Sukha Vihara Parivartah Dharmaparyaya Suttram
Halaman 1 dari 1
Sukha Vihara Parivartah Dharmaparyaya Suttram
Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan
Bab XIII
Namo Bhagavate Amitayus Tathagata Arhate SamyakSamBuddha
Pelaksanaan Yang Tenang
Bab XIII
Namo Bhagavate Amitayus Tathagata Arhate SamyakSamBuddha
Pelaksanaan Yang Tenang
Pada saat itu, Sang Bodhisattva Mahasattva Manjusri, Putera Sang Raja Hukum Kesunyataan, berkata kepada Sang Buddha : "Yang Maha Agung ! Sungguh jarang benar ada Para Bodhisattva Mahasattva seperti ini ! Dengan takzimnya sesuai dengan Sang Buddha, Mereka telah mengucapkan Prasetya-Prasetya Agung bahwa di dalam masa kejahatan yang akan datang nanti, mereka akan melindungi, memelihara, membaca, menghafalkan dan mengkhotbahkan Saddharma Pundarika Dharmaparyaya Sutta ini. Yang Maha Agung ! Bagaimana cara Seorang Bodhisattva Mahasattva ini membabarkan Sutta ini di dalam masa kejahatan yang akan datang nanti ?"
Sang Buddha menyapa Manjusri : "Jika Para Bodhisattva Mahasattva ingin berkhotbah tentang Sutta ini di masa kejahatan yang akan datang nanti, maka Ia harus bertabah hati dalam 4 cara. Pertama-tama, Ia harus bertabah hati dalam Ruang Lingkup Hubungan Dan Keakraban Seorang Bodhisattva sehingga Ia dapat mengkhotbahkan Sutta ini kepada para umat. Wahai Manjusri ! Mengapakah Hal ini di sebut Ruang Lingkup Tindakan Seorang Bodhisattva Mahasattva ? Jika Seorang Bodhisattva Mahasattva berada dalam keadaan yang penuh Kesabaran, maka Ia akan berhati lemah-lembut dan ramah-tamah, tidak terburu nafsu dan tidak memaksa serta Berjiwa Tenang. Apalagi kalau Dia tidak memiliki taktik dengan mana Ia harus bertindak, hanya melihat segala sesuatu menurut perwujudannya saja dan pula jika Ia tidak menerapkan tindakan-Nya lewat Jalan Tengah. Inilah apa yang di sebut dengan Ruang Lingkup Tindakan Seorang Bodhisattva Mahasattva. Dan mengapa yang lain di sebut Ruang Lingkup Keakraban Seorang Bodhisattva Mahasattva ? Seorang Bodhisattva Mahasattva tidak berhubungan erat dengan para raja, para pangeran, menteri dan pejabat-pejabat yang keji dan berbahaya, ataupun berteman akrab dengan para orang kolot, brahmacarin, nirgranthas, para penulis tulisan tentang duniawi, para penulis lagu pujian bukan untuk Buddha Sasana dan tidak pula berhubungan akrab dengan para lokayata atau anti lokayata, ataupun mereka yang melakukan olahraga yang keji, tinju atau gulat, dan tidak pula berhubungan dengan permainan-permainan sulap dari nartakas dan lain-lainnya, juga tidak bergaul dengan para candala, para gembala babi, domba, unggas, dan anjing, pemburu maupun nelayan serta mereka yang melibatkan diri dengan tindak jahat untuk kehidupan mereka. Tetapi bilamana orang-orang seperti ini sewaktu-waktu datang kepada-Nya, maka Ia akan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan Bunga Teratai ini kepada mereka tanpa mengharapkan pamrih sedikitpun juga. Ia hendaknya tidak mendekati Mereka yang mencari Jalan Sravaka, Mereka seperti Para Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka atau Upasika. Ia tidak boleh saling bersalaman dengan Mereka. Ia hendaknya tidak tinggal dengan Mereka dalam sebuah Biara, ruang atau tempat yang sama. Ketika Mereka datang kepada-Nya, Ia harus membabarkan Dharma (Hukum Kesunyataan) kepada Mereka sesuai dengan Kemampuan Mereka, tetapi harus Tanpa Keinginan.
"Lagi, Wahai Manjusri ! Seorang Bodhisattva Mahasattva harus menghindari berkhotbah tentang Hukum Kesunyataan Bunga Teratai ini kepada para wanita dengan gerak-gerik yang dapat membangkitkan perasaan birahi, dan tidak boleh pula mempunyai perasaan senang memandang mereka. Jika Ia memasuki rumah orang lain, maka janganlah Ia berbicara dengan setiap gadis, perawan, janda, dan sebagainya dan janganlah pula Ia mengikat persahabatan dengan para banci. Dia tiada di perbolehkan memasuki rumah orang lain Sendirian. Dan seandainya karena sesuatu alasan Ia harus masuk ke situ Sendirian, maka dengan sepenuh hati-Nya, Ia harus ingat akan Sang Buddha. Kalau Ia mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan Bunga Teratai ini kepada para wanita, maka Ia tidak boleh memperlihatkan senyuman sehingga kelihatan gigi-Nya ataupun membiarkan bidang dada-Nya terbuka dan demi Hukum Kesunyataan, janganlah sekali-kali Ia menjadi akrab karena alasan yang bagaimanapun. Janganlah Ia senang memelihara anak-anak muda, Sramanera, dan anak-anak kecil ataupun senang bersama-sama mereka sebagai Gurunya, tetapi bersukalah selalu untuk duduk dalam Dhyana. Ia harus hidup dalam tempat sepi dan berkonsentrasi pada Pikiran-Nya. Wahai Manjusri ! Inilah apa yang di sebut Tingkat Pertama atau Lingkup Pertama dari Keakraban Seorang Bodhisattva Mahasattva.
"Lebih jauh lagi, Seorang Bodhisattva Mahasattva harus merenungkan segala perwujudan seperti benda-benda adalah maya, yaitu seperti apa adanya tanpa memandang apakah benda itu terbalik, bergerak, bersurut, berputar, seperti halnya angkasa alam dari kehampaan, yang tak dapat di utarakan dengan kata-kata maupun ucapan. Tidak di lahirkan, tidak bergerak, tidak naik, tidak bernama, tidak berbentuk, sungguh tiada wujudnya, tak terintangi, tak terbatas, luas, tak terkekang, dan hanya ada karena adanya suatu sebab. Hanya orang-orang yang tersesat yang berkata, 'semua ini adalah menyenangkan dan kekal.' Oleh karenanya Aku katakan bahwa menyukai secara terus-menerus dalam Perenungan segala sesuatu dari Hukum-Hukum Kesunyataan, maka Inilah yang di sebut Lingkup Kedua dari Keakraban Seorang Bodhisattva Mahasattva."
Kemudian, Yang Maha Agung menginginkan untuk memaklumkan Ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dalam Syair :
"Seorang Bodhisattva, yang berkeinginan
Untuk membabarkan Sutta ini tanpa gentar dalam dunia jahat
Setelah Kemokshaan-Ku
Harus melakukan 'Pelaksanaan Yang Sesuai'
Dan 'Pendekatan Hal-Hal Yang Sesuai'.
Ia harus selalu menjaga Diri
Dari para raja, pangeran dan menteri
Dari pejabat pemerintah lainnya
Dari para pemain olahraga berbahaya,
Dari para candala, orang-orang kolot,
Dan dari para penganut ajaran brahman.
Ia juga hendaknya tidak mendekati orang-orang sombong,
Atau para murid, yang terikat secara mendalam
kepada tiga pusaka dari kendaraan kecil,
Atau para bhiksu
Yang memfitnah Ajaran,
Atau Para Arahat yang memuaskan Diri Sendiri,
Atau para bhiksuni
Yang suka ketawa penuh jenaka.
Ia hendaknya tidak mendekati para upasaka
Yang terikat oleh kelima hawa nafsu
Atau mereka yang mencari kehidupan sekarang
Tanpa memikirkan Kemusnahan.
Ketika mereka datang kepada-Nya
Dengan Tujuan Yang Baik
Untuk mendengarkan
Tentang Penerangan Buddha,
Ia harus membabarkan Dharma kepada mereka.
Tanpa rasa takut,
Tetapi hendaknya tidak berkeinginan untuk menerima
Sesuatu dari mereka.
Ia hendaknya tidak mendekati
Atau berteman dengan seorang janda
Atau dengan seorang wanita yang belum menikah
Atau dengan seorang banci
Ia hendaknya tidak mendekati
Seorang pembantai atau juru masak
Atau mereka yang membunuh untuk keuntungan
Seperti para pemburu atau nelayan
Ia hendaknya tidak mendekati seorang
Penjagal atau seorang murcikari
Ia hendaknya tidak mendekati
Pegulat berbahaya
Atau pembuat berbagai hiburan
Atau wanita-wanita mesum
Terakhir diubah oleh sen tanggal Sat Nov 29, 2008 1:49 pm, total 1 kali diubah
Namo Bhagavate Dasa Bhumaya Mega Dharma Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattva
Ia hendaknya tidak membabarkan Dharma
Kepada seorang wanita di tempat yang tertutup
Ketika Ia membabarkan Dharma kepadanya,
Ia hendaknya tidak ketawa dengan jenaka.
Ketika Ia pergi ke perkampungan untuk meminta makanan
Ia hendaknya membawa Seorang Bhiksu bersama-Nya.
Jika Ia tidak dapat menemukan Seorang Bhiksu,
Ia harus memikirkan Sang Buddha dengan sepenuh Hati.
Ia harus melakukan 'Pelaksanaan Yang Sesuai'
Dan 'Pendekatan Yang Sesuai' ini.
Hanya dengan melakukan semua ini,
Ia dapat membabarkan Dharma dengan Penuh Ketenangan !
Ia tidak perlu memperhatikan perbedaan
Antara yang unggul, arti dan kendaraan yang lebih rendah,
Antara sesuatu yang bebas dari sebab akibat dan atau hal seperti itu,
Dan antara yang nyata dan tidak nyata.
Ia hendaknya tidak berkata
"Ini seorang laki-laki' atau 'ini seorang wanita.'
Ia mestinya tidak memperoleh apapun
Atau mengetahui apapun atau melihat apapun.
Semua ini adalah 'Pelaksanaan Yang Sesuai'
Yang harus di lakukan oleh Seorang Bodhisattva.
Segala sesuatu adalah tidak berbentuk
Mereka tidak memiliki. Mereka tidak kekal
Mereka tidak naik atau binasa
Dharma ini untuk
Seorang Yang Bijaksana.
Hanya orang-orang yang sesat berkata :
'Segala sesuatu itu ada,' atau 'segala sesuatu itu tidak ada,'
Atau 'segala sesuatu itu nyata,' atau 'segala sesuatu itu tidak nyata,'
Atau 'segala sesuatu itu terlahirkan,' atau 'tidak terlahirkan.'
Seorang Bodhisattva harusnya hidup di tempat pengasingan,
Berkonsentrasi pada Pikiran-Nya.
Ia hendaknya penuh Kedamaian
Dan tidak bergerak bagaikan Gunung Sumeru.
Segala sesuatu itu hampa
Sama bagaikan langit
Mereka itu tidak padat. Mereka tidak terlahirkan.
Mereka tidak muncul atau bergerak atau pergi.
Mereka tidak tetap dalam satu bentuk
Kebenaran ini adalah 'Pendekatan Yang Sesuai'
Yang harus di lakukan oleh Seorang Bodhisattva.
Seorang Bhiksu yang hidup sesudah Kemokshaan-Ku
Akan terbebas dari ketakutan
Jika Ia melakukan 'Pelaksanaan Yang Sesuai'
Dan 'Pendekatan Yang Sesuai' ini
Sebagaimana yang telah di nyatakan sebelumnya,
Dan kemudian membabarkan Sutta ini.
Seorang Bodhisattva akan mendapatkan Ketenangan,
Dan bebas dari segala ketakutan
Jika Ia tinggal dalam sebuah Ruangan Yang Tenang
Selama beberapa waktu,
Mengingat kembali Dharma Yang Benar,
Memahami Dharma (Hukum Kesunyataan) berdasarkan kepada makna sesungguh-Nya,
Dan kemudian muncul
Dari meditasi Dhyana,
Dan membimbing para raja, pangeran,
Orang biasa dan brahmana
Dengan membabarkan Sutta ini kepada mereka.
Manjusri, semua ini adalah langkah pertama
Yang harus di lakukan Seorang Bodhisattva
Sebelum Ia membabarkan Saddharma Pundarika Dharmaparyaya Suttram
Dalam dunia setelah Kemokshaan-Ku.
"Lagi, Wahai Manjusri ! Sesudah kemokshaan Sang Tathagata nanti, maka di dalam jaman kemunduran, Dia yang berhasrat mengkhotbahkan Sutta ini haruslah melakukan 'Pelaksanaan Yang Tenang' berikut ini : Dimanapun juga Ia memaklumkan dan membaca Sutta ini secara lisan, maka janganlah Ia senang membicarakan kesalahan-kesalahan orang lain ataupun kesalahan-kesalahan Sutta dan jangan pula Ia meremehkan pengkhotbah-pengkhotbah yang lain, atau pun membicarakan hal-hal yang baik dan buruk, membicarakan soal jasa dan cela ataupun membicarakan orang lain. Dan jangan pula Ia menyebut nama Seorang Sravaka pun dan menyiarkan kesalahan serta dosa Mereka. Demikian juga ketika Ia memuji Mereka. Jangan juga Ia mempunyai perasaan yang memusuhi mereka atau berhati iri. Ia hendaknya mempunyai Kedamaian dalam Pikiran sehingga Ia tidak bertindak sesuai dengan keinginan pendengar. Dengan berpegang teguh pada hati yang penuh gembira ini, maka mereka yang mendengar Khotbah-Nya tidak akan menentang-Nya. Pada mereka yang menanyakan persoalan rumit, maka janganlah Ia menjawab-Nya dengan Hukum Kesunyataan dari Kendaraan Kecil, tetapi jawablah hanya dengan Kendaraan Besar dan terangkanlah padanya sehingga mereka memperoleh pengetahuan tentang persamaan dan perbedaan semua hal."
Kemudian, Yang Maha Agung menginginkan untuk memaklumkan Ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dalam Syair :
"Bodhisattva hendaknya berkeinginan
Untuk membuat semua mahluk mendapat Kedamaian,
Dan kemudian membabarkan Dharma kepada mereka.
Ia hendaknya membuat sebuah tempat duduk dalam tempat suci
Mengoleskan salep wangi di Kulit-Nya,
Mencuci kotoran dan debu dari Diri-Nya,
Memakai Jubah Baru dan Tanpa Cela,
Membersihkan Diri-Nya dalam dan luar,
Duduk di atas tempat duduk Dharma dengan tenang,
Dan kemudian membabarkan Dharma dalam menjawab pertanyaan.
Ia hendaknya membabarkan Dharma dengan sebuah senyuman
Makna indah dari Dharma
Kepada Para Bhiksu dan Bhiksuni,
Kepada Upasaka dan Upasika,
Kepada Raja dan Pangeran,
Kepada Pejabat Pemerintah,
Dan kepada Orang Biasa.
Ketika Ia menjawab pertanyaan,
Ia hendaknya menjawab
Berdasarkan Makna Dharma Sesungguh-Nya.
Ia hendaknya membabarkan Dharma kepada Mereka
Dengan cerita tentang kehidupan lampau, perumpamaan dan kiasan.
Dengan segala Kebijaksanaan ini, Ia menyebabkan Mereka
Untuk berkeinginan memperoleh Penerangan,
Untuk meningkatkan Pemahaman Mereka selangkah demi selangkah,
Dan pada akhirnya memasuki Jalan KeBuddhaan.
Ia hendaknya tidak menyerah pada kemalasan, kealpaan, duka cita,
Ia hendaknya membabarkan Dharma kepada Mereka
Yang keluar dari Rasa Welas Asih-Nya kepada Mereka.
Ia hendaknya membabarkan kepada Mereka
Ajaran Tentang Penerangan Tak Tertandingi
Dengan cerita kehidupan lampau
Dan dengan Perumpamaan dan Kiasan Tak Terhingga
Siang dan malam,
Dan menyebabkan Mereka memperoleh Kegembiraan.
Kepada seorang wanita di tempat yang tertutup
Ketika Ia membabarkan Dharma kepadanya,
Ia hendaknya tidak ketawa dengan jenaka.
Ketika Ia pergi ke perkampungan untuk meminta makanan
Ia hendaknya membawa Seorang Bhiksu bersama-Nya.
Jika Ia tidak dapat menemukan Seorang Bhiksu,
Ia harus memikirkan Sang Buddha dengan sepenuh Hati.
Ia harus melakukan 'Pelaksanaan Yang Sesuai'
Dan 'Pendekatan Yang Sesuai' ini.
Hanya dengan melakukan semua ini,
Ia dapat membabarkan Dharma dengan Penuh Ketenangan !
Ia tidak perlu memperhatikan perbedaan
Antara yang unggul, arti dan kendaraan yang lebih rendah,
Antara sesuatu yang bebas dari sebab akibat dan atau hal seperti itu,
Dan antara yang nyata dan tidak nyata.
Ia hendaknya tidak berkata
"Ini seorang laki-laki' atau 'ini seorang wanita.'
Ia mestinya tidak memperoleh apapun
Atau mengetahui apapun atau melihat apapun.
Semua ini adalah 'Pelaksanaan Yang Sesuai'
Yang harus di lakukan oleh Seorang Bodhisattva.
Segala sesuatu adalah tidak berbentuk
Mereka tidak memiliki. Mereka tidak kekal
Mereka tidak naik atau binasa
Dharma ini untuk
Seorang Yang Bijaksana.
Hanya orang-orang yang sesat berkata :
'Segala sesuatu itu ada,' atau 'segala sesuatu itu tidak ada,'
Atau 'segala sesuatu itu nyata,' atau 'segala sesuatu itu tidak nyata,'
Atau 'segala sesuatu itu terlahirkan,' atau 'tidak terlahirkan.'
Seorang Bodhisattva harusnya hidup di tempat pengasingan,
Berkonsentrasi pada Pikiran-Nya.
Ia hendaknya penuh Kedamaian
Dan tidak bergerak bagaikan Gunung Sumeru.
Segala sesuatu itu hampa
Sama bagaikan langit
Mereka itu tidak padat. Mereka tidak terlahirkan.
Mereka tidak muncul atau bergerak atau pergi.
Mereka tidak tetap dalam satu bentuk
Kebenaran ini adalah 'Pendekatan Yang Sesuai'
Yang harus di lakukan oleh Seorang Bodhisattva.
Seorang Bhiksu yang hidup sesudah Kemokshaan-Ku
Akan terbebas dari ketakutan
Jika Ia melakukan 'Pelaksanaan Yang Sesuai'
Dan 'Pendekatan Yang Sesuai' ini
Sebagaimana yang telah di nyatakan sebelumnya,
Dan kemudian membabarkan Sutta ini.
Seorang Bodhisattva akan mendapatkan Ketenangan,
Dan bebas dari segala ketakutan
Jika Ia tinggal dalam sebuah Ruangan Yang Tenang
Selama beberapa waktu,
Mengingat kembali Dharma Yang Benar,
Memahami Dharma (Hukum Kesunyataan) berdasarkan kepada makna sesungguh-Nya,
Dan kemudian muncul
Dari meditasi Dhyana,
Dan membimbing para raja, pangeran,
Orang biasa dan brahmana
Dengan membabarkan Sutta ini kepada mereka.
Manjusri, semua ini adalah langkah pertama
Yang harus di lakukan Seorang Bodhisattva
Sebelum Ia membabarkan Saddharma Pundarika Dharmaparyaya Suttram
Dalam dunia setelah Kemokshaan-Ku.
"Lagi, Wahai Manjusri ! Sesudah kemokshaan Sang Tathagata nanti, maka di dalam jaman kemunduran, Dia yang berhasrat mengkhotbahkan Sutta ini haruslah melakukan 'Pelaksanaan Yang Tenang' berikut ini : Dimanapun juga Ia memaklumkan dan membaca Sutta ini secara lisan, maka janganlah Ia senang membicarakan kesalahan-kesalahan orang lain ataupun kesalahan-kesalahan Sutta dan jangan pula Ia meremehkan pengkhotbah-pengkhotbah yang lain, atau pun membicarakan hal-hal yang baik dan buruk, membicarakan soal jasa dan cela ataupun membicarakan orang lain. Dan jangan pula Ia menyebut nama Seorang Sravaka pun dan menyiarkan kesalahan serta dosa Mereka. Demikian juga ketika Ia memuji Mereka. Jangan juga Ia mempunyai perasaan yang memusuhi mereka atau berhati iri. Ia hendaknya mempunyai Kedamaian dalam Pikiran sehingga Ia tidak bertindak sesuai dengan keinginan pendengar. Dengan berpegang teguh pada hati yang penuh gembira ini, maka mereka yang mendengar Khotbah-Nya tidak akan menentang-Nya. Pada mereka yang menanyakan persoalan rumit, maka janganlah Ia menjawab-Nya dengan Hukum Kesunyataan dari Kendaraan Kecil, tetapi jawablah hanya dengan Kendaraan Besar dan terangkanlah padanya sehingga mereka memperoleh pengetahuan tentang persamaan dan perbedaan semua hal."
Kemudian, Yang Maha Agung menginginkan untuk memaklumkan Ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dalam Syair :
"Bodhisattva hendaknya berkeinginan
Untuk membuat semua mahluk mendapat Kedamaian,
Dan kemudian membabarkan Dharma kepada mereka.
Ia hendaknya membuat sebuah tempat duduk dalam tempat suci
Mengoleskan salep wangi di Kulit-Nya,
Mencuci kotoran dan debu dari Diri-Nya,
Memakai Jubah Baru dan Tanpa Cela,
Membersihkan Diri-Nya dalam dan luar,
Duduk di atas tempat duduk Dharma dengan tenang,
Dan kemudian membabarkan Dharma dalam menjawab pertanyaan.
Ia hendaknya membabarkan Dharma dengan sebuah senyuman
Makna indah dari Dharma
Kepada Para Bhiksu dan Bhiksuni,
Kepada Upasaka dan Upasika,
Kepada Raja dan Pangeran,
Kepada Pejabat Pemerintah,
Dan kepada Orang Biasa.
Ketika Ia menjawab pertanyaan,
Ia hendaknya menjawab
Berdasarkan Makna Dharma Sesungguh-Nya.
Ia hendaknya membabarkan Dharma kepada Mereka
Dengan cerita tentang kehidupan lampau, perumpamaan dan kiasan.
Dengan segala Kebijaksanaan ini, Ia menyebabkan Mereka
Untuk berkeinginan memperoleh Penerangan,
Untuk meningkatkan Pemahaman Mereka selangkah demi selangkah,
Dan pada akhirnya memasuki Jalan KeBuddhaan.
Ia hendaknya tidak menyerah pada kemalasan, kealpaan, duka cita,
Ia hendaknya membabarkan Dharma kepada Mereka
Yang keluar dari Rasa Welas Asih-Nya kepada Mereka.
Ia hendaknya membabarkan kepada Mereka
Ajaran Tentang Penerangan Tak Tertandingi
Dengan cerita kehidupan lampau
Dan dengan Perumpamaan dan Kiasan Tak Terhingga
Siang dan malam,
Dan menyebabkan Mereka memperoleh Kegembiraan.
Namo Bhagavate Dasa Bhumaya Mega Dharma Vajra Grabha Bodhisattva Mahasattva
Ia hendaknya tidak berkeinginan untuk menerima
Pakaian atau tempat tidur,
Makanan dan minuman atau obat-obatan
Dari Mereka.
Ia hendaknya membabarkan Dharma kepada Mereka,
Hanya dengan Dua Keinginan
Untuk mencapai Penerangan Buddha dan
Juga menyebabkan Mereka melakukan Hal Yang Sama.
Ini adalah Persembahan Penuh Kedamaian kepada Mereka
Persembahan ini akan memberikan Mereka sebuah Manfaat Besar.
Seorang Bhiksu yang membabarkan
Saddharma Pundarika Dharmaparyaya Suttram ini
Dengan Kesabaran
Setelah Kemokshaan-Ku,
Akan Terbebas,
Dari iri hati, kemarahan, dan segala ilusi lainnya,
Dengan kata lain, terbebas dari segala rintangan.
Ia tidak akan mempunyai kesedihan.
Ia tidak di jelek-jelekkan.
Ia tidak akan berada dalam ketakutan.
Ia tidak terancam dengan pedang atau tongkat,
Atau terusir keluar.
Seorang Yang Bijaksana
Yang mengendalikan pikirannya
Sebagaimana yang telah di nyatakan,
Akan mencapai Kedamaian.
Jasa Kebajikannya akan tidak terhingga
Kamu tidak akan dapat memberitahukan jumlahnya kepada Mereka
Dengan perumpamaan atau Kiasan apapun juga, bahkan
Jika Kamu mencoba melakukannya
Selama ribuan milyar kalpa.
"Lagi, Wahai Manjusri ! Bodhisattva Mahasattva yang di dalam masa kejahatan yang akan datang dan ketika Hukum Kesunyataan ini akan musnah, Dia yang menerima dan memelihara, membaca serta menghafalkan Sutta ini, maka Dia hendaknya tidak mempunyai rasa iri dan berhati dusta, tidak pula memandang rendah dan menghina mereka yang belajar di Jalan KeBuddhaan ataupun mencari-cari kelebihan dan kekurangan mereka. Jika terdapat Para Bhiksu, Bhiksuni, Pengikut-Pengikut Priya dan Wanita, yang mencari KeSravakaan, ataupun mencari KePratyekaBuddhaan maupun mencari Jalan KeBodhisattvaan, maka Dia hendaknya tidak menyusahkan mereka dengan membuat mereka bimbang dan menyesal seraya berkata : "Kalian semua telah jauh tergeser dari Jalan Agung dan tidak akan pernah dapat mencapai Pengetahuan Yang Sempurna, karena kalian adalah orang-orang yang goyah dan lengah di dalam Jalan Agung." Dia hendaknya tidak mempunyai perasaan mengagalkan di dalam pembicaraan - pembicaraan atau perbantahan-perbantahan tentang ajaran dengan orang lain. Tetapi demi seluruh mahluk, Ia harus memikirkan mereka dengan penuh rasa Welas Asih. Ia harus memikirkan Para Tathagata sebagai Ayah-Nya Yang Bijaksana. Ia harus memikirkan Para Bodhisattva Mahasattva sebagai Guru-Guru-Nya Yang Agung. Ia hendaknya selalu menghormat dan memuliakan Para Bodhisattva Mahasattva Sepuluh Penjuru Semesta dengan Ketulusan Hati-Nya. Demi seluruh mahluk, Ia harus mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan dengan sama tanpa perbedaan sesuai Jalannya Hukum Kesunyataan. Ia hendaknya tidak menambahkan apapun pada Dharma atau menyingkirkan apapun dari Dharma. Dia hendaknya membabarkan Hukum Kesunyataan sebagaimana ada-Nya kepada Mereka yang sangat mencintai Hukum Kesunyataan."
"Wahai Manjusri ! Ketika Bodhisattva Mahasattva ini, di dalam akhir masa ketika Hukum Kesunyataan ini akan musnah, telah dapat menyempurnakan Tingkat Ketiga Dari Pelaksanaan Yang Damai dan mengkhotbahkan Sutta ini, maka tidak akan ada sesuatu pun yang dapat mengganggu-Nya lagi. Dia akan mendapatkan teman-teman belajar yang baik, yang akan membaca dan menghafalkan Sutta ini bersama-Nya. Dia juga akan mendapatkan orang-orang yang sangat banyak, yang berdatangan dan mendengar-Nya, yang setelah mendengar-Nya kemudian menghafalkan-Nya, setelah menghafalkan-Nya kemudian dapat mengkhotbahkan-Nya, setelah mengkhotbahkan-Nya kemudian dapat menyalin-Nya atau membuat orang lain mampu menyalin-Nya dan Mereka yang menghormati Sutta ini, Mereka itu akan memuja, memuliakan dan memuji-Nya."
Kemudian Sang Buddha yang ingin memaklumkan Ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dalam Syair :
"Jika Seseorang hendak mengkhotbahkan Sutta ini,
Haruslah Ia meninggalkan jiwa yang iri, marah dan sombong,
Bujukan, pikiran yang dusta dan palsu,
Dan selalu melaksanakan perbuatan-perbuatan yang jujur.
Dia tidak boleh meremehkan siapapun,
Dan sekali-sekali tidak boleh membicarakan Hukum Kesunyataan untuk hiburan,
Ataupun menyebabkan orang lain bimbang maupun menyesal,
Dengan berkata :"Kalian tidak akan dapat menjadi Buddha."
Putera Sang Buddha ini di dalam mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan
Akan selalu lemah lembut, sabar,
Serta Welas Asih pada semua
Dengan tidak pernah merasa malas.
Kepada Para Bodhisattva Agung di manapun jua,
Yang melaksanakan Jalan Agung dengan Kasih Sayang pada semua,
Dia harus menaruh rasa hormat
Dengan berpikir :"Inilah Guru-Guru Agung-Ku."
Pakaian atau tempat tidur,
Makanan dan minuman atau obat-obatan
Dari Mereka.
Ia hendaknya membabarkan Dharma kepada Mereka,
Hanya dengan Dua Keinginan
Untuk mencapai Penerangan Buddha dan
Juga menyebabkan Mereka melakukan Hal Yang Sama.
Ini adalah Persembahan Penuh Kedamaian kepada Mereka
Persembahan ini akan memberikan Mereka sebuah Manfaat Besar.
Seorang Bhiksu yang membabarkan
Saddharma Pundarika Dharmaparyaya Suttram ini
Dengan Kesabaran
Setelah Kemokshaan-Ku,
Akan Terbebas,
Dari iri hati, kemarahan, dan segala ilusi lainnya,
Dengan kata lain, terbebas dari segala rintangan.
Ia tidak akan mempunyai kesedihan.
Ia tidak di jelek-jelekkan.
Ia tidak akan berada dalam ketakutan.
Ia tidak terancam dengan pedang atau tongkat,
Atau terusir keluar.
Seorang Yang Bijaksana
Yang mengendalikan pikirannya
Sebagaimana yang telah di nyatakan,
Akan mencapai Kedamaian.
Jasa Kebajikannya akan tidak terhingga
Kamu tidak akan dapat memberitahukan jumlahnya kepada Mereka
Dengan perumpamaan atau Kiasan apapun juga, bahkan
Jika Kamu mencoba melakukannya
Selama ribuan milyar kalpa.
"Lagi, Wahai Manjusri ! Bodhisattva Mahasattva yang di dalam masa kejahatan yang akan datang dan ketika Hukum Kesunyataan ini akan musnah, Dia yang menerima dan memelihara, membaca serta menghafalkan Sutta ini, maka Dia hendaknya tidak mempunyai rasa iri dan berhati dusta, tidak pula memandang rendah dan menghina mereka yang belajar di Jalan KeBuddhaan ataupun mencari-cari kelebihan dan kekurangan mereka. Jika terdapat Para Bhiksu, Bhiksuni, Pengikut-Pengikut Priya dan Wanita, yang mencari KeSravakaan, ataupun mencari KePratyekaBuddhaan maupun mencari Jalan KeBodhisattvaan, maka Dia hendaknya tidak menyusahkan mereka dengan membuat mereka bimbang dan menyesal seraya berkata : "Kalian semua telah jauh tergeser dari Jalan Agung dan tidak akan pernah dapat mencapai Pengetahuan Yang Sempurna, karena kalian adalah orang-orang yang goyah dan lengah di dalam Jalan Agung." Dia hendaknya tidak mempunyai perasaan mengagalkan di dalam pembicaraan - pembicaraan atau perbantahan-perbantahan tentang ajaran dengan orang lain. Tetapi demi seluruh mahluk, Ia harus memikirkan mereka dengan penuh rasa Welas Asih. Ia harus memikirkan Para Tathagata sebagai Ayah-Nya Yang Bijaksana. Ia harus memikirkan Para Bodhisattva Mahasattva sebagai Guru-Guru-Nya Yang Agung. Ia hendaknya selalu menghormat dan memuliakan Para Bodhisattva Mahasattva Sepuluh Penjuru Semesta dengan Ketulusan Hati-Nya. Demi seluruh mahluk, Ia harus mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan dengan sama tanpa perbedaan sesuai Jalannya Hukum Kesunyataan. Ia hendaknya tidak menambahkan apapun pada Dharma atau menyingkirkan apapun dari Dharma. Dia hendaknya membabarkan Hukum Kesunyataan sebagaimana ada-Nya kepada Mereka yang sangat mencintai Hukum Kesunyataan."
"Wahai Manjusri ! Ketika Bodhisattva Mahasattva ini, di dalam akhir masa ketika Hukum Kesunyataan ini akan musnah, telah dapat menyempurnakan Tingkat Ketiga Dari Pelaksanaan Yang Damai dan mengkhotbahkan Sutta ini, maka tidak akan ada sesuatu pun yang dapat mengganggu-Nya lagi. Dia akan mendapatkan teman-teman belajar yang baik, yang akan membaca dan menghafalkan Sutta ini bersama-Nya. Dia juga akan mendapatkan orang-orang yang sangat banyak, yang berdatangan dan mendengar-Nya, yang setelah mendengar-Nya kemudian menghafalkan-Nya, setelah menghafalkan-Nya kemudian dapat mengkhotbahkan-Nya, setelah mengkhotbahkan-Nya kemudian dapat menyalin-Nya atau membuat orang lain mampu menyalin-Nya dan Mereka yang menghormati Sutta ini, Mereka itu akan memuja, memuliakan dan memuji-Nya."
Kemudian Sang Buddha yang ingin memaklumkan Ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dalam Syair :
"Jika Seseorang hendak mengkhotbahkan Sutta ini,
Haruslah Ia meninggalkan jiwa yang iri, marah dan sombong,
Bujukan, pikiran yang dusta dan palsu,
Dan selalu melaksanakan perbuatan-perbuatan yang jujur.
Dia tidak boleh meremehkan siapapun,
Dan sekali-sekali tidak boleh membicarakan Hukum Kesunyataan untuk hiburan,
Ataupun menyebabkan orang lain bimbang maupun menyesal,
Dengan berkata :"Kalian tidak akan dapat menjadi Buddha."
Putera Sang Buddha ini di dalam mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan
Akan selalu lemah lembut, sabar,
Serta Welas Asih pada semua
Dengan tidak pernah merasa malas.
Kepada Para Bodhisattva Agung di manapun jua,
Yang melaksanakan Jalan Agung dengan Kasih Sayang pada semua,
Dia harus menaruh rasa hormat
Dengan berpikir :"Inilah Guru-Guru Agung-Ku."
Namo Bhagavate Dasa Bhumaya Mega Dharma Mahasthamaprapta Bodhisattva Mahasattva
Kepada seluruh Para Buddha Yang Agung
Ia harus menganggap-Nya sebagai Ayahnya Yang Sangat Bijaksana,
Dan dengan menghapus jiwa congkaknya,
Harus dapat mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan tanpa halangan.
Itulah Cara Yang Ketiga, Pelaksanaan Penuh Ketenangan.
Seorang Yang Bijaksana hendaknya melaksanakan semua ini,
Seorang Pengkhotbah yang tekun dan penuh rasa pengabdian itu,
Akan di puja oleh kelompok-kelompok yang tak terbatas."
"Lagi, Wahai Manjusri ! Bodhisattva Mahasattva yang memelihara Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini di dalam ujung-ujung masa yang akan datang, waktu Hukum Kesunyataan hampir musnah, maka Ia harus memelihara Jiwa Cinta Kasih Yang Agung terhadap Para Pengikut awam dan Para Bhiksu, dan membina Jiwa Welas Asih Yang Agung kepada mereka yang belum menjadi Bodhisattva. Dan Ia harus membayangkan demikian :"Orang-orang semacam ini telah menderita kerugian yang besar. Ketika ada kesempatan Hukum Kesunyataan ini di khotbahkan dengan Cara Yang Bijaksana dari Sang Tathagata, mereka tidak mendengarkan, maupun mengetahui-Nya, maupun memahami-Nya, maupun menanyakan-Nya, maupun mempercayai-Nya ataupun mengerti Sutta ini. Ketika Aku telah mencapai Penerangan Agung, maka di manapun Aku berada, dengan Kekuatan Ghaib-Ku dan Daya Kebijaksanaan-Ku, Aku akan memimpin Mereka untuk tinggal di dalam Hukum Kesunyataan ini."
"Wahai Manjusri ! Bodhisattva Mahasattva yang sesudah Kemokshaan Sang Tathagata nanti, yang telah menyempurnakan Cara Yang Keempat ini, maka bila Ia berkhotbah tentang Hukum Kesunyataan ini, Ia akan terbebas dari kesalahan-kesalahan. Ia akan selalu di muliakan, di puja, di hormati dan di puji oleh Para Bhiksu, Bhiksuni, Pengikut-Pengikut Priya dan Wanita, Para Raja dan Pangeran, dengan Menteri-Menteri dan Rakyatnya, Para Brahman dan Penduduk serta lain-lainnya. Seluruh Para Dewa yang berada di angkasa akan selalu mengikuti dan menghadiri-Nya agar dapat mendengar Hukum Kesunyataan itu. Jika Ia berada di sebuah dusun, kota ataupun di hutan yang terpencil dan kemudian ada seseorang yang datang hendak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sulit kepadanya, maka demi Hukum Kesunyataan itu, Para Dewa siang dan malam tiada henti-hentinya akan menjaga dan melindungi-Nya sehingga Ia mampu membuat Para Pendengar-Nya bergembira. Karena betapapun juga Sutta inilah yang pada masa dahulu, masa mendatang dan saat sekarang ini yang selalu di amati oleh Para Buddha dengan Kekuatan Ghaib Mereka."
"Wahai Manjusri ! Di dalam banyak negara yang tak terhitung jumlahnya, di mana bahkan Nama dari 'Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan' tidak dapat terdengar, sangatlah jarang Hukum Kesunyataan ini dapat di ketahui, di terima dan di pelihara, di baca serta di hafalkan.
"Wahai Manjusri ! Aku akan menceritakan kepada-Mu sebuah Perumpamaan. Hal ini seperti Seorang Raja Pemutar Roda Suci yang sangat berkuasa, yang ingin menaklukkan negeri-negeri lain dengan Kekuatan. Ketika raja-raja kecil tidak mematuhi Perintah-Nya, maka Raja Pemutar Roda Suci itu mengerahkan segala Tentara-Nya dan pergi mengalahkan mereka. Demi melihat Tentara-Tentara-Nya yang sangat perkasa di dalam peperangan itu, Sang Raja menjadi senang hati dan memberi mereka hadiah-hadiah menurut jasa-Nya masing-masing, baik berupa bidang-bidang tanah, rumah-rumah, desa-desa, ataupun kota-kota, atau memberi mereka pakaian-pakaian ataupun perhiasan-perhiasan diri, ataupun memberi segala macam harta benda, emas, perak, lapis lazuli, batu-batu bulan, batu-batu mulia, coral, amber, gajah-gajah, kuda-kuda, kereta, tandu, budak laki-laki dan perempuan serta rakyat. Hanyalah Permata Mahkota yang terdapat di atas Kepala-Nya sajalah yang tidak Ia berikan pada siapapun, karena hanya di atas Kepala Seorang Raja sajalah Permata tunggal ini di pakai dan seandainya Ia memberikan Permata itu, maka seluruh pengikut-pengikut Raja itu akan terkejut. Wahai Manjusri ! Sang Tathagata juga seperti ini. Dengan Kekuatan Meditasi Dhyana-Nya dan Kebijaksanaan-Nya, Beliau memperoleh Kuasa atas seluruh negeri itu berdasarkan Dharma dan memerintahnya sebagai Seorang Raja di seluruh Triloka. Tetapi raja-raja mara tidak mau menyerah, namun Jenderal-Jenderal Kebijaksanaan dan Kesucian dari Sang Tathagata memerangi mereka. Kepada mereka yang perkasa, maka Beliau juga bersenang Hati dan di tengah-tengah Keempat Kelompok-Nya, Beliau mengkhotbahkan Sutta-Sutta kepada Mereka, yang membuat Mereka bergembira, serta menghadiahi Mereka dengan Meditasi Dhyana, Pembebasan, Akar-Akar Kebenaran tanpa asrava dan Kekuatan-Kekuatan tanpa asrava, dan semua Kekayaan Hukum Kesunyataan. Sebagai tambahan, Beliau memberi Mereka Kota Nirvana dengan bersabda bahwa Mereka telah mencapai Kemokshaan serta Beliau memikat Pikiran Mereka sehingga semua-Nya bergembira, meskipun demikian, Beliau tidak mengkhotbahkan 'Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan' ini kepada Mereka.
"Wahai Manjusri ! Seperti juga Sang Raja Pemutar Roda Suci yang sangat bergembira melihat Bala Tentara-Nya gagah perkasa sehingga akhirnya Ia memberi Mereka Permata yang tak ternilai harganya, yang di pakai di atas Kepala-Nya selama waktu yang lama, yang tidak boleh di berikan secara sembarangan kepada seseorang. Begitu jugalah Sang Tathagata. Sebagai Raja Hukum Kesunyataan Yang Agung dari Triloka, Beliau mengajarkan dan mentakbiskan semua mahluk hidup dengan Hukum Kesunyataan, ketika Beliau melihat Tentara-Nya Yang Bijak dan Suci berperang melawan mara dari 5 proses mental, mara dari nafsu birahi dan mara dari kematian dengan Keberanian Yang Luar Biasa dan segala Jasa-Jasa, menghapuskan ketiga racun, lolos dari Triloka dan menerobos jaring-jaring mara, Sang Tathagata menjadi sangat bergembira dan sekarang akhirnya mengkhotbahkan Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini, yang belum pernah di khotbahkan sebelumnya dan yang mampu menyebabkan semua umat mencapai Pengetahuan Yang Sempurna. Aku tidak membabarkan Sutta ini sebelumnya karena jika Aku melakukan-Nya, banyak orang dalam dunia ini akan membenci dan hanya sedikit yang mempercayai-Nya. Wahai Manjusri ! Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini merupakan Ajaran Yang Paling Terkemuka dari Para Tathagata serta merupakan Ajaran Yang Paling Halus atau Dalam. Akhirnya Aku berikan pada Kalian Semua, seperti halnya Raja yang sangat berkuasa itu, yang akhirnya memberikan Permata Yang Paling Berharga, Yang Telah Ia Pelihara Sekian Lama-Nya.
"Wahai Manjusri ! Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini merupakan Kekayaan Yang Pelik dari Para Buddha Tathagata yang merupakan Sutta Yang Paling Agung Dari Seluruh Ajaran Sang Tathagata. Begitu lamanya Sutta ini di jaga dan tidak di khotbahkan sebelum Waktu-Nya tiba. Untuk yang pertama kalinya Hari ini Aku Khotbahkan Sutta itu kepada Kalian Semua.
Pada saat itu, Yang Maha Agung menginginkan untuk memaklumkan Ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dalam Syair :
"Senantiasa bertindak dengan sabar
Mengasihi Semua mahluk hidup,
Begitulah Seseorang dapat memaklumkan
Sutta Yang Di Puja Sang Buddha.
Di dalam akhir masa-masa mendatang,
Mereka yang memelihara Sutta ini,
Haruslah memiliki Hati Yang Welas Asih.
Dan kepada mereka yang bukan Bohisattva,
Ia harus berpikir ;
' Bagi Mereka yang tidak mendengar
Ataupun mempercayai Sutta ini
Mengalami kerugian yang besar.
Aku, setelah mencapai Jalan KeBuddhaan,
Dengan Cara Yang Bijaksana,
Akan Mengkhotbahkan Sutta ini kepada Mereka
Agar Mereka tinggal di dalam-Nya. '
Aku akan menceritakan kepada-Mu sebuah Perumpamaan,
Seperti halnya Seorang Raja
Pemutar Roda Suci Yang Sangat Berkuasa
Yang kepada Tentara-Tentara Perang Pilihan-Nya
Menghadiahkan banyak Hadiah-Hadiah,
Gajah-Gajah, Kuda-Kuda, Kereta-Kereta, Tandu-Tandu,
Perhiasan-Perhiasan Pribadi,
Begitu juga Bidang-Bidang Tanah dan Rumah-Rumah,
Desa-Desa dan Kota-Kota.
Ataupun memberikan Pakaian-Pakaian,
Bermacam-macam Jenis Permata,
Budak-Budak dan Kekayaan-Kekayaan,
Memberikan seluruhnya dengan gembira
Tetapi hanya bagi Satu Keberanian Perwira,
Dan Keberanian Yang Luar Biasa,
Sang Raja Baru mengambil dari Kepala-Nya,
Intan Mahkota untuk di berikan kepada-Nya.
Begitu jugalah dengan Sang Tathagata.
Beliau adalah Seorang Raja dari Segala Hukum Kesunyataan
Memiliki Kekuatan Kesabaran Yang Agung.
Serta Kekayaan dari Kebijaksanaan;
Beliau, dengan Kebajikan Yang Agung,
Merubah Dunia dengan Hukum Kesunyataan-Nya.
Demi melihat Para Umat
Menderita duka dan sengsara
Mencari Kebebasan,
Berperang melawan mara
Beliau pada semua mahluk hidup ini,
Telah mengkhotbahkan berbagai macam Hukum Kesunyataan,
Dan dengan Kebijaksanaan Yang Agung,
Telah mengkhotbahkan Sutta-Sutta banyak sekali;
Akhirnya mengetahui bahwa para mahluk
Telah memperoleh kekuatan mereka,
Pada akhirnya Beliau mengkhotbahkan
Kepada Mereka Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini,
Seperti Sang Raja yang mengambil dari Kepala-Nya
Permata itu dan memberikan-Nya.
Sutta ini Sangat Unggul
Diantara semua Sutta-Sutta.
Aku selalu memelihara-Nya
Dan tidak mengajarkan-Nya sebelum Waktu-Nya.
Saat ini benar-benar Waktu-Nya
Untuk mengkhotbahkan-Nya kepada Kalian Semua.
Sesudah Kemokshaan-Ku,
Siapa pun yang mencari Jalan KeBuddhaan
Dan menghendaki memaklumkan
Sutta ini dengan tiada terganggu,
Haruslah menghubungkan Dirinya pada
Keempat Pokok-Pokok seperti ini.
Dia yang membaca Sutta ini
Akan selalu terbebas dari kekhawatiran
Dan terbebas dari sakit dan penyakit;
Wajahnya akan menjadi segar dan putih;
Dia tidak akan terlahir dalam kemiskinan,
Sederhana ataupun nista.
Semua mahluk akan senang memandangnya
Sebagai Seorang Suci yang di rindukan;
Para Bidadari Surga
Akan menjadi Pelayannya.
Pedang dan tongkat tidak akan terletak di atasnya,
Racunpun tidak akan membahayakannya.
Jika seseorang menjelekannya,
Mulut orang itu akan di tutup / di bungkam.
Dengan tiada gentar Ia akan mengembara
Seperti Seekor Raja Singa.
Kegermelapan Kebijaksanaannya
Akan bersinar seperti Sang Surya.
Seandainya Ia bermimpi,
Ia akan melihat hal-hal yang indah,
Melihat Para Tathagata
Duduk di atas Tahta-Tahta Singa,
Mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan pada Para Kelompok-Kelompok
Yang mengelilingi Para Bhiksu
Melihat juga Para Naga,
Asura dan yang lain-lainnya,
Dalam jumlah seperti pasir-pasir Sungai Gangga,
Yang memuliakan-Nya dengan tangan terkatup;
Dan Ia melihat Dirinya Sendiri
Mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada Mereka.
Ia juga akan melihat Para Buddha,
Dengan Tanda Tubuh Emas-Nya,
Memancarkan Sinar Yang Luar Biasa,
Menerangi Semua Umat,
Dan dengan Suara Brahma,
Menjelaskan Hukum Kesunyataan itu.
Sedangkan Sang Buddha pada Keempat Kelompok
Mengkhotbahkan Hukum Yang Agung,
Ia akan melihat Dirinya Sendiri di tengah-tengah Kelompok itu
Sedang memuja Sang Buddha dengan Tangan Terkatup;
Ia akan mendengarkan Hukum Kesunyataan dengan Kegembiraan,
Menyembah-Nya,
Mencapai Dharani,
Dan membuktikan Kenyataan dari Kepantang Munduran.
Sang Buddha yang mengetahui pikirannya
Telah masuk dalam Jalan KeBuddhaan,
Kemudian akan menetapkannya untuk memperoleh
Penerangan Agung Yang Sempurna,
Dengan bersabda :"Engkau Putera-Ku Yang Baik,
Dalam masa yang mendatang
Akan mencapai Kebijaksanaan Yang Mutlak,
Jalan Agung dari Sang Buddha;
Sebuah Kawasan Yang Sangat Bersih,
Dengan Luas Yang Tak Terbandingkan,
Dan bersama Keempat Kelompok-Mu
Dengan Tangan Terkatub mendengarkan Hukum Kesunyataan-Mu."
Ia juga akan melihat Dirinya Sendiri
Di dalam hutan pegunungan,
Melatih Dirinya dalam Hukum Kesunyataan Yang Baik,
Membuktikan Kenyataan,
Dan asyik bermeditasi
Melihat Para Buddha Dari Sepuluh Penjuru Alam Semesta;
Para Buddha-Buddha itu berwarna Keemasan
Terhiasi dengan Seratus Tanda-Tanda Jasa Kebajikan;
Ia yang mendengarkan dan mengkhotbahkan kepada yang lain,
Selalu bermimpi baik seperti ini.
Lagi, Ia bermimpi menjadi Seorang Raja
Yang telah mengalahkan kelima hawa nafsu
Dan segala kesenangan yang indah.
Yang meninggalkan Istananya dan Keluarganya
Dan menikmati dengan indahnya bagi perasaan-perasaannya
Untuk pergi ke Singasana Kebijaksanaan;
Dikaki sebuah pohon Bodhi,
Ia duduk di atas Tahta Singa;
Setelah mencari Jalan Agung selama 7 Hari,
Ia mencapai Kebijaksanaan Dari Para Buddha;
Setelah mencapai Penerangan Agung Tiada Tandingan,
Ia bangkit dan memutar Roda Hukum Kesunyataan,
Kepada Keempat Kelompok Mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan
Selama beribu-ribu koti kalpa;
Sesudah mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan
Yang Menakjubkan, Yang Sempurna
Dan menyelamatkan mahluk-mahluk yang tanpa hitungan,
Kemudian Ia akan mencapai Nirvana
Seperti sebuah Pelita Yang Padam Ketika Asapnya Berakhir.
Seandainya Seseorang dalam masa angkara yang mendatang
Mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan Yang Paling Utama ini,
Ia akan memperoleh Karunia Yang Besar
Seperti Pahala-Pahala di atas tadi.
Demikianlah Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan, Tentang Hidup Tenang, Bab 13.
Ia harus menganggap-Nya sebagai Ayahnya Yang Sangat Bijaksana,
Dan dengan menghapus jiwa congkaknya,
Harus dapat mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan tanpa halangan.
Itulah Cara Yang Ketiga, Pelaksanaan Penuh Ketenangan.
Seorang Yang Bijaksana hendaknya melaksanakan semua ini,
Seorang Pengkhotbah yang tekun dan penuh rasa pengabdian itu,
Akan di puja oleh kelompok-kelompok yang tak terbatas."
"Lagi, Wahai Manjusri ! Bodhisattva Mahasattva yang memelihara Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini di dalam ujung-ujung masa yang akan datang, waktu Hukum Kesunyataan hampir musnah, maka Ia harus memelihara Jiwa Cinta Kasih Yang Agung terhadap Para Pengikut awam dan Para Bhiksu, dan membina Jiwa Welas Asih Yang Agung kepada mereka yang belum menjadi Bodhisattva. Dan Ia harus membayangkan demikian :"Orang-orang semacam ini telah menderita kerugian yang besar. Ketika ada kesempatan Hukum Kesunyataan ini di khotbahkan dengan Cara Yang Bijaksana dari Sang Tathagata, mereka tidak mendengarkan, maupun mengetahui-Nya, maupun memahami-Nya, maupun menanyakan-Nya, maupun mempercayai-Nya ataupun mengerti Sutta ini. Ketika Aku telah mencapai Penerangan Agung, maka di manapun Aku berada, dengan Kekuatan Ghaib-Ku dan Daya Kebijaksanaan-Ku, Aku akan memimpin Mereka untuk tinggal di dalam Hukum Kesunyataan ini."
"Wahai Manjusri ! Bodhisattva Mahasattva yang sesudah Kemokshaan Sang Tathagata nanti, yang telah menyempurnakan Cara Yang Keempat ini, maka bila Ia berkhotbah tentang Hukum Kesunyataan ini, Ia akan terbebas dari kesalahan-kesalahan. Ia akan selalu di muliakan, di puja, di hormati dan di puji oleh Para Bhiksu, Bhiksuni, Pengikut-Pengikut Priya dan Wanita, Para Raja dan Pangeran, dengan Menteri-Menteri dan Rakyatnya, Para Brahman dan Penduduk serta lain-lainnya. Seluruh Para Dewa yang berada di angkasa akan selalu mengikuti dan menghadiri-Nya agar dapat mendengar Hukum Kesunyataan itu. Jika Ia berada di sebuah dusun, kota ataupun di hutan yang terpencil dan kemudian ada seseorang yang datang hendak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sulit kepadanya, maka demi Hukum Kesunyataan itu, Para Dewa siang dan malam tiada henti-hentinya akan menjaga dan melindungi-Nya sehingga Ia mampu membuat Para Pendengar-Nya bergembira. Karena betapapun juga Sutta inilah yang pada masa dahulu, masa mendatang dan saat sekarang ini yang selalu di amati oleh Para Buddha dengan Kekuatan Ghaib Mereka."
"Wahai Manjusri ! Di dalam banyak negara yang tak terhitung jumlahnya, di mana bahkan Nama dari 'Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan' tidak dapat terdengar, sangatlah jarang Hukum Kesunyataan ini dapat di ketahui, di terima dan di pelihara, di baca serta di hafalkan.
"Wahai Manjusri ! Aku akan menceritakan kepada-Mu sebuah Perumpamaan. Hal ini seperti Seorang Raja Pemutar Roda Suci yang sangat berkuasa, yang ingin menaklukkan negeri-negeri lain dengan Kekuatan. Ketika raja-raja kecil tidak mematuhi Perintah-Nya, maka Raja Pemutar Roda Suci itu mengerahkan segala Tentara-Nya dan pergi mengalahkan mereka. Demi melihat Tentara-Tentara-Nya yang sangat perkasa di dalam peperangan itu, Sang Raja menjadi senang hati dan memberi mereka hadiah-hadiah menurut jasa-Nya masing-masing, baik berupa bidang-bidang tanah, rumah-rumah, desa-desa, ataupun kota-kota, atau memberi mereka pakaian-pakaian ataupun perhiasan-perhiasan diri, ataupun memberi segala macam harta benda, emas, perak, lapis lazuli, batu-batu bulan, batu-batu mulia, coral, amber, gajah-gajah, kuda-kuda, kereta, tandu, budak laki-laki dan perempuan serta rakyat. Hanyalah Permata Mahkota yang terdapat di atas Kepala-Nya sajalah yang tidak Ia berikan pada siapapun, karena hanya di atas Kepala Seorang Raja sajalah Permata tunggal ini di pakai dan seandainya Ia memberikan Permata itu, maka seluruh pengikut-pengikut Raja itu akan terkejut. Wahai Manjusri ! Sang Tathagata juga seperti ini. Dengan Kekuatan Meditasi Dhyana-Nya dan Kebijaksanaan-Nya, Beliau memperoleh Kuasa atas seluruh negeri itu berdasarkan Dharma dan memerintahnya sebagai Seorang Raja di seluruh Triloka. Tetapi raja-raja mara tidak mau menyerah, namun Jenderal-Jenderal Kebijaksanaan dan Kesucian dari Sang Tathagata memerangi mereka. Kepada mereka yang perkasa, maka Beliau juga bersenang Hati dan di tengah-tengah Keempat Kelompok-Nya, Beliau mengkhotbahkan Sutta-Sutta kepada Mereka, yang membuat Mereka bergembira, serta menghadiahi Mereka dengan Meditasi Dhyana, Pembebasan, Akar-Akar Kebenaran tanpa asrava dan Kekuatan-Kekuatan tanpa asrava, dan semua Kekayaan Hukum Kesunyataan. Sebagai tambahan, Beliau memberi Mereka Kota Nirvana dengan bersabda bahwa Mereka telah mencapai Kemokshaan serta Beliau memikat Pikiran Mereka sehingga semua-Nya bergembira, meskipun demikian, Beliau tidak mengkhotbahkan 'Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan' ini kepada Mereka.
"Wahai Manjusri ! Seperti juga Sang Raja Pemutar Roda Suci yang sangat bergembira melihat Bala Tentara-Nya gagah perkasa sehingga akhirnya Ia memberi Mereka Permata yang tak ternilai harganya, yang di pakai di atas Kepala-Nya selama waktu yang lama, yang tidak boleh di berikan secara sembarangan kepada seseorang. Begitu jugalah Sang Tathagata. Sebagai Raja Hukum Kesunyataan Yang Agung dari Triloka, Beliau mengajarkan dan mentakbiskan semua mahluk hidup dengan Hukum Kesunyataan, ketika Beliau melihat Tentara-Nya Yang Bijak dan Suci berperang melawan mara dari 5 proses mental, mara dari nafsu birahi dan mara dari kematian dengan Keberanian Yang Luar Biasa dan segala Jasa-Jasa, menghapuskan ketiga racun, lolos dari Triloka dan menerobos jaring-jaring mara, Sang Tathagata menjadi sangat bergembira dan sekarang akhirnya mengkhotbahkan Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini, yang belum pernah di khotbahkan sebelumnya dan yang mampu menyebabkan semua umat mencapai Pengetahuan Yang Sempurna. Aku tidak membabarkan Sutta ini sebelumnya karena jika Aku melakukan-Nya, banyak orang dalam dunia ini akan membenci dan hanya sedikit yang mempercayai-Nya. Wahai Manjusri ! Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini merupakan Ajaran Yang Paling Terkemuka dari Para Tathagata serta merupakan Ajaran Yang Paling Halus atau Dalam. Akhirnya Aku berikan pada Kalian Semua, seperti halnya Raja yang sangat berkuasa itu, yang akhirnya memberikan Permata Yang Paling Berharga, Yang Telah Ia Pelihara Sekian Lama-Nya.
"Wahai Manjusri ! Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini merupakan Kekayaan Yang Pelik dari Para Buddha Tathagata yang merupakan Sutta Yang Paling Agung Dari Seluruh Ajaran Sang Tathagata. Begitu lamanya Sutta ini di jaga dan tidak di khotbahkan sebelum Waktu-Nya tiba. Untuk yang pertama kalinya Hari ini Aku Khotbahkan Sutta itu kepada Kalian Semua.
Pada saat itu, Yang Maha Agung menginginkan untuk memaklumkan Ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dalam Syair :
"Senantiasa bertindak dengan sabar
Mengasihi Semua mahluk hidup,
Begitulah Seseorang dapat memaklumkan
Sutta Yang Di Puja Sang Buddha.
Di dalam akhir masa-masa mendatang,
Mereka yang memelihara Sutta ini,
Haruslah memiliki Hati Yang Welas Asih.
Dan kepada mereka yang bukan Bohisattva,
Ia harus berpikir ;
' Bagi Mereka yang tidak mendengar
Ataupun mempercayai Sutta ini
Mengalami kerugian yang besar.
Aku, setelah mencapai Jalan KeBuddhaan,
Dengan Cara Yang Bijaksana,
Akan Mengkhotbahkan Sutta ini kepada Mereka
Agar Mereka tinggal di dalam-Nya. '
Aku akan menceritakan kepada-Mu sebuah Perumpamaan,
Seperti halnya Seorang Raja
Pemutar Roda Suci Yang Sangat Berkuasa
Yang kepada Tentara-Tentara Perang Pilihan-Nya
Menghadiahkan banyak Hadiah-Hadiah,
Gajah-Gajah, Kuda-Kuda, Kereta-Kereta, Tandu-Tandu,
Perhiasan-Perhiasan Pribadi,
Begitu juga Bidang-Bidang Tanah dan Rumah-Rumah,
Desa-Desa dan Kota-Kota.
Ataupun memberikan Pakaian-Pakaian,
Bermacam-macam Jenis Permata,
Budak-Budak dan Kekayaan-Kekayaan,
Memberikan seluruhnya dengan gembira
Tetapi hanya bagi Satu Keberanian Perwira,
Dan Keberanian Yang Luar Biasa,
Sang Raja Baru mengambil dari Kepala-Nya,
Intan Mahkota untuk di berikan kepada-Nya.
Begitu jugalah dengan Sang Tathagata.
Beliau adalah Seorang Raja dari Segala Hukum Kesunyataan
Memiliki Kekuatan Kesabaran Yang Agung.
Serta Kekayaan dari Kebijaksanaan;
Beliau, dengan Kebajikan Yang Agung,
Merubah Dunia dengan Hukum Kesunyataan-Nya.
Demi melihat Para Umat
Menderita duka dan sengsara
Mencari Kebebasan,
Berperang melawan mara
Beliau pada semua mahluk hidup ini,
Telah mengkhotbahkan berbagai macam Hukum Kesunyataan,
Dan dengan Kebijaksanaan Yang Agung,
Telah mengkhotbahkan Sutta-Sutta banyak sekali;
Akhirnya mengetahui bahwa para mahluk
Telah memperoleh kekuatan mereka,
Pada akhirnya Beliau mengkhotbahkan
Kepada Mereka Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini,
Seperti Sang Raja yang mengambil dari Kepala-Nya
Permata itu dan memberikan-Nya.
Sutta ini Sangat Unggul
Diantara semua Sutta-Sutta.
Aku selalu memelihara-Nya
Dan tidak mengajarkan-Nya sebelum Waktu-Nya.
Saat ini benar-benar Waktu-Nya
Untuk mengkhotbahkan-Nya kepada Kalian Semua.
Sesudah Kemokshaan-Ku,
Siapa pun yang mencari Jalan KeBuddhaan
Dan menghendaki memaklumkan
Sutta ini dengan tiada terganggu,
Haruslah menghubungkan Dirinya pada
Keempat Pokok-Pokok seperti ini.
Dia yang membaca Sutta ini
Akan selalu terbebas dari kekhawatiran
Dan terbebas dari sakit dan penyakit;
Wajahnya akan menjadi segar dan putih;
Dia tidak akan terlahir dalam kemiskinan,
Sederhana ataupun nista.
Semua mahluk akan senang memandangnya
Sebagai Seorang Suci yang di rindukan;
Para Bidadari Surga
Akan menjadi Pelayannya.
Pedang dan tongkat tidak akan terletak di atasnya,
Racunpun tidak akan membahayakannya.
Jika seseorang menjelekannya,
Mulut orang itu akan di tutup / di bungkam.
Dengan tiada gentar Ia akan mengembara
Seperti Seekor Raja Singa.
Kegermelapan Kebijaksanaannya
Akan bersinar seperti Sang Surya.
Seandainya Ia bermimpi,
Ia akan melihat hal-hal yang indah,
Melihat Para Tathagata
Duduk di atas Tahta-Tahta Singa,
Mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan pada Para Kelompok-Kelompok
Yang mengelilingi Para Bhiksu
Melihat juga Para Naga,
Asura dan yang lain-lainnya,
Dalam jumlah seperti pasir-pasir Sungai Gangga,
Yang memuliakan-Nya dengan tangan terkatup;
Dan Ia melihat Dirinya Sendiri
Mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada Mereka.
Ia juga akan melihat Para Buddha,
Dengan Tanda Tubuh Emas-Nya,
Memancarkan Sinar Yang Luar Biasa,
Menerangi Semua Umat,
Dan dengan Suara Brahma,
Menjelaskan Hukum Kesunyataan itu.
Sedangkan Sang Buddha pada Keempat Kelompok
Mengkhotbahkan Hukum Yang Agung,
Ia akan melihat Dirinya Sendiri di tengah-tengah Kelompok itu
Sedang memuja Sang Buddha dengan Tangan Terkatup;
Ia akan mendengarkan Hukum Kesunyataan dengan Kegembiraan,
Menyembah-Nya,
Mencapai Dharani,
Dan membuktikan Kenyataan dari Kepantang Munduran.
Sang Buddha yang mengetahui pikirannya
Telah masuk dalam Jalan KeBuddhaan,
Kemudian akan menetapkannya untuk memperoleh
Penerangan Agung Yang Sempurna,
Dengan bersabda :"Engkau Putera-Ku Yang Baik,
Dalam masa yang mendatang
Akan mencapai Kebijaksanaan Yang Mutlak,
Jalan Agung dari Sang Buddha;
Sebuah Kawasan Yang Sangat Bersih,
Dengan Luas Yang Tak Terbandingkan,
Dan bersama Keempat Kelompok-Mu
Dengan Tangan Terkatub mendengarkan Hukum Kesunyataan-Mu."
Ia juga akan melihat Dirinya Sendiri
Di dalam hutan pegunungan,
Melatih Dirinya dalam Hukum Kesunyataan Yang Baik,
Membuktikan Kenyataan,
Dan asyik bermeditasi
Melihat Para Buddha Dari Sepuluh Penjuru Alam Semesta;
Para Buddha-Buddha itu berwarna Keemasan
Terhiasi dengan Seratus Tanda-Tanda Jasa Kebajikan;
Ia yang mendengarkan dan mengkhotbahkan kepada yang lain,
Selalu bermimpi baik seperti ini.
Lagi, Ia bermimpi menjadi Seorang Raja
Yang telah mengalahkan kelima hawa nafsu
Dan segala kesenangan yang indah.
Yang meninggalkan Istananya dan Keluarganya
Dan menikmati dengan indahnya bagi perasaan-perasaannya
Untuk pergi ke Singasana Kebijaksanaan;
Dikaki sebuah pohon Bodhi,
Ia duduk di atas Tahta Singa;
Setelah mencari Jalan Agung selama 7 Hari,
Ia mencapai Kebijaksanaan Dari Para Buddha;
Setelah mencapai Penerangan Agung Tiada Tandingan,
Ia bangkit dan memutar Roda Hukum Kesunyataan,
Kepada Keempat Kelompok Mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan
Selama beribu-ribu koti kalpa;
Sesudah mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan
Yang Menakjubkan, Yang Sempurna
Dan menyelamatkan mahluk-mahluk yang tanpa hitungan,
Kemudian Ia akan mencapai Nirvana
Seperti sebuah Pelita Yang Padam Ketika Asapnya Berakhir.
Seandainya Seseorang dalam masa angkara yang mendatang
Mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan Yang Paling Utama ini,
Ia akan memperoleh Karunia Yang Besar
Seperti Pahala-Pahala di atas tadi.
Demikianlah Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan, Tentang Hidup Tenang, Bab 13.
Similar topics
» Bodhisattvaprthivi virasamudgama Parivartah Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Pancabhiksusatavyakarana Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Anandadivyakarana Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Samantabhadrotsahana Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Tathagatayuspramanah Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Pancabhiksusatavyakarana Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Anandadivyakarana Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Samantabhadrotsahana Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Tathagatayuspramanah Parivartah Dharmaparyaya Suttram
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik