PEDAGANG JAHAT MENJADI BABI
Halaman 1 dari 1
PEDAGANG JAHAT MENJADI BABI
Di kota Hang - ciu hidup seorang pedagang bernama Tb Cwan, pedagang besar ini kaya raya, tapi hanya punya seorang anak laki - laki bernama Ci-bing. Sudab sejak puluhan tahun lalu, toko kain sutra di kota Hang ciu miliknya adalah yang terbesar dan terlaris.
Walau punya banyak duit dan putra hanya seorang, tapi Tio Cwan ternyata kikir luar biasa, sirik lagi egois. Dengan berbagai cara yang tidak halal dia selalu berdaya memperbanyak uangnya, tidak peduli orang lain rugi atau menderita karenanya. dikalangan penduduk kota Hang - ciu namanya dikenal sebagai pemeras dan penindas.
Di belakang pekarangan toko kain sutranya itu. bertempat tinggal seorang janda dengan dua anaknya yang masih kecil-kecil. Perempuan itu bertahan hidup bersarma kedua anaknya dengan menjual tenaga sebagai pencuci piring dan pakaian keluarga kaya ini, tempat tinggal mereka hanyalah gubuk reyot lagi rendah. slang tidak dapat untuk berteduh dari tenik matahari, musim dingin tidak dapat menahan hawa dingin, kalau hujan agak deras, kecuali bocor. Gubuk reyot itu juga terbenam dalam genangan air banjir. Celakanya dan gubuk reyot itu untuk menuju ke jalan besar, tiada jalan yang pantas untuk dilewati, untuk keluar masuk terpaksa harus nunut lewat pekarangan toko kain Tio Cwan. Pintu samping yang kecil di belakang pekarangan rumah besar yang berdinding tinggi itu, merupakan satu-satunya jalan kehidupan perempuan miskin itu.
Suatu malam terjadi kebakaran besar yang tak terkendali lagi. Nyala api berawal dan tetangga yang berjualan makanan, begitu sang jago merah mengamuk, asap tebal membumbung tinggi ke angkasa, rumah-rumah di sekitarnya lekas sekali terjilat api, termasuk juga gubuk reyot tempat tinggal perempuan miskin dengan kedua anaknya itu.
Dengan memeluk kedua anaknya, perernpuan miskin itu berlari di rengab amukan api dan asap, maksudnya akan menyelamatkan diri lewat pintu kecil di samping pagar tembok pekarangan belakang rumah Tio Cwan. Tapi Tio Cwan ‘kuatir jago merah merambat dan membakar rumahnya, maka ia perintahkan orang untuk menutup pintu kecil itu, tak peduli perempuan miskin dan kedua anaknya minta tolong, menjerit-jerit sambil menangis sesambatan, bukan saja tidak terharu atau membuka pintu, malah ia gembok pintu kecil itu dan dalam dan melarang siapa pun membuka pintu itu. Akhirnya perempuan miskin dan kedua anaknya mati terbakar.
Tio Cwan yang kejam lagi telengas secara tidak langsung telah membunuh tiga jiwa, melenyapkan keluarga yang menghuni gubuk reyot itu. Tahun kedua, mendadak Tio Cwan mampus karena penyakit jahat menyerang dirinya.
Tidak lama setelah Tio Cwan meninggal, putranya Ci-bing yang sudah dewasa, suatu malam bermimpi bertemu dengan ayahnya, yang berkata kepadanya, “Waktu hidupku dulu aku teramat jahat dan kejam, tiga jiwa penghuni gubuk reyot di be1akang itu, secara tidak langsung akulah yang membunuh mereka, dosaku sungguh tidak terampunkan, Giam - ong tidak memberiku izin untuk menitis kembali ke dunia. malah aku dipaksa masuk keperut hewan dan lahir sebagai anak babi, saat ini aku berada di rumah keluarga Lie, jagal babi di luar kota. Di rumahnya ada empat ekor babi, yang tubuhnya berbulu kembang itulah aku. Pergilah kau membeliku dan jagal she Lie supaya besok pagi aku tidak dijagal olehnya “ Habis bicara air mata bercucuran, pertanda ?betapa sedih hatinya.
Ci bing terjaga di tengah isak tangisnya sendiri. masih jelas dalam ingatannya tentang mimpi yang dialami barusan. Esok pagi bergegaslah ke rumah jagal she Lie, memang dalam kandang terdapat empat ekor babi. satu diantaranya berbulu kembang, begitu melihat kedatangai Ci - bing, babi kembang yang masih kecil itu berlari kearahnya sambil menggoyang ekor. dengan mengeluarkan dengkur yang memilukan, seperti minta dikasihani.
Perih rasa hati Ci - bing, ia tahu babi kembang inilah penitisan ayahnya, meski harga cukup tinggi. babi kembang itu ía beli dari jagal she Lie. Setiba di rumah ía suruh membersihkan sebuah kamar dibilangan belakang sebagai tempat tinggal babi kembang itu, dipilihnya seorang pembantunya untuk merawat dan melayani keperluan babi kembang itu. Setiap hari harus dimandikan, mencuci dan membersihkan kamar. Ci - bing tahu semasa hidup sang ayah suka isap rokok dan minum arak, maka tiap kali memberi makan terlebih dulu menyuguhkan sepiring arak, makanan yang disajikan juga rnerupakan bahan pilihan, setelah makan baru diberi rokok, terlebih dulu tembakau dimasukan ke dalam pipa cangklong setelah disulut dan menyala baru ujung cangklong dimasukkan ke mulut sang babi. Begitulah selama lima enam tahun babi kembang yang semula cilik ,tumbuh menjadi babi kembang “yang gemuk besar porsi yang diberikan tidak pernah berubah hanya ditambah lebih banyak jumlahnya.
Suatu malam, dalam mimpinya Ci bing bersua pula dengan sang ayah begini kata sang ayah aku baktimu sungguh patut dipuji namu aku sungguh menyesal. Ketahuilah bahwa dosa kesalahanku teramat berat setela mati ternyata akü harus hidup kembali menjadi binatang, itulah memang ganjaran yang semestinya, kalau kau melayaniku seperti ini, bukan berkurang dosaku malah akan lebih berat, selanjutya jangan memandikan aku, jangan memberi aku minum arak dan rokok, berilah makan selayaknya saja.”
Terpaksa Ci - bing mematuhi pesan ayahnya, terus merawat babi kembang itu sampai beberapa tahun lagi.
Kejadian ini sudah bukan rahasia lagi bagi penduduk kota Hang ciu, sepanjang tahun menjadi buah bibir masyarakat ramai.
Yang pasti pada tanggal 1 April 1928, kejadian ini pernah dimuat dalam salah satu surat kabar dalam kolom berita di kota Shanghai.
Walau punya banyak duit dan putra hanya seorang, tapi Tio Cwan ternyata kikir luar biasa, sirik lagi egois. Dengan berbagai cara yang tidak halal dia selalu berdaya memperbanyak uangnya, tidak peduli orang lain rugi atau menderita karenanya. dikalangan penduduk kota Hang - ciu namanya dikenal sebagai pemeras dan penindas.
Di belakang pekarangan toko kain sutranya itu. bertempat tinggal seorang janda dengan dua anaknya yang masih kecil-kecil. Perempuan itu bertahan hidup bersarma kedua anaknya dengan menjual tenaga sebagai pencuci piring dan pakaian keluarga kaya ini, tempat tinggal mereka hanyalah gubuk reyot lagi rendah. slang tidak dapat untuk berteduh dari tenik matahari, musim dingin tidak dapat menahan hawa dingin, kalau hujan agak deras, kecuali bocor. Gubuk reyot itu juga terbenam dalam genangan air banjir. Celakanya dan gubuk reyot itu untuk menuju ke jalan besar, tiada jalan yang pantas untuk dilewati, untuk keluar masuk terpaksa harus nunut lewat pekarangan toko kain Tio Cwan. Pintu samping yang kecil di belakang pekarangan rumah besar yang berdinding tinggi itu, merupakan satu-satunya jalan kehidupan perempuan miskin itu.
Suatu malam terjadi kebakaran besar yang tak terkendali lagi. Nyala api berawal dan tetangga yang berjualan makanan, begitu sang jago merah mengamuk, asap tebal membumbung tinggi ke angkasa, rumah-rumah di sekitarnya lekas sekali terjilat api, termasuk juga gubuk reyot tempat tinggal perempuan miskin dengan kedua anaknya itu.
Dengan memeluk kedua anaknya, perernpuan miskin itu berlari di rengab amukan api dan asap, maksudnya akan menyelamatkan diri lewat pintu kecil di samping pagar tembok pekarangan belakang rumah Tio Cwan. Tapi Tio Cwan ‘kuatir jago merah merambat dan membakar rumahnya, maka ia perintahkan orang untuk menutup pintu kecil itu, tak peduli perempuan miskin dan kedua anaknya minta tolong, menjerit-jerit sambil menangis sesambatan, bukan saja tidak terharu atau membuka pintu, malah ia gembok pintu kecil itu dan dalam dan melarang siapa pun membuka pintu itu. Akhirnya perempuan miskin dan kedua anaknya mati terbakar.
Tio Cwan yang kejam lagi telengas secara tidak langsung telah membunuh tiga jiwa, melenyapkan keluarga yang menghuni gubuk reyot itu. Tahun kedua, mendadak Tio Cwan mampus karena penyakit jahat menyerang dirinya.
Tidak lama setelah Tio Cwan meninggal, putranya Ci-bing yang sudah dewasa, suatu malam bermimpi bertemu dengan ayahnya, yang berkata kepadanya, “Waktu hidupku dulu aku teramat jahat dan kejam, tiga jiwa penghuni gubuk reyot di be1akang itu, secara tidak langsung akulah yang membunuh mereka, dosaku sungguh tidak terampunkan, Giam - ong tidak memberiku izin untuk menitis kembali ke dunia. malah aku dipaksa masuk keperut hewan dan lahir sebagai anak babi, saat ini aku berada di rumah keluarga Lie, jagal babi di luar kota. Di rumahnya ada empat ekor babi, yang tubuhnya berbulu kembang itulah aku. Pergilah kau membeliku dan jagal she Lie supaya besok pagi aku tidak dijagal olehnya “ Habis bicara air mata bercucuran, pertanda ?betapa sedih hatinya.
Ci bing terjaga di tengah isak tangisnya sendiri. masih jelas dalam ingatannya tentang mimpi yang dialami barusan. Esok pagi bergegaslah ke rumah jagal she Lie, memang dalam kandang terdapat empat ekor babi. satu diantaranya berbulu kembang, begitu melihat kedatangai Ci - bing, babi kembang yang masih kecil itu berlari kearahnya sambil menggoyang ekor. dengan mengeluarkan dengkur yang memilukan, seperti minta dikasihani.
Perih rasa hati Ci - bing, ia tahu babi kembang inilah penitisan ayahnya, meski harga cukup tinggi. babi kembang itu ía beli dari jagal she Lie. Setiba di rumah ía suruh membersihkan sebuah kamar dibilangan belakang sebagai tempat tinggal babi kembang itu, dipilihnya seorang pembantunya untuk merawat dan melayani keperluan babi kembang itu. Setiap hari harus dimandikan, mencuci dan membersihkan kamar. Ci - bing tahu semasa hidup sang ayah suka isap rokok dan minum arak, maka tiap kali memberi makan terlebih dulu menyuguhkan sepiring arak, makanan yang disajikan juga rnerupakan bahan pilihan, setelah makan baru diberi rokok, terlebih dulu tembakau dimasukan ke dalam pipa cangklong setelah disulut dan menyala baru ujung cangklong dimasukkan ke mulut sang babi. Begitulah selama lima enam tahun babi kembang yang semula cilik ,tumbuh menjadi babi kembang “yang gemuk besar porsi yang diberikan tidak pernah berubah hanya ditambah lebih banyak jumlahnya.
Suatu malam, dalam mimpinya Ci bing bersua pula dengan sang ayah begini kata sang ayah aku baktimu sungguh patut dipuji namu aku sungguh menyesal. Ketahuilah bahwa dosa kesalahanku teramat berat setela mati ternyata akü harus hidup kembali menjadi binatang, itulah memang ganjaran yang semestinya, kalau kau melayaniku seperti ini, bukan berkurang dosaku malah akan lebih berat, selanjutya jangan memandikan aku, jangan memberi aku minum arak dan rokok, berilah makan selayaknya saja.”
Terpaksa Ci - bing mematuhi pesan ayahnya, terus merawat babi kembang itu sampai beberapa tahun lagi.
Kejadian ini sudah bukan rahasia lagi bagi penduduk kota Hang ciu, sepanjang tahun menjadi buah bibir masyarakat ramai.
Yang pasti pada tanggal 1 April 1928, kejadian ini pernah dimuat dalam salah satu surat kabar dalam kolom berita di kota Shanghai.
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik