciri-ciri umum dan khusus dari kemurnian dari pāramitā ini.
"Kemurnian yang umum untuk semua pāramitā berjumlah tujuh. Yang pertama adalah para Bodhisattva tidak perlu mencari pengetahuan yang lain selain dari Dharma ini. Yang kedua adalah bahwa, setelah mendapatkan wawasan yang mendalam dari Dharma ini, Mereka tidak menimbulkan kemelekatan pada itu. Yang ketiga adalah Mereka tidak menimbulkan keraguan tentang Dharma ini atau mempertanyakan apakah bisa atau tidak itu memimpin menuju ke kebangkitan yang besar. Yang keempat adalah Mereka tidak pernah mengucapkan selamat kepada diri sendiri, memfitnah orang lain, atau mengejek. Yang kelima adalah Mereka tidak pernah menjadi sombong atau lalai. Yang keenam adalah Mereka tidak pernah puas pada pencapaian yang kecil. Yang ketujuh adalah Mereka tidak pernah menjadi cemburu atau pelit dengan orang lain karena Dharma ini."
"Kemurnian yang khusus untuk setiap pāramitā juga berjumlah tujuh. Seperti yang Saya telah ajarkan, para Bodhisattva dicirikan dengan tujuh kemurnian dari memberi. Yang pertama adalah bahwa, karena pemberian itu adalah murni, Mereka berlatih kemurnian memberi. Yang kedua adalah bahwa, karena disiplin sila yang murni, Mereka berlatih kemurnian memberi. Yang ketiga adalah bahwa, karena wawasan yang murni, Mereka berlatih kemurnian memberi. Yang keempat adalah bahwa, karena pikiran yang murni, Mereka berlatih kemurnian memberi. Yang kelima adalah bahwa, karena ucapan yang murni, Mereka berlatih kemurnian memberi. Yang keenam adalah bahwa, karena kebijaksanaan yang murni, Mereka berlatih kemurnian memberi. Yang ketujuh adalah bahwa, karena dimurnikan dari kekotoran, Mereka berlatih kemurnian memberi. Ini adalah tujuh ciri-ciri kemurnian memberi."
"Setelah memahami kesetaraan semangat, para Bodhisattva tidak membangga-banggakan praktek semangat yang kukuh milik Mereka ataupun tidak merendahkan orang lain. Mereka diberkahi dengan kekuatan yang besar (maha bala) dan semangat yang besar (maha vīrya). Kemampuan Mereka yang mendalam adalah kuat dan kukuh. Mereka tidak pernah membuang pikulan kebaikan. Ini adalah tujuh ciri-ciri kemurnian semangat."
"Di dalam meditasi, para Bodhisattva telah memperoleh konsentrasi yang menembus gambar, konsentrasi dari kesempurnaan, konsentrasi yang dari dua aspek, konsentrasi yang muncul dengan spontan, konsentrasi yang tanpa dukungan, konsentrasi yang menanamkan pengendalian, dan konsentrasi yang tidak terbatas dari berlatih Dharma Bodhisattva. Ini adalah tujuh ciri-ciri kemurnian meditasi."
"Kebijaksanaan berarti bahwa para Bodhisattva telah memisahkan diri Mereka sendiri dari dua hal yang sangat berlebihan dari memaksakan [intisari yang dibayangkan pada ajaran] atau peniadaan [makna duniawi dari ajaran], karena Mereka berlatih jalan tengah. Dikarenakan oleh Kebijaksanaan ini, Mereka sungguh memahami makna dari pintu pembebasan, yaitu, tiga pintu pembebasan : kekosongan, ketiadaan nafsu keinginan, dan ketiadaan gambar. Mereka sungguh memahami makna dari intisari, yaitu, tiga ciri-ciri dari yang sepenuhnya dibayangkan, dari yang saling bergantungan lainnya, dan dari yang sepenuhnya tersempurnakan. Mereka sungguh memahami makna dari ketiadaan intisari, yaitu, tiga jenis dari yang pada dasarnya tiada intisari di dalam ciri-ciri, di dalam yang timbul, dan di dalam makna tertinggi. Mereka sungguh memahami makna biasa yang duniawi, yaitu, lima bidang pengetahuan [Pañca Vidyā : pengetahuan bahasa (śabda vidyā), pengetahuan penalaran (hetu vidyā), pengetahuan obat-obatan (cikitsā vidyā), pengetahuan seni kerajinan tangan (śilpa-karma-sthāna vidyā), dan pengetahuan kepribadian diri (adhyātma vidyā)]. Mereka sungguh memahami makna yang sesungguhnya dari makna tertinggi, yaitu, tujuh kekosongan. Selanjutnya, di dalam tiada pembedaan, Mereka memisahkan diri dari semua pemalsuan pikiran. Sesampainya di kebenaran murni yang menyatu itu, Mereka tinggal berdiam di dalamnya selama waktu yang panjang. Dengan vipaśyanā, Mereka mencapai Dharma yang menyatu dan tidak terbatas dan mampu menyempurnakan praktek dari ajaran yang sesuai dengan Dharma itu. Ini adalah tujuh ciri-ciri kemurnian kebijaksanaan."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, apa tindakan khusus dari lima ciri-ciri [kemurnian] ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Anda, Kulaputra, harus memahami bahwa ciri-ciri dari kemurnian ini memiliki lima tindakan. Karena tidak melekat, para Bodhisattva selalu mengerahkan usaha yang rajin di dalam latihan Mereka sekarang pada pāramitā tanpa kelalaian. Karena tidak tertarik, Mereka mencakup penyebab untuk menghindari kelalaian di masa depan. Karena tiada cacat, Mereka mampu secara benar mempraktekkan pāramitā yang sepenuhnya termurnikan dan sepenuhnya bercahaya. Karena tiada pembedaan, di dalam upāya pāramitā, Mereka secara cepat mencapai seluruhnya. Karena bermurah hati, di dalam semua takdir, Mereka mencapai yang tidak habis-habisnya dalam hal semua pāramitā apapun itu dan semua hasil pematangan yang menguntungkan [dari pāramitā], dan pada akhirnya mencapai Anuttarāh Samyaksambodhi Abhisambuddha."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, mengapa pāramitā ini luas? Mengapa itu tidak ternoda? Mengapa itu yang paling bersinar? Mengapa itu tidak tergoyahkan? Mengapa itu termurnikan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Itu, Kulaputra, adalah yang luas karena tanpa kemelekatan, tidak tertarik, dan bermurah hati. Itu tidak ternoda karena tanpa cacat dan tanpa pembedaan. Itu bercahaya karena tindakan dari pemahamannya yang menembus adalah yang tertinggi. Itu tidak tergoyahkan karena telah memasuki keadaan yang tanpa kemunduran. Itu termurnikan karena telah menyelesaikan Dasabhūmi dan Buddhabhūmi."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, mengapa semua hasil yang menguntungkan dan pematangan dari pāramitā yang dicapai oleh para Bodhisattva adalah yang tidak habis-habisnya? Mengapa pāramitā juga adalah yang tidak habis-habisnya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Itu, Kulaputra, seperti ini karena secara saling ketergantungan satu sama lainnya para Bodhisattva mengolahnya dengan tanpa gangguan."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, mengapa para Bodhisattva di dalam keyakinan mengejar pāramitā, bukan demi imbalan menyenangkan yang dihasilkan darinya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Ada, Kulaputra, lima alasan, yang pertama, pāramitā merupakan penyebab sukacita dan kebahagiaan tertinggi. Yang kedua, pāramitā merupakan penyebab keuntungan tertinggi untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Yang ketiga, pāramitā merupakan penyebab pematangan hasil yang baik di masa depan. Yang keempat, pāramitā adalah dukungan untuk pelenyapan semua kekotoran. Yang kelima, pāramitā adalah yang melampaui semua perubahan."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, apa kualitas yang mulia dari masing-masing pāramitā ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Anda, Kulaputra, harus memahami bahwa masing-masing dari pāramitā ini memiliki empat kualitas yang mulia. Yang pertama, ketika mengolah pāramitā ini secara benar, orang menjadi mampu meninggalkan lawannya : kekikiran, kelemahan, kemarahan, kemalasan, kebingungan, dan makna yang salah. Yang kedua, ketika mengolah pāramitā ini secara benar, orang menjadi mampu menghimpun syarat untuk Anuttarāh Samyaksambodhi Abhisambuddha. Yang ketiga, ketika mengolah pāramitā ini secara benar, bahkan sekarang di dunia ini, orang menjadi mampu mencakup dalam diri nya sendiri manfaat keuntungan untuk makhluk hidup. Yang keempat, ketika mengolah pāramitā ini secara benar, orang menjadi mampu mencapai yang tidak habis-habisnya, hasil yang baik dari pematangannya di masa depan."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, apa penyebab pāramitā ini? Apa hasilnya? Apa manfaatnya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Kulaputra, penyebab pāramitā ini adalah belas kasih yang besar. Hasilnya adalah pematangan yang menakjubkan, yang menguntungkan dan membantu makhluk hidup. Manfaatnya yang besar adalah Anuttarāh Samyaksambodhi Abhisambuddha."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, jika para Bodhisattva diberkahi dengan kekayaan yang tidak habis-habisnya, dan jika Mereka adalah yang paling berbelas kasih, maka mengapa bisa ada makhluk hidup yang miskin di dunia ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Itu, Kulaputra, dikarenakan oleh tindakan yang salah dari makhluk hidup. Jika tidak demikian, maka bagaimana akan ada kemiskinan di dunia? Karena para Bodhisattva selalu menjaga pikiran untuk memberikan manfaat keuntungan kepada orang lain, Mereka tentu diberkahi dengan kekayaan yang tidak habis-habisnya. Seandainya makhluk hidup tidak mendirikan hambatan melalui Karma mereka sendiri. Tubuh hantu kelaparan (preta) yang tertindas oleh rasa haus yang sangat, bahkan jika menjumpai air Maha Samudra, melihatnya telah kering. Ini bukanlah kesalahan dari Maha Samudra. Ini adalah kesalahan dari Karma preta itu sendiri! Dalam cara yang sama, kekayaan yang akan diberikan oleh para Bodhisattva, yang seperti lautan, tidak bersalah. Sebaliknya, sama seperti preta itu, kekuatan karma jahat menghilangkan buah itu."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, melalui pāramitā yang manakah para Bodhisattva melihat ketiadaan intisari dari semua dharma?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Itu, Kulaputra, adalah melalui prajñā pāramitā bahwa Mereka mampu melihat ketiadaan intisari dari semua dharma."
"Bhagavan, jika itu adalah melalui prajñā pāramitā bahwa Mereka mampu melihat ketiadaan intisari dari semua dharma, lalu mengapa Mereka tidak mampu melihat intisari?"
"Kulaputra, Saya tidak pernah mengajarkan bahwa orang melihat ketiadaan intisari melalui intisarinya. Walaupun ketiadaan intisari itu adalah yang terpisah dari semua perkataan dan dicapai di bagian dalam, namun orang tidak dapat mengucapkannya dengan cara menolak semua perkataan. Oleh karena itu, Saya menjelaskan bahwa itu adalah melalui prajñā pāramitā bahwa orang mampu melihat ketiadaan intisari dari semua dharma. "
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, Anda telah mengajarkan tentang pāramitā, mendekati pāramitā, dan pāramitā yang besar. Apa itu pāramitā? Apa itu mendekati pāramitā? Dan apa itu pāramitā yang besar?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Kulaputra, para Bodhisattva, melalui periode waktu yang tidak terbatas, mempraktekkan pemberian, dan seterusnya, dan menyelesaikan kualitas-kualitas yang baik, namun masih menyisakan nafsu keinginan. Mereka belum mampu menaklukkannya, melainkan diri Mereka sendiri yang ditaklukkannya. Pāramitā mengacu pada pengembangan ketekunan yang lemah seperti itu selama tahap berlatih ketekunan. Para Bodhisattva, melalui periode selanjutnya dari waktu yang tidak terbatas, mempraktekkan pemberian, dan seterusnya, dan secara bertahap meningkatkan dan menyelesaikan kualitas-kualitas yang baik. Nafsu keinginan masih muncul, tapi Mereka mampu menaklukkannya dan diri Mereka sendiri tidak tertaklukkan. Mendekati Pāramitā, maka, mengacu pada tingkat pertama dan di atasnya. Para Bodhisattva, selama periode lebih lanjut dari waktu yang tidak terbatas, mempraktekkan pemberian, dan seterusnya, mengembangkan peningkatan yang lebih lanjut, dan menyelesaikan kualitas-kualitas yang baik. Tidak ada nafsu keinginan yang muncul sama sekali. 'Maha Pāramitā (kesempurnaan yang besar)' mengacu pada tingkat kedelapan dan di atasnya."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, berapa banyak jenis kecenderungan nafsu keinginan yang dapat ditemukan di semua tingkat ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Singkatnya, Kulaputra, ada tiga jenis. Yang pertama adalah kecenderungan nafsu keinginan yang dilenyapkan dari sekutunya. Ini terjadi di dalam lima tingkat pertama. Mengapa begitu? Kulaputra, semua nafsu keinginan yang tidak muncul secara alami adalah sekutu untuk munculnya nafsu keinginan yang alami. Karena ia tidak lagi hadir pada saat itu [dari tingkat keenam], ia dikatakan yang dilenyapkan dari sekutunya. Yang kedua adalah kecenderungan nafsu keinginan yang lemah, yang muncul secara halus di dalam tingkat keenam dan tingkat ketujuh. Tetapi jika orang mengolah pelenyapannya, ia tidak akan muncul lagi. Yang ketiga adalah kecenderungan nafsu keinginan yang halus, yang ditemukan di dalam tingkat kedelapan dan di atasnya. Di sini, semua nafsu keinginan telah dilenyapkan dan tidak muncul lagi. Hanya ada tersisa dukungan untuk penghalang menuju ke 'Maha Tahu Semua (sarvajñāna)'. "
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, berapakah banyak jenis dari meninggalkan kelemahan dari kecenderungan nafsu keinginan ini diwujudkan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Itu, Kulaputra, hanya ada dua jenis, yaitu, meninggalkan kelemahan yang di permukaan sehubungan dengan [jenis kecenderungan nafsu keinginan] yang pertama dan yang kedua itu. Meninggalkan kelemahan yang lebih dalam berkaitan dengan [jenis kecenderungan nafsu keinginan] yang ketiga itu. Meninggalkan kelemahan yang paling dalam Saya telah mengajarkan sebagai meninggalkan semua kecenderungan nafsu keinginan selamanya, dan adalah berada di dalam tingkat Buddha."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, berapa banyak kalpa yang orang harus lalui untuk dapat meninggalkan kelemahan-kelemahan ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Kulaputra, orang harus melewati tiga kalpa besar yang tidak terhitung dan yang tidak terukur. Itu tidak terhitung karena itu tidak dapat diukur di dalam tahun, bulan, setengah bulan, seluruh atau setengah hari dan malam, seketika, sesaat, atau ksana. "
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, apa ciri-ciri, kesalahan, dan kualitas yang baik dari nafsu keinginan yang muncul di dalam semua tingkat Bodhisattva ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Kulaputra, ia dicirikan dengan tiada kotoran, karena, dari saat menetap di dalam tingkat pertama, para Bodhisattva secara menembus memahami dharmadhātu dari segala sesuatu. Oleh karena itu, nafsu keinginan ini muncul dengan kesadaran penuh dari para Bodhisattva itu dan tidak secara tidak sadar, dengan demikian ia dicirikan sebagai yang tiada kotoran. Para Bodhisattva tidak dapat menimbulkan penderitaan apapun di dalam tubuh Mereka sendiri, dan tiada kesalahan. Tapi Mereka menimbulkan nafsu keinginan sehingga dapat memotong putus penyebab penderitaan untuk makhluk hidup. Jadi ia memiliki kualitas yang baik, yang tidak terbatas."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Sungguh langka, Bhagavan, Anuttarāh Samyaksambodhi, karena memiliki manfaat yang besar seperti itu, yang memungkinkan para Bodhisattva untuk menimbulkan nafsu keinginan, namun melampaui akar kebajikan yang menakjubkan dari semua makhluk, Śrāvaka dan Pratyekabuddha. Betapa lebih besar lagi kualitas kebajikannya yang lainnya yang tidak terbatas! "
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, Anda telah mengatakan bahwa Śrāvakayana dan Mahāyana adalah kendaraan tunggal (Ekayana). Apa makna yang mendasari ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Kulaputra, di dalam Śrāvakayana, Saya telah mengajarkan berbagai macam intisari dari segala sesuatu, pañca-skandha, Enam bidang bagian dalam, Enam bidang bagian luar, dan sejenisnya. Di dalam Mahāyana, Saya telah mengajarkan bahwa semua hal itu adalah yang sama dengan Dharmadhātu, dengan satu makna terdalam yang sama. Jadi, Saya tidak mengatakan bahwa Kendaraan ini berbeda. Namun beberapa orang menimbulkan gagasan salah yang membeda-bedakan dengan mengambil arti huruf dari makna Saya. Beberapa orang melebih-lebihkan, beberapa orang mengurang-ngurangi, tetapi alasan mereka dalam hubungan dengan perbedaan dari Kendaraan itu adalah bertentangan. Dalam cara ini, mereka berkembang dan menyajikan perdebatan. Inilah makna yang mendasari dalam hal ini."
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini untuk menegaskan arti-Nya :
Tingkat-tingkat itu, apa yang dicakupnya, penjelasannya, lawannya,
Keunggulannya, sumpah yang ditimbulkannya, pembelajaran,
Semua ini tergantung pada Mahāyana, yang dikhotbahkan oleh sang Buddha.
Mereka yang mengolahnya dengan baik, akan menjadi para Buddha.
Di dalam Hīnayāna dan Mahāyāna, Saya telah mengajarkan berbagai intisari dari semua gejala kejadian;
Lagi, Saya telah mengajarkan bahwa semua ini adalah yang sama dengan satu makna.
Karena Saya telah mengajarkan Hīnayāna dan Mahāyāna,
Oleh karena itu, Saya mengajarkan tiada perbedaan di dalam kendaraan.
Jika orang membeda-bedakan dengan mengambil arti huruf dari makna Saya,
Apakah dengan berkata melebih-lebihkan atau mengurang-ngurangi,
Dua ini akan menjadi bertentangan.
Di dalam kebodohan, pemahaman itu akan menyebabkan perselisihan.
Pada saat itu, sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimana kami menamai Dharma dari penjelasan makna yang mendasari ini? Bagaimana kami menghormatinya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan berkata: "Itu, Kulaputra, harus dinamakan sebagai Dharma yang jelas tentang 'tingkat (bhūmi)' dan 'kesempurnaan yang melampaui (pāramitā)', dan Anda harus menghormatinya seperti itu."
Ketika Dharma yang jelas tentang bhūmi dan pāramitā ini dikhotbahkan, Tujuh puluh lima ribu Bodhisattva di dalam pertemuan besar itu mencapai Bodhisattva Samādhi yang bersinar dari Mahāyana.
________________________________________________________
Lankavatara Mahayana Sutra - Tujuh Kekosongan :
[1] Kekosongan dari ciri-ciri (laksana shunyata).
[2] Kekosongan dari sifat alami keberadaan diri (bhavasvabhava shunyata).
[3] Kekosongan dari tiada kegiatan (apracarita shunyata).
[4] Kekosongan dari kegiatan (pracarita shunyata).
[5] Kekosongan dari semua gejala kejadian yang tidak dapat ungkapkan (sarvadharma nirabhilapya shunyata).
[6] Kekosongan dari makna tertinggi yang dicapai oleh para Arya.
[7] Kekosongan dari yang saling berhubungan.
Terakhir diubah oleh skipper tanggal Wed Aug 17, 2016 12:25 am, total 27 kali diubah
Om A Ra Pa Ca Na Di
Bab X
Mañjuśrī Pariprccha
Pada waktu itu, sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, Anda telah mengajarkan tentang 'tubuh Dharma (Dharmakāya)' dari para Tathagata. Bagaimanakah Dharmakāya ini akan ditandai?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Kulaputra, Dharmakāya dari sang Tathagata ditandai sebagai kesempurnaan penuh dari 'perubahan landasan (asrayaparavrtti)', yang dicapai melalui praktek pāramitā di dalam semua bhūmi. Ketahuilah bahwa dikarenakan oleh dua karakteristik, itu adalah yang tidak dapat dibayangkan, karena itu melampaui pemalsuan ucapan dan bukan keadaan yang berkondisi. Para makhluk hidup, sebaliknya, membayangkan dan melekat pada apa yang dikondisikan melalui pemalsuan ucapan."
"Bhagavan, apakah asrayaparavrtti dari para Śrāvaka dan Pratyekabuddha disebut sebagai Dharmakāya atau tidak?"
"Kulaputra, itu tidak disebut sebagai Dharmakāya."
"Bhagavan, seperti apakah tubuh itu harus disebut?"
"Itu, Kulaputra, disebut sebagai 'tubuh pembebasan (Vimoksakāya)'. Vimoksakāya dari semua Śrāvaka dan Pratyekabuddha adalah yang sama sebanding dengan yang dari semua Tathāgata. Tetapi dikarenakan oleh Dharmakāya, Kita mengatakan bahwa itu adalah yang berbeda. Karena itu adalah yang berbeda dari Dharmakāya dari semua Tathāgata, semua itu adalah berbeda dari kualitas yang baik dan yang tidak terbatas dari sang Tathāgata, yang tidak bisa dipahami melalui perhitungan atau persamaan."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimana seharusnya Kami memahami karakteristik dari awal kelahiran sang Tathāgata?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Kulaputra, aksi dari tubuh pembentukan (Nirmānakāya) dari sang Tathāgata muncul di dalam banyak ragam, sama seperti yang dkerjakan alam duniawi. Ini ditandai sebagai yang dihiasi dan didukung oleh sejumlah kualitas yang baik dari sang Tathāgata. Ketahuilah bahwa Nirmānakāya ini ditandai sebagai yang memiliki awal kelahiran, sedangkan Dharmakāya ditandai sebagai yang tidak dilahirkan."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimana seharusnya Kami memahami 'cara terampil (upāya kauśalya)' di dalam menciptakan Nirmānakāya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Kulaputra, di dalam semua Buddhaksetra di trisahasra yang luas, di dalam banyak rumah tangga kerajaan yang terhormat dan tinggi, di dalam banyak negeri rumah tangga yang terhormat dan kaya, masuk ke dalam rahim, dilahirkan, dan tumbuh dewasa pada saat yang sama, mengalami nafsu keinginan, meninggalkan rumah, dan terlibat di dalam praktek pertapaan. Setelah meninggalkan praktek pertapaan itu, mencapai Anuttarāh Samyaksambodhi Abhisambuddha. Ini adalah urutan perwujudan-Nya. Ini adalah apa yang disebut upāya kauśalya di dalam menciptakan Nirmānakāya."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, berapa banyak jenis pengajaran yang didukung oleh Tubuh-Tubuh dari semua Tathāgata itu, dengan cara yang manakah para makhluk hidup yang sudah dibimbing, tetapi belum matang, dimatangkan, dan dengan berfokus pada yang sudah matang dibimbing secara cepat untuk mencapai pembebasan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Singkatnya, Kulaputra, ajaran dari sang Tathāgata berjumlah tiga : Sūtra, Vinaya, dan Mātrkā."
"Bhagavan, apa itu Sūtra? Apa itu Vinaya? Apa itu Mātrkā?"
"Manjusri, di mana pun Saya menjelaskan Dharma dengan mengandalkan kategori rangkuman, itu adalah Sūtra. Itu mengandalkan pada empat kategori, sembilan kategori, atau dua puluh sembilan kategori."
"Apa itu empat kategori? Yaitu, mendengar, mengambil perlindungan, mempraktekkan, dan 'kebangkitan (Bodhi)'."
"Apa itu sembilan kategori? Yaitu, menjelaskan tentang makhluk hidup, kesenangan mereka, kelahiran mereka, kehidupan mereka setelah lahir, kekotoran dan pemurnian mereka, perbedaan mereka, tindakan menjelaskan, yang dijelaskannya, dan perkumpulannya."
"Apa itu dua puluh sembilan kategori? Yang berhubungan dengan gejala kejadian yang kotor: [1] mengumpulkan gejala kejadian yang berkondisi, [2] terus-menerus terlibat dengannya, [3] kekuatan yang menyebabkan perpindahan di masa depan yang berasal dari tanggapan penglihatan pada pudgala, [4] dan kekuatan untuk menyebabkan perpindahan di masa depan yang berasal dari tanggapan penglihatan pada benda. Yang berhubungan dengan gejala kejadian yang murni: [5] memfokuskan pikiran pada objek pengamatan, [6] mengerahkan semangat pada itu, [7] tinggal berdiam dalam pikiran yang kukuh, [8] tinggal berdiam di dalam sukacita dalam kehidupan saat ini, [9] objek pengamatan yang bertujuan untuk melampaui semua keadaan penderitaan, [10] dan pengetahuan yang sempurna tentang itu, ada tiga jenis: pengetahuan yang sempurna tentang landasan kesalahan, pengetahuan yang sempurna tentang landasan praktek pertapaan para tirthika yang bergantung pada tanggapan penglihatan dari makhluk hidup, dan pengetahuan yang sempurna tentang landasan ketiadaan kebanggaan di antara para Arya. [11] Landasan untuk meditasi, [12] pencapaiannya, [13] pengolahannya, [14] yang menjadi stabil, [15] keanekaragamannya, [16] objek pengamatannya, [17] keterampilan untuk mengetahui apa yang telah ditinggalkan dan apa yang belum ditinggalkan, [18] gangguannya, [19] tidak terganggu oleh itu, [20] landasan untuk melenyapkan gangguan itu, [21] ketekunan dalam kerja keras dan usaha untuk bermeditasi, [22] manfaat yang dari meditasi, [23] keteguhannya, [24] kumpulan dari latihan sucinya, [25] kumpulan dari bantuan untuk latihan suci, [26] penembusannya menuju ke Tathatā, [27] pencapaiannya ke Nirvana, [28] Kelebihan dari wawasan duniawinya ke dalam Dharma dan Vinaya melampaui pencapaian dari wawasan tertinggi dari semua tirthika, [29] dan kemunduran yang berasal dari tidak mengolahnya, karena Manjusri, sehubungan dengan Dharma dan Vinaya yang telah dijelaskan dengan baik, kemunduran berasal dari tidak mempraktekkannya, dan tidak mengacu pada kesalahan dari pandangan yang keliru.
"Manjusri, Vinaya mengacu pada Dharma tentang 'aturan yang mengarah ke pembebasan (prātimoksa)' dan keadaan-keadaan yang berhubungan dengan prātimoksa ini yang telah Saya jelaskan kepada para Śrāvaka dan Bodhisattva."
"Bhagavan, berapa banyak aspek yang termasuk di dalam prātimoksa dari Bodhisattva?"
"Anda, Kulaputra, harus memahami bahwa itu ada tujuh. Yang pertama adalah pengajaran tentang aturan yang untuk diterima. Yang kedua adalah pengajaran tentang 'landasan kekalahan (pārājāyika-sthāna)'. Yang ketiga adalah pengajaran tentang pelanggaran terhadap Vinaya. Yang keempat adalah pengajaran tentang sifat alami dari pelanggaran. Yang kelima adalah pengajaran tentang sifat alami dari ketiadaan pelanggaran. Yang keenam adalah pengajaran tentang bagaimana untuk terbebaskan dari pelanggaran. Yang ketujuh adalah pengajaran tentang melepaskan Vinaya."
"Manjusri, Mātrkā mengacu pada Dharma Saya tentang penjelasan yang terperinci, yang adalah sebelas jenis dari ciri-ciri, yaitu, yang pertama adalah ciri-ciri dari kebiasaan duniawi. Yang kedua adalah ciri-ciri dari makna tertinggi. Yang ketiga adalah ciri-ciri dari objek yang membantu untuk 'kebangkitan (Bodhi)'. Yang keempat adalah ciri-ciri dari aspek itu. Yang kelima adalah ciri-ciri dari intisari itu. Yang keenam adalah ciri-ciri dari hasil itu. Yang ketujuh adalah ciri-ciri dari penjelasan dari pengalaman pada itu. Yang kedelapan adalah ciri-ciri dari gejala kejadian yang menghalangi itu. Yang kesembilan adalah ciri-ciri dari gejala kejadian yang selaras dengan itu. Yang kesepuluh adalah ciri-ciri dari cacat pada itu. Yang kesebelas adalah ciri-ciri dari keunggulan dari itu."
"Pahamilah, Manjusri, bahwa ciri-ciri dari kebiasaan duniawi ada tiga jumlahnya. Yang pertama adalah pengajaran tentang pudgala. Yang kedua adalah pengajaran tentang ciri-ciri dari melekat pada apa yang sepenuhnya dibayangkan. Yang ketiga adalah pengajaran tentang kegiatan dimana gejala kejadian bekerja."
"Pahamilah bahwa ciri-ciri dari makna tertinggi ditemukan di dalam pengajaran pada tujuh jenis Tathatā."
"Ciri-ciri dari objek yang membantu kebangkitan adalah ajaran tentang semua hal yang dapat diketahui."
"Ciri-ciri dari aspek adalah pengajaran pada delapan metode penyelidikan, apa itu delapan metode penyelidikan? Yaitu, yang mengacu pada kebenaran, pendapat, kesalahan, kualitas, cara, perpindahan, penalaran, dan membedakan yang umum."
"Kebenaran mengacu pada Tathatā dari segala sesuatu."
"Pendapat mengacu pada kesanggupan mendirikan pudgala, bisakah atau tidak orang mendirikan ciri-ciri yang melekat pada apa yang sepenuhnya dibayangkan; bisakah atau tidak orang mendirikan penegasan langsung, jawaban yang membeda-bedakan, membalikkan pertanyaan, atau jawaban dengan diam; dan apakah orang dapat mendirikan perbedaan yang memisahkan makna tersembunyi dari jawaban yang jelas."
"Kesalahan mengacu pada semua gejala kejadian yang kotor, yang memiliki kesalahan yang Saya telah jelaskan dengan cara-cara berbeda yang tidak terhitung banyaknya."
"Kualitas mengacu pada semua manfaat unggul dari gejala kejadian yang murni, yang Saya telah jelaskan dengan cara-cara berbeda yang tidak terhitung banyaknya."
"Cara memiliki enam jenis. Yang pertama adalah cara yang berhubungan dengan Tathatā. Yang kedua adalah cara yang berhubungan dengan pencapaian. Yang ketiga adalah cara yang berhubungan dengan mengajar. Yang keempat adalah cara yang berhubungan dengan menghindari dua hal yang sangat berlebihan. Yang kelima adalah cara yang berhubungan dengan wacana yang tidak terbayangkan. Yang keenam adalah cara yang berhubungan dengan makna yang mendasari.
"Perpindahan mengacu pada tiga masa waktu [masa lalu, sekarang, dan masa depan], tiga ciri-ciri dari gejala kejadian yang berkondisi [timbul, menghuni, dan mati], dan empat jenis penyebab [yang membawa kemajuan seperti yang langsung, yang mendahului, tujuan, dan yang dominan]."
"Penalaran ada empat jenis. Yang pertama adalah penalaran dari pengamatan. Yang kedua adalah penalaran dari kejadian. Yang ketiga adalah penalaran dari pertunjukkan. Yang keempat adalah penalaran dari kenyataan. Penalaran dari pengamatan berarti dari sebab dan kondisi yang menghasilkan gejala kejadian yang berkondisi dari keberadaan dan dari bahasa yang bersamaan dengannya. Penalaran dari kejadian berarti dari sebab dan kondisi yang mengakibatkan gejala kejadian, yang menyebabkan penyelesaiannya, atau yang menyebabkan kegiatannya setelah kemunculannya. Penalaran dari pertunjukkan berarti dari sebab dan kondisi yang menyebabkan makna diusulkan, dijelaskan, dan ditegaskan menjadi benar dan dipahami. Penalaran ini memiliki dua jenis: yang termurnikan dan yang tidak murni. Singkatnya, ada lima penalaran yang termurnikan dan tujuh penalaran yang tidak murni."
"Lima aspek [dari penalaran] yang disebut termurnikan, yang pertama ditandai sebagai yang dicapai melalui pemahaman langsung. Yang kedua ditandai sebagai yang dicapai melalui dukungan dari pemahaman langsung itu. Yang ketiga ditandai sebagai yang ditimbulkan melalui berbagai macam persamaan. Yang keempat ditandai sebagai yang benar-benar tersempurnakan. Yang kelima ditandai sebagai Ajaran yang termurnikan dengan baik."
"Itu yang ditandai sebagai yang dipastikan melalui pemahaman langsung terdiri dalam apa yang dikenal melalui tanggapan penglihatan langsung di dunia, bahwa semua gejala kejadian yang berkondisi adalah yang tidak kekal, bahwa semua gejala kejadian yang berkondisi membawa penderitaan, bahwa semua gejala kejadian yang berkondisi adalah yang tanpa diri. Yang seperti ini dikatakan yang dicapai melalui pemahaman langsung."
"Itu yang ditandai sebagai yang dipastikan melalui dukungan dari pemahaman langsung mengacu pada hal-hal itu yang, meskipun tidak dicapai melalui pemahaman langsung, dapat disimpulkan. Karena hal-hal itu dapat didukung atas dasar yang jelas dari ketidakkekalan, yang merupakan soal dari pemahaman langsung, semua gejala kejadian yang berkondisi adalah yang cepat berlalu, bahwa dunia-dunia yang lain memiliki makhluk hidup, bahwa tindakan yang murni dan yang tidak murni adalah yang tidak pernah hilang. Orang dapat memastikan bahwa berbagai perbedaan di antara makhluk hidup tergantung pada berbagai macam tindakan mereka. Orang dapat memastikan bahwa penderitaan atau sukacita dari para makhluk hidup didasarkan pada tindakan yang murni atau yang tidak murni milik mereka. Yang seperti ini dikatakan yang dicapai melalui dukungan dari pemahaman langsung."
"Itu yang ditandai sebagai yang ditimbulkan melalui berbagai macam persamaan terdiri dalam menggambarkan fakta-fakta umum yang dikenal di dunia, seperti kelahiran dan kematian dari semua gejala kejadian yang berkondisi, yang bagian dalam dan bagian luar, agar untuk memberikan persamaan. Itu terdiri dalam menggambar gambar-gambar umum yang dikenal di dunia, seperti apa rasanya menderita melalui dilahirkan, dan seterusnya, agar untuk memberikan persamaan. Itu terdiri dalam menggambar gambar-gambar umum yang dikenal di dunia, seperti ketiadaan keahlian, agar untuk menarik persamaan. Itu terdiri dalam menggambar contoh-contoh umum yang dikenal, seperti kemakmuran luar, agar untuk memberikan persamaan. Yang seperti ini dikatakan yang dicirikan sebagai yang ditimbulkan oleh persamaan."
"Itu yang ditandai sebagai yang benar-benar tersempurnakan terdiri dalam kemampuan untuk secara pasti mendirikan persoalan sebagai yang ditegaskan melalui pemahaman langsung, melalui dukungan dari pemahaman langsung, dan melalui persamaan."
"Itu yang ditandai sebagai Ajaran yang termurnikan dengan baik terdiri dalam apa yang diajarkan melalui 'kemahatahuan (sarvajna)', seperti wacana pada ketenangan akhir dari Nirvana. Yang seperti ini dikatakan yang dicirikan sebagai Ajaran yang termurnikan dengan baik. Kulaputra, lima ciri-ciri ini adalah prinsip-prinsip pertimbangan yang termurnikan dari penyelidikan. Karena itu murni, Anda harus mengolahnya."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, ada berapa banyak ciri-ciri dari Sarvajna?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Itu, Kulaputra, ada lima. Yang pertama adalah bahwa jika suara dari sang Sarvajna muncul di dunia ini, itu akan terdengar di mana-mana. Yang kedua adalah bahwa Dia akan diberkahi dengan tiga puluh dua kualitas utama. Yang ketiga adalah bahwa Dia akan diberkahi dengan sepuluh kekuatan dan dapat memotong putus semua keraguan dari semua makhluk hidup. Yang keempat adalah bahwa Dia akan diberkahi dengan empat keberanian, memberitakan Dharma yang sejati, dan tidak terbantahkan oleh orang lain. Yang kelima adalah bahwa di dalam Saddharma dan disiplin, Dia akan mampu mendatangkan empat jenis Bhiksu dengan Jalan Delapan Bagian dari para Arya. Dia akan menimbulkan Dharma yang akan memotong putus jaring keraguan, yang tidak akan ditundukkan oleh sanggahan orang lain, melainkan akan dapat membantah semua ajaran sesat mereka. Para Bhiksu dari delapan jalan Arya itu akan dapat menegaskan. Pahamilah bahwa ini adalah lima ciri-ciri dari Sarvajna. Anda, Kulaputra, harus menyadari bahwa penalaran ini adalah dari apa yang ditunjukkan dengan baik, karena pemahaman langsung, kesimpulan, dan ajaran suci, disebut yang termurnikan di dalam lima ciri-cirinya."
"Lalu apa tujuh ciri-ciri yang disebut tidak murni itu? Yang pertama ditandai sebagai yang dapat dipastikan melalui kesamaan dengan bentuk-bentuk lain. Yang kedua ditandai sebagai yang dapat dipastikan melalui perbedaan dengan bentuk-bentuk lain. Yang ketiga ditandai sebagai yang dapat dipastikan melalui kesamaan dengan semua bentuk. Yang keempat ditandai sebagai yang dapat dipastikan melalui perbedaan dengan semua bentuk. Yang kelima ditandai sebagai yang dapat dipastikan melalui contoh yang berbeda. Yang keenam ditandai sebagai yang tidak lengkap. Yang ketujuh ditandai sebagai penjelasan dari ajaran yang tidak murni."
"Jika sesuatu dipastikan melalui pembentukkan pikiran (citta samskāra) tentang semua gejala kejadian, maka itu ditandai sebagai yang dapat dipastikan melalui kesamaan dengan bentuk-bentuk lain. Jika ciri-ciri, sifat alami, tindakan, penyebab, hasil, dan perbedaan dari segala sesuatu ditetapkan sebagai semua yang memiliki perbedaan di dalam setiap ciri-cirinya yang berbeda-beda, ini ditandai sebagai yang dapat dipastikan melalui perbedaan dengan bentuk-bentuk lain. Jika, Kulaputra, di dalam yang dapat dipastikan melalui kesamaan dengan bentuk-bentuk lain, dan, di dalam contohnya, ciri-ciri dari semua bentuk yang berbeda diikutsertakan, maka persoalannya tidak bisa ditunjukkan. Ini adalah apa yang dikatakan menjadi yang ditandai sebagai yang tidak lengkap. Jika di dalam yang ditandai sebagai yang dapat dipastikan melalui perbedaan dengan semua bentuk lain, dan di dalam contohnya, semua bentuk yang sama diikutsertakan, maka persoalannya tidak dapat ditunjukkan. Hal ini juga yang dikatakan menjadi yang ditandai sebagai yang tidak lengkap. Karena tidak lengkap, ia meniadakan penalaran murni yang dipahami dengan baik. Karena tidak murni, ia tidak bisa diolah. Jika ciri-cirinya ditarik dari persamaan yang berbeda, jika ia meniadakan ajaran yang termurnikan dengan baik, ketahuilah bahwa landasannya adalah yang tidak murni."
"Penalaran dari kenyataan (dharmatā-yukti) mengacu pada, dharmadhātu yang tinggal berdiam di dalam segala sesuatu dan mendukung sifat alami dari gejala kejadian, apakah sang Tathāgata muncul di dunia atau tidak."
"Membeda-bedakan hal yang umum mengacu pada pemahaman akhir dimana apa yang pada awalnya digambarkan secara umum melalui istilah tunggal kemudian dibedakan dan ditunjukkan melalui banyak hal.
"Intisari mengacu pada ciri-ciri dari intisari yang Saya telah jelaskan tentang kualitas yang mendukung kebangkitan (bodhipaksa dharma), yang ditangkap bersama-sama dengan aspeknya dan objeknya, seperti tempat kesadaran (smrtyupasthāna), dan seterusnya."
"Ciri-ciri dari hasilnya [dari mencapai bodhipaksa dharma] terdiri dalam meninggalkan semua nafsu yang duniawi dan yang melampaui duniawi, dan di dalam semua kualitas yang baik yang duniawi dan yang melampaui duniawi yang dihasilkan darinya."
"Ciri-ciri dari penjelasan dari mengalaminya [bodhipaksa dharma] terdiri dalam, pertama, mengalaminya melalui kebijaksanaan dari pembebasan, dan kemudian mengumumkan penjelasannya kepada orang lain."
"Ciri-ciri dari hambatan untuk keadaan ini terdiri dalam semua keadaan kotor yang mampu menghalangi praktek bodhipaksa dharma."
"Ciri-ciri dari yang yang selaras dengan keadaan ini terdiri dalam kebiasaan yang dihasilkan di dalam perhubungannya."
"Ciri-ciri yang merugikannya terdiri dalam kelebihan dari hal-hal yang menghambatnya."
"Ciri-ciri dari manfaat unggulnya terdiri dalam kualitas yang baik dari keadaan yang selaras dengannya."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, Anda telah meringkas arti dari Sūtra, Vinaya, dan Mātrkā untuk para Bodhisattva di dalam rumus ingatan yang tidak diketahui oleh para tirthika. Melalui rumus ingatan ini yang tidak diketahui oleh para tirthika, Anda memimpin para Bodhisattva untuk menembus makna tersembunyi dari apa yang sang Tathagata telah khotbahkan."
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Kulaputra, dengarlah kebenaran, karena Saya akan meringkaskan untuk Anda arti dari rumus ingatan yang unik itu, yang memimpin semua Bodhisattva untuk menembus maksud tersembunyi dari apa yang Saya telah katakan. Kulaputra, Saya telah mengkhotbahkan bahwa 'gejala kejadian yang kotor' dan 'gejala lejadian yang termurnikan' [dari kesadaran] adalah yang tiada kegiatan yang disengaja apapun, dan tiada pudgala apapun, karena 'segala sesuatu' terpisah dari 'menjadi'. Tidak ada gejala kejadian yang kotor, karena itu bukanlah kasus bahwa ia pertama kotor dan kemudian dimurnikan. Tidak ada gejala kejadian yang termurnikan, karena itu bukanlah kasus bahwa apa yang kemudian 'dimurnikan' sebelumnya adalah yang 'kotor'. Karena semua makhluk duniawi di dalam tubuh mereka yang lemah melekat pada gejala kejadian dan bergairah dalam hal pandangan mereka yang salah, membeda-bedakankan intisari dari pudgala, mereka membayangkan 'Aku' dan 'Milik-ku'. Di dalam pandangan yang salah ini, mereka mengatakan, 'Aku melihat', 'Aku mendengar', 'Aku mencium bau', 'Saya mengecap rasa', 'Aku menyentuh', 'Aku tahu', 'Aku makan', 'Aku melakukan', 'Aku terkotori', 'Aku termurnikan'. Dalam hal seperti itu, usaha mereka yang sesat menjadi meningkat. Tapi jika mereka mengetahui hal-hal sebagaimana yang sesungguhnya apa adanya, maka mereka akan mampu pada akhirnya meninggalkan tubuh-tubuh kelemahan itu, dan tanpa usaha yang disengaja akan mencapai 'dukungan yang tidak berkondisi yang tidak tinggal di dalam nafsu gairah', 'kemurnian tertinggi yang terpisah dari semua buatan kata', dan 'dukungan yang tidak berkondisi' dengan tanpa usaha yang disengaja apapun. Anda, Kulaputra, harus memahami bahwa ini adalah bagaimana Saya meringkas arti dari rumus ingatan yang unik itu, yang tidak diketahui oleh para tirthika yang merangkum makna Saya."
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini untuk menegaskan arti-Nya :
Semua gejala kejadian, yang kotor dan yang termurnikan,
Adalah yang tanpa usaha yang disengaja, dan yang tanpa pudgala.
Oleh karena itu, Saya telah mekhotbahkan bahwa ia terpisah dari 'menjadi',
Karena kekotoran dan pemurnian tidak mengenal 'sebelum' atau 'sesudah'.
Di dalam tubuh dari kelemahan,
Bernafsu gairah tentang pandangan,
Dan oleh karena itu, membayangkan "Aku" dan "Milik-ku."
Dikarenakan oleh angan-angan khayalan itu, mereka mengatakan "Aku melihat", "Aku makan", "Aku menjadi", "Aku terkotori dan termurnikan".
Tapi jika mereka mengetahui hal-hal sebagaimana apa adanya di dalam kenyataannya,
Maka mereka akan mampu meninggalkan tubuh-tubuh kelemahan itu,
Dan mencapai dukungan yang tidak berkondisi,
Yang terpisah dari kekotoran atau pemurnian, terpisah dari buatan kata, terpisah dari usaha yang disengaja.
Pada saat itu, sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimana seharusnya orang memahami timbulnya pikiran dari semua Tathagata?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Kulaputra, sang Tathagata tidak digambarkan sebagai yang telah muncul dari pikiran, kecerdasan, dan kesadaran. Sebaliknya, semua Tathagata muncul dari keadaan batin yang tanpa usaha. Anda harus memahaminya sebagai ciptaan magis."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, Dharmakāya dari semua Tathagata adalah yang terpisah dari semua usaha. Jika itu terpisah dari semua usaha, maka bagaimana cara memunculkan pikiran apapun?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Itu, Kulaputra, dikarenakan oleh kekuatan dari usaha dimana Mereka sebelumnya telah mengolah kebijaksanaan dari cara terampil, Mereka menimbulkan pikiran. Itu adalah sama seperti orang yang tidak perlu usaha untuk bangun setelah tidur yang tanpa pikiran, yang mendalam, karena orang 'terbangunkan' disebabkan oleh kekuatan dari usaha sebelumnya yang dikerahkan. Atau, itu adalah sama dengan orang yang tidak perlu usaha untuk bangkit dari konsentrasi dari penghentian, karena dia 'kembali' disebabkan oleh kekuatan dari usaha dia sebelumnya. Sama seperti orang menghasilkan pikiran ketika keluar dari tidur atau dari konsentrasi dari penghentian, demikian juga sang Tathagata menghasilkan pikiran disebabkan oleh kekuatan dari kebijaksanaan dari cara terampil yang sebelumnya telah Dia olah. "
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, apakah Nirmānakāya dari sang Tathagata digambarkan sebagai pikiran atau tidak?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Itu, Kulaputra, dapat digambarkan sebagai pikiran maupun yang bukan pikiran. Hal ini begitu karena itu tidak memiliki pikiran yang bebas, tetapi memiliki pikiran yang tergantung pada yang lain."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, apakah ada perbedaan antara wilayah dari Tathagata (Tathāgataksetra) dan kawasan dari Tathagata (Tathāgatavisayā)?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Kulaputra, wilayah Tathagata mengacu pada Buddhaksetra yang murni, yang dihiasi dengan kumpulan dari kualitas unggul yang tidak terhitung dan yang umum pada semua Tathagata. Kawasan dari Tathagata mengacu pada lima jenis yang berbeda dari alam : makhluk hidup, dunia, ajaran, aturan disiplin, dan cara terampil dari aturan disiplin. Ini adalah perbedaan antara dua itu."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, apa ciri-ciri dari Anuttara-Samyak-Sambodhi dari sang Tathagata, dari pemutaran Roda Dharma-Nya, dari masuknya Dia ke dalam Maha Parinirvāna?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Kulaputra, tiga ini ditandai sebagai yang tiada mendua. Artinya, tidak ada Anuttara-Samyak-Sambodhi maupun tidak tanpa Anuttara-Samyak-Sambodhi. Tidak ada pemutaran Roda Dharma maupun tidak tanpa pemutaran Roda Dharma. Tidak masuk ke dalam Maha Parinirvāna maupun tidak tanpa memasuki Maha Parinirvāna. Hal ini begitu dikarenakan oleh kemurnian tertimggi dari Dharmakāya dari Tathagata dan dikarenakan oleh perwujudan yang terus menerus dari Nirmānakāya dari Tathagata."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, semua makhluk hidup yang beranekaragam memperoleh pahala kebajikan dalam melihat Nirmānakāya, mendengar-Nya dan memuja-Nya. Apa jenis hubungan yang sang Tathagata lakukan terhadap mereka?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Kulaputra, hubungan dari sang Tathagata terhadap mereka adalah objek tertinggi tujuan pengamatan bagi mereka, karena Nirmānakāya di dukung oleh kekuatan Tathagata."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimana bisa, dengan tanpa usaha, Dharmakāya dari sang Tathagata memancarkan cahaya yang besar kepada para makhluk hidup dan memancarkan keluar Nirmānakāya yang tidak terbatas, sementara Vimoksakāya dari para Śrāvaka dan Pratyekabuddha tidak bisa melakukannya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Itu, Kulaputra, sama seperti fakta bahwa kristal air dan api yang berasal dari lingkaran bulan dan matahari memancarkan cahaya yang besar tanpa ada usaha apapun, tetapi kristal air dan api yang lainnya tidak bisa melakukannya, karena mereka ditopang oleh kekuatan yang agung dari makhluk hidup, dikarenakan oleh kekuatan yang dominan dari Karma makhluk hidup. Atau, sama seperti fakta bahwa permata Mani yang diukir oleh ahli permata memancarkan gambar yang tertulis di atasnya, sedangkan yang tidak begitu dibuat tidak bisa. Dalam cara ini, oleh karena itu, Dharmakāya dari sang Tathagata, yang diasah dan disempurnakan melalui pengolahan yang terus menerus dari kebijaksanaan dari cara di dalam Dharmadhātu yang tidak terbatas, mampu memancarkan dari diri-Nya sendiri cahaya yang besar dan bentuk dari berbagai macam Nirmānakāya. Tapi itu tidak terjadi dengan Vimoksakāya dari yang lainnya."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, seperti yang Anda telah jelaskan, para makhluk hidup di kāmadhātu dituntun untuk dilahirkan di antara keluarga Ksatriya dan Brahmana karena mereka ditopang oleh kekuatan agung dari para Tathagata dan Bodhisattva. Di dalam tubuh dan kesejahteraan harta, mereka tidak kekurangan apapun. Apakah dengan mengambil bentuk dewa di dalam Rūpadhātu atau di dalam Arūpadhātu, mereka mampu mencapai kesempurnaan dalam kesejahteraan tubuh dan harta. Bhagavan, apa maksud yang mendasari di dalam penjelasan ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Kulaputra, kekuatan agung penopang dari para Tathagata dan Bodhisattva, apakah jalan ataupun praktek, adalah mampu di dalam semua tempat menuntun para makhluk hidup untuk mendapatkan kesempurnaan dalam kesejahteraan tubuh dan harta. Tepatnya, mereka memberitakan jalan dan praktek ini. mereka yang mampu dan sungguh-sungguh melakukan, secara benar mengolah jalan dan praktek ini, tidak akan pernah kekurangan untuk kesempurnaan dalam kesejahteraan tubuh dan harta. Namun bagi para makhluk hidup yang menjauhi dan menolak jalan dan praktek ini, dan menimbulkan pikiran tidak senang atau kemarahan, tubuh fisik dan harta yang mereka mungkin miliki akan berkurang setelah hidup mereka berakhir. Anda harus memahami dari ini bahwa tidak hanya kekuatan agung para Tathagata dan Bodhisattva menghasilkan kesejahteraan tubuh dan harta, tetapi juga bagaimana penyusutan tubuh dan kekayaan terjadi pada para makhluk hidup."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, di semua negeri yang kotor, apa hal-hal yang mudah ditemukan dan apa hal-hal yang sulit ditemukan? Dan di semua negeri yang murni, apa hal-hal yang mudah ditemukan dan apa hal-hal yang sulit ditemukan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Kulaputra, di dalam negeri-negeri yang kotor, ada delapan hal yang mudah ditemukan dan dua hal yang sulit ditemukan. Delapan hal itu adalah tīrthika, makhluk hidup yang menderita, perbedaan dalam naik dan turunnya kasta keluarga dari keturunan di dunia, perbuatan tindakan jahat, pelanggaran disiplin, nasib malang, hīnayāna, dan para Bodhisattva yang bertekad dan berusaha rendah. Dua hal yang sulit ditemukan adalah pelaksanaan dari para Bodhisattva yang bertekad dan berusaha tinggi, dan kemunculan Tathagata di dunia. Pahamilah, Manjusri, bahwa kasus untuk negeri yang murni adalah yang kebalikannya dari itu. Delapan hal itu adalah yang sulit ditemukan dan dua hal itu adalah yang mudah ditemukan."
Pada saat itu, sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimana kami menamai Dharma dari penjelasan maksud yang tersembunyi ini? Bagaimana kami menghormatinya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata: "Dharma ini, Kulaputra, dinamakan Dharma yang jelas tentang tindakan dari Tathagata, dan Anda harus menghormatinya seperti itu."
Ketika Dharma yang jelas tentang penyelesaian tugas dari Tathagata diberitakan di dalam perkumpulan majelis yang besar itu, tujuh puluh lima ribu Bodhisattva Mahasattva semuanya mencapai Dharmakāya yang tersempurnakan. Setelah sang Bhagavan selesai berkhotbah, Mañjuśrī Kumārabhuta, seluruh perkumpulan majelis itu, dan dunia para dewa, manusia, asura dan gandharva memuji Dharma sang Bhagavan.
________________________________________________________
Pārājāyika-sthāna adalah akar pelanggaran yang menyebabkan pengusiran dari kehidupan suci Sangha hingga menuju kelahiran ke alam binatang, alam preta (hantu kelaparan), alam neraka hingga avici. Akar pelanggaran itu terdiri dari : hubungan sexual, mencuri, membunuh, menipu, melekat pada harta dan hormat, membanggakan diri sendiri dan menghina orang lain, tidak memberikan harta benda dan Dharma kepada makhluk hidup dikarenakan oleh kekikiran, memukul dan memaki kata-kata kasar kepada para makhluk hidup dengan pikiran menyerang, menghina Dharma Bodhisattva dan mengajarkan ajaran yang palsu. Ini disebut landasan kekalahan karena ketika pelanggaran ini terjadi, pelaku kejahatan itu menjadi di bawah pengaruh noda-noda batin yang adalah sumber penderitaan yang mengalahkan mereka.
Asrayaparavrtti (perubahan landasan) : merupakan istilah yogacara yang adalah perubahan landasan dari delapan kesadaran, yaang didalam yogacara termasuk 'Ālayavijñāna (gudang kesadaran yang menyimpan benih-benih Karma yang dihasilkan dari tindakan masa lalu yang pada gilirannya menentukan sifat orang di masa depan)'. Di dalam perubahan dari Ālayavijñāna, benih-benih dari 'kekotoran (klesa)' dan pengetahuan yang membeda-bedakan dilenyapkan, sedangkan dua buah dari Bodhi dan Nirvana dicapai. Dengan demikian, di dalam yogacara, Ālayavijñāna adalah apa yang 'diubah' atau pemahaman lainnya adalah apa yang 'dilenyapkan'.
Astavijnana (delapan kesadaran) : pada Satadharmavidyamukha, pikiran (citta) dikelompokkan menjadi delapan, yaitu, 'Lima Kesadaran (mata, telinga, hidung, lidah, dan tubuh)', yang keenam yaitu 'Manovijñāna (kesadaran pikiran)', yang ketujuh yaitu 'Klistam Manovijñāna (kesadaran pikiran yang terperdaya)', yang kedelapan yaitu 'Ālayavijñāna (gudang kesadaran)'.
Terakhir diubah oleh skipper tanggal Mon Oct 10, 2016 11:43 pm, total 20 kali diubah
Namo Amita Fo
Ini menyimpulkan Penegasan Kumpulan Kualitas dari Tathagata. Ārya Samdhinirmocana Mahāyāna-nāma Sūtra paripurnam.
Similar topics
» Maha Vaipulya Mahasamnipata Bhadrapala Bodhisattva Parivarta Nama Mahayana Sutra
» Mahayana Arya Sarva Tathagata Nama Dharani Sutram
» Mahayana Arya Sanghata Sutra Dharmaparyaya (Bab 1)
» Sarva Tathagata Kayavakcittarahasyo Guhya Samaya Nama Maha Kalpa Raja Mahayana Sutra
» Sarva Tathagata Sarva Durgati Parisodhana Mantrayana Abhisamaya Mandala Vidhi Tejo Raja Kalpa Loka Lamkara Nama Mahayana Sutra
» Mahayana Arya Sarva Tathagata Nama Dharani Sutram
» Mahayana Arya Sanghata Sutra Dharmaparyaya (Bab 1)
» Sarva Tathagata Kayavakcittarahasyo Guhya Samaya Nama Maha Kalpa Raja Mahayana Sutra
» Sarva Tathagata Sarva Durgati Parisodhana Mantrayana Abhisamaya Mandala Vidhi Tejo Raja Kalpa Loka Lamkara Nama Mahayana Sutra
BUDDHIST COMPILATION FORUM :: BUDDHIST COMPILATION FORUM :: Tentang Agama Buddha berbagai aliran :: Mahayana
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik