Stupa Samdarsana Parivartah Dharmaparyaya Suttram
Halaman 1 dari 1
Stupa Samdarsana Parivartah Dharmaparyaya Suttram
SUTTA BUNGA TERATAI DARI KEGAIBAN HUKUM KESUNYATAAN YANG MENAKJUBKAN
BAB XI
Namo Prabhutaratna Tathagata
MUNCULNYA SEBUAH STUPA
BAB XI
Namo Prabhutaratna Tathagata
MUNCULNYA SEBUAH STUPA
Pada saat itu dihadapan Sang Buddha terdapat sebuah Stupa dari 7 Benda Berharga setinggi 500 yojana dengan panjang dan lebar 250 yojana, yang menjulang tinggi dan bertahta di Antariksha. Stupa itu dihias dengan segala macam benda-benda berharga dan dengan megah-Nya dipercantik dengan 5000 sandaran, 2000 tempat peristirahatan, serta panji-panji, dan bendera yang tak terhitung jumlahnya tergantungi untaian-untaian permata dengan ribuan koti genta-genta manikam yang digantungkan pada-Nya. Pada setiap sisi-Nya menebarkan bebauan dari harumnya kayu cendana Tamalapattra yang semerbak memenuhi dunia. Semua pita dan tirai-tirai-Nya tersusun dari 7 Benda Berharga, emas, perak, lapis lazuli, batu-batu bulan, batu-batu mulia, mutiara dan jasper yang menjulang tinggi mencapai istana-istana dari Keempat Raja Kasurgan. Tiga puluh tiga dewa menaburi bunga-bunga mandarawa surga untuk memuliakan Stupa indah itu. Sedang dewa-dewa yang lain, para naga, yaksa, gandharva, asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia dan yang bukan manusia, seluruh ribuan koti dari para mahluk ini semuanya memuliakan Stupa dengan segala macam bunga, bebauan, karangan-karangan bunga, pita-pita, tirai dan dendang lagu, memuja, memuliakan serta memuji-Nya. Kemudian dari tengah-tengah Stupa indah itu terdengar suara lantang yang memuji dan berkata:"Bagus sekali ! Bagus sekali ! Yang Maha Agung Sakyamuni ! Paduka mampu berkhotbah kepada Persidangan Agung tentang Sutta Bunga Teratai Dari Hukum Yang Menakjubkan dari alam semesta dan Kebijaksanaan yang agung, dan dengan Sutta itulah Para Bodhisattva diberi petunjuk dan Sutta itu pulalah yang selalu dipelihara dan diperhatikan oleh Para Buddha. Begitulah, begitulah, Yang Maha Agung Sakyamuni ! Semua yang Paduka Sabdakan adalah Benar adanya."
Kemudian Keempat Golongan yang sedang memandang kearah Stupa Indah yang menjulang tinggi di Antariksha serta setelah mendengar Suara yang keluar dari Stupa itu, maka semuanya diliputi perasaan sukacita di dalam Hukum Kesunyataan dan mengagumi kejadian yang tidak pernah terdengar itu, kemudian Mereka bangkit dari tempat duduknya serta dengan takzim mengatupkan tangannya dengan menarik diri kesamping. Sementara itu Seorang Bodhisattva Mahasattva yang bernama Mahapratibana mengetahui adanya kebimbangan dalam hati dari seluruh dunia para dewa , manusia, asura, dan lain-lainnya, maka berkatalah Ia pada Sang Buddha dengan bertanya:"Yang Maha Agung ! Karena apakah maka Stupa ini menjulang tinggi ke angkasa dan dari tengah-tengah-Nya keluar suara ini?" Kemudian Sang Buddha menjelaskan kepada Bodhisattva Mahasattva Mahapratibana dengan bersabda:"Didalam Stupa inilah Raga Sang Tathagata bersemayam. Dahulu kala, pada ribuan koti asamkhyeya yang tak terbatas, jauh di Bumi sebelah timur sana terdapatlah sebuah Kawasan Yang Bernama Ratnavisuddha. Dan didalam Kawasan itu adalah Seorang Buddha yang bergelar Prabhutaratna.
Ketika Buddha itu sedang menginjak Jalan KeBodhisattvaan, Ia telah mengucapkan Prasetya Agung dengan berkata:"Setelah Aku menjadi Seorang Buddha dan setelah Aku moksha, maka dimanapun juga jika didalam negeri di alam semesta ini terdapat suatu tempat dimana Sutta Bunga Teratai Dari Hukum Yang Menakjubkan dikhotbahkan, maka disitulah Stupa-Ku akan muncul dan menjulang tinggi agar Aku dapat mendengarkan Sutta itu dan memberi kesaksian terhadap-Nya serta memuji-Nya dengan berkata:"Bagus sekali !" Ketika Buddha itu telah menyelesaikan Ceramah-Nya maka saat Kemokshaan-Nya pun hampir tiba dan ditengah-tengah para dewa, manusia dan satu kelompok besar, Ia mewejang Para Bhiksu-Nya dengan berkata:"Siapapun juga yang sesudah Kemokshaan nanti ingin memuliakan Raga-Ku maka Ia harus mendirikan sebuah Stupa Besar." Dimanapun juga Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan dikhotbahkan didalam dunia dari alam semesta ini, maka Buddha itu dengan Daya Ghaib dari Prasetya-Nya, akan menyebabkan Stupa-Nya berisi seluruh Raga-Nya dan melompat kemuka serta memuji Sutta itu dengan berkata:"Bagus sekali ! Bagus sekali !" Wahai Mahapratibana ! Karena baru sekarang inilah Sang Tathagata Prabhutaratna itu mendengar Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini dikhotbahkan sehingga Stupa-Nya menjulang tinggi serta Ia memuji Sutta itu dengan berkata:"Bagus sekali ! Bagus sekali !"
Karena Kekuasaan Yang Hebat dari Sang Tathagata itu, maka kemudian Sang Bodhisattva Mahasattva Mahapratibana berkata kepada Sang Buddha:"Yang Maha Agung ! Kami dengan setulus hati ingin memandang Raga Sang Buddha ini." Sang Buddha menyapa Sang Bodhisattva Mahasattva Mahapratibana demikian:"Sang Buddha Prabhutaratna ini mempunyai Prasetya Yang Dalam Dan Agung, yaitu:"Bila Stupa-Ku muncul dihadapan Para Buddha demi untuk mendengarkan Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan itu dan seandainya Dia ingin memperlihatkan Raga-Ku kepada Keempat Golongan, maka biarlah Para Buddha yang telah memancar dari Buddha itu dan Mereka yang sedang mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan disegala penjuru dunia semuanya bersama-sama kembali dan berkumpul di satu tempat, dan sesudah itulah Raga-Ku akan muncul." Oleh karenanya, Wahai Mahapratibana, sekarang ini Aku harus mengumpulkan Para Buddha yang telah keluar dari-ku serta mengumpulkan Mereka yang sedang mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan diseluruh penjuru dunia."
Sang Bodhisattva Mahasattva Mahapratibana menjawab Sang Buddha:"Yang Maha Agung ! Kami juga ingin melihat Para Buddha yang telah keluar dari Yang Maha Agung serta ingin memuliakan Mereka itu."
Kemudian Sang Buddha memancarkan Sinar Cahaya dari Lingkaran Rambut Putih yang terdapat ditengah-tengah Alis Mata Beliau, kemudian diarah barat terlihatlah Semua Para Buddha dalam 500 ribu koti nayuta dari Kawasan-Kawasan yang jumlah-Nya seperti pasir-pasir Sungai Gangga. Kawasan-Kawasan itu bertanah kristal, berpohon permata dan berhias kain-kain yang indah, dipenuhi ribuan koti dari Para Bodhisattva yang tak terbatas jumlah-Nya dan Tirai-Tirai BerTahta Manikam membentang diatas Mereka terlingkupi Untaian-Untaian Permata. Seluruh Para Buddha di Kawasan itu sedang mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan dengan suara-suara yang menggairahkan. Beribu-ribu koti dari Para Bodhisattva yang tak terhitung jumlah-Nya juga terlihat memenuhi Kawasan-Kawasan itu dan sedang berkhotbah kepada Orang banyak. Demikian jugalah keadaannya di Kawasan Selatan, Timur dan Utara, diTengah-Tengah Empat Penjuru, di Daerah Atas dan Daerah Bawah dan dimanapun jua, semuanya tersinari Tanda Cahaya Dari Lingkaran Rambut Putih.
Kemudian Para Buddha disegala Penjuru itu masing-masing menyapa Kelompok Bodhisattva-Bodhisattva-Nya dengan berkata:"Putera-Putera Yang Baik ! Kita sekarang harus pergi menghadap Sang Buddha Sakyamuni diDunia Saha dan harus pula untuk memuliakan Stupa Indah dari Sang Tathagata Prabhutaratna".
Kemudian Dunia Saha seketika itu juga menjadi cemerlang dengan Lapis Lazuli sebagai Buminya, terhiasi Pepohonan Permata dengan Pita-Pita Emas membatasi delapan Daerahnya. Disitu tiada satupun pedusunan kecil, perkampungan, desa, kota, lautan-lautan besar, sungai-sungai besar, pegunungan, sungai-sungai kecil, hutan-hutan dan semak-semak. Semuanya terlingkupi asap dupa yang paling harum dan tanahnya tertaburi Bunga-Bunga Mandarawa dengan Lapisan Jaring dan Tirai serta tergantungi berbagai jenis genta-genta yang mempesona.
Disana hanya berdiam kerumunan orang-orang yang dikumpulkan karena para dewa dan manusia telah dipindahkan ke negeri lain. Kemudian Buddha-Buddha itu yang masing-masing membawa Seorang Bodhisattva Agung sebagai Pembantu-Nya, telah tiba di Dunia Saha dan masing-masing pergi kekaki sebuah Pohon Permata.
Setiap Pepohonan Permata itu tingginya 500 yojana yang secara bergantian terhias dengan dedahanan, dedaunan, bebungaan dan buah-buahan. Di bawah Pepohonan Permata itu terdapat Tahta-Tahta Singa setinggi lima yojana yang juga terhiasi dengan Manikam-Manikam yang asri dan masing-masing dari Para Buddha itu duduk bersila diatas Singasana-Singasana Singa ini. Demikianlah keadaan di sekelilingnya, seluruh jutaan dunia terpenuhi oleh Para Buddha yang meskipun baru datang dari satu titik batas saja, raga-raga yang telah keluar dari Sang Sakyamuni Buddha belumlah selesai berdatangan. Kemudian Sang Sakyamuni Buddha yang ingin membuat ruangan bagi Para Buddha yang telah keluar dari Diri-Nya Sendiri, maka diciptakanlah 200 ribu koti dari nayuta Kawasan-Kawasan di setiap penjuru dunia yang seluruhnya sangatlah indah, tanpa neraka, tanpa jiwa yang haus, hewan maupun asura dan memindahkan para dewa dan manusia-manusianya ke negeri-negeri lain. Kawasan-Kawasan yang baru saja diciptakan tadi juga berbumi Lapis Lazuli, serta dipercantik dengan Pepohonan Permata setinggi 500 yojana yang secara bergantian dihiasi dengan dedahanan, dedaunan, bebungaan dan buah-buahan. Di bawah setiap Pepohonan Permata itu terdapat sebuah Tahta Singa bertahta permata setinggi lima yojana, diperindah dengan segala jenis batu-batu Manikam. DiKawasan itu tiada satupun lautan besar, sungai besar, ataupun Gunung Mucilinda, Gunung Maha Mucilinda, Gunung Lingkaran Besi, Gunung Lingkaran Besi Besar, Gunung Sumeru dan lain-lain, dan seluruh gunung-gunung besar ini selalu membentuk satu Tanah Buddha. Tanah berlapis permatanya sangat rata dan halus, Tenda-Tenda berhias Manikam terbentang dimana-mana, tergantungi Pita-Pita dan Tirai, Bebungaan Surga yang indah menyelimuti bumi dimanapun juga, sementara dedupaan yang paling harum sedang dibakar. Sang Sakyamuni Buddha menciptakan 200 ribu koti dari nayuta Kawasan-Kawasan disetiap delapan penjuru agar Para Buddha yang baru saja datang dapat duduk, yang Kawasan-Kawasan itu seluruhnya begitu indah tanpa adanya neraka, jiwa yang haus, binatang dan asura serta memindahkan para dewa dan manusianya ke negeri-negeri lain. Kawasan yang diciptakan itu juga berbumi Lapis Lazuli dan dihiasi Pepohonan Permata setinggi 500 yojana yang secara bergantian dipercantik dengan dedahanan, dedaunan, bebungaan dan buah-buahan. Disetiap Pepohonan itu dibawahnya terdapat Tahta Singa setinggi lima yojana yang terhiasi permata besar. Disana tiada satupun lautan besar, sungai besar, maupun Gunung Mucilinda, Gunung Maha Mucilinda, Gunung Lingkaran Besi, Gunung Lingkaran Besi Besar, Gunung Sumeru dan lain-lain, dan pegunungan-pegunungan besar inilah yang selalu membentuk satu Tanah Buddha. Bumi berlapis permatanya begitu rata dan halus, tentu berhias manikam membentang dimana-mana tergantungi Pita dan Tirai, serta Bebungaan Surga yang asri menyelimuti Bumi dimanapun jua, sementara dupa yang paling harum sedang dibakar.
Namo Bhagavate Prajna Siddhi Tathagata Arhate SamyakSamBuddha
Pada saat itu disebelah timur, Raga-Raga yang berasal dari Sang Sakyamuni yaitu Para Buddha yang sedang mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan didalam ratusan ribu koti dari nayuta Kawasan sebelah Timur yang jumlah-Nya seperti pasir Sungai Gangga, telah datang berkumpul. Begitulah secara bergantian seluruh Buddha-Buddha dari Sepuluh Penjuru semua-Nya datang dan berkumpul serta mengambil Tempat Duduk-Nya masing-masing dalam delapan arah. Kemudian disetiap penjuru terpenuhi oleh Para Buddha Tathagata dari 400 ribu koti Kawasan-Kawasan-Nya Dan sesudah itu semua Para Buddha yang masing-masing berada dibawah sebuah Pohon Permata dan duduk diatas Singasana Singa, mengutus Pembantu-Pembantu-Nya untuk bertanya pada Sang Sakyamuni Buddha. Masing-masing dari Para Buddha itu mempersembahkan dua genggam penuh Bunga-Bunga Permata dan berkata kepada Para Pembantu-Nya:"Putera-Putera Yang Baik ! Kalian pergi dan kunjungilah Gunung Grdhrakuta Tempat Bersemayam-Nya Sang Sakyamuni Buddha dan sesuai dengan Pesan Kami, maka katakanlah :"Apakah Paduka sehat dan baik-baik saja? Apakah Bayu Paduka dalam keadaan sempurna? Dan apakah seluruh Kelompok Para Bodhisattva dan Sravaka Paduka dalam Kedamaian?" Taburilah Sang Buddha dengan takzim dengan Bebungaan Permata ini dan berkatalah demikian:"Sedemikianlah Seorang Buddha bersama-sama berharap agar Stupa indah ini dibuka." Seluruh Para Buddha mengutus Pembantu-Pembantu-Nya pula dengan cara yang sama.
Kemudian Sang Sakyamuni Buddha yang melihat Para Buddha yang telah keluar Dari-Nya itu Berkumpul Bersama-sama dan masing-masing duduk diatas Tahta Singa-Nya, serta setelah mendengar Para Buddha itu secara serempak menginginkan agar Stupa indah itu dibuka, maka seketika itu juga bangkit dari Singgasana-Nya dan menjulang ke Angkasa. Seluruh Keempat Kelompok itu berdiri dengan mengatupkan Tangan-Nya dan dengan penuh perhatian memandang kearah Sang Buddha. Kemudian Sang Sakyamuni Buddha dengan Jari Tangan Kanan-Nya membuka Pintu Stupa dari 7 Benda Berharga itu dan terdengarlah bunyi yang keras seperti bunyi deritnya engsel dari sebuah pintu gerbang kota yang besar ketika dibuka. Kemudian seluruh Kelompok melihat Sang Tathagata Prabhutaratna duduk diatas Tahta Singa didalam Stupa Agung itu dengan seluruh Raga-Nya yang tenang seolah-olah sedang bersemedi. Dan Mereka mendengar Kata-Nya:"Bagus sekali ! Bagus sekali ! Sang Sakyamuni Buddha ! Segera khotbahkanlah Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini, Aku telah datang kemari demi untuk mendengarkan Sutta ini."
Kemudian Keempat Kelompok setelah melihat Buddha yang telah Wafat dan telah Moksha selama sekian ribu koti kalpa yang tak terbatas itu mengucapkan Kata-Kata seperti ini, semuanya memuji Keajaiban yang belum pernah teralami ini serta menaburkan tumpukan-tumpukan Bebungaan Permata Surga diatas Sang Buddha Prabhutaratna dan Sang Sakyamuni Buddha. Kemudian Sang Buddha Prabhutaratna yang berada didalam Stupa Agung itu memberikan separo Singasana-Nya kepada Sang Sakyamuni Buddha dan berkata:"Wahai Sang Sakyamuni Buddha ! Duduklah disini !" Kemudian Sang Sakyamuni Buddha memasuki Stupa dan duduk bersila diatas Singgasana yang separo itu. Dan Pertemuan Besar yang melihat Kedua Tathagata duduk bersila diatas Singgasana Singa didalam Stupa dari 7 Benda Berharga itu, masing-masing membayangkan demikian:"Kedua Buddha itu sedang duduk ditempat yang begitu tinggi dan jauh. Mungkinkah kedua Tathagata itu dengan Kekuasaan-Nya yang tak terbayangkan akan bersuka hati mengangkat kediaman Kita keatas Angkasa." Seketika itu juga, Sang Sakyamuni Buddha dengan Kekuatan Ghaib Beliau menerima seluruh Pertemuan Agung itu diatas Antariksha, dan dengan Suara Yang Agung menyapa Keempat Kelompok itu seluruh-Nya dengan bersabda:"Siapakah yang mampu menyiarkan Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan didalam Dunia Saha ini?
Sekaranglah waktunya. Sang Tathagata tidak akan lama disini, Beliau harus kembali ke Nirwana, Sang Buddha ingin mewariskan Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini sehingga Sutta ini akan ada selamanya."
Pada saat itu Yang Maha Agung ingin untuk memaklumkan maksud ini kembali dan bersabdalah Beliau dalam Syair:
"Tuhan Yang Maha Mulia,
Meskipun sudah lama moksha
Dan didalam Stupa Agung-Nya,
Telah datang untuk mendengarkan Hukum Kesunyataan Bunga Teratai.
Bagaimana mungkin seseorang tidak menjadi
Bersemangat demi Hukum itu?
Buddha ini telah lama moksha
Selama berkalpa-kalpa yang tak terhitung,
Namun dari tempat ke tempat Ia mendengar Hukum Kesunyataan Bunga Teratai,
Karena keanehan-Nya.
Buddha itu telah berprasetya,
"Sesudah Kemokshaan-Ku,
Aku akan pergi kemanapun jua,
Selamanya untuk mendengarkan Hukum Kesunyataan Bunga Teratai ini.
Dan Para Buddha yang tak terhitung,
Berasal dari Raga-Ku,
Sejumlah pasir-pasir Sungai Gangga,
Telah datang untuk mendengarkan Hukum
Dan melihat Sang Tathagata yang telah Moksha itu
Sang Prabhutaratna.
Masing-masing, dengan meninggalkan Tanah-Nya yang indah
Dan Kelompok Para Pengikut-Nya,
Para Dewa, Manusia dan Para Naga,
Dan segala persembahan-persembahan Mereka,
Telah datang kemari ke Tempat ini
Agar Hukum itu dapat tinggal lama.
Untuk memberi Tempat Duduk kepada Para Buddha ini,
Dengan Kekuasaan-Ku yang tak terbayangkan,
Aku telah memindahkan para mahluk yang tak terbatas
Dan membersihkan Kawasan-Ku.
Para Buddha, satu persatu,
Telah datang dibawah Pepohonan Permata,
Seperti Bunga-Bunga Teratai yang menghiasi
Sebuah kolam yang dingin dan bening.
Dibawah Pepohonan Permata itu,
Diatas Tahta-Tahta Singa,
Para Buddha duduk,
Cemerlang dan megah.
Bagai dikegelapan malam,
Obor-obor besar berkelip-kelip.
Dari Mereka tersebar harumnya Keghaiban
Menebar jauh diseluruh negeri,
Semua mahluk menjadi wangi karena-Nya
Dan mengisi dirinya sendiri dengan Kegembiraan;
Bagaikan angin besar
Menghembus semak-semak yang harum.
Dengan Kebijaksanaan ini
Aku membuat Hukum itu tinggal lama
Kepada Pertemuan Agung ini bersabda:
"Sesudah Kemokshaan-Ku,
Siapapun juga yang dapat menjaga dan memelihara,
Membaca dan menghafalkan Sutta ini,
Biarlah Dia dihadapan Sang Buddha sendiri,
Mengucapkan Prasetya-Nya !
Sang Buddha Prabhutaratna,
Telah Moksha sekian lama,
Karena Prasetya Agung-Nya,
Akan mengucapkan Suara Buddha.
Biarlah Sang Tathagata Prabhutaratna
Dan juga Aku sendiri
Serta Kumpulan Para Buddha yang berasal dari Badan-Ku
Mengetahui Keputusan ini.
Dari seluruh Putera-Putera Buddha-Ku,
Biarlah Ia yang mampu melindungi Hukum Kesunyataan,
Mengucapkan Prasetya Agung-Nya
Untuk membuat Hukum itu hidup terus !
Ia yang dapat melindungi
Hukum Kesunyataan dari Sutta ini
Akan layak mendapatkan Penghormatan
Ku dan Sang Prabhutaratna,
Sang Buddha Prabhutaratna ini,
Yang tinggal didalam Stupa Agung,
Dan selalu berkelana kemanapun jua
Hanya dari Sutta ini.
Beliau terlebih-lebih lagi akan menghormati
Seluruh Para Buddha yang berasal dari Raga-Ku,
Yang menghiasi dan membuat megah
Seluruh dunia.
Jika Ia mengkhotbahkan Sutta ini,
Maka Ia layak melihat Aku,
Dang Sang Tathagata Prabhutaratna,
Serta Para Buddha yang berasal dari-Ku.
Wahai semua Putera-Putera-Ku yang baik !
Biarlah semua orang merenungkan-Nya dengan teliti !
Inilah suatu tugas yang berat,
Yang membutuhkan Pengambilan Sumpah Yang Agung
Semua Sutta-Sutta yang lain,
Sejumlah pasir-pasir Sungai Gangga,
Meskipun seseorang mengajarkan-Nya,
Sulitnya masih juga tak terbayangkan.
Seandainya seseorang mengangkat Gunung Sumeru
Dan melemparkannya ke negeri lain
Dari Tanah-Tanah Buddha yang tak terhitung jumlah-Nya,
Tidak pula akan sulit.
Seandainya seseorang dengan ujung jari kakinya
Memindahkan sejuta dunia
Dan melemparkannya jauh-jauh ke negeri lain,
Itu pula tidak sulit.
Seandainya seseorang berdiri di Puncak seluruh mahluk,
Mengajarkan kepada semua umat
Sutta-Sutta lain yang tak terhitung jumlah-Nya,
Hal itu juga tidak sulit.
Tetapi jika sesudah Kemokshaan Sang Buddha nanti,
Ditengah-tengah dunia angkara,
Mampu mengkhotbahkan Sutta ini,
Inilah benar-benar berat.
Meskipun terdapat seseorang yang
Menggenggam langit didalam tangannya
Dan berkelana kian kemari dengan membawa itu,
Hal ini juga tidak sulit.
Jika seseorang mengambil Bumi yang besar,
meletakkannya diatas ibu jari kakinya
Dan naik ke Surga KeBrahman,
Hal itu juga tidak sukar.
Tetapi sesudah Kemokshaan Sang Buddha,
Ditengah-tengah dunia angkara,
Membaca Sutta ini dengan keras meskipun cuma sekejap,
Hal itu benar-benar sulit.
Meskipun seseorang di ujung lautan api,
Membawa beban jerami kering,
dan memasukinya tanpa hangus sedikitpun,
Hal itu masih juga tidak sulit.
Tetapi sesudah Kemokshaan-Ku nanti,
Jika seseorang memelihara Sutta ini
Dan memaklumkan-Nya meskipun hanya seorang saja,
Itulah benar-benar sukar.
Seandainya seseorang menjaga 84 ribu
Bagian dari Hukum itu
Dan 12 Bagian Sutta,
Mengajarkan-Nya kepada yang lain,
Dan menyebabkan mereka yang mendengar-Nya
Memperoleh 6 kemampuan yang tak terbayangkan,
Meskipun Ia memiliki Kekuatan seperti ini,
Hal itu masih tidak sulit pula.
Tetapi sesudah Kemokshaan-Ku nanti, jika seseorang
Mendengar dan menerima Sutta ini
Dan meresapi makna-Nya,
Itulah baru benar-benar sukar.
Seandainya seseorang dapat mengkhotbahkan Hukum
Dan membuat ribuan koti,
Mahluk-mahluk hidup yang tak terhitung jumlahnya
Seperti pasir-pasir Sungai Gangga,
Menjadi Arhat
Dan sempurna dalam Keenam Kekuatan Yang Tak Terbayangkan,
Bahkan menganugerahkan jasa seperti ini
Masih tetap tidak akan sulit.
Tetapi sesudah Kemokshaan-Ku nanti,
Jika seseorang mampu memelihara
Sutta semacam ini,
Hal itu barulah benar-benar sulit
Aku, karena Jalan KeBuddhaan,
Didalam negeri-negeri yang tak terhitung jumlahnya
Dari awal sampai saat ini,
Telah mengkhotbahkan banyak Sutta secara luas;
Tetapi diantara seluruh Sutta-Sutta itu
Sutta inilah yang paling utama, dan
Jika seseorang mampu memelihara-Nya,
Maka Ia memeliahara Raga Sang Buddha.
Wahai seluruh Putera-Putera-Ku yang baik !
Biarlah dia, yang sesudah Kemokshaan-Ku,
Mampu menerima dan menjaga-Nya,
Membaca dan menghafalkan Sutta ini,
Sekarang dihadapan Sang Buddha,
Mengucapkan Prasetyanya sendiri !
Sutta ini begitu sulit dipelihara,
Seandainya seseorang menjaganya sementara waktu,
Aku akan bergembira,
Dan begitu juga Para Buddha.
Seorang yang seperti ini
Akan dipuji oleh Para Buddha;
Orang seperti itu adalah berani;
Orang seperti itu adalah bersemangat;
Orang seperti itu dinamakan Pemelihara Hukum Kesunyataan
Dan Pelaksana Dhuta;
Dengan segera akan mencapai
Jalan KeBuddhaan Yang Agung.
Dia yang didalam generasi mendatang,
Dapat membaca dan menjaga Sutta ini,
Adalah sungguh-sungguh Putera Sang Buddha
Berdiam didalam Tingkat Kebaikan Suci
Sesudah Kemokshaan Sang Buddha,
Dia yang dapat menjelaskan makna-Nya,
Akan menjadi mata dunia
Bagi Para dewa dan manusia.
Dia yang didalam ujung akhir masa ketakutan,
Dapat mengkhotbahkan meskipun hanya sebentar,
Oleh Para Dewa dan manusia
Akan dimuliakan.
Kemudian Sang Sakyamuni Buddha yang melihat Para Buddha yang telah keluar Dari-Nya itu Berkumpul Bersama-sama dan masing-masing duduk diatas Tahta Singa-Nya, serta setelah mendengar Para Buddha itu secara serempak menginginkan agar Stupa indah itu dibuka, maka seketika itu juga bangkit dari Singgasana-Nya dan menjulang ke Angkasa. Seluruh Keempat Kelompok itu berdiri dengan mengatupkan Tangan-Nya dan dengan penuh perhatian memandang kearah Sang Buddha. Kemudian Sang Sakyamuni Buddha dengan Jari Tangan Kanan-Nya membuka Pintu Stupa dari 7 Benda Berharga itu dan terdengarlah bunyi yang keras seperti bunyi deritnya engsel dari sebuah pintu gerbang kota yang besar ketika dibuka. Kemudian seluruh Kelompok melihat Sang Tathagata Prabhutaratna duduk diatas Tahta Singa didalam Stupa Agung itu dengan seluruh Raga-Nya yang tenang seolah-olah sedang bersemedi. Dan Mereka mendengar Kata-Nya:"Bagus sekali ! Bagus sekali ! Sang Sakyamuni Buddha ! Segera khotbahkanlah Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini, Aku telah datang kemari demi untuk mendengarkan Sutta ini."
Kemudian Keempat Kelompok setelah melihat Buddha yang telah Wafat dan telah Moksha selama sekian ribu koti kalpa yang tak terbatas itu mengucapkan Kata-Kata seperti ini, semuanya memuji Keajaiban yang belum pernah teralami ini serta menaburkan tumpukan-tumpukan Bebungaan Permata Surga diatas Sang Buddha Prabhutaratna dan Sang Sakyamuni Buddha. Kemudian Sang Buddha Prabhutaratna yang berada didalam Stupa Agung itu memberikan separo Singasana-Nya kepada Sang Sakyamuni Buddha dan berkata:"Wahai Sang Sakyamuni Buddha ! Duduklah disini !" Kemudian Sang Sakyamuni Buddha memasuki Stupa dan duduk bersila diatas Singgasana yang separo itu. Dan Pertemuan Besar yang melihat Kedua Tathagata duduk bersila diatas Singgasana Singa didalam Stupa dari 7 Benda Berharga itu, masing-masing membayangkan demikian:"Kedua Buddha itu sedang duduk ditempat yang begitu tinggi dan jauh. Mungkinkah kedua Tathagata itu dengan Kekuasaan-Nya yang tak terbayangkan akan bersuka hati mengangkat kediaman Kita keatas Angkasa." Seketika itu juga, Sang Sakyamuni Buddha dengan Kekuatan Ghaib Beliau menerima seluruh Pertemuan Agung itu diatas Antariksha, dan dengan Suara Yang Agung menyapa Keempat Kelompok itu seluruh-Nya dengan bersabda:"Siapakah yang mampu menyiarkan Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan didalam Dunia Saha ini?
Sekaranglah waktunya. Sang Tathagata tidak akan lama disini, Beliau harus kembali ke Nirwana, Sang Buddha ingin mewariskan Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini sehingga Sutta ini akan ada selamanya."
Pada saat itu Yang Maha Agung ingin untuk memaklumkan maksud ini kembali dan bersabdalah Beliau dalam Syair:
"Tuhan Yang Maha Mulia,
Meskipun sudah lama moksha
Dan didalam Stupa Agung-Nya,
Telah datang untuk mendengarkan Hukum Kesunyataan Bunga Teratai.
Bagaimana mungkin seseorang tidak menjadi
Bersemangat demi Hukum itu?
Buddha ini telah lama moksha
Selama berkalpa-kalpa yang tak terhitung,
Namun dari tempat ke tempat Ia mendengar Hukum Kesunyataan Bunga Teratai,
Karena keanehan-Nya.
Buddha itu telah berprasetya,
"Sesudah Kemokshaan-Ku,
Aku akan pergi kemanapun jua,
Selamanya untuk mendengarkan Hukum Kesunyataan Bunga Teratai ini.
Dan Para Buddha yang tak terhitung,
Berasal dari Raga-Ku,
Sejumlah pasir-pasir Sungai Gangga,
Telah datang untuk mendengarkan Hukum
Dan melihat Sang Tathagata yang telah Moksha itu
Sang Prabhutaratna.
Masing-masing, dengan meninggalkan Tanah-Nya yang indah
Dan Kelompok Para Pengikut-Nya,
Para Dewa, Manusia dan Para Naga,
Dan segala persembahan-persembahan Mereka,
Telah datang kemari ke Tempat ini
Agar Hukum itu dapat tinggal lama.
Untuk memberi Tempat Duduk kepada Para Buddha ini,
Dengan Kekuasaan-Ku yang tak terbayangkan,
Aku telah memindahkan para mahluk yang tak terbatas
Dan membersihkan Kawasan-Ku.
Para Buddha, satu persatu,
Telah datang dibawah Pepohonan Permata,
Seperti Bunga-Bunga Teratai yang menghiasi
Sebuah kolam yang dingin dan bening.
Dibawah Pepohonan Permata itu,
Diatas Tahta-Tahta Singa,
Para Buddha duduk,
Cemerlang dan megah.
Bagai dikegelapan malam,
Obor-obor besar berkelip-kelip.
Dari Mereka tersebar harumnya Keghaiban
Menebar jauh diseluruh negeri,
Semua mahluk menjadi wangi karena-Nya
Dan mengisi dirinya sendiri dengan Kegembiraan;
Bagaikan angin besar
Menghembus semak-semak yang harum.
Dengan Kebijaksanaan ini
Aku membuat Hukum itu tinggal lama
Kepada Pertemuan Agung ini bersabda:
"Sesudah Kemokshaan-Ku,
Siapapun juga yang dapat menjaga dan memelihara,
Membaca dan menghafalkan Sutta ini,
Biarlah Dia dihadapan Sang Buddha sendiri,
Mengucapkan Prasetya-Nya !
Sang Buddha Prabhutaratna,
Telah Moksha sekian lama,
Karena Prasetya Agung-Nya,
Akan mengucapkan Suara Buddha.
Biarlah Sang Tathagata Prabhutaratna
Dan juga Aku sendiri
Serta Kumpulan Para Buddha yang berasal dari Badan-Ku
Mengetahui Keputusan ini.
Dari seluruh Putera-Putera Buddha-Ku,
Biarlah Ia yang mampu melindungi Hukum Kesunyataan,
Mengucapkan Prasetya Agung-Nya
Untuk membuat Hukum itu hidup terus !
Ia yang dapat melindungi
Hukum Kesunyataan dari Sutta ini
Akan layak mendapatkan Penghormatan
Ku dan Sang Prabhutaratna,
Sang Buddha Prabhutaratna ini,
Yang tinggal didalam Stupa Agung,
Dan selalu berkelana kemanapun jua
Hanya dari Sutta ini.
Beliau terlebih-lebih lagi akan menghormati
Seluruh Para Buddha yang berasal dari Raga-Ku,
Yang menghiasi dan membuat megah
Seluruh dunia.
Jika Ia mengkhotbahkan Sutta ini,
Maka Ia layak melihat Aku,
Dang Sang Tathagata Prabhutaratna,
Serta Para Buddha yang berasal dari-Ku.
Wahai semua Putera-Putera-Ku yang baik !
Biarlah semua orang merenungkan-Nya dengan teliti !
Inilah suatu tugas yang berat,
Yang membutuhkan Pengambilan Sumpah Yang Agung
Semua Sutta-Sutta yang lain,
Sejumlah pasir-pasir Sungai Gangga,
Meskipun seseorang mengajarkan-Nya,
Sulitnya masih juga tak terbayangkan.
Seandainya seseorang mengangkat Gunung Sumeru
Dan melemparkannya ke negeri lain
Dari Tanah-Tanah Buddha yang tak terhitung jumlah-Nya,
Tidak pula akan sulit.
Seandainya seseorang dengan ujung jari kakinya
Memindahkan sejuta dunia
Dan melemparkannya jauh-jauh ke negeri lain,
Itu pula tidak sulit.
Seandainya seseorang berdiri di Puncak seluruh mahluk,
Mengajarkan kepada semua umat
Sutta-Sutta lain yang tak terhitung jumlah-Nya,
Hal itu juga tidak sulit.
Tetapi jika sesudah Kemokshaan Sang Buddha nanti,
Ditengah-tengah dunia angkara,
Mampu mengkhotbahkan Sutta ini,
Inilah benar-benar berat.
Meskipun terdapat seseorang yang
Menggenggam langit didalam tangannya
Dan berkelana kian kemari dengan membawa itu,
Hal ini juga tidak sulit.
Jika seseorang mengambil Bumi yang besar,
meletakkannya diatas ibu jari kakinya
Dan naik ke Surga KeBrahman,
Hal itu juga tidak sukar.
Tetapi sesudah Kemokshaan Sang Buddha,
Ditengah-tengah dunia angkara,
Membaca Sutta ini dengan keras meskipun cuma sekejap,
Hal itu benar-benar sulit.
Meskipun seseorang di ujung lautan api,
Membawa beban jerami kering,
dan memasukinya tanpa hangus sedikitpun,
Hal itu masih juga tidak sulit.
Tetapi sesudah Kemokshaan-Ku nanti,
Jika seseorang memelihara Sutta ini
Dan memaklumkan-Nya meskipun hanya seorang saja,
Itulah benar-benar sukar.
Seandainya seseorang menjaga 84 ribu
Bagian dari Hukum itu
Dan 12 Bagian Sutta,
Mengajarkan-Nya kepada yang lain,
Dan menyebabkan mereka yang mendengar-Nya
Memperoleh 6 kemampuan yang tak terbayangkan,
Meskipun Ia memiliki Kekuatan seperti ini,
Hal itu masih tidak sulit pula.
Tetapi sesudah Kemokshaan-Ku nanti, jika seseorang
Mendengar dan menerima Sutta ini
Dan meresapi makna-Nya,
Itulah baru benar-benar sukar.
Seandainya seseorang dapat mengkhotbahkan Hukum
Dan membuat ribuan koti,
Mahluk-mahluk hidup yang tak terhitung jumlahnya
Seperti pasir-pasir Sungai Gangga,
Menjadi Arhat
Dan sempurna dalam Keenam Kekuatan Yang Tak Terbayangkan,
Bahkan menganugerahkan jasa seperti ini
Masih tetap tidak akan sulit.
Tetapi sesudah Kemokshaan-Ku nanti,
Jika seseorang mampu memelihara
Sutta semacam ini,
Hal itu barulah benar-benar sulit
Aku, karena Jalan KeBuddhaan,
Didalam negeri-negeri yang tak terhitung jumlahnya
Dari awal sampai saat ini,
Telah mengkhotbahkan banyak Sutta secara luas;
Tetapi diantara seluruh Sutta-Sutta itu
Sutta inilah yang paling utama, dan
Jika seseorang mampu memelihara-Nya,
Maka Ia memeliahara Raga Sang Buddha.
Wahai seluruh Putera-Putera-Ku yang baik !
Biarlah dia, yang sesudah Kemokshaan-Ku,
Mampu menerima dan menjaga-Nya,
Membaca dan menghafalkan Sutta ini,
Sekarang dihadapan Sang Buddha,
Mengucapkan Prasetyanya sendiri !
Sutta ini begitu sulit dipelihara,
Seandainya seseorang menjaganya sementara waktu,
Aku akan bergembira,
Dan begitu juga Para Buddha.
Seorang yang seperti ini
Akan dipuji oleh Para Buddha;
Orang seperti itu adalah berani;
Orang seperti itu adalah bersemangat;
Orang seperti itu dinamakan Pemelihara Hukum Kesunyataan
Dan Pelaksana Dhuta;
Dengan segera akan mencapai
Jalan KeBuddhaan Yang Agung.
Dia yang didalam generasi mendatang,
Dapat membaca dan menjaga Sutta ini,
Adalah sungguh-sungguh Putera Sang Buddha
Berdiam didalam Tingkat Kebaikan Suci
Sesudah Kemokshaan Sang Buddha,
Dia yang dapat menjelaskan makna-Nya,
Akan menjadi mata dunia
Bagi Para dewa dan manusia.
Dia yang didalam ujung akhir masa ketakutan,
Dapat mengkhotbahkan meskipun hanya sebentar,
Oleh Para Dewa dan manusia
Akan dimuliakan.
Namo Bhagavate Devaraja Tathagata Arhate SamyakSamBuddha
Pada saat itu Sang Buddha menyapa Para Bodhisattva, mahluk-mahluk Kasurgan dan Keempat Kelompok itu dengan bersabda:"Melalui banyak kalpa yang tak terhitung yang telah lewat, Aku telah mencari Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai itu dengan tiada henti-hentinya. Selama banyak kalpa lamanya, Aku menjadi Seorang Raja dan berPrasetya untuk mencari Penerangan Agung dengan hati yang tiada pernah ragu. Karena ingin untuk mewujudkan Keenam Paramita, maka sungguh-sungguh Aku berdana dengan setulus hati; Gajah-Gajah, Kuda, Istri-Istri, Anak-Anak, Budak Laki-Laki dan Perempuan, Pelayan-Pelayan dan Pengikut, Kepala, Mata, Sumsum, Otak, Daging Tubuh-Ku, Kaki dan Tangan serta seluruh Jiwa Raga Aku danakan. Pada waktu itu masa hidup manusia adalah tanpa batas. Demi untuk Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai ini, Aku tinggalkan Tahta Negeri-Ku dan Aku serahkan Pemerintahan-Ku kepada Pangeran Agung. Dengan tetabuhan genderang dan pemakluman yang menyeluruh, Aku mencari Kebenaran dimanapun jua dengan menjanjikan :"Siapakah gerangan yang dapat mengajarkan sebuah Kendaraan Agung Kepada-Ku, maka kepada-Nya Aku akan mempersembahkan seluruh Hidup-ku dan menjadi Pelayan-Nya." Ketika itu Seorang Pertapa datang Kepada-Ku, Sang Raja
dan berkata:"Hamba mempunyai Satu Kendaraan Agung yang disebut Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai Yang Menakjubkan. Jika Paduka mematuhi Hamba, maka Hamba akan mengajarkan-Nya kepada Paduka." Aku, Sang Raja, demi mendengar apa yang telah diucapkan oleh Sang Pertapa itu, menjadi berdebar karena Kegembiraan yang meluap-luap dan segera Aku mengikuti-Nya, melayani segala kebutuhan-Nya, mengumpulkan bebuahan, mengangsu air, mengumpulkan bahan bakar, mempersiapkan daharnya dan bahkan menjadikan Tubuh-Ku sebagai tempat duduk dan tempat tidur-Nya, tetapi meskipun demikian Jiwa dan Raga-Ku tidak pernah merasa letih. Pada saat Aku melayani demikian itu, seribu tahun telah berlalu dan karena demi Hukum itu, Aku melayani-Nya dengan bersemangat sehingga Ia tidak kekurangan apapun jua."
Kemudian Sang Buddha yang ingin memaklumkan makna ini sekali lagi, kemudian bersabdalah Beliau dalam Syair:
Teringat Aku di kalpa-kalpa yang telah lalu
Ketika Aku mencari Hukum Kesunyataan nan Agung
Meskipun Aku sebagai Raja di mayapada ini
Namun Aku tiada mendambakan kelima keinginan
Dengan dentangan genta kemaklumkan
Hukum Kesunyataan ini kesegala penjuru alam
Siapapun yang memiliki Hukum Kesunyataan ini
Sekiranya Ia bersedia mengajarkan-Nya Kepada-Ku
Aku rela mengabdi kepada-Nya sebagai Pelayan-Nya
Kemudian datanglah Seorang Bijak Bestari
Bernama Asita yang datang kepada Sang Raja
Menyatakan bahwa Ia memiliki Hukum Kesunyataan tersebut
Yang menakjubkan yang jarang ada di dunia ini
Jika sekiranya Paduka bersedia melaksanakan-Nya
Akan Hamba khotbahkan Hukum Kesunyataan itu kepada Paduka
Setelah mendengar pernyataan Pertapa Bijak Bestari
Terasa kegembiraan bergelora di dalam Hati-Nya
Kemudian Ia mengikuti Pertapa itu melayani-Nya
Mempersiapkan segala kebutuhan-Nya segala rupa
Bahan bakar, buah-buahan, dan makanan
Dipersembahkan-Nya dengan Hormat dan Sujud
Aku senantiasa memelihara Hukum Kesunyataan itu
Jiwa dan Raga-Ku tiada merasa letih dalam Pengabdian-Ku
Hukum Kesunyataan yang dicari oleh semua mahluk
Kini telah Kutemui dan ini bukan untuk Pribadi-Ku
Juga bukan semata-mata untuk memuaskan keinginan-Ku
Aku Raja dari wilayah yang besar
Melalui pencarian penuh semangat
Kini telah menemui Hukum Kesunyataan
Sehingga akhirnya Aku menjadi Seorang Buddha
Karena itu Aku khotbahkan pada Kalian
Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai ini
Sang Buddha bersabda kepada seluruh Bhiksu:"Raja dimasa dahulu itu adalah Aku Sendiri dan Orang Bijak pada masa itu adalah Sang Devadatta Sendiri. Melalui Persahabatan yang baik dari Sang Devadatta, Aku dapat menjadi sempurna didalam Keenam Paramita, didalam hal Keluhuran, Welas asih, Kebahagiaan dan Pikiran Bebas, didalam hal Ke 32 Tanda, 80 jenis Keistimewaan, Kulit yang berlapis Emas, 10 macam Kekuatan, ke 4 macam Keberanian, ke 4 Angger-Angger Kemasyarakatan, ke 18 ciri-ciri yang khusus, Kekuatan-Kekuatan Ghaib di Jalanan Agung, Pencapaian Penerangan Agung, dan Penyelamatan umat yang menyeluruh, yang semuanya ini semata-mata berkat Persahabatan yang baik dari Sang Devadatta.
Aku nyatakan kepada Kalian Keempat Kelompok: Sang Devadatta nanti, sesudah kemangkatan-Nya dan sesudah sekian kalpa yang tak terhitung berlalu, akan menjadi Seorang Buddha yang bergelar Devaraja, Yang Telah Datang, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Sempurna Pikiran dan Perbuatan, Yang Terbahagia, Maha Tahu Tentang Dunia, Sang Pemimpin Tiada Tandingan, Guru Dewa dan Manusia, Yang Telah Sadar, Yang Dihormati Dunia, dan yang Dunia-Nya akan disebut Devasopanna. Pada saat itu Sang Devaraja akan tinggal di dunia selama 20 kalpa sedang Beliau akan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan secara luas kepada seluruh umat, dan para mahluk hidup yang banyaknya seperti pasir-pasir dari Sungai Gangga yang akan mencapai KeArhatan; Para Umat yang tanpa terhitung jumlah-Nya seperti pasir-pasir dari Sungai Gangga, mencurahkan Diri Pada Jalan Agung, akan mencapai Kepastian untuk tidak terlahir kembali dan Mereka akan mencapai Tingkatan yang tiada akan jatuh kembali pada kehidupan yang tidak kekal.
Kemudian sesudah Parinirvana dari Sang Devaraja, Hukum Yang Benar ini akan tinggal di dunia selama 20 kalpa sedang. Sebuah Stupa dari 7 Benda Berharga akan didirikan setinggi 60 yojana, dengan lebar dan panjang 40 yojana bagi abu relic seluruh Badan-Nya. Semua para dewa dan manusia akan memberikan Penghormatan dengan takzim dan memuja Stupa dari 7 Benda Berharga itu dengan beranekaragam Bebungaan, Bubuk Cendana, Dedupaan, Minyak Harum, Pakaian-Pakaian, Karangan-Karangan Bunga, Panji-Panji, Bendera-Bendera, Tirai-Tirai Bertatah Manikam, dendang dan lagu. Beribu-ribu Mahluk yang tak terhitung jumlah-Nya akan mencapai KeArhatan; Para Mahluk hidup akan tergugah untuk menjalankan KePratyekaBuddhaan; dan Para Mahluk yang tak terbilang banyak-Nya akan bangkit menuju Bodhi serta tidak akan jatuh kembali pada kehidupan yang tidak kekal."
Sang Buddha bersabda kepada Para Bhiksu: "Seandainya di dalam dunia yang mendatang terdapat Putera ataupun Puteri yang baik, yang mendengarkan Hikmah Sang Devadatta tentang Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai Yang Menakjubkan ini dengan Hati Yang Bersih dan Penghormatan karena Keyakinan serta tiada rasa bimbang sedikitpun, maka Orang seperti ini tidak akan terjatuh ke dalam neraka atau menjadi seorang yang berjiwa tanha maupun menjadi seekor hewan, tetapi Ia akan terlahir dihadapan Para Buddha dari alam semesta. Dimanapun juga Ia terlahir, Ia akan selalu mendengar Sutta ini. Dan jika Ia terlahir diantara Para Dewa dan Manusia, maka Ia akan menikmati Kebahagiaan yang tiada taranya. Bagi Sang Buddha yang menyaksikan Kelahiran-Nya haruslah melalui permunculan dari sebuah Bunga Teratai."
Pada saat itu Seorang Pelayan Bodhisattva yang bernama Pragnakuta dari Kawasan Bumi yang bernama Prabhutaratna, berkata Pada Sang Buddha :
"Marilah Kita kembali ke Negeri Kita Sendiri !" Tetapi Sang Buddha Sakyamuni bersabda pada Sang Pragnakuta:"Putera yang baik ! Tunggulah sebentar ! Inilah Sang Bodhisattva Manjusri. Temuilah Dia dan berdiskusilah dengan-Nya mengenai Hukum Yang Menakjubkan dan setelah itu kembalilah ke Negeri-Mu Sendiri."
Kemudian Sang Manjusri, sambil duduk diatas Setangkai Daun Bunga Teratai sebesar roda kereta dengan ditemani oleh Para Bodhisattva Mahasattva yang juga duduk diatas Bunga-Bunga Teratai bertahta Permata, tanpa dibantu Siapapun muncul dari Samudera Luas keluar dari Istana Raja Naga Sagara. Dengan membumbungkan Tempat-Nya ke atas angkasa, Ia menuju ke Puncak Gunung Gridhrakuta, kemudian Ia turun dari Daun Bunga Teratai-Nya dan pergi menghadap Sang Buddha Sakyamuni dan Sang Buddha Prabhutaratna serta dengan takzimnya bersujud di Kaki KeDua Yang Maha Agung itu. Ketika Ia telah selesai menyatakan Penghormatan-Nya, kemudian Ia menemui Sang Bodhisattva Pragnakuta. Dan sesudah saling menanyakan Kesehatan masing-masing, kemudian Mereka mengundurkan Diri dan duduk pada satu sisi. Sang Bodhisattva Pragnakuta bertanya pada Sang Manjusri:"Tuan Yang Bijaksana ! Sejak Engkau pergi ke Istana Naga, berapa banyak mahlukkah yang telah Engkau Takbiskan?" Sang Manjusri menjawab:"Jumlah Mereka tidak terbatas, tiada lagi dapat dihitung ataupun diutarakan dalam kata-kata, maupun dibayangkan. Tunggu sajalah sebentar ! Seseorang pasti datang membawa Bukti." Belum selesai Ia berbicara Para Bodhisattva yang tak terhitung jumlah-Nya, sambil duduk diatas Bunga-Bunga Teratai Bertahta Manikam muncul dari dalam Samudra menuju Puncak Gunung Gridhrakuta dan terbang ke atas angkasa. Semua Bodhisattva-Bodhisattva ini telah ditakbiskan dan diselamatkan oleh Sang Manjusri dan seluruh-Nya telah menjadi sempurna dalam Dharma Bodhisattva dan Mereka bersama-sama membicarakan serta mengajarkan ke 6 Paramita. Mereka yang berada di langit yang semula menjadi Sravaka, masing-masing mengisahkan Perbuatan-Perbuatan Sravaka Mereka yang terdahulu. Sekarang Mereka Semua telah melaksanakan Prinsip-Prinsip KeAgamaan dari Kendaraan Agung. Kemudian berkatalah Sang Manjusri pada Sang Bodhisattva Pragnakuta :"Demikianlah hasil Ceramah Ajaran-Ku di dalam Samudera."
Kemudian Sang Bodhisattva Pragnakuta memuja-Nya dalam Syair:
"Paduka Yang Maha Bijak, Arif, Berani serta Perkasa !
Engkau telah mentakbiskan Para Umat yang tak terhitung jumlah-Nya,
Seperti Pertemuan Agung sekarang ini
Telah Aku lihat seluruh-Nya.
Mewejangkan Pokok-Pokok Kesunyataan
Dan mengajarkan Hukum Kendaraan Tunggal,
Begitu besarnya jumlah Mahluk yang telah Engkau Pimpin
Untuk mencapai Bodhi dengan cepat."
Sang Manjusri menjawab :"Yang selalu Aku permaklumkan di tengah-tengah samudera tiada lain kecuali Hukum Kesunyataan Bunga Teratai Yang Menakjubkan." Sang Pragnakuta bertanya Pada Sang Manjusri :"Sutta ini sangat dalam dan halus serta merupakan mutiara dari segala Sutta, suatu hal yang langka didalam dunia. Apakah terdapat Seorang yang dengan rajin dan bersemangat menjalankan Sutta ini dapat mencapai KeBuddhaan dengan cepat ?" Sang Manjusri memberi jawaban :"Adalah Seorang Puteri dari Raja Naga Sagara yang baru berusia 8 tahun, Bijak dan Cerdas, memahami dengan baik tentang Karma yang timbul dari akar-akar tindakan seluruh mahluk. Dia telah mencapai Dharani dan telah mampu menerima serta memelihara segala Kekayaan Yang Paling Dalam dan Yang Bersifat Kebatinan yang telah Di Ajarkan oleh Para Buddha, dan Dia telah pula menguasai Meditasi dengan dalam serta meresapi seluruh Hukum-Hukum Kesunyataan. Dalam sekejap mata Dia mencapai Bodhi dan mencapai Tingkat Yang Tidak Pernah Akan Terlahir Kembali. Ia memiliki Daya Penjelasan yang tidak meragukan lagi dan memiliki Jiwa Yang Welas Asih kepada semua umat seakan-akan Mereka itu Putera-Nya Sendiri. Jasa-Jasa-Nya sangat sempurna dan perasaan Jiwa serta Uraian-Uraian yang keluar dari Mulut-Nya, Keduanya sangat Halus dan Agung. Dia berwatak lemah lembut dan Welas Asih, Arif dan Sederhana, Luhur dan Berbudi dan Ia telah dapat mencapai Bodhi."
Sang Bodhisattva Pragnakuta berkata:"Aku telah menyaksikan Betapa Sang Sakyamuni Buddha selama berkalpa-kalpa yang tanpa hitungan telah melakukan Dharma berat dan penuh derita, menimbun Jasa dan menumpuk Kearifan, mencari Jalan Bodhi dengan tiada henti-hentinya serta tanpa istirahat. Aku telah mengetahui bahwa didalam jutaan dunia tidak terdapat setitikpun Kawasan walau sebesar biji benih dimana Beliau tidak mencurahkan Jiwa dan Raga-Nya sebagai Seorang Bodhisattva, yang semuanya ini karena demi para umat. Dan hanya sesudah melaksanakan Hal demikianlah Beliau baru mencapai Bodhi. Jadi merupakan hal yang sulit dipercaya bahwa gadis ini dapat mencapai Penerangan Agung hanya dalam waktu yang begitu singkatnya." Sebelum Ia selesai berkata, Puteri dari Sang Raja Naga tiba-tiba muncul dihadapan Mereka dan setelah menghormat Sang Buddha dengan Takzimnya, kemudian menarik Diri kesamping dan memuja-Nya dalam Syair :
Betapa dalam-Nya Pandangan-Nya
Tentang dosa dan Kemarahan
Namun Beliau terus menerangi semesta ini
Dengan Jiwa-Nya yang demikian Halus dan suci
Memiliki 32 Tanda Yang Maha Sempurna
Bersama ke 80 jenis Keistimewaan
Demikianlah Rohani-Nya telah dihiasi-Nya
Kepada-Nya Para Dewa dan Manusia memuja
Para Naga dan Mahluk Halus bersujud
Segala macam Mahluk Hidup memuliakan-Nya
Kemudian setelah mendengar Kebenaran itu
Aku akhirnya mencapai Penerangan Agung
Yang hanya disaksikan oleh Sang Buddha
Akan Kubabarkan Ajaran Kendaraan Agung ini
Untuk membebaskan semua umat dari derita
Kemudian Sang Sariputra berkata kepada Puteri Naga itu:" Engkau menyatakan bahwa dalam waktu singkat Engkau telah mencapai Kebijaksanaan Agung. Hal ini sangat sulit dipercaya, karena betapapun juga tubuh Seorang Wanita adalah kotor dan tidak merupakan Kendaraan dari Hukum Kesunyataan ini. Bagaimana mungkin Ia dapat mencapai Bodhi Agung ? Jalan KeBuddhaan adalah sangat luas sehingga hanya setelah melewati banyak kalpa yang tanpa hitungan, menahan kesengsaraan, mengumpulkan Dharma-Dharma baik, dan melaksanakan Kesempurnaan dengan Sempurna, maka barulah Bodhi Agung itu dapat dicapai. Apalagi Seorang Wanita yang Tubuh-Nya masih mempunyai 5 rintangan: yaitu pertama Ia tidak dapat mencapai Tingkat KeBrahman, kedua Ia tidak dapat mencapai Tingkat Indra, ketiga yaitu raja mara, keempat yaitu raja tingkat Cakravartin, dan kelima adalah Seorang Buddha. Lalu bagaimana mungkin Tubuh Seorang Wanita dapat menjadi Seorang Buddha dengan begitu cepatnya?"
Pada saat itu Sang Puteri Naga mempunyai sebuah Mutiara indah seharga Jutaan Dunia yang Ia Acungkan dan Ia Persembahkan kepada Sang Buddha dan Sang Buddha pun menerima-Nya dengan segera. Kemudian Sang Puteri Naga berkata pada Bodhisattva Pragnakuta dan pada Sariputra Yang Agung :"Aku telah mempersembahkan Mutiara-Ku dan Yang Maha Agung pun telah menerima-Nya. Apakah Tindakan tadi berjalan dengan cepat ? Mereka menjawab:"Sangat cepat." Sang Puteri Naga berkata pula :"Dengan Kekuatan Ghaib Kalian lihatlah Aku menjadi Seorang Buddha yang bahkan lebih cepat dari Tindakan tadi !"
Pada saat itu seluruh Pertemuan melihat Sang Puteri Naga menjelma dengan tiba-tiba menjadi Seorang Pria Yang Sempurna Dharma Bodhisattva-Nya, Yang Dengan Segera Pergi Ke Dunia Yang Tiada Berbatas di Kawasan Selatan, dimana Ia duduk diatas sebuah Bunga Teratai Indah Dan Mencapai Penerangan Agung Dengan 32 Tanda Serta 80 Jenis Keistimewaan Dan Secara Menyeluruh Memaklumkan Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan Kepada Semua Umat Di Alam Semesta.
Kemudian Alam Semesta Para Bodhisattva, Sravaka, 8 Kelompok dari Para Dewa dan Para Naga, Manusia dan Yang Bukan Manusia, Semua-Nya melihat dari Kejauhan Puteri Naga menjadi Seorang Buddha dan secara menyeluruh mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada Para Dewa, Manusia dan lain-lain-Nya diantara Pertemuan itu. Semua-Nya diliputi Kegembiraan Yang Besar dan melakukan Penghormatan dari Kejahuan.
Orang-Orang yang tak terhitung Jumlah-Nya ketika mendengar Khotbah-Nya tentang Hukum Kesunyataan itu, semuanya menjadi Paham dan mencapai Tingkatan yang tidak akan lahir kembali ke kehidupan yang tidak kekal. Orang-Orang yang tak terhitung jumlah-Nya itu juga menerima Penetapan Mereka untuk mencapai Jalan Agung. Dunia Yang Tanpa Batas itu membuat gerakan 6 kali lipatan. Tiga Ribu Umat didalam alam semesta mendapatkan kepuasannya dalam Anutpattika Dharmahsanti, sedangkan tiga ribu Umat mencurahkan Pikiran Mereka pada Bodhi serta memperoleh Penetapannya.
Sang Bodhisattva Pragnakuta dan Sang Sariputra serta seluruh Pertemuan itu, Semuanya mempercayai-Nya diam-diam.
Demikianlah Sutta Bunga Teratai Dari Kegaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan, Tentang Munculnya Sebuah Stupa, Bab 11.
dan berkata:"Hamba mempunyai Satu Kendaraan Agung yang disebut Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai Yang Menakjubkan. Jika Paduka mematuhi Hamba, maka Hamba akan mengajarkan-Nya kepada Paduka." Aku, Sang Raja, demi mendengar apa yang telah diucapkan oleh Sang Pertapa itu, menjadi berdebar karena Kegembiraan yang meluap-luap dan segera Aku mengikuti-Nya, melayani segala kebutuhan-Nya, mengumpulkan bebuahan, mengangsu air, mengumpulkan bahan bakar, mempersiapkan daharnya dan bahkan menjadikan Tubuh-Ku sebagai tempat duduk dan tempat tidur-Nya, tetapi meskipun demikian Jiwa dan Raga-Ku tidak pernah merasa letih. Pada saat Aku melayani demikian itu, seribu tahun telah berlalu dan karena demi Hukum itu, Aku melayani-Nya dengan bersemangat sehingga Ia tidak kekurangan apapun jua."
Kemudian Sang Buddha yang ingin memaklumkan makna ini sekali lagi, kemudian bersabdalah Beliau dalam Syair:
Teringat Aku di kalpa-kalpa yang telah lalu
Ketika Aku mencari Hukum Kesunyataan nan Agung
Meskipun Aku sebagai Raja di mayapada ini
Namun Aku tiada mendambakan kelima keinginan
Dengan dentangan genta kemaklumkan
Hukum Kesunyataan ini kesegala penjuru alam
Siapapun yang memiliki Hukum Kesunyataan ini
Sekiranya Ia bersedia mengajarkan-Nya Kepada-Ku
Aku rela mengabdi kepada-Nya sebagai Pelayan-Nya
Kemudian datanglah Seorang Bijak Bestari
Bernama Asita yang datang kepada Sang Raja
Menyatakan bahwa Ia memiliki Hukum Kesunyataan tersebut
Yang menakjubkan yang jarang ada di dunia ini
Jika sekiranya Paduka bersedia melaksanakan-Nya
Akan Hamba khotbahkan Hukum Kesunyataan itu kepada Paduka
Setelah mendengar pernyataan Pertapa Bijak Bestari
Terasa kegembiraan bergelora di dalam Hati-Nya
Kemudian Ia mengikuti Pertapa itu melayani-Nya
Mempersiapkan segala kebutuhan-Nya segala rupa
Bahan bakar, buah-buahan, dan makanan
Dipersembahkan-Nya dengan Hormat dan Sujud
Aku senantiasa memelihara Hukum Kesunyataan itu
Jiwa dan Raga-Ku tiada merasa letih dalam Pengabdian-Ku
Hukum Kesunyataan yang dicari oleh semua mahluk
Kini telah Kutemui dan ini bukan untuk Pribadi-Ku
Juga bukan semata-mata untuk memuaskan keinginan-Ku
Aku Raja dari wilayah yang besar
Melalui pencarian penuh semangat
Kini telah menemui Hukum Kesunyataan
Sehingga akhirnya Aku menjadi Seorang Buddha
Karena itu Aku khotbahkan pada Kalian
Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai ini
Sang Buddha bersabda kepada seluruh Bhiksu:"Raja dimasa dahulu itu adalah Aku Sendiri dan Orang Bijak pada masa itu adalah Sang Devadatta Sendiri. Melalui Persahabatan yang baik dari Sang Devadatta, Aku dapat menjadi sempurna didalam Keenam Paramita, didalam hal Keluhuran, Welas asih, Kebahagiaan dan Pikiran Bebas, didalam hal Ke 32 Tanda, 80 jenis Keistimewaan, Kulit yang berlapis Emas, 10 macam Kekuatan, ke 4 macam Keberanian, ke 4 Angger-Angger Kemasyarakatan, ke 18 ciri-ciri yang khusus, Kekuatan-Kekuatan Ghaib di Jalanan Agung, Pencapaian Penerangan Agung, dan Penyelamatan umat yang menyeluruh, yang semuanya ini semata-mata berkat Persahabatan yang baik dari Sang Devadatta.
Aku nyatakan kepada Kalian Keempat Kelompok: Sang Devadatta nanti, sesudah kemangkatan-Nya dan sesudah sekian kalpa yang tak terhitung berlalu, akan menjadi Seorang Buddha yang bergelar Devaraja, Yang Telah Datang, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Sempurna Pikiran dan Perbuatan, Yang Terbahagia, Maha Tahu Tentang Dunia, Sang Pemimpin Tiada Tandingan, Guru Dewa dan Manusia, Yang Telah Sadar, Yang Dihormati Dunia, dan yang Dunia-Nya akan disebut Devasopanna. Pada saat itu Sang Devaraja akan tinggal di dunia selama 20 kalpa sedang Beliau akan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan secara luas kepada seluruh umat, dan para mahluk hidup yang banyaknya seperti pasir-pasir dari Sungai Gangga yang akan mencapai KeArhatan; Para Umat yang tanpa terhitung jumlah-Nya seperti pasir-pasir dari Sungai Gangga, mencurahkan Diri Pada Jalan Agung, akan mencapai Kepastian untuk tidak terlahir kembali dan Mereka akan mencapai Tingkatan yang tiada akan jatuh kembali pada kehidupan yang tidak kekal.
Kemudian sesudah Parinirvana dari Sang Devaraja, Hukum Yang Benar ini akan tinggal di dunia selama 20 kalpa sedang. Sebuah Stupa dari 7 Benda Berharga akan didirikan setinggi 60 yojana, dengan lebar dan panjang 40 yojana bagi abu relic seluruh Badan-Nya. Semua para dewa dan manusia akan memberikan Penghormatan dengan takzim dan memuja Stupa dari 7 Benda Berharga itu dengan beranekaragam Bebungaan, Bubuk Cendana, Dedupaan, Minyak Harum, Pakaian-Pakaian, Karangan-Karangan Bunga, Panji-Panji, Bendera-Bendera, Tirai-Tirai Bertatah Manikam, dendang dan lagu. Beribu-ribu Mahluk yang tak terhitung jumlah-Nya akan mencapai KeArhatan; Para Mahluk hidup akan tergugah untuk menjalankan KePratyekaBuddhaan; dan Para Mahluk yang tak terbilang banyak-Nya akan bangkit menuju Bodhi serta tidak akan jatuh kembali pada kehidupan yang tidak kekal."
Sang Buddha bersabda kepada Para Bhiksu: "Seandainya di dalam dunia yang mendatang terdapat Putera ataupun Puteri yang baik, yang mendengarkan Hikmah Sang Devadatta tentang Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai Yang Menakjubkan ini dengan Hati Yang Bersih dan Penghormatan karena Keyakinan serta tiada rasa bimbang sedikitpun, maka Orang seperti ini tidak akan terjatuh ke dalam neraka atau menjadi seorang yang berjiwa tanha maupun menjadi seekor hewan, tetapi Ia akan terlahir dihadapan Para Buddha dari alam semesta. Dimanapun juga Ia terlahir, Ia akan selalu mendengar Sutta ini. Dan jika Ia terlahir diantara Para Dewa dan Manusia, maka Ia akan menikmati Kebahagiaan yang tiada taranya. Bagi Sang Buddha yang menyaksikan Kelahiran-Nya haruslah melalui permunculan dari sebuah Bunga Teratai."
Pada saat itu Seorang Pelayan Bodhisattva yang bernama Pragnakuta dari Kawasan Bumi yang bernama Prabhutaratna, berkata Pada Sang Buddha :
"Marilah Kita kembali ke Negeri Kita Sendiri !" Tetapi Sang Buddha Sakyamuni bersabda pada Sang Pragnakuta:"Putera yang baik ! Tunggulah sebentar ! Inilah Sang Bodhisattva Manjusri. Temuilah Dia dan berdiskusilah dengan-Nya mengenai Hukum Yang Menakjubkan dan setelah itu kembalilah ke Negeri-Mu Sendiri."
Kemudian Sang Manjusri, sambil duduk diatas Setangkai Daun Bunga Teratai sebesar roda kereta dengan ditemani oleh Para Bodhisattva Mahasattva yang juga duduk diatas Bunga-Bunga Teratai bertahta Permata, tanpa dibantu Siapapun muncul dari Samudera Luas keluar dari Istana Raja Naga Sagara. Dengan membumbungkan Tempat-Nya ke atas angkasa, Ia menuju ke Puncak Gunung Gridhrakuta, kemudian Ia turun dari Daun Bunga Teratai-Nya dan pergi menghadap Sang Buddha Sakyamuni dan Sang Buddha Prabhutaratna serta dengan takzimnya bersujud di Kaki KeDua Yang Maha Agung itu. Ketika Ia telah selesai menyatakan Penghormatan-Nya, kemudian Ia menemui Sang Bodhisattva Pragnakuta. Dan sesudah saling menanyakan Kesehatan masing-masing, kemudian Mereka mengundurkan Diri dan duduk pada satu sisi. Sang Bodhisattva Pragnakuta bertanya pada Sang Manjusri:"Tuan Yang Bijaksana ! Sejak Engkau pergi ke Istana Naga, berapa banyak mahlukkah yang telah Engkau Takbiskan?" Sang Manjusri menjawab:"Jumlah Mereka tidak terbatas, tiada lagi dapat dihitung ataupun diutarakan dalam kata-kata, maupun dibayangkan. Tunggu sajalah sebentar ! Seseorang pasti datang membawa Bukti." Belum selesai Ia berbicara Para Bodhisattva yang tak terhitung jumlah-Nya, sambil duduk diatas Bunga-Bunga Teratai Bertahta Manikam muncul dari dalam Samudra menuju Puncak Gunung Gridhrakuta dan terbang ke atas angkasa. Semua Bodhisattva-Bodhisattva ini telah ditakbiskan dan diselamatkan oleh Sang Manjusri dan seluruh-Nya telah menjadi sempurna dalam Dharma Bodhisattva dan Mereka bersama-sama membicarakan serta mengajarkan ke 6 Paramita. Mereka yang berada di langit yang semula menjadi Sravaka, masing-masing mengisahkan Perbuatan-Perbuatan Sravaka Mereka yang terdahulu. Sekarang Mereka Semua telah melaksanakan Prinsip-Prinsip KeAgamaan dari Kendaraan Agung. Kemudian berkatalah Sang Manjusri pada Sang Bodhisattva Pragnakuta :"Demikianlah hasil Ceramah Ajaran-Ku di dalam Samudera."
Kemudian Sang Bodhisattva Pragnakuta memuja-Nya dalam Syair:
"Paduka Yang Maha Bijak, Arif, Berani serta Perkasa !
Engkau telah mentakbiskan Para Umat yang tak terhitung jumlah-Nya,
Seperti Pertemuan Agung sekarang ini
Telah Aku lihat seluruh-Nya.
Mewejangkan Pokok-Pokok Kesunyataan
Dan mengajarkan Hukum Kendaraan Tunggal,
Begitu besarnya jumlah Mahluk yang telah Engkau Pimpin
Untuk mencapai Bodhi dengan cepat."
Sang Manjusri menjawab :"Yang selalu Aku permaklumkan di tengah-tengah samudera tiada lain kecuali Hukum Kesunyataan Bunga Teratai Yang Menakjubkan." Sang Pragnakuta bertanya Pada Sang Manjusri :"Sutta ini sangat dalam dan halus serta merupakan mutiara dari segala Sutta, suatu hal yang langka didalam dunia. Apakah terdapat Seorang yang dengan rajin dan bersemangat menjalankan Sutta ini dapat mencapai KeBuddhaan dengan cepat ?" Sang Manjusri memberi jawaban :"Adalah Seorang Puteri dari Raja Naga Sagara yang baru berusia 8 tahun, Bijak dan Cerdas, memahami dengan baik tentang Karma yang timbul dari akar-akar tindakan seluruh mahluk. Dia telah mencapai Dharani dan telah mampu menerima serta memelihara segala Kekayaan Yang Paling Dalam dan Yang Bersifat Kebatinan yang telah Di Ajarkan oleh Para Buddha, dan Dia telah pula menguasai Meditasi dengan dalam serta meresapi seluruh Hukum-Hukum Kesunyataan. Dalam sekejap mata Dia mencapai Bodhi dan mencapai Tingkat Yang Tidak Pernah Akan Terlahir Kembali. Ia memiliki Daya Penjelasan yang tidak meragukan lagi dan memiliki Jiwa Yang Welas Asih kepada semua umat seakan-akan Mereka itu Putera-Nya Sendiri. Jasa-Jasa-Nya sangat sempurna dan perasaan Jiwa serta Uraian-Uraian yang keluar dari Mulut-Nya, Keduanya sangat Halus dan Agung. Dia berwatak lemah lembut dan Welas Asih, Arif dan Sederhana, Luhur dan Berbudi dan Ia telah dapat mencapai Bodhi."
Sang Bodhisattva Pragnakuta berkata:"Aku telah menyaksikan Betapa Sang Sakyamuni Buddha selama berkalpa-kalpa yang tanpa hitungan telah melakukan Dharma berat dan penuh derita, menimbun Jasa dan menumpuk Kearifan, mencari Jalan Bodhi dengan tiada henti-hentinya serta tanpa istirahat. Aku telah mengetahui bahwa didalam jutaan dunia tidak terdapat setitikpun Kawasan walau sebesar biji benih dimana Beliau tidak mencurahkan Jiwa dan Raga-Nya sebagai Seorang Bodhisattva, yang semuanya ini karena demi para umat. Dan hanya sesudah melaksanakan Hal demikianlah Beliau baru mencapai Bodhi. Jadi merupakan hal yang sulit dipercaya bahwa gadis ini dapat mencapai Penerangan Agung hanya dalam waktu yang begitu singkatnya." Sebelum Ia selesai berkata, Puteri dari Sang Raja Naga tiba-tiba muncul dihadapan Mereka dan setelah menghormat Sang Buddha dengan Takzimnya, kemudian menarik Diri kesamping dan memuja-Nya dalam Syair :
Betapa dalam-Nya Pandangan-Nya
Tentang dosa dan Kemarahan
Namun Beliau terus menerangi semesta ini
Dengan Jiwa-Nya yang demikian Halus dan suci
Memiliki 32 Tanda Yang Maha Sempurna
Bersama ke 80 jenis Keistimewaan
Demikianlah Rohani-Nya telah dihiasi-Nya
Kepada-Nya Para Dewa dan Manusia memuja
Para Naga dan Mahluk Halus bersujud
Segala macam Mahluk Hidup memuliakan-Nya
Kemudian setelah mendengar Kebenaran itu
Aku akhirnya mencapai Penerangan Agung
Yang hanya disaksikan oleh Sang Buddha
Akan Kubabarkan Ajaran Kendaraan Agung ini
Untuk membebaskan semua umat dari derita
Kemudian Sang Sariputra berkata kepada Puteri Naga itu:" Engkau menyatakan bahwa dalam waktu singkat Engkau telah mencapai Kebijaksanaan Agung. Hal ini sangat sulit dipercaya, karena betapapun juga tubuh Seorang Wanita adalah kotor dan tidak merupakan Kendaraan dari Hukum Kesunyataan ini. Bagaimana mungkin Ia dapat mencapai Bodhi Agung ? Jalan KeBuddhaan adalah sangat luas sehingga hanya setelah melewati banyak kalpa yang tanpa hitungan, menahan kesengsaraan, mengumpulkan Dharma-Dharma baik, dan melaksanakan Kesempurnaan dengan Sempurna, maka barulah Bodhi Agung itu dapat dicapai. Apalagi Seorang Wanita yang Tubuh-Nya masih mempunyai 5 rintangan: yaitu pertama Ia tidak dapat mencapai Tingkat KeBrahman, kedua Ia tidak dapat mencapai Tingkat Indra, ketiga yaitu raja mara, keempat yaitu raja tingkat Cakravartin, dan kelima adalah Seorang Buddha. Lalu bagaimana mungkin Tubuh Seorang Wanita dapat menjadi Seorang Buddha dengan begitu cepatnya?"
Pada saat itu Sang Puteri Naga mempunyai sebuah Mutiara indah seharga Jutaan Dunia yang Ia Acungkan dan Ia Persembahkan kepada Sang Buddha dan Sang Buddha pun menerima-Nya dengan segera. Kemudian Sang Puteri Naga berkata pada Bodhisattva Pragnakuta dan pada Sariputra Yang Agung :"Aku telah mempersembahkan Mutiara-Ku dan Yang Maha Agung pun telah menerima-Nya. Apakah Tindakan tadi berjalan dengan cepat ? Mereka menjawab:"Sangat cepat." Sang Puteri Naga berkata pula :"Dengan Kekuatan Ghaib Kalian lihatlah Aku menjadi Seorang Buddha yang bahkan lebih cepat dari Tindakan tadi !"
Pada saat itu seluruh Pertemuan melihat Sang Puteri Naga menjelma dengan tiba-tiba menjadi Seorang Pria Yang Sempurna Dharma Bodhisattva-Nya, Yang Dengan Segera Pergi Ke Dunia Yang Tiada Berbatas di Kawasan Selatan, dimana Ia duduk diatas sebuah Bunga Teratai Indah Dan Mencapai Penerangan Agung Dengan 32 Tanda Serta 80 Jenis Keistimewaan Dan Secara Menyeluruh Memaklumkan Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan Kepada Semua Umat Di Alam Semesta.
Kemudian Alam Semesta Para Bodhisattva, Sravaka, 8 Kelompok dari Para Dewa dan Para Naga, Manusia dan Yang Bukan Manusia, Semua-Nya melihat dari Kejauhan Puteri Naga menjadi Seorang Buddha dan secara menyeluruh mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada Para Dewa, Manusia dan lain-lain-Nya diantara Pertemuan itu. Semua-Nya diliputi Kegembiraan Yang Besar dan melakukan Penghormatan dari Kejahuan.
Orang-Orang yang tak terhitung Jumlah-Nya ketika mendengar Khotbah-Nya tentang Hukum Kesunyataan itu, semuanya menjadi Paham dan mencapai Tingkatan yang tidak akan lahir kembali ke kehidupan yang tidak kekal. Orang-Orang yang tak terhitung jumlah-Nya itu juga menerima Penetapan Mereka untuk mencapai Jalan Agung. Dunia Yang Tanpa Batas itu membuat gerakan 6 kali lipatan. Tiga Ribu Umat didalam alam semesta mendapatkan kepuasannya dalam Anutpattika Dharmahsanti, sedangkan tiga ribu Umat mencurahkan Pikiran Mereka pada Bodhi serta memperoleh Penetapannya.
Sang Bodhisattva Pragnakuta dan Sang Sariputra serta seluruh Pertemuan itu, Semuanya mempercayai-Nya diam-diam.
Demikianlah Sutta Bunga Teratai Dari Kegaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan, Tentang Munculnya Sebuah Stupa, Bab 11.
Similar topics
» Bodhisattvaprthivi virasamudgama Parivartah Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Pancabhiksusatavyakarana Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Anandadivyakarana Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Samantabhadrotsahana Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Tathagatayuspramanah Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Pancabhiksusatavyakarana Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Anandadivyakarana Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Samantabhadrotsahana Parivartah Dharmaparyaya Suttram
» Tathagatayuspramanah Parivartah Dharmaparyaya Suttram
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik