Suramgama Samadhi Suttram
Halaman 1 dari 1
Suramgama Samadhi Suttram
Namo Bhagavate Amitabha Tathagata Arhate SamyakSamBuddha Om Ami Deva Si
Namo Bhagavate Vajrapani Bodhisattva Mahasattva Om Vajrapani Hum
Namo Bhagavate Vajrapani Bodhisattva Mahasattva Om Vajrapani Hum
Namo Sarvajna Siddha Tathagata
SURAMGAMA SAMADHI SUTRA
Diterjemahkan oleh TRIPITA KUMARAJIVA
Dari Tanah Kucha dibawah jaman Chin
Shechen Monastery
Demikianlah telah Ku dengar, pada satu waktu, Sang Buddha berada di dalam Rajagrha, diatas Grhdrakutaparvata, bersama dengan Perkumpulan Besar Para Bhiksu, 32000 Bhiksu dan Mahasattva Bodhisttva berjumlah 72000. Saat Terakhir ini dikenal di seluruh dunia (abhijnanabhijnata); Mereka menguasai Dharanis; Mereka diberikan kelancaran kepandaian berbicara pratibhana dan kesenangan didalam menguraikan secara terperinci dengan tidak henti-hentinya; Berpendirian yang baik didalam pemusatan pikiran (samadhisupratistitha), Mereka tidak pernah menyimpang dari itu; Mereka ahli didalam pengetahuan (jnanakusala) dan dari kebijaksanaan yang tidak habis-habisnya (aksayaprajna); Mereka menguasai kepastian tentang Ajaran yang sangat mendalam (gambhiradharmaksanti); selama waktu yang banyak sekali dan yang tidak dapat dihitung (asamkhyeyakalpa) Mereka telah mengolah Dharma baik (kusaladharma) dan masih mengingat semuanya; Mereka telah mengatasi mara dan para musuh (nihatamarapratyartika); Mereka telah mengamankan sepenuhnya sempurna tanah-tanah terhias Buddha (buddhaksetra); Mereka menguasai kemauan baik (mahamaitri) dan perasaan kasih yang besar (mahakaruna), dan Tubuh Mereka terhiasi dengan semua tanda-tanda (laksana); Mereka telah mencapai tepi pantai lain dari kekuatan batin (mahaviryaparamimgata); Mereka terbiasa dengan semua bahasa (nirukti) dan kepandaian mengartikan lainnya (upaya); Latihan-latihan (carya) dan sikap-sikap tubuh (iryapatha) Mereka benar-benar sepenuhnya sempurna (sampanna); Mereka semuanya ditetapkan sebagai sang tiga pintu untuk penyelamatan pembebasan (vimoksamukha); Melalui Pengetahuan yang tanpa halangan (apratihatajnana), Mereka telah menembus tiga kali lipat dunia (traidhatukaniryata); Mereka telah membentuk keputusan (niscaya) tidak pernah meninggalkan setiap orang pun; Mereka diberikan kesadaran penuh kehati-hatian (smrti), kecerdasan (mati) dan pengertian (samkalpa) juga kesabaran (ksanti) dan pengetahuan (jnana).
Para Bodhisattva Yang diberkahi dengan kebajikan begitu adalah :
Sang Bodhisattva Avaivartikadharmacakrapravartaka ('Keadaan Perputaran Roda Dharma Yang Tidak Dapat Diubah'),
Sang Bodhisattva Utpaditacittadharmacakrapravartaka ('Keadaan Perputaran Roda Dharma Setelah Terbangunkan Pikiran Bodhi'),
Sang Bodhisattva Anavaranadharmacakrapravartaka ('Keadaan Perputaran Roda Dharma Yang Tanpa Halangan'),
Sang Bodhisattva Vimalasuddhi ('Kesucian Yang Tidak Ternoda'),
Sang Bodhisattva Sarvaparyutthanaviskambhin ('Menghapuskan Semua Tudung Kabut Racun'),
Sang Bodhisattva Visudderyapathasamdarsananandin ('Sangat Bergembira Didalam Memakai Sikap Tubuh Yang Murni'),
Sang Bodhisattva Varalaksanavyuharajamati ('Kecerdasan Raja Yang Terhiasi Dengan Tanda-Tanda Yang Mengagumkan Bagus Sekali'),
Sang Bodhisattva Sarvasattvavisamvadin ('Tidak Menyalahkan Mahluk Hidup Apapun'),
Sang Bodhisattva Anantagunasamudramati ('Kecerdasan Seperti Lautan Kebajikan Yang Tidak Terbatas'),
Sang Bodhisattva Sadasamahitaviksiptendriya ('Dari Perasaan Pemusatan Pikiran Sesungguhnya Dan Tidak Terbingungkan'),
Sang Bodhisattva Bhutasvara ('Dari Suara-Suara Penuh Kejujuran'),
Sang Bodhisattva Sarvadevastuti ('Pujian Seluruh Dewa'),
Sang Bodhisattva Dharanisvararaja ('Raja Yang Menguasai Dharani'),
Sang Bodhisattva Pratibhanalamkara ('Hiasan Kelancaran Berbicara'),
Sang Bodhisattva Manjusri kumarabhuta ('Dari Keagungan Perawakan Lemah Lembut Ramah Tamah Baik Dan Mahkota Panggeran Dharma'),
Sang Bodhisattva Maitreya ('Kemauan Baik'),
Sang Bodhisattva Sumerukutaraja ('Raja Puncak Sumeru'),
Sang Bodhisattva Gunaratnavyuhasamudramati ('Kecerdasan Seperti Lautan Yang Terhiasi Dengan Permata Kebajikan'),
Sang Bodhisattva Mahavyuha ('Dari Hiasan Agung'),
Sang Bodhisattva Mahalaksana ('Dari Tanda Agung'),
Sang Bodhisattva Prabhalaksana ('Tanda Dari Cahaya'),
Sang Bodhisattva Prabhasri ('Kekuasaan Tertinggi Dari Cahaya'),
Sang Bodhisattva Visuddhamati ('Kecerdasan Murni'),
Sang Bodhisattva Pramodyaraja ('Raja Dari Kegembiraan'),
Sang Bodhisattva Drdhasthama ('Kekuatan Teguh Keras'),
Sang Bodhisattva Drdhamati ('Kecerdasan Teguh Keras'),
Ini dan Para Mahasattva Bodhisattva lainnya yang berjumlah 72000. Dan Tambahannya, semua yang berada di dalam trisahasramahasahasralokadhatu yang adalah para Sravaka, para Brahma, Raja-Raja Lokapala dari para Dewa, para Dewa, para Naga, para Yaksa, para Gandharva, para Asura, para Garuda, para Kimnara, para Mahoraga, para Manusya, para Amanusya (para mahluk bukan manusia), dikenal seluruh dunia (abhijnanabhijnata), telah menanam akar-akar kebajikan (avaropitakusalamula) dan dengan tegas pasti bermaksud pada Ajaran Indah Yang Maha Mulia (udaradhimuktika), hadir dalam Perkumpulan itu (tasminn eva parsatsamnipate samnipatita abhuvan samnisannah).
[Pemusatan Pikiran Yang Paling Baik]
Lalu Sang Bodhisattva Drdhamati, yang hadir didalam Perkumpulan itu, memiliki pemikiran ini : 'Saya sekarang ingin bertanya kepada Sang Tathagata sebuah pertanyaan seperti melindungi (pariraksana) silsilah keturunan Buddha (buddhavamsa), silsilah keturunan Dharma (dharmavamsa) dan silslah keturunan Sangha (sanghavamsa), yang tampak tak jelas dan kemunduran gerhana (dhyamikarana) tempat tinggal mara (marabhavana) dan orang-orang jahanam pengacau (nigrahana) yang angkuh (abhimanika). Jadi, mereka yang belum menanam akar-akar kebaikan (anavaropitakusalamula) akan menanamnya segera.Mereka yang telah menanam akar-akar kebaikan akan menambahkan (vardhana) kedalamnya.Mereka yang belum membangunkan pikiran penerangan sempurna tertinggi (anutpaditanuttarasamyaksambodhicitta) akan membangunkan pikiran itu (cittotpada). Mereka yang telah membangkitkan pikiran itu akan menjadi Bodhisattva yang tanpa kemunduran (avaivartika). Para Bodhisattva tanpa kemunduran akan dengan sangat cepat mencapai anuttarasamyaksambodhi. Para mahluk yang menebak memikirkan objek-objek tujuan (salambana) dan melekat pada pandangan-pandangan salah (drstyabhinivista) akan membangkitkan pikiran untuk menghapuskannya.Para mahluk yang melekat pada ajaran-ajaran yang rendah mutunya (hinadhimuktika) akan menjadi pasti melekat ke ajaran agung yang indah (udaradhimuktika). Mereka yang pasti sungguh-sungguh tekun pada ajaran agung yang indah akan mengalami kegembiraan besar (pramudita).
Setelah memiliki pikiran ini, Bodhisattva Drdhamati bangkit dari tempat duduknya, dan setelah mengatur jubah atas pada satu bahunya, setelah meletakkan lutut kanannya ke tanah dan setelah mengulurkan tangannya yang terangkap anjali dihadapan Sang Bhagavat, Dia berkata kepada-Nya: ('atha khalu Drdhamatir Bodhisattva utthayasanad ekamsam uttarasangam krtva daksinam janumandalam prthivyam pratisthapya yena bhagavams tenanjalim pranamya bhagavantam idam avocat:')
Bhagavat, Saya ingin bertanya kepada Bhagava Arhat SamyakSamBuddha dengan maksud kecil jika Bhagavan mempersilakan Saya untuk menanyakan pertanyaan. ('prccheyam aham bhagavantam arhantam samyaksambuddham kamcid eva pradesam sa cen me bhagavan avakasam kuryat prstaprasna vyakaranaya')
Sang Bhagavan berkata kepada Bodhisattva Drdhamati bertanyalah kepada Tathagata Arhat SamyakSamBuddha dengan apapun yang Kamu inginkan, dan Saya, dalam menjawab semua pertanyaan-pertanyaan ini, akan menyenangkan pikiran Kamu. ('evam ukte bhagavan drdhamatim bodhisattvam amantrayate sma prccha tvam tathagatam arhantam samyaksambuddham yad yad evakanksasi aham te tasya tasya prasnasya vyakaranena cittam aradhayisye')
Sang Bodhisattva Drdhamati berkata kepada Sang Buddha Bhagavat, melalui Samadhi apakah yang Bodhisattva dengan sangat cepat mencapai anuttara samyaksambodhi,
tidak pernah berpisah dari keseringan oleh Para Buddha,
Menyinari dengan Cahaya miliknya sendiri (avabhasa) di seluruh sepuluh kawasan,
mendapatkan kebijaksanaan yang menakjubkan (vikurvitaprajna) sehingga untuk menghancurkan mara (maranam nigrahaya),
memperoleh penguasaan dalam pengetahuan (jnanavasita) dan memenangkan pengetahuan spontan (svayambhujnana),
memperoleh pengetahuan yang tak diceritakan (anupadistajnana) dan tidak bergantung kepada yang lainnya (aparapraneya),
menguasai kepandaian berbicara yang tidak dapat dihancurkan (anacchedyapratibhana) naik hingga ke batas akhir (aparantakoti),
memperoleh dasar kekuatan super normal (rddhipada) dan hingga memastikan dirinya sendiri pada jangka waktu kehidupan yang tidak dapat dihitung (aprameyayus),
menguraikan secara terperinci Sravakayana kepada para pengikut Sravaka (sravakadhimukta),
menguraikan secara terperinci Pratyekabuddhayana kepada para pengikut Pratyekabuddha,
menguraikan secara terperinci Mahayana kepada para pengikut Mahayana,
menembus ajaran (dhrama) dari Para Sravaka, tapi tanpa masuk kedalam takdir Para Sravaka (Sravakaniyama),
menembus ajaran dari Para Pratyekabuddha, tapi tanpa masuk kedalam Pratyekabuddhaniyama,
menembus ajaran dari Para Buddha, tapi tanpa masuk kedalam penghentian sepenuhnya (atyantanirodha),
menyatakan (samdarsayati) bentuk wujud (samsthana), warna (varna) dan sikap tubuh (iryapatha) dari Sravaka, tapi tanpa pernah menyimpang dalam batin dari pikiran penerangan sempurna (bodhicitta),
menyatakan (samdarsayati) bentuk wujud (samsthana), warna (varna) dan sikap tubuh (iryapatha) dari Pratyekabuddha, tapi tanpa pernah menyimpang dalam batin dari pikiran belas kasih besar (mahakarunacitta) dari Para Buddha,
menyatakan, melalui pemusatan pikiran khayalan (mayopamasamadhi), bentuk wujud, warna dan sikap tubuh dari Tathagata,
menyatakan, melalui kekuatan dari akar kebajikannya sendiri (kusalamula), kehadiran diantara para Dewa Tusita, anggapan dari kehidupan terakhir (antimajatyadana), pemasukan kedalam kandungan rahim (garbhavakranti), kelahiran (jati), penolakan dari dunia (abhiniskramana), dan pendudukan tempat duduk penerangan sempurna (bodhimandanisidana),
menyatakan, melalui kekuatan kebijaksanaan yang mendalam (prajna), pemutaran Roda Dharma (dharmacakrapravartana),
menyatakan, melalui kekuatan kepandaian mengartikan (upaya), pemasukan ke dalam Nirvana,
menyatakan, melalui kekuatan pemusatan pikiran (samadhi), pembagian penyaluran relik sarira (sariravibhaga),
menyatakan, melalui kekuatan cita-citanya sebelumnya (purvapranidhana), hilangnya Saddharma (saddharmavipralopa),
Lalu apakah, O Bhagavat, samadhi yang dilalui yang mana Bodhisattva menyatakan kebajikan (guna), tapi tanpa pasti memasuki Parinirvana?
Sang Buddha berkata kepada Sang Bodhisattva Drdhamati : Baik sekali, baik sekali (sadhu sadhu), O Drdhamati, Kamu bertanya kepada Sang Tathagata pada pokok persoalan ini (artha) demi kesejahteraan dan kebahagiaan banyak mahluk (bahujanahitaya bahujanasukhaya), melalui belas kasih kepada dunia (lokanukampayai), demi keuntungan, kesejahteraan dan kebahagiaan dari banyak tubuh para mahluk, para manusia dan para dewa (mahato jnanakayasyarthaya hitaya sukhaya devanam ca manusyanam ca), demi perlindungan para bodhisattva sekarang dan masa depan (pratyutpannam canagatanam ca bodhisattvanam parigrahaya).
Mengetahui ini. Kamu telah menanam akar-akar kebajikan (avaropitakusalamula),
Kamu telah menghormati dan melayani yang tidak terkira banyaknya ratusan ribu kotinayuta Para Buddha dari masa lalu;
Kamu telah menempuh seluruh jalan (marga);
Kamu telah mengatasi mara dan musuh (nihatamarapratyarthika);
Kamu telah memperoleh pengetahuan yang bebas berdiri sendiri (svatantrajnana) mengenai seluruh Buddhadharma;
Kamu telah menang total dan melindungi gerombolan para Bodhisattva;
Kamu mengetahui harta (kosa) dari semua ajaran (dharma) Buddha;
Itulah mengapa Kamu telah datang bertanya kepada Saya sebuah pertanyaan (prasnavyakarana) yang sudah ditanyakan didalam masa lampau dari Para Buddha yang jumlah-Nya seperti butiran pasir yang tak terhingga di sungai gangga (gangganadi-valukopama).
Drdhamati, didalam perkumpulan (parsad) ini, Tathagata tidak melihat seorang tunggalpun dari deva, naga, yaksa, gandharva, seorang Sravaka atau Pratyekabuddha yang akan mampu merumuskan pertanyaan ini. Hanya orang yang terkenal unggul seperti Kamu yang mampu mendekati pertanyaan seperti ini. Dengarlah dengan baik, dan ukirlah itu di pikiran Kamu (tena hi srnu sadhu ca susthu ca manasikuru). Saya akan memberitahukan kepada Kamu Samadhi itu yang mana Para Bodhisattva harus diberkati (sampanna) agar memperoleh kebajikan (guna) seperti yang Kamu katakan dan bahkan lebih besar lagi (bhavantaravisista).
Drdhamati berkata kepada Sang Buddha : 'Bagus sekali, O Bhagavat, dan Dia mulai untuk mendengar (sadhu bhagavann iti pratyasrausit).'
[Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Ada sebuah samadhi yang disebut Pemusatan Pikiran Pahlawan Yang Gagah Berani (Suramgamasamadhi). Para Bodhisattva yang telah memperoleh Samadhi ini dapat, karena Kamu bertanya tentang itu, menyatakan Parinirvana, tapi tanpa pasti mengalami penghentian. Mereka menyatakan (samdarsayanti) wujud badan (samsthana) dan warna (varna), tapi tanpa merusak bentuk yang seperti itu (rupatathata). Mereka beredar (samcaranti) melalui semua buddhaksetras tapi tidak berangan-angan membayangkan (na vikalpayanti) buddhaksetras itu.
Mereka datang mendekat (samyunjanti) kepada semua Buddha, tapi tidak melihat perbedaan (visesa) apapun dalam kesamaan dasar (samata) dan unsur yang menjadi dasar pokok (dharmadhatu).
Mereka menyelenggarakan semua latihan (carya), tapi dengan jelas memahami cara mensucikan latihan-latihan itu (caryaparisodhana).
Mereka menguasai kedaulatan raja (adhipatya) atas semua dewa dan manusia (devamanusya), tapi tidak terjatuh kedalam kebanggaan (mana), keinginan (stambha) atau kesembronoan kelalaian (pramada).
Mereka menguasai kekuasaan tertinggi (aisvarya) atas semua mara, tapi tidak berpantang dari pekerjaan-pekerjaan kejam para mara (marakarman).
Mereka beredar melalui rangkap tiga dunia (traidhatuka), tapi tidak membelok dari unsur yang menjadi dasar`pokok (dharmadhatu).
Mereka dilahirkan didalam semua takdir (gati) tapi tidak berangan-angan membayangkan (na vikalpayanti) ada bermacam-macam takdir.'
Mereka dengan penuh keahlian mengucapkan (vyakurvanti) semua ungkapan Dharma (dharmapada) dan, dalam bermacam-macam bahasa (nirukti), Mereka menjelaskan artinya (artham samprakasayanti), tapi Mereka mengetahui (adhigacchanti) suku kata (aksara) itu muncul dari kesamaan (samata) dan bahwa tiada terdapat perbedaan (visesa) antara bahasa-bahasa.
Mereka selalu mengingat kembali (samahita), tapi Mereka mematangkan (paripacayanti) para mahluk.
Mereka menguasai kepastian kehancuran semesta (ksayaksanti) dan kepastian dari yang tidak bangkit dari dharma (anutpattikadharmaksanti), tapi Mereka berbicara dharma seperti mengalami kebangkitan (utpada) dan penghentian (nirodha) seperti Tanda-Tanda (laksana) Mereka.
Mereka pergi sendirian (ekacarin) dan tanpa takut (visarada) seperti seekor singa (simha).'
[Penawaran Persembahan sebuah Tahta]
Lalu, dalam perkumpulan, para sakra, para brahma, para raja lokapala dari para dewa dan seluruh perkumpulan (sarvavati) mempunyai pikiran ini : Kami tidak pernah sebelumnya mendengar nama dari samadhi ini. Bahkan sedikit penjelasan dari arti-artinya (arthavibhanga). Hari ini, ketika Kami telah datang dan melihat Sang Buddha, adalah merupakan keberuntungan (labha nah sulabdhah) untuk mendengar nama dari Suramgamasamadhi diucapkan. Putra dari keluarga yang baik (kulaputra) atau putri dari keluarga yang baik (kuladuhita) sedang mencari kesempurnaan Buddha (samyaksambuddhatva) dan siapa, setelah mendengar penjelasan (vibhanga) dari Suramgamasamadhi, mempercayainya (adhimucyate) dan tiada ragu-ragu, Anak dari keluarga yang baik itu tidak akan pernah menyimpang dari Buddha (buddhatvan na vivartsyati). Bahkan lebih banyak lagi, jika setelah mempercayainya (adhimucya), laki-laki atau perempuan itu mengenggamnya (udgrhnati), mengingatnya (dharayati), mengulanginya (vacayati), menguraikannya secara terperinci kepada orang lain (parebhyah samprakasayati) dan, menyesuaikan diri dengan apa yang dikatakannya, memakai usaha dia itu untuk itu (bhavanayogena prayunakti).
Lalu para sakra, para brahma dan para raja lokapala dari para dewa memiliki pikiran ini : Kamu seharusnya sekarang segera hadir ke Tahta Singa (simhasana) Sang Tathagata, sebuah Tahta dari Dharma Yang Baik (saddharmasana), sebuah Tathta yang layak dari Orang Yang Terkemuka (satpurusana), sebuah Tahta dari Kemegahan Agung (mahavyuhasana), sebuah tahta untuk pemutaran Roda Dharma Besar (mahadharmacakrapravartanasana), sehingga Sang Tathagata, duduk diatas Tahta ini dari Kami, akan menguraikan secara terperinci Suramgamasamadhi.
Diantara diri mereka sendiri, setiap orang berkata kepada dirinya sendiri : Itu adalah saya seorang diri yang mempersembahkan simhasana kepada Sang Buddha, tiada orang lainpun yang dapat melakukan hal yang sama.
Lalu para sakra, para brahma dan para raja lokapala dari para dewa masing-masing secara tersendiri menawarkan persembahan (prajnapayanti sma) kepada Sang Tathagata sebuah simhasana yang dihiasi (alamkrta), kemurnian (visuddha), kekaguman yang terpuji (darsaniya) dan yang sangat tinggi (unnata), ditaburi dengan susunan kain berharga yang tak terhingga banyaknya (apramanaratnavastrastirna), puncaknya ditutupi dengan tirai dari terpal (vitana), spanduk (dhvaja) dan payung yang sangat bagus yang bernilai tinggi (ratnacchattra), dikelilingi oleh birai (vedika) dari semua jenis permata-permata (ratna) yang berharga, ditempatkan di sisi kanan dan kiri dengan pohon-pohon berharga (ratnavrksa) yang tak terhingga banyaknya dengan cabang-cabang dan daun-daun pada deretan jajaran mutiara (muktavali) yang diatur dengan penuh kehati-hatian, diangkat dengan spanduk panji-panji dan bendera-bendera (samucchritadhvajapataka), dihias dengan tirai-tirai dari terpal yang sangat berharga (maharatnavitanavitata), dihiasi dengan jalinan batu permata dan digantung dengan lonceng-lonceng berharga (ratnakinkini), puncaknya menyebar dengan semua jenis dari bunga-bunga yang sangat bagus (nanavidhapuspabhikirna), diberikan wangi-wangian dari dupa kemenyan angkasa (divyadhupavasita), menghiasi dengan emas (hema), perak (rupya), batu permata (ratna) dari batu-batu berharga (mani) dan mutiara-mutiara (muktika): tentu, dari hiasan yang paling beranekaragam, tiada apapun yang lepas dari tempat duduk itu.
Tepat pada saat itu (etasmin eva ksanalavamuhurte), ada dihadapan Sang Tathagata 84000 kotinayuta dari simhasana-simhasana yang berharga, tapi tiada perasaan kegelisahaan tidak senang (avarana) yang dihasilkan dari ini bagi para perkumpulan itu.
Diambil satu persatu, para devaputra tidak melihat tempat duduk-tempat duduk dari yang lainnya dan setiap orang berkata kepada dirinya sendiri : 'Saya seorang diri telah menawarkan persembahan sebuah simhasana kepada Sang Buddha dan adalah diatas Tahta itu yang telah saya persembahkan kepada Dia bahwa Sang Buddha akan menguraikan secara terperinci Sang Suramgamasamadhi.'
Lalu para sakra, para brahma dan para raja lokapala dari para dewa, setelah menyelesaikan persembahan pada tahta-tahta itu, setiapnya berkata kepada Sang Buddha : Semoga Buddha duduk di tahta saya dan menguraikan secara terperinci Sang Suramgamasamadhi.
[Penggandaan Buddha]
Lalu Sang Bhagavat menyelenggarakan suatu perbuatan supernormal (evamrupam rdhhyabhisamskaram abhisamskaroti sma) bahwa Dia duduk dimana-mana pada waktu yang bersamaan diatas 84000 kotinayuta dari simhasanas, tapi setiap dewa hanya melihat Sang Buddha duduk diatas Tahta yang dia telah buat dan tidak melihat Tahta-Tahta lainnya. Satu Sakra Devendra berkata kepada Sakra lainnya : 'Lihat saja pada Sang Tathagata duduk diatas Tahta saya.'
Demikian pula, para sakra, para brahma dan para raja lokapala dari para dewa saling berkata satu sama lain : 'Lihat saja pada Sang Tathagata duduk diatas Tahta saya.' Dan Sakra yang lainnya menjawab : 'Sekarang Sang Tathagata duduk hanya diatas Tahta saya; Dia tidak diatas Tahta kamu.'
Lalu Sang Tathagata memandang bahwa para sakra, para brahma dan para raja lokapala dari para dewa itu memenuhi persyaratan yang diperlukan (purvapratyaya) untuk diserahkan dan, menginginkan untuk menunjukkan sedikit dari kemampuan (prabhava) dari Sang Suramgamasamadhi dan memiliki latihan-latihan (carya) dari Mahayana yang dianut, Sang Tathagata, berkata 'Saya, bertindak sehingga seluruh perkumpulan melihat Sang Tathagata hadir dimana-mana diatas 84000 kotinayuta dari simhasana-simhasana berharga.
Seluruh hadirin perkumpulan mengalami sukacita besar (pritipramodyajata) dan dipenuhi dengan keheranan (adbhutaprapta). Mereka semua bangkit dari kursi mereka dan, menggabungkan tangan-tangan mereka (pragrhitanjali), membungkuk pada Sang Buddha dan berkata kepada-Nya: Bagus sekali, bagus sekali! Besar sekali kekuatan yang mampu memuaskan keinginan dari seluruh devaputra. Seluruh devaputra yang telah menawarkan persembahan sebuah tempat duduk kepada Sang Tathagata, karena dengan demikian menyaksikan kekuatan super normal (rddhipratiharya) dari Sang Buddha membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta. Bersama-sama Mereka membahas Sang Buddha dan berkata kepada Dia : Bhagavat, itu adalah dalam rangka untuk memberi penghormatan (pujana) untuk Tathagata, menenangkan penderitaan semua makhluk (sarvasattvaduhkhaprasamana), melindungi Dharma Yang Baik (saddharmaparigrahana) dan tidak mengganggu silsilah para Buddha (buddhavamsanupaccheda) bahwa Kami membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta. Semoga Kami, didalam masa depan (anagate dhvani), menjadi Para Buddha berbakat dengan kekuatan super normal seperti itu dan mencapai keajaiban (vikurvana) seperti yang dicapai Sang Tathagata hari ini.
Lalu Sang Buddha mengucapkan selamat kepada para devaputra itu : 'Bagus sekali, bagus sekali! Hal ini persis seperti yang Anda katakan (evam etad yatha vadatha): untuk membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta demi kesejahteraan dan kebahagiaan dari semua mahluk (sarvasattvanam hitaya sukhaya) adalah penghormatan tertinggi (paramapuja) diberikan kepada Tathagata.'
[Ketidaknyataan dan Ciri Khas Sang Tathagata]
Sekarang, didalam perkumpulan Para Brahma, ada seorang Dewa Brahma yang bernama Samataviharin ('Bertempat tinggal dalam kesamaan'), Dia berkata kepada Sang Buddha : 'Bhagavat, yang mana yang asli (bhuta) dari Para Tathagata, Dia yang duduk di atas takhtaku atau Mereka yang berada di singgasana yang lain?'
Sang Buddha berkata kepada Samataviharin : 'Semua dharma adalah kosong (sunya), seperti khayalan ilusi (mayopama). Terlahir dari kerumitan [dari sebab dan kondisi] (samagryutpanna), mereka tidak aktif (niscesta). Semua muncul dari khayalan ilusi batin mental dan daya khayal imajinasi (vithapanaparikalpapratyupasthita) dan, tidak bebas (asvamika), mereka terlahir seperti orang berpikir tentang mereka.
Semua Tathagata ini adalah asli (bhuta). Dan mengapa Mereka asli?
Para Tathagata ini, awalnya dan secara spontan, tidak dilahirkan: oleh karena itu Mereka asli.
Para Tathagata ini tidak ada di dalam masa ini dan didalam masa depan: oleh karena itu Mereka asli.
Para Tathagata itu tidak tercipta dari empat unsur besar (mahabhuta): oleh karena itu Mereka asli.
Para Tathagata ini tidak tercipta dari kumpulan (skandha), dasar dari kesadaran (ayatana) atau unsur (dhatu): oleh karena itu Mereka asli.
Para Tathagata ini adalah sama (sama), dan tanpa perbedaan (nirvisesa) pada awal (adau), dalam pertengahan (madhye) dan pada akhir (paryavasane): oleh karena itu Mereka asli.
O Brahma, Para Tathagata ini adalah sama dan tanpa perbedaan. Dan mengapa?
Mereka adalah sama karena serupa dari bentuk itu (rupatathata), sama karena serupa dari perasaan itu (vedana), dari tanggapan (samjna), dari kemauan (samskara), dan dari kesadaran (vijnana): oleh karena itu, Mereka adalah sama.
Para Tathagata ini adalah sama karena serupa dari masa lampau (atitadhvatathata), sama karena serupa dari masa depan (anagatadhvatathata), sama karena serupa dari masa kini (pratyutpannadhvatathata).
Mereka adalah sama dalam bahwa Mereka seperti Dharma khayalan ilusi (mayadharmopama), seperti Dhrama dari khayalan belaka (maricidharmopama), tidak ada (asat), bebas dari datang (agamana) dan bebas dari pergi (nirgama). Itulah mengapa Para Tathagata ini dikatakan sama.
Semua dharma adalah sama, dan itu adalah sama rata bagi Para Tathagata ini. Semua mahluk (sattva) adalah sama, dan itu adalah sama rata bagi Para Tathagata ini. Semua Buddha dari semua alam semasta (lokadhatu) adalah sama, dan itu adalah sama rata bagi Para Tathagata ini.
Semua alam semesta adalah sama, dan itu adalah sama rata bagi Para Tathagata ini. Itulah mengapa Para Buddha dikatakan sama.
O Brahmaraja, Para Tathagata ini tidak menyimpang dari bentuk serupa dari semua Dharma (sarvadharmanam tathatam natikramanti), inilah mengapa Mereka dikatakan sama.
Pahami itu dengan baik, O Brahmaraja, Sang Tathagata mengetahui bahwa semua dharma adalah oleh karenanya sama; Itulah mengapa Para Tathagata memberikan nama sama untuk semua dharma.'
Sang Brahmaraja Samataviharin berkata kepada Sang Buddha : 'Bhagavat, itu adalah menakjubkan (adbhuta) bahwa Tathagata yang dengan demikian menembus kesamaan semua dharma (sarvadharmasamata) juga menyatakan wujud tubuh fisik-Nya (parinispanna rupakaya) kepada para mahluk.'
Sang Buddha menjawab : 'Brahmaraja, hal ini disebabkan oleh potensi kemampuan (prabhdva) dari Suramgamasamadhi seperti latihan yang dijalankan sebelumnya (purvacarita). Untuk alasan ini Sang Tathagata, bahkan setelah menembus kesamaan dari semua dharma, juga menyatakan wujud tubuh fisik-Nya yang indah untuk para makhluk.'
Setelah ini dikatakan, Sang Brahmaraja Samataviharin dan 10000 brahmadeva memperoleh kepastian awal persiapan (anulomikiksanti) tentang dharma.
Lalu Sang Bhagavat menarik kembali kekuatan super normal-Nya (rddhyabhisamskaram punar eva pratisamharati sma); Setelah itu, Para Buddha dan para Tahta menghilang, dan seluruh hadirin perkumpulan melihat tidak lebih dari seorang Buddha tunggal.
[100 segi pandangan dari Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Lalu Sang Buddha berkata kepada Sang Bodhisattva Drdhamati : 'Suramgamasamadhi itu bukan diperoleh Para Bodhisattva dari tingkat pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh, kedelapan, dan tingkatan (bhumi) kesembilan; Itu hanya Bodhisattva yang berdiam didalam bhumi kesepuluh yang dapat memperoleh Suramgamasamadhi ini. Kalau begitu apakah Suramgamasamadhi ini?
1.Memurnikan pikiran [dan membuatnya murni] seperti angkasa (akasavaccittaparikarman).
2.Meneliti dan membawa ke permukaan pikiran semua makhluk (sarvasattvacittanam pratyaveksa sammukhikaranam).
3.Mengetahui kekuatan dan kelemahan dari batin panca indera dalam makhluk (sarvasattvanam indriyaparaparajnanam).
4.Menentukan (avadharana) dan memahami (parijnana) [proses bekerjanya] penyebab dan buah (hetuphala) dalam mahluk.
5.Mengetahui hasil dari tindakan dalam diri mahluk (sattvanam karmavipakajnanam).
6.Menembus berbagai cita-cita dari makhluk (nanadhimuktipravesa) dan, setelah menembus mereka, tidak melupakan mereka (asampramosa).
7.Mengetahui berbagai kecenderungan ganda yang diperoleh mahluk (anekananadhatusaksatkara).
8.Merasa nyaman dengan suara Brahma dan pemusatan pikiran (brahmasvarasamadhivikridana), mengajari mahluk pemusatan pikiran yang seperti berlian (vajropamasamadhisamprakasana) dan menguasai pada kehendak pencerapan (dhvana) dan pencapaian (samapatti).
9.Membedakan jalur yang mengarah pada berbagai nasib (sarvatragaminipratipadvyavalokana).
10.Mengetahui bekas kediaman tanpa menemui halangan (anavaranam purvanivasajnanam).
11.Memiliki mata surga yang tak terhalangi (apratigham divyacaksus).
12.Mendapatkan pengetahuan tentang penghancuran kekotoran batin (asravaksayajnana), tapi tanpa mencapainya dengan tidak tepat (akalam).
13.Memperoleh pengetahuan yang menembus kesamaan dari dunia yang berbentuk dan dunia yang tak berbentuk (ruparupyasamatapravesajnana).
14.Menyatakan wujud dan menjadi nyaman dengan segala bentuk (sarvarupasamdarsanavikridana).'
Terakhir diubah oleh skipper tanggal Wed May 01, 2013 11:42 pm, total 1 kali diubah
Suramgama Samadhi Suttram
15.Mengetahui bahwa semua suara (svaraghosa) adalah sama dengan gema (pratisrutkasama).
16.Berturut-turut menembus kesadaran dan kebijaksanaan (smrtiprajnanupravesa).
17.Memuaskan makhluk dengan kata-kata yang baik (subhasitaih sattvasamtarpanam).
18.Membabarkan Dharma seperti keadaan yang dibutuhkan (yathapratyarham dharmadesana).
19.Membedakan antara waktu yang tepat sesuai dan waktu yang tidak tepat sesuai (kalakalavyavalokana).
20.Mampu mengubah jenis kelamin seseorang (indriyaparavrttijnanam).
21.Memberikan instruksi yang tidak pernah sia-sia (anirarthaka dharmadesana).
22.Menembus batas kenyataan (bhutakotyanupravesa).
23.Menjadi terampil pada kemenangan atas berbagai macam kategori mahluk (sattvajatasamgrahanakusala).
24.Memenuhi semua kesempurnaan (sarvaparamitaparipuri).
25.Memiliki sikap tubuh dan tanggungan menghalangi semua keanehan (anadbhuta iryapathavikramah).
26.Menghilangkan semua pantulan bayangan, pemisahan dan angan-angan khayalan (sarvakalpavikalpaparikalpaprahana).
27.Tidak merusak unsur elemen mendasar (dharmadhatu), tapi menguras menyelesaikannya sampai akhir (prantakoti).
28.Dalam sekejap, mewujudkan tubuh seseorang di hadapan semua Buddha.
29.Mengingat petunjuk dari semua Buddha (sarvabuddhadharmadesanadharana).
30.Dalam semua alam semesta (lokadhatu), melakukan perubahan wujud tubuh (kayavikurvana) seperti khayalan fatamorgana (maricisama).
31.Terampil menguraikan dengan terperinci semua kendaraan (yana), mengantarkan mahluk, dan selalu memastikan tanpa menggangu Tiga Permata (triratnasamuccheda).
32.Menghasilkan perhiasan besar sampai dengan batas akhir (aparantakoti) dari samsara, dan melakukannya tanpa mengalami sedikit pun perasaan kelelahan (parikheda).
33.Selalu mewujudkan diri di semua tempat kelahiran (jatisthana), dan melakukannya secara tepat sesuai dan tak putus-putusnya.
34.Mewujudkan kegiatan seseorang di semua tempat kelahiran.
35.Menjadi terampil pada pematangan semua mahluk (sarvasattvaparipacanakausala).
36.Terampil menjaga kenalan dengan semua makhluk.
37.Menjadi yang tidak terduga untuk semua [ahli pakar] dari dua Kendaraan.
38.Dengan jelas memahami pengucapan semua suara (svaranga).
39.Menyebabkan semua dharma untuk dibakar (pradipta).
40.Menyebabkan kalpa biasa menjadi kalpa yang tak terhitung (asamkhyeyakalpa).
41.Menyebabkan asamkhyeyakalpa untuk dikurangi menjadi kalpa biasa.
42.Menyebabkan tanah lapangan biasa (ksetra) bertambah luas menjadi tanah lapangan yang besar luas sekali (asamkhyeyaksetra).
43.Menyebabkan tanah lapangan yang besar luas sekali dikurangi menjadi tanah lapangan biasa.
44.Menempatkan buddhaksetras yang besar luas sekali ke dalam satu pori-pori tunggal di kulit (romakupa).
45.Menempatkan semua makhluk ke dalam satu tubuh tunggal.
46.Memahami bahwa semua buddhaksetras adalah sama sebagai ruang angkasa (akasasama).
47.Memperluas tubuh sendiri ke semua buddhaksetras tanpa kecuali
48.Menempatkan semua badan ke dalam unsur elemen mendasar (dharmadhatu) sehingga tidak ada lagi tubuh-tubuh.'
16.Berturut-turut menembus kesadaran dan kebijaksanaan (smrtiprajnanupravesa).
17.Memuaskan makhluk dengan kata-kata yang baik (subhasitaih sattvasamtarpanam).
18.Membabarkan Dharma seperti keadaan yang dibutuhkan (yathapratyarham dharmadesana).
19.Membedakan antara waktu yang tepat sesuai dan waktu yang tidak tepat sesuai (kalakalavyavalokana).
20.Mampu mengubah jenis kelamin seseorang (indriyaparavrttijnanam).
21.Memberikan instruksi yang tidak pernah sia-sia (anirarthaka dharmadesana).
22.Menembus batas kenyataan (bhutakotyanupravesa).
23.Menjadi terampil pada kemenangan atas berbagai macam kategori mahluk (sattvajatasamgrahanakusala).
24.Memenuhi semua kesempurnaan (sarvaparamitaparipuri).
25.Memiliki sikap tubuh dan tanggungan menghalangi semua keanehan (anadbhuta iryapathavikramah).
26.Menghilangkan semua pantulan bayangan, pemisahan dan angan-angan khayalan (sarvakalpavikalpaparikalpaprahana).
27.Tidak merusak unsur elemen mendasar (dharmadhatu), tapi menguras menyelesaikannya sampai akhir (prantakoti).
28.Dalam sekejap, mewujudkan tubuh seseorang di hadapan semua Buddha.
29.Mengingat petunjuk dari semua Buddha (sarvabuddhadharmadesanadharana).
30.Dalam semua alam semesta (lokadhatu), melakukan perubahan wujud tubuh (kayavikurvana) seperti khayalan fatamorgana (maricisama).
31.Terampil menguraikan dengan terperinci semua kendaraan (yana), mengantarkan mahluk, dan selalu memastikan tanpa menggangu Tiga Permata (triratnasamuccheda).
32.Menghasilkan perhiasan besar sampai dengan batas akhir (aparantakoti) dari samsara, dan melakukannya tanpa mengalami sedikit pun perasaan kelelahan (parikheda).
33.Selalu mewujudkan diri di semua tempat kelahiran (jatisthana), dan melakukannya secara tepat sesuai dan tak putus-putusnya.
34.Mewujudkan kegiatan seseorang di semua tempat kelahiran.
35.Menjadi terampil pada pematangan semua mahluk (sarvasattvaparipacanakausala).
36.Terampil menjaga kenalan dengan semua makhluk.
37.Menjadi yang tidak terduga untuk semua [ahli pakar] dari dua Kendaraan.
38.Dengan jelas memahami pengucapan semua suara (svaranga).
39.Menyebabkan semua dharma untuk dibakar (pradipta).
40.Menyebabkan kalpa biasa menjadi kalpa yang tak terhitung (asamkhyeyakalpa).
41.Menyebabkan asamkhyeyakalpa untuk dikurangi menjadi kalpa biasa.
42.Menyebabkan tanah lapangan biasa (ksetra) bertambah luas menjadi tanah lapangan yang besar luas sekali (asamkhyeyaksetra).
43.Menyebabkan tanah lapangan yang besar luas sekali dikurangi menjadi tanah lapangan biasa.
44.Menempatkan buddhaksetras yang besar luas sekali ke dalam satu pori-pori tunggal di kulit (romakupa).
45.Menempatkan semua makhluk ke dalam satu tubuh tunggal.
46.Memahami bahwa semua buddhaksetras adalah sama sebagai ruang angkasa (akasasama).
47.Memperluas tubuh sendiri ke semua buddhaksetras tanpa kecuali
48.Menempatkan semua badan ke dalam unsur elemen mendasar (dharmadhatu) sehingga tidak ada lagi tubuh-tubuh.'
Suramgama Samadhi Suttram
49.Memahami bahwa semua dharma adalah bebas dari tanda (alaksana).
50.Menjadi sepenuhnya berkenalan dengan semua cara yang terampil (upaya).
51.Dengan pernyataan suara tunggal (ekavagudaharena), bisa mengungkapkan semua sifat-sifat alami dari wujud (sarvadharmasvabhava).
52.Dalam mengucapkan hanya satu kalimat (ekapada), berbicara selama asamkhyeyakalpa yang tidak terhitung banyaknya.
53.Terampil mempelajari semua bab dari penjelasan yang terperinci dari Dharma (sarvadharmamukhaprakarana).
54.Sepenuhnya mengenali kemiripan dan perbedaan, dan menjelaskan Dharma terperinci secara singkat (peyalam) atau secara panjang lebar (vistarena).
55.Terampil menarik diri meninggalkan dari semua jalan mara (sarvamaramargatikramana).
56.Memancarkan sinar dari cara-cara terampil yang besar, dari pengetahuan dan dari kebijaksanaan (mahopayajnanaprajnarasmipramocana).
57.Menyebabkan tindakan tubuh, ucapan dan pikiran didahului oleh pengetahuan (kayavanmanaskarmani jnanapurvamgamani).
58.Tanpa membuat usaha [khusus] apapun (anabhisamkaram), selalu memiliki pengetahuan super (abhijna) pada penyelesaian seseorang.
59.Menggunakan empat pengetahuan penembusan (pratisamvijjnana) sehingga semua makhluk mengalami sukacita besar (samtusti).
60.Mewujudkan perubahan bentuk (vikurvana) hingga batas elemen mendasar (dharmadhatu).
61.Menggunakan cara-cara dari kemenangan (samgrahavastu) untuk mengamankan mahluk (sattvaparigrahana).
62.Memahami semua bahasa (vyavahara) yang digunakan oleh semua makhluk di berbagai alam semesta (lokadhatu).
63.Tidak mempertanyakan bahwa dharma adalah seperti ilusi (mayopamesu dharmesu nihsamsayah).
64.Di semua tempat kelahiran, berlatih secara luas semua kekuatan tak terbatas istimewa berdaulat (sarvajatisthanesu vasitaparipurih).
65.[Memperoleh] dengan rela dan tanpa lelah semua hal yang diperlukan.
66.Menampilkan diri sebagai tuan (adhipati) di antara semua makhluk.
67.Menjadi lapangan jasa kebaikan (punyaksetra) sama-sama menguntungkan untuk yang baik dan yang buruk.
68.Memperoleh dan menembus semua rahasia (guhya) dari para Bodhisattva.
69.Selalu memancarkan sinar (rasmipramocana) atas seluruh alam semesta tanpa kecuali.
70.Memiliki pengetahuan yang mendalam dan tak terduga (duravagaha).
71.Memiliki pikiran (citta) seperti bumi (prthivi), air (ap), api (tejas) dan angin (vayu).
72.Dalam setiap pengajaran, pernyataan dan wacana, terampil menyebabkan pemutaran Roda Dharma (dharmacakrapravartana).
73.Dengan leluasa tanpa rintangan (anavaranam) [menembus] tingkatan Tathagata (tathagatabhumi).
74.Secara spontan (svarasena) memperoleh anutpattikadharmaksanti.
75.Mendapatkan pikiran sesuai dengan kebenaran dan tidak dikotori oleh noda-noda dari hawa nafsu (klesamala).
76.Memasukkan semua air ke dalam satu pori-pori tunggal (ekasmin romakupe), tapi tanpa mengganggu makhluk air (jalastha).
77.Mengumpulkan jasa pahala kebaikan (punya) yang sangat besar dan akar-akar yang baik (kusalamula).
78.Dengan jelas memahami penerapan cara-cara yang terampil (upayaparinamana).
79.Unggul dalam keajaiban (pratiharya) dan di mana-mana melakukan semua praktek (carya) Bodhisattva.
80.Menemukan keamanan (ksema) di dalam semua Buddhadharmas.
81.Setelah menemukannya, melarikan diri dari keberadaan aslinya [dikondisikan] oleh tindakan sebelumnya (purvakarman).
82.Menembus harta dharma tersembunyi dari Para Buddha (buddhanam gudhadharmakosapravesah).
83.Mewujudkan kehidupan yang bermoral sepenuhnya diserahkan kepada kesenangan.
84.Mendengar jumlah besar dari ajaran (dharma) dan mampu mengingatnya semuanya.
85.Mencari semua dharma (sarvadharmaparyesana) tanpa pernah kelelahan.
86.Menyesuaikan diri dengan kondisi duniawi (lokadharmanuvartana), tanpa tercemar karenanya.
87.Membabarkan Dharma kepada umat manusia selama kalpa besar, tetapi memberi mereka kesan bahwa pembabaran hanya berlangsung satu pagi hari (purvahna).
88.Mewujudkan semua jenis kelemahan, membuat diri sendiri lumpuh (khanja), tuli (badhira), buta (andha) dan bisu (muka) agar untuk mematangkan makhluk (sattvaparipacanartham).
89.Memiliki seratus ribu Guhyakadhipati Vajrapani-Mallas sebagai penolong tetap (nityanubaddha).
90.Melihat dan menemukan secara spontan (svarasena) semua tingkatan Buddha (buddhatva).
91.Mampu, dalam sekejap, untuk mewujudkan sebuah rentang hidup (ayuspramana) yang berkepanjangan untuk asamkhyeyakalpas yang tak terhitung.
92.Sepertinya menganut semua sikap tubuh (iryapatha) dari dua Kendaraan pertama, tapi tanpa menyangkal didalam hati praktek (carya) Bodhisattva.
93.Dengan pikiran yang sangat tenang (prasanta), [tinggal] pada kekosongan (sunyata) dan tanpa tanda apapun (animitta).
94.Bahkan saat diri sedang bermain-main dengan pemain musik perempuan, dalam hati mempertahankan konsentrasi pada ingatan para Buddha (buddhanusmrtisamadhi).
95.Apakah melihat (drste), mendengar (srute), menyentuh (sprste) atau hidup bersama (samsthite), mematangkan makhluk yang tak terhitung banyaknya (apramanasattvaparipacana).
96.Dari saat ke saat, mewujudkan pendapatan pencerahan lengkap (abhisambodhi) dan, dengan menyesuaikan diri dengan makhluk menjadi disiplin (vaineya), menyebabkan mereka mendapatkan pembebasan (vimukti).
97.Mewujudkan proses masuk ke dalam rahim (garbhavakranti) dan kelahiran (janman).
98.[Mewujudkan] penolakan dunia dan penerimaan Buddha [atau pencerahan lengkap] (abhisambodhana).
99.Mengatur perputaran roda dharma (dharmacakrapravartana).
100. Memasuki Nirvana Besar, tapi tanpa mencapai penghentian sepenuhnya.
O Drdhamati, Suramgamasamadhi sangat tak terbatas (apramana) bahwa dia menampakkan semua kekuatan yang menakjubkan dari Buddha dan mahluk yang tak terhitung jumlahnya menerima manfaat darinya.
Drdhamati, Suramgamasamadhi ini tidak dimengerti didalam cahaya dari pernyataan tunggal (ekapada), sebuah objek tunggal (ekalambana), sebuah arti tunggal (ekartha): semua penyerapan (dhyana), pencapaian-pencapaian (samapatti), pembebasan (vimoksa), pemusatan pikiran (samadhi), pengetahuan super (abhijna), kekuatan super normal (rddhi) dan penembusan pengetahuan (pratisamvijjnana) adalah termasuk (samgrhita) didalam Suramgamasamadhi.
Sama seperti mata air, aliran arus, sungai, anak sungai, dan air bergerak dengan cepat mengalir ke lautan besar (mahasamudra), sehingga semua Bodhisattva yang menguasai dhyanas dan samapatis ditemukan didalam Suramgamasamadhi.
Sama seperti Raja Cakravartin yang maha mulia dimana-mana didampingi oleh seorang jenderal gagah pahlawan (surasenapati) dan rombongan empat tentara (caturangabala), jadi, O Drdhamati, semua samadhimukhas, samapattimukhas, pratibhanamukhas, vimoksamukhas, dharanimukhas, abhijnamukhas, vidyavimuktimukhas dan dharmamukhas adalah termasuk didalam Suramgamasamadhi, dan dimana-mana Para Bodhisattva itu menjalankan Suramgamasamadhi itu Mereka didampingi oleh semua samadhis.
Drdhamati, sama seperti Raja Cakravartin yang maha mulia, ketika sedang bepergian, diikuti oleh tujuh permatanya (saptaratna), jadi, O Drdhamati, Suramgamasamadhi selalu diikuti oleh semua penolong dharma dari pencerahan bodhi (bodhipaksikadharma). Itulah sebabnya samadhi ini bernama 'Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani' (Suramgama).'
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi tidak memiliki kebutuhan untuk mencari kekayaan (bhoga) untuk di dermakan. Semua bahan berharga (ratnadravya) yang ditemukan didalam mahasahasralokadhatu, lautan besar (mahasamudra), istana-istana para dewa (devabhavana) dan dunia manusia (manusyaloka) - makanan (anna), minuman (pana), pakaian (vastra), gajah (hastin), kuda (asva), kendaraan (yana), ini Dia dengan penuh keagungan meletakkan dalam pembuangannya. Mereka datang kepada Dia dengan alasan jasa kebaikan sebelumnya (purvapunya) dan, selanjutnya, mereka secara sukarela diciptakan oleh kekuatan supernormal-Nya (rddhibala). Itulah buah khusus dari kesempurnaan pemberian (danaparamita) yang adalah ciri-ciri Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi.
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi tidak berjanji pada dirinya sendiri pada kesusilaan, tapi tidak menghindarinya (silam na samadadati na tu silad vicalati). Agar mendisiplinkan para mahluk (sattvavinayanartham) Dia tampaknya berjanji pada dirinya sendiri pada kesusilaan (silasamadana), sesuai dengan sikapnya tubuhnya (iyryapathaparigrahana), mengakui kekurangannya, jika Dia memiliki, dan membenci kesalahannya, tapi di dalam hati (adhyatmam) dia murni (visuddha) dan selalu sempurna tanpa cacat (anapattika). [Sebaliknya], untuk mematangkan makhluk (sattvaparipacanartham), Dia dilahirkan di dalam dunia keinginan (kamadhatu), menjadi Raja Cakravartin, mengelilingi dirinya dengan selir dan tubuh pembantu. (antahpurasevakakayaparivrta), tampaknya memiliki seorang istri (bharya) dan anak (putra) dan memberikan dirinya ke lima objek dari keinginan (pancakamagunaparicarana), tapi dalam hati dia selalu didirikan di dalam konsentrasi (samadhistha), dari kesusilaan murni (visuddhasila) dan secara sempurna menyadari akan cacat dari tiga bagian kehidupan (bhavatrayadosadarsin). Seperti itulah, O Drdhamati, buah khusus dari kesempurnaan sila (silaparamita) yang adalah ciri-ciri Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi.'
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi memupuk kesabaran (ksantim bhavayati) hingga akhir dan sepenuhnya lengkap. 'Makhluk tidak dilahirkan', dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. 'Dharma tidak muncul', dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. 'Pikiran (citta) adalah tanpa bentuk atau warna (samsthanavarna)', dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. 'Terdapat tiada yang lain (para) maupun diri (atman)', dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. 'Samsara tidak pantas perhatian (manyana), dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. Sifat alami dari mahluk (svabhavata) tidak merelakan kehancuran (abhedya), dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. Ketika Sang Bodhisattva yang demikian sedang memupuk kesabaran, tidak ada yang dia pupuk dan tidak ada yang dia tidak pupuk.
Agar mematangkan mahluk (sattvaparipacanartham), Dia terlahir didalam dunia keinginan (kamadhatu); Dia memperlihatkan Dirinya sendiri menjadi marah (sakrosa), tapi didalam hati Dia tenang (abhiprasanna); Dia memperlihatkan Dirinya sendiri menjadi tidak dapat didekati (durasada), tapi Dia tidak jauh (dure) maupun dekat (antike). Agar mensucikan para mahluk, Dia mengacaukan sikap yang diterima (iryapathan viksipati), tapi Dia tidak pernah mengacaukan elemen mendasar (dharmadhatu). Dia berbicara tentang hal yang harus dijalani, tetapi tidak ada dharma yang kekal (nitya), yang tetap (dhruva), yang abadi (aviparinama) untuk dijalani. Diberkahi dengan kesabaran seperti itu, adalah untuk menghancurkan kebencian (dvesa) dan permusuhan (vyapada) dari mahluk yang Seorang Bodhisattva selalu menyanyikan pujian (varnana) dari jasa kebaikan dari kesabaran (ksantipunya); Namun, baginya tak ada permusuhan (vyapada) atau kesabaran (ksanti). Seperti itulah, O Drdhamati, buah khusus dari kesempurnaan kesabaran (ksantiparamita) yang adalah ciri-ciri Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi.'
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi mengaktifkan kekuatan semangat besar dalam mencari dharma yang baik (kusaladharmaparyesanartham mahaviryam arabhate), tetapi tidak mengembangkan aktivitas tubuh, ucapan atau pikiran (kayavanmanahsamudacara). Itu adalah untuk diam yang Dia tampaknya mengaktifkan kekuatan semangat, 'sehingga', Dia berkata, 'makhluk dapat meniru latihan (siksa) saya, tapi tidak ada aktivitas (arambha), tidak ada genggaman pemahaman (adana) [dapat diberikan] pada dharma. Dan mengapa ini? Bodhisattva mengetahui bahwa semua Dharma beristirahat kekal pada elemen mendasar (dharmadhatu) tanpa datang (agamana) atau pergi (nirgama). Jadi, bahkan sambil tetap terpisah dari semua aktivitas tubuh, ucapan dan pikiran, Dia tampaknya mengaktifkan kekuatan-Nya (viryam arabdhum), tapi Dia tidak melihat dharma untuk memperoleh. Meskipun Dia tampaknya mengaktifkan kekuatan semangat-Nya di dunia ini, Dia dalam hati (adhyatmam) dan diluar (bahirda) bebas dari mengerahkan setiap aktifitas (arambha).
Dia tak henti-hentinya melintasi buddhaksetras tak terhitung banyaknya, tetapi dihadapkan dengan bentuk tubuh, Dia tetap sama dan tak tergoyahkan (acala).
Dia tampaknya membawa kedalam permainan semua Dharma yang baik (kusaladharma), tetapi tidak membedakan antara dharma baik atau buruk.
Sepertinya Dia mencari kebenaran (dharmaparyesana) dan memulai diskusi tetapi, sehubungan dengan pencapaian Buddha (abhisambodhi), Dia sama sekali tidak tergantung pada petunjuk dari orang lain (aparapratyaya).
Dia tampaknya mencari seorang guru (acarya) dan pembimbing (upadhyaya), tapi Dia adalah penguasa para dewa dan umat manusia (sasta devamanusyanam).
Dia tampaknya bertanya dengan susah-payah, tapi Dia menguasai di dalam Diri-Nya kelancaran berbicara yang tak terhalangi (apratihatapratibhana).
Dia tampaknya menunjukkan rasa hormat (satkara), tetapi Dia sendiri dihormati oleh para dewa dan umat manusia.
Dia tampaknya turun kedalam rahim (garbham avakrantum), tapi Dia idak tercemar (klista) oleh noda (mala) apapun.
Dia tampaknya datang ke dunia (prasuta), tetapi Dia tidak melihat dharma apapun yang timbul atau binasa.
Dia muncul dalam bentuk anak kecil (daraka), tetapi semua organ tubuhnya sepenuhnya dikembangkan (paripurnendriya).
Dia tampaknya memperlajari pekerjaan (silpasthana), obat (cikitsavidya), mantra (mantravidya), menulis (lipi), penomoran (samkhya), perhitungan (ganana) dan seni kerajinan tangan (karmasthana), tetapi Dia tahu semua ini dengan sempurna sebelumnya.
Dia muncul sakit (glana), tetapi Dia bebas dari semua penyakit hawa nafsu (vigataklesavyadhi).
Dia muncul tua (jirna), tetapi semua organ-organ tubuhnya masih utuh (anupahatendriya) di muka
Dia muncul untuk mati, tapi Dia berada di luar kelahiran (jati), kematian (marana) dan peredaran (cyuti).
Seperti itulah, O Drdhamati, buah khusus dari kesempurnaan kekuatan semangat (viryaparamita) yang adalah ciri-ciri Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi.'
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi, meskipun Dia tahu bahwa semua dharma abadi terkonsentrasi (sadasamahita), mengajarkan berbagai jenis penyerapan (dhyanavisesa). Dia menunjukkan dirinya diserap dalam rangka untuk memenangkan gangguan (viksiptacitta), tapi Dia tidak melihat dharma yang bisa 'terganggu', semua dharma yang, seperti elemen mendasar (dharmadhatu), [kekal terkonsentrasi]. Untuk menaklukkan pikiran (cittadamanartham), Dia tidak pernah menyimpang dari penyerapan (dhyana na vicalati). Dia mempelajari [empat] sikap tubuh, yakni: Dia berjalan, berdiri, duduk atau berbaring (caturvidham iryapatham kalpayati tadyatha cankramyate tisthati nisidati sayyam kalpayati), tetapi Dia selalu tenang (santa) dan terkonsentrasi terpusatkan pikiran (samahita).
Dia memegang percakapan dengan makhluk, tetapi Dia tidak meninggalkan kondisi pikiran terpusat konsentrasi (samadhidharmatam na parityajati).
Melalui kemauan baik (maitri) dan belas kasih (karuna) untuk para mahluk, Dia memasuki desa (grama), kota (nagara), kabupaten (nigama), ibu kota (rajadhani) dan kerajaan (rastra), namun ia selalu tetap terkonsentrasi.
Ketika, demi kesejahteraan dan kebahagiaan makhluk (sattvanam hitaya sukhaya), Dia tampaknya mengambil makanan, Dia selalu terkonsentrasi.
Tubuh-Nya (kaya) keras (drdha), seperti berlian (vajrasama), nyata, mutlak sempurna (amogha) dan tidak bisa dihancurkan (abhedya). Tidak mengandung baik kegemukan (pakvasaya), atau perut memuakkan (amasaya), atau kotoran (vis), atau air seni (mutra), atau bau busuk (durgandha) atau ketidak sucian (asuci).
Dia tampaknya mengambil makanan, tapi tidak ada yang menembus ke dalam Dirinya, atau hanya melalui kasih sayang (karuna), demi kesejahteraan dan kebahagiaan para mahluk (sattvanam hitaya sukhaya). Dalam segala keadaan Dia tidak bersalah (sarvatranavadya). Jika Dia tampaknya melaksanakan praktek duniawi (prthagjanacarya), Dia benar-benar bebas dari praktek dan Dia melampaui semua praktek (sarvacaryah samatikramati).
Drdhamati, mengenai hal ini Bodhisattva di dalam Suramgamasamadhi, ketika Dia muncul di dalam hutan (aranya), adalah persis seperti jika Dia berada di sebuah desa (grama), ketika Dia muncul di antara kaum awam (grhastha), adalah persis seperti jika Dia berada di antara kaum agama (pravajita). Jika Dia muncul dalam pakaian putih (avadatavasana), Dia tidak memiliki pemborosan (pramada) dari orang awam, dan jika Dia muncul sebagai seorang pertapa (sramana), Dia tidak memiliki kesombongan (manyana) seorang biarawan.
Dia mengambil kehidupan keagamaan dalam urutan sesat (pasandikesu pravrajati) untuk menang atas makhluk, tetapi Dia tidak benar-benar mengambilnya (pravrajya), Dia tidak dikotori (klista) oleh semua pandangan salah (mithyadrsti) yang berlaku di sana dan tidak memberikan kepercayaan (prasada) kepada mereka. Dia tampaknya menganut sikap tubuh (iryapatha) kaum bidah (pasandika), tetapi tidak melakukan sendiri sesuai dengan mereka.
Drdhamati, hanya sebagai panduan (parinayaka), menempatkan Dirinya di pemimpin sekelompok orang, membantu mereka untuk membuat jalan sepanjang jalur yang curam, kemudian kembali untuk membantu orang lain melewatinya, jadi, O Drdhamati, Bodhisattva di dalam Suramgamasamadhi, dengan mempertimbangkan cita-cita umat - sravakayanikas, pratyekabuddhayanikas atau buddhayanikas - menunjukkan jalan yang tepat (yathapratyarham margam desayati) untuk mereka dan, setelah membantu mereka membuat jalan mereka, kembali untuk membantu orang lain bersama.Itulah sebabnya Orang yang patut dihormati (satpurusa) ini layak disebut panduan (parinayaka).
Sama seperti sebuah kapal (nau) yang baik, meninggalkan pantai ini (apara), menyampaikan tak terhitung makhluk (apramanasattvams tarayati) ke pantai lainnya (para) dan, setelah mencapai pantai seberang, kembali (pratinivartate) menyampaikan makhluk lain, demikian juga, O Drdhamati, Bodhisattva di dalam Suramgamasamadhi: Dia melihat makhluk terbawa banjir empat kali lipat (caturogha) dari samsara; Dia ingin menyelamatkan mereka (uttarana) dan memampukan mereka untuk menemukan jalan keluar (nihsarana). Dia memperhitungkan tingkat kematangan (pakvata) dari akar kebaikan (kusalamula) yang ditanam para mahluk itu: Jika Dia melihat mahluk ditakdirkan untuk diselamatkan dengan [kendaraan dari] Pratyekabuddhas, Dia memperlihatkan Dirinya sendiri kepada mereka dan mewujudkan Mahaparinirvana: Jika Dia melihat mahluk ditakdirkan utnuk diselamatkan dengan [kendaraan dari] Sravakas, Dia membabarkan secara terperinci kedamaian (santi) kepada mereka dan, dihadapan mereka, masuk ke Nirvana. Lalu, melalui kekuatan Suramgamasamadhi-Nya, Dia kembali ke kelahiran baru (punarjanman) agar untuk menyelamatkan mahluk lainnya. Itulah sebabnya Orang yang patut dihormati (satpurusa) ini layak disebut kapten kapal (navikapati).
O Drdhamati, hanya sebagai khayalan (mayakara), di hadapan sebuah pertemuan besar yang banyak orang (mahato janakayasya puratah), memperlihatkan Dirinya sendiri didalam bentuk mayat (mrtasarira), bengkak (vyadhmataka), busuk (vipuyaka), dibakar dengan api (vidagdhaka), dan dimakan oleh hewan (vikhaditaka), lalu, ketika Dia telah menerima dari keramaian orang, bangkit lagi karena Dia sepenuhnya memahami ilusi muslihat, jadi Bodhisattva didalam
Suramgamasamadhi, agar untuk mematangkan para mahluk (sattvaparipacanartham), muncul (dilahirkan), tua, [sakit] dan mati, tapi Dia tidak tunduk pada kelahiran (jati), usia tua (jara), sakit (vyadhi) atau mati (marana).
Seperti itulah, O Drdhamati, buah khusus dari kesempurnaan penyerapan (dhyanaparamita) yang adalah ciri-ciri Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi memupuk kebijaksanaan (prajnam bhavayati) dan pancaindera-Nya sangat tajam (tiksnendriya). Dia tidak pernah melihat sifat alami diri dari mahluk (sattvasvabhava) tapi, agar untuk mematangkan mereka, Dia berbicara tentang mahluk. Dia tidak melihat baik mahluk hidup (jiva) atau perorangan (pudgala), tapi Dia berbicara tentang mahluk hidup dan perorangan. Dia tidak melihat sifat alami diri dari perbuatan (karmasvabhava) atau sifat alami diri dari pembuahan (vipakasvabhava), tapi Dia mengajar perbuatan dan pembuahan kepada para mahluk. Dia tidak melihat sifat alami diri dari nafsu (klesasvabhava) dari samsara, tapi Dia mengajar pemahaman yang jelas dari nafsu dari samsara (samsaraklesaparijna). Dia tidak melihat Nirvana, tapi Dia berbicara tentang mencapai Nirvana. Dia tidak melihat bahwa Dharma mengakui tanda khusus (visistalaksana), tapi Dia berbicara tentang dharma kebaikan (kusala) dan keburukan (akusala).
Setelah selesai mencapai tepi pantai (para) yang lain tentang pengetahuan yang tak terhambat (apratihatajnana), Dia tampaknya dilahirkan kedalam dunia keinginan (kamadhatu), tapi Dia tidak melekat (na sajjate) kepada dunia keinginan. Dia tampaknya mempraktekkan penyerapan (dhyana) tentang dunia yang berbentuk (rupadhatu), tapi Dia tidak melekat pada dunia yang berbentuk itu. Dia tampaknya memasuki pencapaian (samapatti) tentang dunia tak berbentuk (arupyadhatu), tapi Dia terlahir didalam dunia yang berbentuk. Dia tampaknya mempraktekkan penyerapan tentang dunia yang berbentuk, tapi Dia terlahir didunia keinginan. Dia muncul didalam dunia keinginan, tapi tidak melatih latihan tentang dunia keinginan. Dia mengetahui semua penyerapan (dhyana) dan anggota badan penyerapan (dhyanananga); Dia dapat secara sukarela memasuki penyerapan (dhyanapravesa) dan menarik diri dari penyerapan (dhyanavyutthana). Agar untuk mematangkan para mahluk (sattvaparipacanartham), Dia terlahir dimanapun yang Dia inginkan dan, didalam semua tempat kelahiran (sarvesu jatisthanesu), Dia menganggap keberadaan perorangan (atmabhavam parigrhnati).
Menjadi memiliki kebijaksanaan mendalam dan menakjubkan (gambhiraprajnasamanvagata), Dia menyingkirkan semua latihan dari mahluk (samucchinnasarvasattvacarya); Agar untuk mematangkan para mahluk, Dia tampaknya melatih latihan itu, tapi dalam kebenaran Dia tidak memiliki dharma untuk dipraktekkan, dan Dia melampaui semua latihan (sarvacarya samatikranta).
Dia telah lama menghilangkan 'genggaman' [yaitu, keyakinan] tentang Aku dan Milik-Ku (atmatmiyagraha), tapi dia 'menggenggam' (grhnati) hal yang kita butuhkan.
Untuk Bodhisattva yang diberkati dengan pengetahuan (jnana) dan kebijaksanaan (prajna) ini, semua perbuatan (karman) yang Dia kerjakan adalah tetap dengan pengetahuan dan kebijaksanaan (jnanaprajnanuparivartin) dan Dia tidak tercemar oleh buah dari perbuatan (karmaphala).
Untuk mematangkan makhluk, ia mengaku menjadi bisu (muka), tetapi sebenarnya ia memiliki suara Brahma yang indah (brahmasvararutaravita).
Dia telah mencapai tepi pantai (para) yang lain tentang berbicara (nirukti) dan menulis; Dia tidak mencerminkan sebelumnya tentang apa yang harus Dia katakan, dalam semua perkumpulan di mana Dia pergi, Kata-Kata-Nya baik diucapkan (subhasita); Itu menimbulkan sukacita (mudita), dan pikiran yang diperkuat. Hal ini persis seperti yang seharusnya (yathapratyarham) bahwa Dia membabarkan Dharma, dan pengetahuan dan kebijaksanaan Bodhisattva tidak mengalami penyusutan sedikitpun (apacaya).
O Drdhamati, marilah Kita membayangkan, sebagai contoh, beberapa lelaki (nara) dan perempuan (nari), besar atau kecil, siapa, dengan semua jenis wadah(bhajana), pergi ke sumber air: aliran arus (udbhida), danau (tadaga), waduk (vilva), sungai (nadi) atau lautan besar (mahasamudra). Setiap orang, telah mengisi waduk, besar atau kecil, yang adalah pembuangan Dia, kembali kerumah. Baiklah sekarang! Air itu tidak mengalami sedikitpun penurunan (apacaya). Dalam cara yang sama, O Drdhamati, Bodhisattva di dalam Suramgamasamadhi pergi ke semua jenis perkumpulan: perkumpulan ksatriya, perkumpulan brahmana, perkumpulan grhapati, perkumpulan sakra atau perkumpulan brahma. Setelah sampai di perkumpulan itu, Dia tidak mengeluarkan usaha mental apapun (cittabhoga); dengan tepatnya seperti yang seharusnya (yathapratyarham) bahwa Dia membabarkan secara terperinci Sang Dharma. Bagaimanapun, pengetahuan-Nya (jnana) dan kepandaian berbicara (pratibhana) tidak mengalami penyusutan sedikit pun.
Seperti itulah, O Drdhamati, buah khusus dari kesempurnaan kebijaksanaan (prajnaparamita) yang adalah ciri-ciri Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi
Sang Buddha berkata kepada Bodhisattva Drdhamati : 'Para mahluk yang melihat Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi semuanya dibebaskan (parimucyante); Mereka yang mendengar namanya (naman), yang melihat sikap tubuhnya (iryapatha), yang mendengar pengajarannya (dharmadesana) atau melihat ketenangan diamnya, semuanya dibebaskan.'
O Drdhamati, itu adalah seperti Raja Agung pohon Obat-Obatan (Mahabhaisajyaraja) yang dipanggil Darsaniya, 'Menyenangkan untuk dilihat': Orang-orang yang melihat itu menemukan obat dari penyakit mereka (vyadhi). Begitu juga dengan Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi: Para mahluk yang melihat Dia menemukan obat untuk dambaan idaman (raga), kebencian (dvesa) dan agan-angan khayalan (moha).
itu adalah seperti Raja Agung Obat-Obatan (Mahabhaisajyaraja) yang dipanggil Vipravasa, 'Penyebaran': Di saat pertempuran (samgrama), Genderang-genderang (dundubhi) dilapisi dengan itu; segera setelah yang terluka, terkena panah (salya) atau terkena tombak (sula), mendengar suara (svara) dari genderang-genderang itu, panah keluar [dari luka mereka] dan racun (visa) dilenyapkan. Begitu juga, O Drdhamati, dengan Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi: Bagi mereka yang mendengar namanya (nama dari Bodhisattva yang berada didalam Suramgama Samadhi), panah dari dambaan idaman (raga), kebencian (dvesa) dan agan-angan khayalan (moha) ditarik keluar dengan sendirinya (svatah), racun dari semua pandangan salah (sarvadrstigatavisa) dilenyapkan dan tidak ada nafsu (klesa) lebih muncul.
O Drdhamati, itu adalah seperti Pohon Obat-Obatan (bhaisajyavrksa) yang dipanggil Sampanna , 'Lengkap Sempurna': Mereka yang menggunakan akarnya (mula) menemukan obat untuk penyakit (vyadhi) mereka; Batangnya (ganda), ikatan mata kayunya (samdhi), intisari (sara), kulit (tvac), cabang (sakha), daun (pattra), bunga (puspa) dan buah (phala) dapat juga menyembuhkan penyakit; apakah itu berdiri (samucchrita), dikeringkan (suska) atau dipotong-potong (khandasas chinna), itu dapat menyembuhkan semua penyakit mahluk. Begitu juga dengan Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi: Tidak ada satu waktupun ketika Dia tidak memberikan manfaat kepada makhluk, Ia selalu menghalau siksaan mereka (upadrava); Dia membabarkan Dharma kepada mereka dan mempraktikkan empat cara untuk menang sampai selesai (samgrahavastu) dan penyempurnaan (paramita) sehingga mereka dapat memperoleh pembebasan. Apakah orang menghormati dia atau tidak, apakah mereka menguntungkan dirinya atau tidak, Bodhisattva menggunakan segala cara untuk membawa mereka ke keadaan aman (ksema). Bahkan mereka yang, sampai hari kematian mereka, memakan daging (mamsada): binatang (tiryagyoni), makhluk berkaki dua (dvipad), hewan berkaki empat (catuspada), burung (paksin), binatang liar (mrga), manusia atau mahluk bukan manusia (manusyamanusya), semua mahluk ini, melalui moralitas kesusilaan (sila) dan cita-cita sebelumnya (purvapranidhana) dari Bodhisattva itu, akan dilahirkan kembali setelah kematian mereka diantara para dewa (param maranad devesupatsyante); mereka akan selalu terbebas dari penyakit dan akan lolos siksaan (upadrava). Drdhamati, Sang Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi adalah sama persis seperti Pohon Obat-obatan (bhaisajyavrksa).
Sang Buddha berkata kepada Sang Drdhamati: Sang Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi, dalam semua kelahiran-Nya (sarvesu janmesu), memahami meliputi untuk dirinya sendiri enam kesempurnaan (paramita) tanpa mempelajarinya dari siapa pun. Apakah dia mengangkat kakinya (caranotksepane) atau menurunkan kakinya (carananiksepane), apakah dia menghirup (asvase) atau menghembuskan napas (pravase), pada setiap seketika itu juga (ksane ksane) Dia selalu menguasai enam paramita, Dan Mengapa? O Drdhamati, tubuh (kaya) dari Bodhisattva itu terdiri dari sifat alami dari dharma (dharmasvabhava) dan daerah kekuasaannya (vihara) terdiri dari dharma.
Drdhamati, mari Kita anggap bahwa raja (rajan) atau mentri-mentrinya (amatya) menggiling menjadi bubuk dengan alat penumbuk ratusan ribu jenis-jenis berbeda dari wewangian (gandha) dan memperkecilnya hingga menjadi bubuk halus (curna), dan mari Kita anggap bahwa seorang laki-laki datang mencari satu jenis parfum wangi dengan mengesampingkan semua jenis lain yang dicampur dengan itu. Lalu, O Drdhamati, dari bubuk halus yang berisi ratusan ribu
jenis parfum wangi, apakah mungkin untuk mengambil sari jenis tunggal yang belum dicampur dengan yang lain?
[Drdhamati menjawab]: Tentu saja tidak, O Bhagavat.
[Sang Buddha melanjutkan]: sama-sama, O Drdhamati, Bodhisattva itu setelah menparfum-wangikan tubuhnya (kaya) dan pikiran (citta) dengan semua paramita itu, itu adalah pada setiap seketika itu juga (ksane ksane) bahwa dia membangkitkan enam paramita itu.
Bagaimana kemudian, O Drdhamati, Sang Bodhisattva membangkitkan enam paramita pada setiap seketika itu juga?
1. Sang Bodhisattva telah meninggalkan segala sesuatu semuanya (parityaktasarvasva), dan pikirannya tanpa keserakahan (lobha) dan keterikatan (abhinivesa) : seperti itulah danaparamitanya.
2. Pikirannya berkebajikan (kusala), tetap tenang (prasanta) dan benar-benar sempurna: seperti itulah silaparamitanya.
3. Pikirannya pada dasarnya tidak bisa dihancurkan (aksaya) dan tidak terluka oleh benda apapun (sarvavisayair aksata): seperti itulah ksantiparamitanya.
4. Dengan penuh perhatian Dia menganggap dan menganalisa pikiran (cittam vibhavayatipravicinoti) dan mengenali tanda ketajaman kecerdasannya (cittasya vivekalaksanam vijanati): seperti itulah viryaparamitanya.
5. Dia benar-benar tetap tenang (atyantopasanta) dan mengendalikan pikirannya (cittam damayati): seperti itulah dhyanaparamitanya.
6. Dia memeriksa pikiran, mengetahui pikiran dan menembus alam pikiran: seperti itulah prajnaparamitanya.
Drdhamati, itu adalah demikian bahwa Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi memiliki enam paramita pada setiap seketika itu juga.
Lalu Sang Bodhisattva Drdhamati berkata kepada Sang Buddha : Itu menakjubkan (adbhuta), O Bhagavata. Wilayah kekuasaan (vihara) yang diperoleh Sang Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi adalah tak terbayangkan (acintya). O Bhagavata, Para Bodhisattva yang ingin tinggal menghuni didalam wilayah kekuasaan Para Buddha (buddhaviharena viharitukama) harus melatih diri Mereka sendiri didalam Suramgamasamadhi. Dan Mengapa? Karena itu, O Bhagavata, bahkan jika Mereka melakukan perjalanan melalui wilayah kekuasaan (vihara) dari semua kebodohan duniawi (balaprthagjana), Para Bodhisattva adalah bebas dari nafsu keinginan dambaan idaman (raga), dendam kebencian (dvesa) dan kebodohan angan-angan khayalan (moha).
Sekarang ada didalam pertemuan itu seorang Brahmadeva Agung yang bernama Maitrisampanna ('Diberkahi dengan niat baik'). Dia berkata kepada Sang Buddha : Bhagavata, jika seorang Bodhisattva ingin melakukan perjalanan melalui wilayah kekuasaan dari semua kebodohan duniawi, Dia harus melatih diri-Nya sendiri didalam Suramgamasamadhi. Dan mengapa? Karena, bahkan saat bepergian melalui wilayah kekuasaan dari semua kebodohan duniawi, pikirannya bebas dari nafsu keinginan dambaan idaman (raga), dendam kebencian (dvesa) dan kebodohan angan-angan khayalan (moha).
Sang Buddha berkata : Sangat Baik, sangat baik. O Maitrisampanna, itu sama persis seperti yang Kamu katakan (evam etad yatha vadasi). Seorang Bodhisattva yang ingin melakukan perjalanan melalui wilayah kekuasaan dari semua kebodohan duniawi harus melatih diri-Nya sendiri didalam Suramgamasamadhi, tapi tanpa memikirkan latihan apapun (sarvasiksanam amanyanaya).
Sang Bodhisattva Drdhamati berkata kepada Sang Buddha :Bhagavat, Jika Seorang Bodhisattva ingin untuk melatih Diri-Nya sendiri didalam Suramgamasamadhi, bagaimana seharusnya Dia melatih Diri-Nya sendiri?
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : Hal ini seperti melatih diri dalam memanah (avedha). Pertama-tama, anda bidik gundukan besar bumi. Bila Anda telah menghantam gundukan yang besar di bumi, Anda belajar untuk membidik di sebuah gundukan kecil tanah. Bila Anda telah menghantam gundukan kecil tanah, Anda belajar sedikit demi sedikit untuk membidik target (laksya). Ketika Anda telah belajar untuk mengenai target, maka Anda kemudian belajar untuk membidik tongkat (danda). Ketika Anda telah belajar untuk mengenai tongkat, Anda belajar untuk membidik seratusan rambut (roman). Bila Anda telah mengenai ratusan rambut itu, Anda belajar untuk membidik sepuluh rambut. Ketika Anda telah mengenai sepuluh rambut itu, Anda belajar untuk membidik di sehelai rambut. Bila Anda telah mengenai rambut tunggal itu, Anda belajar untuk membidik di pecahan seperseratus rambut : sekali mampu mengenai itu, Anda terkenal sebagai seorang pemanah yang baik (niryata isvastracarya); kemana pun Anda ingin membidik, Anda tidak menyerang kekosongan; jika Anda ingin, Anda dapat dengan mudah (anabhogena) mencapai makhluk apapun, manusia (Manusya) atau mahluk bukan manusia (amanusya), suara yang
terdengar di malam hari (ratri) atau kegelapan (andhakara).
Sama-sama, O Drdhamati, Seorang Bodhisattva yang ingin melatih Diri-Nya sendiri didalam Suramgamasamadhi harus pertama-tama melatih Diri-Nya sendiri didalam niat maksud tujuan-tujuan yang baik (asaya).[Setelah mempelajari niat baik, Dia harus belajar usaha (prayoga)]. [Setelah mempelajari usaha, Dia harus belajar tekad tinggi (adhyasaya)]. [Setelah mempelajari tekad tinggi, Dia harus belajar kemauan baik yang besar (mahamaitri)]. [Setelah mempelajari kemauan baik yang besar, Dia harus belajar kasih sayang yang besar (mahakaruna)]. [Setelah mempelajari kasih sayang yang besar, Dia harus belajar empat tempat tinggal brahma yang mulia (arya brahmavihara), yaitu, kemauan baik (maitri), kasih sayang (karuna), kegembiraan (mudita) dan ketenangan.]. Setelah mempelajari empat tempat tinggal brahma yang mulia, Dia harus belajar lima pengetahuan super (pancabhijna) yang terjadi oleh hasil (vipakaya) dan selalu sesuai dengan mereka.
Setelah mempelajari pengetahuan super, Dia kemudian dapat menyelesaikan enam kesempurnaan (satparamitah paripurayati).
Setelah menyelesaikan enam kesempurnaan, Dia memahami dan menembus [kemahiran] didalam berbagai cara (upayakausalya).
Setelah menembus cara-cara mahir, Dia menetapkan Diri-Nya di kepastian kedua yang disebut 'persiapan' (dvitiyanulomiki ksanti).
Menjadi ditetapkan dalam kepastian kedua yang disebut 'persiapan'. Dia memperoleh (pratilabhate) kepastian dari dharma yang tidak timbul (anutpattikadharmaksanti).
Ketika Dia telah memperoleh anutpattikadharmaksanti, Sang Buddha meramalkan kepada Dia (vyakurvanti) [bahwa Dia akan mencapai Penerangan Sempurna Tertinggi Tiada Tanding (anuttaram samyaksambodhim abhisambhotsyate)].
Setelah Sang Buddha telah memberikan kepada Dia ramalan itu (vyakarana), Dia menembus ke tahap Bodhisattva kedelapan (bodhisattvanam astamakam bhumim pravisati). Ketika Dia telah memasuki tahap Bodhisattva kedelapan, Dia memperoleh pemusatan pikiran yang terdiri dari selalu ditempatkan menghadap para Buddha masa kini (pratyutpannabuddhasammukhavasthitasamadhi). Setelah memperoleh pemusatan pikiran yang terdiri dari selalu ditempatkan menghadap para Buddha masa kini, Dia tidak pernah kehilangan penglihatan dari Para Buddha (satatasamitam tathagatadarsanavirahito bhavati).
Tidak pernah kehilangan penglihatan dari Para Buddha, Dia memenuhi sebab-sebab dan kondisi-kondisi (hetupratyaya) yang diperlukan untuk mencapai sifat-sifat Buddha (buddhadharma).
Dengan memenuhi sebab-sebab dan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mencapai sifat-sifat Buddha, Dia mencapai {abhirnirharati) lapangan Buddha dari pencapaian yang sangat indah megah (buddhaksetravyuhasampad).
Setelah mencapai lapangan Buddha dari pencapaian yang sangat indah megah, Dia mencapai pencapaian yang disebut kelahiran, keluarga dan suku (janma-kula-gotrasampadah paripurayati).
Setelah mencapai pencapaian yang disebut kelahiran, keluarga dan suku, Dia mencapai pencapaian dari keturunan ke dalam rahim dan dari meninggalkan dunia (garbhavakranty-abhiniskramanasampadah paripurayati).
Setelah mencapai pencapaian dari keturunan ke dalam rahim dan penolakan dari dunia, Dia mencapai tingkat kesepuluh (dasamam bhumim paripurayati).
Setelah mencapai tingkat kesepuluh, Dia menerima penyucian (abhiseka) dari para Buddha.
Setelah menerima penyucian dari para Buddha, Dia memperoleh semua pemusatan pikiran Bodhisattva (sarvabodhisattvasamadhi).
Setelah memperoleh semua pemusatan pikiran Bodhisattva, Dia yang terakhir dari semuanya (pascat) memperoleh Suramgamasamadhi.
Setelah didapat Suramgamasamadhi, Dia dapat melakukan perbuatan Buddha (buddhakarya) untuk semua makhluk, tetapi Dia tidak meninggalkan praktek (carya) dari seorang Bodhisattva.
Drdhamati, jika seorang Bodhisattva belajar semua dharma itu, Dia memperoleh Suramgamasamadhi. Seorang Bodhisattva yang telah memperoleh Suramgamasamadhi tidak memiliki dharma lebih lanjut untuk dipelajari. Mengapa? Karena Dia telah belajar semua dharma secara menyeluruh. Sama seperti murid pemanah yang bisa membidik pecahan dari rambut yang tidak ada lanjutan lagi untuk dipelajari - dan mengapa? Karena Dia telah belajar bagaimana untuk, maka, O Drdhamati, seorang Bodhisattva yang berada di dalam Suramgamasamadhi tidak memiliki dharma lebih lanjut untuk dipelajari, karena Dia telah memperoleh semua pemusatan pikiran (samadhi) dan semua manfaat jasa pahala kebaikan (Punya).
Kemudian Drdhamati Bodhisattva berkata kepada Sang Buddha: Bhagavata, Saya ingin menceritakan sebuah perbandingan (upama); Semoga Bhagavata mengizinkan Saya untuk melakukannya. Sang Buddha setuju.
Bhagavata, sama seperti devaraja Mahabrahma, Raja dari trisahasramahasahasralokadhatu, memeriksa (vilokayati) untuk dirinya sendiri trisahasramahasahasralokadhatu itu tanpa membuat usaha apapun, demikian juga Bodhisattva ddialam Suramgamasamadhi memeriksa untuk dirinya sendiri semua Dharma itu tanpa membuat usaha apapun, dan Dia juga mengetahui fungsi dari pikiran dan pemikiran dari semua mahluk.
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati: Adalah seperti yang Anda katakan (evam etad yatha vadasi): Bodhisattva di Suramgamasamadhi tahu semua dharma bodhisattva dan semua dharma Buddha.
Sekarang, di dalam majelis itu, ada Sakra Devendra bernama 'Merusikharadhara' ('Memegang puncak Gunung Meru'), yang tinggal diluar batas-batas (prantadvipa) dari trisahasramahasahasralokadhatu tersebut. Dia berkata kepada Sang Buddha : Sama seperti yang didirikan di puncak Sumeru melihat (vilokayati) semua benua (Dvipa), demikian juga Bodhisattva yang didirikan didalam Suramgamasamadhi secara spontan (svatas) melihat praktek latihan (carya) dari para Sravaka dan Pratyekabuddha serta praktek semua makhluk.
Kemudian Bodhisattva Drdhamati bertanya kepada Sakra Merusikharadhara : Dari alam semesta dari empat benua (caturdvipaka) mana yang Anda datang? Dari yang Sumeru Anda menduduki puncak (sikhara)?
Sakra menjawab : Kulaputra, Seorang Bodhisattva yang menguasai Suramgamasamadhi seharusnya tidak bertanya tempat (sthana) dimana Dia tinggal menetap. Mengapa? Karena seperti seorang Bodhisattva berdiam di semua buddhaksetra, tetapi tidak terikat melekat pada tempat tinggal (sthanam nabhinivisati), tidak memperlihatkan tempat tinggal (sthanam nopalabhate) dan tidak melihat tempat tinggal (sthanam na pasyati).
Drdhamati bertanya: Teman (Sakhi), apakah Anda telah memperoleh Suramgamasamadhi?
Sakra menjawab: Samadhi yang seperti itu, bisakah itu diperoleh atau tidak?
Drdhamati menjawab: Tidak!
Sakra melanjutkan: Kulaputra, harus dipahami bahwa Bodhisattva yang melakukan latihan samadhi ini belum memperoleh Dharma apapun.
Drdhamati mengatakan lebih jauh: Seorang pria yang pandai berbicara mengesankan (pratibhanavat) seperti Anda sendiri tentu harusnya telah memperoleh Suramgamasamadhi.
Sakra itu berkata: Kulaputra, Saya tidak melihat Dharma apapun pada yang mana yang dapat diperoleh, dan di antara semua Dharma itu pada yang mana yang tidak bisa di peroleh harus diperingkatkan menjadi Suramgamasamadhi. O Kulaputra, untuk memperoleh samadhi ini adalah tidak untuk mempunyai apapun. Jika Anda tidak mempunyai apa pun, Anda tidak mengambil apapun. Jika Anda tidak mengambil apa pun, Anda tidak membicarakannya.
Kemudian Sang Buddha berkata kepada Sang Bodhisattva Drdhamati: Apakah Anda melihat Sakra Merusikharadhara ini?
Saya melihat Dia, O Bhagavata.
O Drdhamati, Sakra ini, secara spontan (svatas) dan berkehendak (yathakamam), memperoleh Suramgamasamadhi dan, tinggal menetap di dalam samadhi itu, menyatakan wujud Dirinya sendiri (atmanam samdarsayati) di semua istana dari para Sakra (sakrabhavana) dari trisahasramahasahasralokadhatu.
Kemudian Sakra Devendra dari alam semesta ini berkata kepada Sang Buddha : Bhagavat, jika Sakra Merusikharadhara menyatakan perwujudan dirinya didalam semua istana dari para Sakra, bagaimana itu mungkin bahwa Saya sendiri belum pernah melihat Dia didalam setiap tempat tinggal Sakra (sakrasthana)?
Kemudian Sakra Merusikharadhara berkata kepada Sakra [Devendra]: Kausika, jika Saya sekarang memperlihatkan tubuh Saya yang sebenarnya (bhutakaya), Anda akan merasa tiada sukacita (mudita) didalam istana Anda sendiri. Saya selamanya akan di istana di mana Anda tinggal, tetapi Anda, Anda tidak melihat Saya.
Kemudian Sakra Devendra berkata pada Sang Buddha: Bhagavat, Saya ingin melihat tubuh yang disempurnakan(parinispannakaya) dari satpurusa ini.
Sang Buddha berkata: Kausika, apakah Anda ingin melihatnya?
Ya, Bhagavat, saya sangat ingin melihatnya.
Sang Buddha berkata kepada Sakra Merusikharadhara : Kulaputra, maka perlihatkan tubuh yang sejati dan yang luar biasa menakjubkan Anda kepada Sakra [Devendra]:
Dengan segera, Sakra [Merusikharadhara] menampilkan tubuh Dia yang sejati dan yang luar biasa menakjubkan.
Kemudian, di majelis itu, para Sakra, Brahma, Raja Lokapala dari para dewa, Sravaka dan Bodhisattva yang belum belum memperoleh Suramgamasamadhi, menjadi tak terlihat, seperti blok tinta (masirasisadrsa). Tubuh Sakra Merusikharadhara, seperti tinggi (abhyudgata) Meru, raja dari para pegunungan, yang sedang bersinar (bhasate), kilat berseri-seri (Tapati) dan megah gemilang (virocate). Tubuh Buddha itu sendiri ganda bercahaya.
Sakra Devendra berkata pada Sang Buddha: Sungguh luar biasa (adbhuta), O Bhagavat, badan dari satpurusa ini yang tampil disini memiliki warna-warna yang murni, luar biasa dan tiada bandingnya.
Tubuh para Sakra, Brahma dan Raja-raja Lokapala dari para dewa semua pudar hilang cahayanya (dhyamikrta), seperti blok tinta (masirasi). Bhagavat, ketika saya, di dalam Sudharma devasabha di atas Gunung Sumeru, mengenakan kalung permata (maniratnaniska) yang disebut Sakrabhilagna 'liontin Sakra', tubuh-tubuh dari semua para dewa menjadi pudar hilang cahayanya (dhyanikrta) oleh kecemerlangannya. Itu adalah saya sekarang dikalahkan oleh kecemerlangan dari satpurusa ini dan kalung permata yang saya pakai tidak lagi bersinar (na bhasate).
Sang Buddha berkata kepada Sakra Devendra : Kausika, seandainya trisahasramahasahasralokadhatu diisi (paripurna) dengan permata-permata Sakrabhilagna, masih ada lagi permata yang akan memudar hilangkan cahaya mereka semua: Sarvadevaloka ('Kecemerlangan dari semua dewa'). Kausika, seandainya trisahasramahasahasralokadhatu itu diisi dengan
permata-permata Sarvadevaloka, masih ada lagi permata yang akan memudar hilangkan cahaya mereka semua: Vajraloka (Kecemerlangan Berlian). Kausika, seandainya trisahasramahasahasralokadhatu itu diisi dengan permata-permata Vajraloka, masih ada lagi permata yang akan memudar hilangkan cahaya mereka semua: Sarvalokasamgraha ('Himpunan dari Semua Kecemerlangan').
Kausika, apakah Anda melihat permata Sarvalokasamgraha yang dipakai oleh Sakra [Merusikharadhara]?
Ya, saya melihatnya, O Bhagavat, tetapi kecemerlangan dari permata itu begitu keras bahwa mata saya tidak dapat menahan itu.
Sang Buddha berkata: Kausika, ketika para Bodhisattva menguasai Suramgamasamadhi akhirnya menjadi para Sakra, Mereka semua mengenakan kalung permata seperti itu.
Kemudian Sakra Devendra berkata pada Sang Buddha: Jadi, O Bhagavat, Mereka yang tidak membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta dirampas (parihina) dari tubuh yang disempurnakan (parinispannakaya) seperti itu dan juga
dicabut dari Suramgamasamadhi.
Kemudian devaputra Gopaka berkata kepada Sakra Devendra :Para Sravaka yang telah memasuki kepastian yang mutlak (avakrantan-iyama)] bahkan jika Mereka memuji dan menghargai masa Buddha {buddhatva), tidak dapat mencapainya karena mereka telah menyiapkan sebuah halangan (avarana) untuk Samsara. Para makhluk yang telah terangsang, yang membangkitkan dan akan membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta harus menghargai masa Buddha: maka mereka dapat memperoleh tubuh fisik (rupakaya) sesempurna [seperti yang dilakukan oleh Meru-sikharadhara].
Sama seperti mereka yang terlahir buta (jatyandha), bahkan jika mereka memuji dan menghargai matahari (surya) dan bulan (candra), tidak dapat menikmati (anubhavitum) dalam cahaya mereka, sehingga mereka para Sravaka masuk ke dalam kepastian mutlak (avakrantaniyama), bahkan jika mereka memuji dan menghargai sifat atribut Buddha (Buddha Dharma), tidak dapat secara pribadi mendapatkan keuntungan apapun dari kebajikan-kebajikan Buddha (buddhaguna). Itulah mengapa mereka yang ingin mendapatkan tubuh yang luar biasa dan kebijaksanaan agung (mahaprajna) harus membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta ; maka mereka akan mendapatkan tubuh fisik yang disempurnakan.
Ketika devaputra Gopaka telah berbicara kata-kata itu, dua belas ribu devaputra membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta.
Kemudian Drdhamati Bodhisattva bertanya kepada Gopaka devaputra: Melalui akar perbuatan kebajikan apakah Anda mengubah tubuh wanita Anda (kena kusalamulena strlkayam paravartisthah)?
Gopaka: Kulaputra, mereka yang dijanjikan untuk Kendaraan Besar (mahayanasamprasthita) tidak melihat perbedaan apapun (visesa) antara laki-laki (Purusa) dan perempuan (stri). Mengapa? Karena pikiran maha tahu (sarvajnacitta) tidak ditemukan di tiga lapis dunia (traidhatuka) dan karena [pengertian] pria dan wanita yang ditimbulkan oleh pembedaan (vikalpaprabhavita). Anda bertanya kepada Saya, O Teman (Sakhi), melalui tindakan-tindakan baik apakah yang Saya mengubah tubuh perempuan Saya, baik, itu karena di masa lalu Saya melayani Bodhisattva [Sakyamuni] dengan pikiran yang bebas dari kemunafikan (aham purvakale bodhisattvasya satkaram cakaracapalena cittena ).
Drdhamati: Bagaimana Anda 'melayani' Dia?
Gopaka: Saya melayani Bodhisattva sebagai Tuhan (Bhagavat).
Drdhamati: Bagaimana Anda melayani Dia 'dengan pikiran yang bebas dari kemunafikan'?
Gopaka: Saya menyesuaikan perbuatan tubuh fisik Saya (kayakarman) pada suara-Saya (vac), dan Saya menyesuaikan tindakan suara Saya (vakkarman) dalam pikiran Saya (manas): ini adalah, bagi seorang wanita, pikiran yang bebas dari kemunafikan (acapalacitta).
Drdhamati: Bagaimana Anda mengubah tubuh wanita Anda?
Gopaka: Sesuai dengan pemenuhan (yathasadhanam).
Drdhamati: Bagaimana Anda 'memenuhi'?
Gopaka: Sesuai dengan perubahan (yathaparavrttim).
Drdhamati: O devaputra, apa arti kata itu?
Gopaka: Kulaputra, dharma tidak mencakup baik 'pemenuhan' (sadhana) ataupun 'mengubah' (paravrtti). Semua dari dharma adalah rasa tunggal (ekarasa), yaitu rasa dari elemen mendasar (dharmadhaturasa). Hal ini sesuai dengan aspirasi Saya (yathdpranidhanam) bahwa Saya memiliki tubuh perempuan (strikaya) dan, jika sekarang tubuh Saya adalah bahwa seorang pria (Purusa), Saya tidak untuk semua menghancurkan atau meninggalkan tanda-tanda (nimitta) dari tubuh wanita. Itu sebabnya, O Kulaputra, harus dipahami bahwa [konsep] pria dan wanita adalah pandangan sesat (viparyasa), dan bahwa semua dharma juga pandangan sesat: mereka benar-benar bebas dari dualitas (atyantam dvayavipramukta).
Drdhamati Bodhisattva bertanya kepada Gopaka: Apakah Anda tahu bahkan bagian terkecil (kamcid eva pradesam) dari Suramgamasamadhi?
Gopaka menjawab: Kulaputra, apa yang Saya tahu tentang itu Saya belajar dari orang lain. Saya tidak memperolehnya secara pribadi (saksatkrta). Menurut ingatan Saya, di masa lalu (atlte 'dhvani), Buddha Sakyamuni, maka Seorang Bodhisattva biasa berdiam di tempat tinggal Raja Suddhodana, berada di istana di tengah-tengah selirnya (antahpura). Dalam masih malam itu (prasantaratri), ada tiba dari wilayah Timur (purva dis) para Brahmaraja yang banyaknya seperti pasir di Sungai Gangga (ganganadivalukopama); mereka bertanya kepada Sang Bodhisattva, beberapa dari mereka tentang Kendaraan Bodhisattva dan orang yang lainnya tentang Jalan Sravaka , dan Bodhisattva menjawab semua pertanyaan mereka.
Di antara para Brahma itu, ada seorang Brahmaraja yang tidak memahami sarana mahir (upaya) yang digunakan oleh Bodhisattva, mengajukan pertanyaan ini kepada Dia: Teman, bahkan ketika sedang sangat bijaksana dan membalas dengan baik pertanyaan, bagaimana Anda bisa tetap melekat pada kekuasaan raja (rajya) dan kesenangan (kamabhoga)?
Para Brahmadeva lain yang telah memahami kebijaksanaan (prajna) dan sarana mahir (upaya) dari Bodhisattva berkata kepada Brahma itu: Sang Bodhisattva tidak terikat pada kekuasaan raja dan kesenangan, melainkan untuk mematangkan dan menyempurnakan makhluk bahwa Dia ada di sini sebagai orang awam (grhastha) dan bahwa Dia muncul sebagai Seorang Bodhisattva, tapi pada saat yang sama, di alam semesta lain, Dia telah mencapai pencerahan lengkap(abhisambuddha) dan menetapkan pemutaran Roda Dharma (dharmacakram pravartayati).
Brahma itu, setelah mendengar hal ini, bertanya: Samadhi apakah yang telah dimiliki Bodhisattva itu untuk melakukan perubahan tersebut (vikurvana)?
Para Brahma lainnya menjawab: Dia melakukan itu semua melalui kekuatan (sthama) dari Suramgamasamadhi.
[narasi ini berakhir, Gopaka berkata kepada Drdhamati]: Kulaputra, pada pada saat itu, Saya punya pemikiran ini: samadhi dan kekuatan super daya (rddhibala) dari Bodhisattva itu memang tentu luar biasa (adbhuta) sehingga, hidup di tengah-tengah kesenangan (kama) dan mengarahkan urusan kerajaan, Dia tidak pernah menyimpang sama sekali dari samadhi itu. Setelah mengatakan ini untuk diri Saya sendiri, Saya melipatgandakan hormat Saya dan benar-benar menganggap Sang Bodhisattva sebagai Tuhan (Bhagavat). Dengan tegas, saya membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta dan Saya juga berharap untuk memenuhi nilai-nilai kebaikan (guna) yang sama seperti Dia di masa depan. O Kulaputra, ini adalah apa yang saya telah lihat dari Suramgamasamadhi, itu hanya sebagian kecil dari itu. Saya hanya tahu bahwa Suramgamasamadhi ini memiliki kebajikan (guna) dan kekuatan (sthama) yang sangat besar (apramana) dan tak terbayangkan (acintya).
Drdhamati berkata pada Sang Buddha: Ajaib (ascarya), O Bhagavat, kata-kata yang paling dalam bersemangat tekun (adhyasayanirdesa) dari devaputra Gopaka: semua itu adalah perbuatan Sang Tathagata. O Bhagavat, pernah dilindungi oleh [Tathagata] teman keagamaannya (kalyanamitraparigrhita), sang Gopaka devaputra juga akan didirikan di dalam Suramgamasamadhi dan akan mendapatkan kekuatan dari perubahan (vikurvanabala) seperti yang mana Bhagavat saat ini miliki.
Drdhamati Bodhisattva bertanya kepada Sang Buddha: Bhagavat, dalam perkumpulan ini, adakah orang yang menguasai Suramgamasamadhi?
Sekarang, didalam perkumpulan majelis itu, ada seorang devaputra yang bernama Matyabhimukha 'Dekat dengan kecerdasan [dari Buddha]' yang berkata kepada Bodhisattva Drdhamati: Adalah seolah-olah seorang pedagang (sarthika) memasuki laut besar (Samudra) bertanya jika laut besar itu mengandung permata (maniratna) yang akan diambil dan dibawa pergi. Pertanyaan Anda adalah seperti itu. Dan mengapa ini? Pada saat Anda duduk di hadapan Sang Tathagata, Laut Besar pengetahuan (mahajnanasamudra), di dalam perkumpulan di mana ada para Bodhisattva yang diberkahi dengan permata Dharma (dharmaratnasamanvagata)
dan menampilkan riasan besar. Dan Anda berani menanyakan apakah di majelis ini ada para Bodhisattva yang menguasai Suramgamasamadhi.
O Drdhamati, saat ini di majelis ini ada para Bodhisattva yang menguasai Suramgamasamadhi yang mewujudkan diri dalam tubuh seorang Sakra Devendra, dalam tubuh seorang Brahmaraja, atau dalam tubuh dari para dewa, naga, yaksa, gandharva, asura, garuda , kimnara dan mahoraga. Ada Para Bodhisattva yang menguasai Suramgamasamadhi yang menampakkan diri mereka sendiri dalam wujud tubuh para bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika. Ada Para Bodhisattva yang menguasai Suramgamasamadhi dengan tubuh dihiasi dengan tanda-tanda fisik primer dan sekunder (laksananuvyanjanasamalamkrta).
Ada Para Bodhisattva yang, demi untuk makhluk mematangkan para mahluk (sattvaparipacanartham), mewujudkan gambar (samsthana), warna (varna) dan tanda-tanda (nimitta) dari tubuh seorang wanita (strikaya); yang lainnya mewujudkan gambar, warna dan tanda-tanda seorang Sravaka, namun yang lain, gambar, warna dan tanda-tanda seorang Pratyekabuddha.
Drdhamati, tergantung pada apakah Tathagata menghadiri sebuah perkumpulan majelis para Ksatriya, Brahmana, vaisya, Sakra, Brahma atau lokapala, para Bodhisattva mewujudkan gambar, warna dan tanda-tanda
sesuai dengan perkumpulan majelis itu. Perlu diketahui bahwa semua ini adalah buah-buah khusus (phalavisesa) dari Suramgamasamadhi.
Drdhamati, di manapun Anda melihat Tathagata menjelaskan Dharma secara terperinci, memahami dengan jelas bahwa ada ada banyak sekali tak terhitung para Bodhisattva besar, ahli pengetahuan besar,
menampilkan riasan yang besar, setelah memperoleh penguasaan atas semua dharma {sarvadharmesu vasitaprapta), mereka datang setelah Sang Tathagata untuk mengatur pemutaran roda dharma.
Drdhamati Bodhisattva berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, saya sekarang mengatakan bahwa devaputra ini 'Matyabhimukha' memiliki Suramgamasamadhi; bahkan kebijaksanaan (prajna), kefasihan (pratibhana) dan pengetahuan super yang tidak terhalang (apratihatabhijna) adalah begitu sangat besar!
Sang Buddha berkata: Drdhamati, adalah persis seperti yang Anda katakan (evam etad yatha vadasi): bahwa devaputra 'Matyabhimukha' sudah di dalam Suramgamasamadhi; 'itu karena Dia menembus samadhi itu bahwa Dia bisa berbicara seperti Dia lakukan.
Kemudian Sang Buddha berkata kepada devaputra 'Matyabhimukha' : Perlihatkanlah, maka, baik itu hanya sebagian kecil (kamcid eva pradesam darsaya) dari keterampilan Anda dalam Suramgamasamadhi.
Sang devaputra Matyabhimukha bertanya kepada Drdhamati Bodhisattva: Teman, apakah Anda ingin melihat sedikit dari keagungan supremasi (arsabha) dari Suramgamasamadhi?
Drdhamati menjawab: Saya sangat ingin melihatnya.
1. Devaputra Matyabhimukha, yang telah berada di penyelesaian keagungan supremasi Suramgamasamadhi, melakukan suatu tindakan luar biasa (evamrupam rddhyabhisamskaram abhisamskaroti sma) bahwa semua anggota majelis (sarvavati parsad) diubah menjadi raja Cakravartin yang mulia, dihiasi dengan tiga puluh dua tanda (dvatrimsallaksanasamalamkrta), dikelilingi oleh pengiring-pengiringnya (sanucara) dan disertai dengan tujuh permata (saptaratnasamanvagata).
Sang devaputra bertanya: Apa yang Anda lihat?
Drdhamati menjawab: Saya melihat semua anggota majelis yang berkumpul dengan warna (varna), bentuk (rupa) dan tanda-tanda (nimitta) raja Cakravartin yang mulia, dikelilingi oleh rombongan dan didampingi oleh tujuh permata.
2. Kemudian Sang devaputra membuat semua anggota majelis muncul seperti banyak sekali para Sakra devendra, tinggal di istana (vimana) dari Trayastrimsa, dikelilingi oleh ratusan ribu anak-anak perempuan dari para dewa (devakanya), bermain musik (turyani pravadayamana) dan memberikan diri mereka sendiri kepada kesenangan di Hutan kegembiraan (nandanavane paricarayamana).
3. Dan lagi, melalui kekuatan batin-Nya yang luar biasa (rddhibala), Dia mengubah wujud semua anggota majelis menjadi para Brahmaraja yang banyak, dengan warna mereka, bentuk (rupa), tanda-tanda {nimitta) dan sikap tubuh (iryapatha), tinggal di istana (vimana) dari para Brahma dan mengolah empat tingkatan tak terbatas (caturapramana).
Kemudian Dia bertanya kepada Drdhamati: Apa yang Anda lihat?
Yang lalu menjawab: Devaputra, saya melihat Semua anggota majelis seperti para Brahma yang begitu banyak.
4. Sekali lagi, Dia menunjukkan kemampuan batin sehingga semua anggota majelis itu diubah menjadi sthavira Mahakasyapa yang begitu banyak, dengan sosok-Nya (samsthana), warna (varna) dan
penampilan (prakara), dilengkapi dengan jubah-Nya dan mangkuk sedekah (civarapatradhara), memasuki pencerapan (dhyana) dan pencapaian (samapatti) dan berlatih delapan pembebasan (vimoksa): tidak ada
perbedaan sedikit pun juga.
5. Namun lagi, Dia menunjukkan kemampuan batin sehingga semua anggota majelis itu muncul seperti Sakyamuni yang begitu banyak dengan tubuh Buddha (buddhakaya) Mereka, tanda utama (primer) dan tanda tambahan (sekunder) (laksananuvyanjana) dan sikap tubuh Mereka (iryapatha), masing-masing dikelilingi oleh pertemuan para Bhiksu (bhiksusamghaparivrta).
Lalu Dia bertanya: Drdhamati, apa yang Anda lihat?
Yang lalu menjawab: Devaputra, Saya melihat semua anggota majelis seperti Sakyamuni yang begitu banyak dengan tubuh Buddha Mereka, tanda utama dan tanda tambahan dan sikap tubuh Mereka, masing-masing dikelilingi oleh pertemuan para Bhikkhu.
Devaputra Matyabhimukha berkata kepada Drdhamati: Ini adalah keagungan supremasi (arsabha) dari Suramgamasamadhi. O Drdhamati, Seorang Bodhisattva yang memiliki Suramgamasamadhi dapat memasukkan
trisahasramahasahasralokadhatu kedalam sebuah biji sesawi (sarsapa) sedemikian rupa sehingga gunung-gunung (parvata), sungai-sungai (nadi), matahari-matahari (surya), bulan-bulan (candra) dan bintang-bintang (taraka) semua muncul seperti sebelumnya, tanpa menyempitkan atau mengganggu para mahluk. Drdhamati, ini adalah keagungan supremasi yang tidak terbayangkan (acintyarsabha) dari Suramgamasamadhi.
Kemudian para Mahasravaka dan para dewa, naga, yaksa, gandharva, Sakra, Brahma dan Lokapala Raja para dewa, menyapa sang Buddha dengan satu suara, berkata kepada Dia: Bhagavat, Mereka yang telah mendapatkan Suramgamasamadhi ini memiliki kebajikan-kebajikan yang tidak terbayangkan (acintyaguna). Mengapa? Orang-orang ini semua dekat dengan masa Buddha dan mereka diberkati dengan pengetahuan (Jnana), pengetahuan super (abhijha) dan pengetahuan yang lebih tinggi (vidya). Kami orang lain, hari ini dan di tempat ini, telah melihat berbagai warna, bentuk (rupa) dan berbagai perubahan (vikurvana) dari perkumpulan majelis, dan kami pikir ini: Mereka yang belum mendengar Suramgamasamadhi tentu dikuasai oleh Mara (maradhisthita), dan mereka yang telah mendengarnya tentu dilindungi oleh para Buddha (buddhaparigrhlta). Apa yang kemudian dapat dikatakan (kah punar vadah) dari mereka yang telah mendengarnya, mengulanginya dan mempraktekkan itu?
Bhagavat, Bodhisattva yang ingin menembus sifat-sifat Buddha (Buddha Dharma) dan mencapai pantai seberang (para) harus mendengarkan dengan penuh perhatian (ekacittasravana) ke Suramgamasamadhi, memahaminya (udgrahana), mengingatnya (dhdrana), mengulanginya (vacana) dan menjelaskan secara terperinci kepada orang lain (parebhya uddesana).
Bhagavat, Bodhisattva yang ingin mewujudkan semua rupa (samsthana), semua warna (varna) dan semua sikap tubuh (iryapatha), Bodhisattva yang ingin memahami fungsi dari maksud dan pemikiran (cittacaittapravrtti) dari semua makhluk, Bodhisattva yang ingin tahu cara mengobati semua penyakit (vyadhi) dari makhluk, bahwa Bodhisattva harus mendengarkan dengan cermat ke permata Dharma (dharmaratna) ini yang merupakan Suramgamasamadhi, memahaminya, mengingatnya dan mengulanginya.
Bhagavat, dia yang telah memperoleh Suramgamasamadhi telah pasti memasuki wilayah dari Buddha (buddhavisaya) dan ke dalam penguasaan pengetahuan (jnanavasita).
Sang Buddha berkata: Ini adalah demikian, itu begitu, itu adalah persis seperti yang Anda katakan (evam etad yatha vadatha). Dia yang belum memperoleh Suramgamasamadhi tidak pantas menyandang nama sempurna tercapai (krtacarya) Bodhisattva, dan Tathagata menyangkal bahwa orang ini benar-benar memiliki memberi (dana), moralitas (sila), kesabaran (ksanti), kekuatan (virya), serapan meditasi (dhyana) dan kebijaksanaan (prajna). Itu sebabnya, jika Anda ingin menempuh semua jalan [pelepasan (niryanamarga)], Anda harus mencari untuk mendapatkan Suramgamasamadhi, tapi tanpa memikirkan pelatihan (siksa) apapun.
50.Menjadi sepenuhnya berkenalan dengan semua cara yang terampil (upaya).
51.Dengan pernyataan suara tunggal (ekavagudaharena), bisa mengungkapkan semua sifat-sifat alami dari wujud (sarvadharmasvabhava).
52.Dalam mengucapkan hanya satu kalimat (ekapada), berbicara selama asamkhyeyakalpa yang tidak terhitung banyaknya.
53.Terampil mempelajari semua bab dari penjelasan yang terperinci dari Dharma (sarvadharmamukhaprakarana).
54.Sepenuhnya mengenali kemiripan dan perbedaan, dan menjelaskan Dharma terperinci secara singkat (peyalam) atau secara panjang lebar (vistarena).
55.Terampil menarik diri meninggalkan dari semua jalan mara (sarvamaramargatikramana).
56.Memancarkan sinar dari cara-cara terampil yang besar, dari pengetahuan dan dari kebijaksanaan (mahopayajnanaprajnarasmipramocana).
57.Menyebabkan tindakan tubuh, ucapan dan pikiran didahului oleh pengetahuan (kayavanmanaskarmani jnanapurvamgamani).
58.Tanpa membuat usaha [khusus] apapun (anabhisamkaram), selalu memiliki pengetahuan super (abhijna) pada penyelesaian seseorang.
59.Menggunakan empat pengetahuan penembusan (pratisamvijjnana) sehingga semua makhluk mengalami sukacita besar (samtusti).
60.Mewujudkan perubahan bentuk (vikurvana) hingga batas elemen mendasar (dharmadhatu).
61.Menggunakan cara-cara dari kemenangan (samgrahavastu) untuk mengamankan mahluk (sattvaparigrahana).
62.Memahami semua bahasa (vyavahara) yang digunakan oleh semua makhluk di berbagai alam semesta (lokadhatu).
63.Tidak mempertanyakan bahwa dharma adalah seperti ilusi (mayopamesu dharmesu nihsamsayah).
64.Di semua tempat kelahiran, berlatih secara luas semua kekuatan tak terbatas istimewa berdaulat (sarvajatisthanesu vasitaparipurih).
65.[Memperoleh] dengan rela dan tanpa lelah semua hal yang diperlukan.
66.Menampilkan diri sebagai tuan (adhipati) di antara semua makhluk.
67.Menjadi lapangan jasa kebaikan (punyaksetra) sama-sama menguntungkan untuk yang baik dan yang buruk.
68.Memperoleh dan menembus semua rahasia (guhya) dari para Bodhisattva.
69.Selalu memancarkan sinar (rasmipramocana) atas seluruh alam semesta tanpa kecuali.
70.Memiliki pengetahuan yang mendalam dan tak terduga (duravagaha).
71.Memiliki pikiran (citta) seperti bumi (prthivi), air (ap), api (tejas) dan angin (vayu).
72.Dalam setiap pengajaran, pernyataan dan wacana, terampil menyebabkan pemutaran Roda Dharma (dharmacakrapravartana).
73.Dengan leluasa tanpa rintangan (anavaranam) [menembus] tingkatan Tathagata (tathagatabhumi).
74.Secara spontan (svarasena) memperoleh anutpattikadharmaksanti.
75.Mendapatkan pikiran sesuai dengan kebenaran dan tidak dikotori oleh noda-noda dari hawa nafsu (klesamala).
76.Memasukkan semua air ke dalam satu pori-pori tunggal (ekasmin romakupe), tapi tanpa mengganggu makhluk air (jalastha).
77.Mengumpulkan jasa pahala kebaikan (punya) yang sangat besar dan akar-akar yang baik (kusalamula).
78.Dengan jelas memahami penerapan cara-cara yang terampil (upayaparinamana).
79.Unggul dalam keajaiban (pratiharya) dan di mana-mana melakukan semua praktek (carya) Bodhisattva.
80.Menemukan keamanan (ksema) di dalam semua Buddhadharmas.
81.Setelah menemukannya, melarikan diri dari keberadaan aslinya [dikondisikan] oleh tindakan sebelumnya (purvakarman).
82.Menembus harta dharma tersembunyi dari Para Buddha (buddhanam gudhadharmakosapravesah).
83.Mewujudkan kehidupan yang bermoral sepenuhnya diserahkan kepada kesenangan.
84.Mendengar jumlah besar dari ajaran (dharma) dan mampu mengingatnya semuanya.
85.Mencari semua dharma (sarvadharmaparyesana) tanpa pernah kelelahan.
86.Menyesuaikan diri dengan kondisi duniawi (lokadharmanuvartana), tanpa tercemar karenanya.
87.Membabarkan Dharma kepada umat manusia selama kalpa besar, tetapi memberi mereka kesan bahwa pembabaran hanya berlangsung satu pagi hari (purvahna).
88.Mewujudkan semua jenis kelemahan, membuat diri sendiri lumpuh (khanja), tuli (badhira), buta (andha) dan bisu (muka) agar untuk mematangkan makhluk (sattvaparipacanartham).
89.Memiliki seratus ribu Guhyakadhipati Vajrapani-Mallas sebagai penolong tetap (nityanubaddha).
90.Melihat dan menemukan secara spontan (svarasena) semua tingkatan Buddha (buddhatva).
91.Mampu, dalam sekejap, untuk mewujudkan sebuah rentang hidup (ayuspramana) yang berkepanjangan untuk asamkhyeyakalpas yang tak terhitung.
92.Sepertinya menganut semua sikap tubuh (iryapatha) dari dua Kendaraan pertama, tapi tanpa menyangkal didalam hati praktek (carya) Bodhisattva.
93.Dengan pikiran yang sangat tenang (prasanta), [tinggal] pada kekosongan (sunyata) dan tanpa tanda apapun (animitta).
94.Bahkan saat diri sedang bermain-main dengan pemain musik perempuan, dalam hati mempertahankan konsentrasi pada ingatan para Buddha (buddhanusmrtisamadhi).
95.Apakah melihat (drste), mendengar (srute), menyentuh (sprste) atau hidup bersama (samsthite), mematangkan makhluk yang tak terhitung banyaknya (apramanasattvaparipacana).
96.Dari saat ke saat, mewujudkan pendapatan pencerahan lengkap (abhisambodhi) dan, dengan menyesuaikan diri dengan makhluk menjadi disiplin (vaineya), menyebabkan mereka mendapatkan pembebasan (vimukti).
97.Mewujudkan proses masuk ke dalam rahim (garbhavakranti) dan kelahiran (janman).
98.[Mewujudkan] penolakan dunia dan penerimaan Buddha [atau pencerahan lengkap] (abhisambodhana).
99.Mengatur perputaran roda dharma (dharmacakrapravartana).
100. Memasuki Nirvana Besar, tapi tanpa mencapai penghentian sepenuhnya.
O Drdhamati, Suramgamasamadhi sangat tak terbatas (apramana) bahwa dia menampakkan semua kekuatan yang menakjubkan dari Buddha dan mahluk yang tak terhitung jumlahnya menerima manfaat darinya.
[Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani dan Dharma Yang Baik]
Drdhamati, Suramgamasamadhi ini tidak dimengerti didalam cahaya dari pernyataan tunggal (ekapada), sebuah objek tunggal (ekalambana), sebuah arti tunggal (ekartha): semua penyerapan (dhyana), pencapaian-pencapaian (samapatti), pembebasan (vimoksa), pemusatan pikiran (samadhi), pengetahuan super (abhijna), kekuatan super normal (rddhi) dan penembusan pengetahuan (pratisamvijjnana) adalah termasuk (samgrhita) didalam Suramgamasamadhi.
Sama seperti mata air, aliran arus, sungai, anak sungai, dan air bergerak dengan cepat mengalir ke lautan besar (mahasamudra), sehingga semua Bodhisattva yang menguasai dhyanas dan samapatis ditemukan didalam Suramgamasamadhi.
Sama seperti Raja Cakravartin yang maha mulia dimana-mana didampingi oleh seorang jenderal gagah pahlawan (surasenapati) dan rombongan empat tentara (caturangabala), jadi, O Drdhamati, semua samadhimukhas, samapattimukhas, pratibhanamukhas, vimoksamukhas, dharanimukhas, abhijnamukhas, vidyavimuktimukhas dan dharmamukhas adalah termasuk didalam Suramgamasamadhi, dan dimana-mana Para Bodhisattva itu menjalankan Suramgamasamadhi itu Mereka didampingi oleh semua samadhis.
Drdhamati, sama seperti Raja Cakravartin yang maha mulia, ketika sedang bepergian, diikuti oleh tujuh permatanya (saptaratna), jadi, O Drdhamati, Suramgamasamadhi selalu diikuti oleh semua penolong dharma dari pencerahan bodhi (bodhipaksikadharma). Itulah sebabnya samadhi ini bernama 'Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani' (Suramgama).'
[Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani dan Penyempurnaan]
1.Danaparamita
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi tidak memiliki kebutuhan untuk mencari kekayaan (bhoga) untuk di dermakan. Semua bahan berharga (ratnadravya) yang ditemukan didalam mahasahasralokadhatu, lautan besar (mahasamudra), istana-istana para dewa (devabhavana) dan dunia manusia (manusyaloka) - makanan (anna), minuman (pana), pakaian (vastra), gajah (hastin), kuda (asva), kendaraan (yana), ini Dia dengan penuh keagungan meletakkan dalam pembuangannya. Mereka datang kepada Dia dengan alasan jasa kebaikan sebelumnya (purvapunya) dan, selanjutnya, mereka secara sukarela diciptakan oleh kekuatan supernormal-Nya (rddhibala). Itulah buah khusus dari kesempurnaan pemberian (danaparamita) yang adalah ciri-ciri Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi.
2.Silaparamita
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi tidak berjanji pada dirinya sendiri pada kesusilaan, tapi tidak menghindarinya (silam na samadadati na tu silad vicalati). Agar mendisiplinkan para mahluk (sattvavinayanartham) Dia tampaknya berjanji pada dirinya sendiri pada kesusilaan (silasamadana), sesuai dengan sikapnya tubuhnya (iyryapathaparigrahana), mengakui kekurangannya, jika Dia memiliki, dan membenci kesalahannya, tapi di dalam hati (adhyatmam) dia murni (visuddha) dan selalu sempurna tanpa cacat (anapattika). [Sebaliknya], untuk mematangkan makhluk (sattvaparipacanartham), Dia dilahirkan di dalam dunia keinginan (kamadhatu), menjadi Raja Cakravartin, mengelilingi dirinya dengan selir dan tubuh pembantu. (antahpurasevakakayaparivrta), tampaknya memiliki seorang istri (bharya) dan anak (putra) dan memberikan dirinya ke lima objek dari keinginan (pancakamagunaparicarana), tapi dalam hati dia selalu didirikan di dalam konsentrasi (samadhistha), dari kesusilaan murni (visuddhasila) dan secara sempurna menyadari akan cacat dari tiga bagian kehidupan (bhavatrayadosadarsin). Seperti itulah, O Drdhamati, buah khusus dari kesempurnaan sila (silaparamita) yang adalah ciri-ciri Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi.'
3.Ksantiparamita
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi memupuk kesabaran (ksantim bhavayati) hingga akhir dan sepenuhnya lengkap. 'Makhluk tidak dilahirkan', dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. 'Dharma tidak muncul', dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. 'Pikiran (citta) adalah tanpa bentuk atau warna (samsthanavarna)', dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. 'Terdapat tiada yang lain (para) maupun diri (atman)', dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. 'Samsara tidak pantas perhatian (manyana), dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. Sifat alami dari mahluk (svabhavata) tidak merelakan kehancuran (abhedya), dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. Ketika Sang Bodhisattva yang demikian sedang memupuk kesabaran, tidak ada yang dia pupuk dan tidak ada yang dia tidak pupuk.
Agar mematangkan mahluk (sattvaparipacanartham), Dia terlahir didalam dunia keinginan (kamadhatu); Dia memperlihatkan Dirinya sendiri menjadi marah (sakrosa), tapi didalam hati Dia tenang (abhiprasanna); Dia memperlihatkan Dirinya sendiri menjadi tidak dapat didekati (durasada), tapi Dia tidak jauh (dure) maupun dekat (antike). Agar mensucikan para mahluk, Dia mengacaukan sikap yang diterima (iryapathan viksipati), tapi Dia tidak pernah mengacaukan elemen mendasar (dharmadhatu). Dia berbicara tentang hal yang harus dijalani, tetapi tidak ada dharma yang kekal (nitya), yang tetap (dhruva), yang abadi (aviparinama) untuk dijalani. Diberkahi dengan kesabaran seperti itu, adalah untuk menghancurkan kebencian (dvesa) dan permusuhan (vyapada) dari mahluk yang Seorang Bodhisattva selalu menyanyikan pujian (varnana) dari jasa kebaikan dari kesabaran (ksantipunya); Namun, baginya tak ada permusuhan (vyapada) atau kesabaran (ksanti). Seperti itulah, O Drdhamati, buah khusus dari kesempurnaan kesabaran (ksantiparamita) yang adalah ciri-ciri Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi.'
4.Viryaparamita
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi mengaktifkan kekuatan semangat besar dalam mencari dharma yang baik (kusaladharmaparyesanartham mahaviryam arabhate), tetapi tidak mengembangkan aktivitas tubuh, ucapan atau pikiran (kayavanmanahsamudacara). Itu adalah untuk diam yang Dia tampaknya mengaktifkan kekuatan semangat, 'sehingga', Dia berkata, 'makhluk dapat meniru latihan (siksa) saya, tapi tidak ada aktivitas (arambha), tidak ada genggaman pemahaman (adana) [dapat diberikan] pada dharma. Dan mengapa ini? Bodhisattva mengetahui bahwa semua Dharma beristirahat kekal pada elemen mendasar (dharmadhatu) tanpa datang (agamana) atau pergi (nirgama). Jadi, bahkan sambil tetap terpisah dari semua aktivitas tubuh, ucapan dan pikiran, Dia tampaknya mengaktifkan kekuatan-Nya (viryam arabdhum), tapi Dia tidak melihat dharma untuk memperoleh. Meskipun Dia tampaknya mengaktifkan kekuatan semangat-Nya di dunia ini, Dia dalam hati (adhyatmam) dan diluar (bahirda) bebas dari mengerahkan setiap aktifitas (arambha).
Dia tak henti-hentinya melintasi buddhaksetras tak terhitung banyaknya, tetapi dihadapkan dengan bentuk tubuh, Dia tetap sama dan tak tergoyahkan (acala).
Dia tampaknya membawa kedalam permainan semua Dharma yang baik (kusaladharma), tetapi tidak membedakan antara dharma baik atau buruk.
Sepertinya Dia mencari kebenaran (dharmaparyesana) dan memulai diskusi tetapi, sehubungan dengan pencapaian Buddha (abhisambodhi), Dia sama sekali tidak tergantung pada petunjuk dari orang lain (aparapratyaya).
Dia tampaknya mencari seorang guru (acarya) dan pembimbing (upadhyaya), tapi Dia adalah penguasa para dewa dan umat manusia (sasta devamanusyanam).
Dia tampaknya bertanya dengan susah-payah, tapi Dia menguasai di dalam Diri-Nya kelancaran berbicara yang tak terhalangi (apratihatapratibhana).
Dia tampaknya menunjukkan rasa hormat (satkara), tetapi Dia sendiri dihormati oleh para dewa dan umat manusia.
Dia tampaknya turun kedalam rahim (garbham avakrantum), tapi Dia idak tercemar (klista) oleh noda (mala) apapun.
Dia tampaknya datang ke dunia (prasuta), tetapi Dia tidak melihat dharma apapun yang timbul atau binasa.
Dia muncul dalam bentuk anak kecil (daraka), tetapi semua organ tubuhnya sepenuhnya dikembangkan (paripurnendriya).
Dia tampaknya memperlajari pekerjaan (silpasthana), obat (cikitsavidya), mantra (mantravidya), menulis (lipi), penomoran (samkhya), perhitungan (ganana) dan seni kerajinan tangan (karmasthana), tetapi Dia tahu semua ini dengan sempurna sebelumnya.
Dia muncul sakit (glana), tetapi Dia bebas dari semua penyakit hawa nafsu (vigataklesavyadhi).
Dia muncul tua (jirna), tetapi semua organ-organ tubuhnya masih utuh (anupahatendriya) di muka
Dia muncul untuk mati, tapi Dia berada di luar kelahiran (jati), kematian (marana) dan peredaran (cyuti).
Seperti itulah, O Drdhamati, buah khusus dari kesempurnaan kekuatan semangat (viryaparamita) yang adalah ciri-ciri Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi.'
5.Dhyanaparamita
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi, meskipun Dia tahu bahwa semua dharma abadi terkonsentrasi (sadasamahita), mengajarkan berbagai jenis penyerapan (dhyanavisesa). Dia menunjukkan dirinya diserap dalam rangka untuk memenangkan gangguan (viksiptacitta), tapi Dia tidak melihat dharma yang bisa 'terganggu', semua dharma yang, seperti elemen mendasar (dharmadhatu), [kekal terkonsentrasi]. Untuk menaklukkan pikiran (cittadamanartham), Dia tidak pernah menyimpang dari penyerapan (dhyana na vicalati). Dia mempelajari [empat] sikap tubuh, yakni: Dia berjalan, berdiri, duduk atau berbaring (caturvidham iryapatham kalpayati tadyatha cankramyate tisthati nisidati sayyam kalpayati), tetapi Dia selalu tenang (santa) dan terkonsentrasi terpusatkan pikiran (samahita).
Dia memegang percakapan dengan makhluk, tetapi Dia tidak meninggalkan kondisi pikiran terpusat konsentrasi (samadhidharmatam na parityajati).
Melalui kemauan baik (maitri) dan belas kasih (karuna) untuk para mahluk, Dia memasuki desa (grama), kota (nagara), kabupaten (nigama), ibu kota (rajadhani) dan kerajaan (rastra), namun ia selalu tetap terkonsentrasi.
Ketika, demi kesejahteraan dan kebahagiaan makhluk (sattvanam hitaya sukhaya), Dia tampaknya mengambil makanan, Dia selalu terkonsentrasi.
Tubuh-Nya (kaya) keras (drdha), seperti berlian (vajrasama), nyata, mutlak sempurna (amogha) dan tidak bisa dihancurkan (abhedya). Tidak mengandung baik kegemukan (pakvasaya), atau perut memuakkan (amasaya), atau kotoran (vis), atau air seni (mutra), atau bau busuk (durgandha) atau ketidak sucian (asuci).
Dia tampaknya mengambil makanan, tapi tidak ada yang menembus ke dalam Dirinya, atau hanya melalui kasih sayang (karuna), demi kesejahteraan dan kebahagiaan para mahluk (sattvanam hitaya sukhaya). Dalam segala keadaan Dia tidak bersalah (sarvatranavadya). Jika Dia tampaknya melaksanakan praktek duniawi (prthagjanacarya), Dia benar-benar bebas dari praktek dan Dia melampaui semua praktek (sarvacaryah samatikramati).
Drdhamati, mengenai hal ini Bodhisattva di dalam Suramgamasamadhi, ketika Dia muncul di dalam hutan (aranya), adalah persis seperti jika Dia berada di sebuah desa (grama), ketika Dia muncul di antara kaum awam (grhastha), adalah persis seperti jika Dia berada di antara kaum agama (pravajita). Jika Dia muncul dalam pakaian putih (avadatavasana), Dia tidak memiliki pemborosan (pramada) dari orang awam, dan jika Dia muncul sebagai seorang pertapa (sramana), Dia tidak memiliki kesombongan (manyana) seorang biarawan.
Dia mengambil kehidupan keagamaan dalam urutan sesat (pasandikesu pravrajati) untuk menang atas makhluk, tetapi Dia tidak benar-benar mengambilnya (pravrajya), Dia tidak dikotori (klista) oleh semua pandangan salah (mithyadrsti) yang berlaku di sana dan tidak memberikan kepercayaan (prasada) kepada mereka. Dia tampaknya menganut sikap tubuh (iryapatha) kaum bidah (pasandika), tetapi tidak melakukan sendiri sesuai dengan mereka.
Drdhamati, hanya sebagai panduan (parinayaka), menempatkan Dirinya di pemimpin sekelompok orang, membantu mereka untuk membuat jalan sepanjang jalur yang curam, kemudian kembali untuk membantu orang lain melewatinya, jadi, O Drdhamati, Bodhisattva di dalam Suramgamasamadhi, dengan mempertimbangkan cita-cita umat - sravakayanikas, pratyekabuddhayanikas atau buddhayanikas - menunjukkan jalan yang tepat (yathapratyarham margam desayati) untuk mereka dan, setelah membantu mereka membuat jalan mereka, kembali untuk membantu orang lain bersama.Itulah sebabnya Orang yang patut dihormati (satpurusa) ini layak disebut panduan (parinayaka).
Sama seperti sebuah kapal (nau) yang baik, meninggalkan pantai ini (apara), menyampaikan tak terhitung makhluk (apramanasattvams tarayati) ke pantai lainnya (para) dan, setelah mencapai pantai seberang, kembali (pratinivartate) menyampaikan makhluk lain, demikian juga, O Drdhamati, Bodhisattva di dalam Suramgamasamadhi: Dia melihat makhluk terbawa banjir empat kali lipat (caturogha) dari samsara; Dia ingin menyelamatkan mereka (uttarana) dan memampukan mereka untuk menemukan jalan keluar (nihsarana). Dia memperhitungkan tingkat kematangan (pakvata) dari akar kebaikan (kusalamula) yang ditanam para mahluk itu: Jika Dia melihat mahluk ditakdirkan untuk diselamatkan dengan [kendaraan dari] Pratyekabuddhas, Dia memperlihatkan Dirinya sendiri kepada mereka dan mewujudkan Mahaparinirvana: Jika Dia melihat mahluk ditakdirkan utnuk diselamatkan dengan [kendaraan dari] Sravakas, Dia membabarkan secara terperinci kedamaian (santi) kepada mereka dan, dihadapan mereka, masuk ke Nirvana. Lalu, melalui kekuatan Suramgamasamadhi-Nya, Dia kembali ke kelahiran baru (punarjanman) agar untuk menyelamatkan mahluk lainnya. Itulah sebabnya Orang yang patut dihormati (satpurusa) ini layak disebut kapten kapal (navikapati).
O Drdhamati, hanya sebagai khayalan (mayakara), di hadapan sebuah pertemuan besar yang banyak orang (mahato janakayasya puratah), memperlihatkan Dirinya sendiri didalam bentuk mayat (mrtasarira), bengkak (vyadhmataka), busuk (vipuyaka), dibakar dengan api (vidagdhaka), dan dimakan oleh hewan (vikhaditaka), lalu, ketika Dia telah menerima dari keramaian orang, bangkit lagi karena Dia sepenuhnya memahami ilusi muslihat, jadi Bodhisattva didalam
Suramgamasamadhi, agar untuk mematangkan para mahluk (sattvaparipacanartham), muncul (dilahirkan), tua, [sakit] dan mati, tapi Dia tidak tunduk pada kelahiran (jati), usia tua (jara), sakit (vyadhi) atau mati (marana).
Seperti itulah, O Drdhamati, buah khusus dari kesempurnaan penyerapan (dhyanaparamita) yang adalah ciri-ciri Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi
6.Prajnaparamita
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi memupuk kebijaksanaan (prajnam bhavayati) dan pancaindera-Nya sangat tajam (tiksnendriya). Dia tidak pernah melihat sifat alami diri dari mahluk (sattvasvabhava) tapi, agar untuk mematangkan mereka, Dia berbicara tentang mahluk. Dia tidak melihat baik mahluk hidup (jiva) atau perorangan (pudgala), tapi Dia berbicara tentang mahluk hidup dan perorangan. Dia tidak melihat sifat alami diri dari perbuatan (karmasvabhava) atau sifat alami diri dari pembuahan (vipakasvabhava), tapi Dia mengajar perbuatan dan pembuahan kepada para mahluk. Dia tidak melihat sifat alami diri dari nafsu (klesasvabhava) dari samsara, tapi Dia mengajar pemahaman yang jelas dari nafsu dari samsara (samsaraklesaparijna). Dia tidak melihat Nirvana, tapi Dia berbicara tentang mencapai Nirvana. Dia tidak melihat bahwa Dharma mengakui tanda khusus (visistalaksana), tapi Dia berbicara tentang dharma kebaikan (kusala) dan keburukan (akusala).
Setelah selesai mencapai tepi pantai (para) yang lain tentang pengetahuan yang tak terhambat (apratihatajnana), Dia tampaknya dilahirkan kedalam dunia keinginan (kamadhatu), tapi Dia tidak melekat (na sajjate) kepada dunia keinginan. Dia tampaknya mempraktekkan penyerapan (dhyana) tentang dunia yang berbentuk (rupadhatu), tapi Dia tidak melekat pada dunia yang berbentuk itu. Dia tampaknya memasuki pencapaian (samapatti) tentang dunia tak berbentuk (arupyadhatu), tapi Dia terlahir didalam dunia yang berbentuk. Dia tampaknya mempraktekkan penyerapan tentang dunia yang berbentuk, tapi Dia terlahir didunia keinginan. Dia muncul didalam dunia keinginan, tapi tidak melatih latihan tentang dunia keinginan. Dia mengetahui semua penyerapan (dhyana) dan anggota badan penyerapan (dhyanananga); Dia dapat secara sukarela memasuki penyerapan (dhyanapravesa) dan menarik diri dari penyerapan (dhyanavyutthana). Agar untuk mematangkan para mahluk (sattvaparipacanartham), Dia terlahir dimanapun yang Dia inginkan dan, didalam semua tempat kelahiran (sarvesu jatisthanesu), Dia menganggap keberadaan perorangan (atmabhavam parigrhnati).
Menjadi memiliki kebijaksanaan mendalam dan menakjubkan (gambhiraprajnasamanvagata), Dia menyingkirkan semua latihan dari mahluk (samucchinnasarvasattvacarya); Agar untuk mematangkan para mahluk, Dia tampaknya melatih latihan itu, tapi dalam kebenaran Dia tidak memiliki dharma untuk dipraktekkan, dan Dia melampaui semua latihan (sarvacarya samatikranta).
Dia telah lama menghilangkan 'genggaman' [yaitu, keyakinan] tentang Aku dan Milik-Ku (atmatmiyagraha), tapi dia 'menggenggam' (grhnati) hal yang kita butuhkan.
Untuk Bodhisattva yang diberkati dengan pengetahuan (jnana) dan kebijaksanaan (prajna) ini, semua perbuatan (karman) yang Dia kerjakan adalah tetap dengan pengetahuan dan kebijaksanaan (jnanaprajnanuparivartin) dan Dia tidak tercemar oleh buah dari perbuatan (karmaphala).
Untuk mematangkan makhluk, ia mengaku menjadi bisu (muka), tetapi sebenarnya ia memiliki suara Brahma yang indah (brahmasvararutaravita).
Dia telah mencapai tepi pantai (para) yang lain tentang berbicara (nirukti) dan menulis; Dia tidak mencerminkan sebelumnya tentang apa yang harus Dia katakan, dalam semua perkumpulan di mana Dia pergi, Kata-Kata-Nya baik diucapkan (subhasita); Itu menimbulkan sukacita (mudita), dan pikiran yang diperkuat. Hal ini persis seperti yang seharusnya (yathapratyarham) bahwa Dia membabarkan Dharma, dan pengetahuan dan kebijaksanaan Bodhisattva tidak mengalami penyusutan sedikitpun (apacaya).
O Drdhamati, marilah Kita membayangkan, sebagai contoh, beberapa lelaki (nara) dan perempuan (nari), besar atau kecil, siapa, dengan semua jenis wadah(bhajana), pergi ke sumber air: aliran arus (udbhida), danau (tadaga), waduk (vilva), sungai (nadi) atau lautan besar (mahasamudra). Setiap orang, telah mengisi waduk, besar atau kecil, yang adalah pembuangan Dia, kembali kerumah. Baiklah sekarang! Air itu tidak mengalami sedikitpun penurunan (apacaya). Dalam cara yang sama, O Drdhamati, Bodhisattva di dalam Suramgamasamadhi pergi ke semua jenis perkumpulan: perkumpulan ksatriya, perkumpulan brahmana, perkumpulan grhapati, perkumpulan sakra atau perkumpulan brahma. Setelah sampai di perkumpulan itu, Dia tidak mengeluarkan usaha mental apapun (cittabhoga); dengan tepatnya seperti yang seharusnya (yathapratyarham) bahwa Dia membabarkan secara terperinci Sang Dharma. Bagaimanapun, pengetahuan-Nya (jnana) dan kepandaian berbicara (pratibhana) tidak mengalami penyusutan sedikit pun.
Seperti itulah, O Drdhamati, buah khusus dari kesempurnaan kebijaksanaan (prajnaparamita) yang adalah ciri-ciri Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi
[Perbuatan Pembebasan dari Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Sang Buddha berkata kepada Bodhisattva Drdhamati : 'Para mahluk yang melihat Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi semuanya dibebaskan (parimucyante); Mereka yang mendengar namanya (naman), yang melihat sikap tubuhnya (iryapatha), yang mendengar pengajarannya (dharmadesana) atau melihat ketenangan diamnya, semuanya dibebaskan.'
O Drdhamati, itu adalah seperti Raja Agung pohon Obat-Obatan (Mahabhaisajyaraja) yang dipanggil Darsaniya, 'Menyenangkan untuk dilihat': Orang-orang yang melihat itu menemukan obat dari penyakit mereka (vyadhi). Begitu juga dengan Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi: Para mahluk yang melihat Dia menemukan obat untuk dambaan idaman (raga), kebencian (dvesa) dan agan-angan khayalan (moha).
itu adalah seperti Raja Agung Obat-Obatan (Mahabhaisajyaraja) yang dipanggil Vipravasa, 'Penyebaran': Di saat pertempuran (samgrama), Genderang-genderang (dundubhi) dilapisi dengan itu; segera setelah yang terluka, terkena panah (salya) atau terkena tombak (sula), mendengar suara (svara) dari genderang-genderang itu, panah keluar [dari luka mereka] dan racun (visa) dilenyapkan. Begitu juga, O Drdhamati, dengan Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi: Bagi mereka yang mendengar namanya (nama dari Bodhisattva yang berada didalam Suramgama Samadhi), panah dari dambaan idaman (raga), kebencian (dvesa) dan agan-angan khayalan (moha) ditarik keluar dengan sendirinya (svatah), racun dari semua pandangan salah (sarvadrstigatavisa) dilenyapkan dan tidak ada nafsu (klesa) lebih muncul.
O Drdhamati, itu adalah seperti Pohon Obat-Obatan (bhaisajyavrksa) yang dipanggil Sampanna , 'Lengkap Sempurna': Mereka yang menggunakan akarnya (mula) menemukan obat untuk penyakit (vyadhi) mereka; Batangnya (ganda), ikatan mata kayunya (samdhi), intisari (sara), kulit (tvac), cabang (sakha), daun (pattra), bunga (puspa) dan buah (phala) dapat juga menyembuhkan penyakit; apakah itu berdiri (samucchrita), dikeringkan (suska) atau dipotong-potong (khandasas chinna), itu dapat menyembuhkan semua penyakit mahluk. Begitu juga dengan Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi: Tidak ada satu waktupun ketika Dia tidak memberikan manfaat kepada makhluk, Ia selalu menghalau siksaan mereka (upadrava); Dia membabarkan Dharma kepada mereka dan mempraktikkan empat cara untuk menang sampai selesai (samgrahavastu) dan penyempurnaan (paramita) sehingga mereka dapat memperoleh pembebasan. Apakah orang menghormati dia atau tidak, apakah mereka menguntungkan dirinya atau tidak, Bodhisattva menggunakan segala cara untuk membawa mereka ke keadaan aman (ksema). Bahkan mereka yang, sampai hari kematian mereka, memakan daging (mamsada): binatang (tiryagyoni), makhluk berkaki dua (dvipad), hewan berkaki empat (catuspada), burung (paksin), binatang liar (mrga), manusia atau mahluk bukan manusia (manusyamanusya), semua mahluk ini, melalui moralitas kesusilaan (sila) dan cita-cita sebelumnya (purvapranidhana) dari Bodhisattva itu, akan dilahirkan kembali setelah kematian mereka diantara para dewa (param maranad devesupatsyante); mereka akan selalu terbebas dari penyakit dan akan lolos siksaan (upadrava). Drdhamati, Sang Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi adalah sama persis seperti Pohon Obat-obatan (bhaisajyavrksa).
[Latihan yang seketika itu juga dan serentak bersama dari Penyempurnaan]
Sang Buddha berkata kepada Sang Drdhamati: Sang Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi, dalam semua kelahiran-Nya (sarvesu janmesu), memahami meliputi untuk dirinya sendiri enam kesempurnaan (paramita) tanpa mempelajarinya dari siapa pun. Apakah dia mengangkat kakinya (caranotksepane) atau menurunkan kakinya (carananiksepane), apakah dia menghirup (asvase) atau menghembuskan napas (pravase), pada setiap seketika itu juga (ksane ksane) Dia selalu menguasai enam paramita, Dan Mengapa? O Drdhamati, tubuh (kaya) dari Bodhisattva itu terdiri dari sifat alami dari dharma (dharmasvabhava) dan daerah kekuasaannya (vihara) terdiri dari dharma.
Drdhamati, mari Kita anggap bahwa raja (rajan) atau mentri-mentrinya (amatya) menggiling menjadi bubuk dengan alat penumbuk ratusan ribu jenis-jenis berbeda dari wewangian (gandha) dan memperkecilnya hingga menjadi bubuk halus (curna), dan mari Kita anggap bahwa seorang laki-laki datang mencari satu jenis parfum wangi dengan mengesampingkan semua jenis lain yang dicampur dengan itu. Lalu, O Drdhamati, dari bubuk halus yang berisi ratusan ribu
jenis parfum wangi, apakah mungkin untuk mengambil sari jenis tunggal yang belum dicampur dengan yang lain?
[Drdhamati menjawab]: Tentu saja tidak, O Bhagavat.
[Sang Buddha melanjutkan]: sama-sama, O Drdhamati, Bodhisattva itu setelah menparfum-wangikan tubuhnya (kaya) dan pikiran (citta) dengan semua paramita itu, itu adalah pada setiap seketika itu juga (ksane ksane) bahwa dia membangkitkan enam paramita itu.
Bagaimana kemudian, O Drdhamati, Sang Bodhisattva membangkitkan enam paramita pada setiap seketika itu juga?
1. Sang Bodhisattva telah meninggalkan segala sesuatu semuanya (parityaktasarvasva), dan pikirannya tanpa keserakahan (lobha) dan keterikatan (abhinivesa) : seperti itulah danaparamitanya.
2. Pikirannya berkebajikan (kusala), tetap tenang (prasanta) dan benar-benar sempurna: seperti itulah silaparamitanya.
3. Pikirannya pada dasarnya tidak bisa dihancurkan (aksaya) dan tidak terluka oleh benda apapun (sarvavisayair aksata): seperti itulah ksantiparamitanya.
4. Dengan penuh perhatian Dia menganggap dan menganalisa pikiran (cittam vibhavayatipravicinoti) dan mengenali tanda ketajaman kecerdasannya (cittasya vivekalaksanam vijanati): seperti itulah viryaparamitanya.
5. Dia benar-benar tetap tenang (atyantopasanta) dan mengendalikan pikirannya (cittam damayati): seperti itulah dhyanaparamitanya.
6. Dia memeriksa pikiran, mengetahui pikiran dan menembus alam pikiran: seperti itulah prajnaparamitanya.
Drdhamati, itu adalah demikian bahwa Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi memiliki enam paramita pada setiap seketika itu juga.
Lalu Sang Bodhisattva Drdhamati berkata kepada Sang Buddha : Itu menakjubkan (adbhuta), O Bhagavata. Wilayah kekuasaan (vihara) yang diperoleh Sang Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi adalah tak terbayangkan (acintya). O Bhagavata, Para Bodhisattva yang ingin tinggal menghuni didalam wilayah kekuasaan Para Buddha (buddhaviharena viharitukama) harus melatih diri Mereka sendiri didalam Suramgamasamadhi. Dan Mengapa? Karena itu, O Bhagavata, bahkan jika Mereka melakukan perjalanan melalui wilayah kekuasaan (vihara) dari semua kebodohan duniawi (balaprthagjana), Para Bodhisattva adalah bebas dari nafsu keinginan dambaan idaman (raga), dendam kebencian (dvesa) dan kebodohan angan-angan khayalan (moha).
Sekarang ada didalam pertemuan itu seorang Brahmadeva Agung yang bernama Maitrisampanna ('Diberkahi dengan niat baik'). Dia berkata kepada Sang Buddha : Bhagavata, jika seorang Bodhisattva ingin melakukan perjalanan melalui wilayah kekuasaan dari semua kebodohan duniawi, Dia harus melatih diri-Nya sendiri didalam Suramgamasamadhi. Dan mengapa? Karena, bahkan saat bepergian melalui wilayah kekuasaan dari semua kebodohan duniawi, pikirannya bebas dari nafsu keinginan dambaan idaman (raga), dendam kebencian (dvesa) dan kebodohan angan-angan khayalan (moha).
Sang Buddha berkata : Sangat Baik, sangat baik. O Maitrisampanna, itu sama persis seperti yang Kamu katakan (evam etad yatha vadasi). Seorang Bodhisattva yang ingin melakukan perjalanan melalui wilayah kekuasaan dari semua kebodohan duniawi harus melatih diri-Nya sendiri didalam Suramgamasamadhi, tapi tanpa memikirkan latihan apapun (sarvasiksanam amanyanaya).
Tahapan Latihan dalam Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani
Sang Bodhisattva Drdhamati berkata kepada Sang Buddha :Bhagavat, Jika Seorang Bodhisattva ingin untuk melatih Diri-Nya sendiri didalam Suramgamasamadhi, bagaimana seharusnya Dia melatih Diri-Nya sendiri?
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : Hal ini seperti melatih diri dalam memanah (avedha). Pertama-tama, anda bidik gundukan besar bumi. Bila Anda telah menghantam gundukan yang besar di bumi, Anda belajar untuk membidik di sebuah gundukan kecil tanah. Bila Anda telah menghantam gundukan kecil tanah, Anda belajar sedikit demi sedikit untuk membidik target (laksya). Ketika Anda telah belajar untuk mengenai target, maka Anda kemudian belajar untuk membidik tongkat (danda). Ketika Anda telah belajar untuk mengenai tongkat, Anda belajar untuk membidik seratusan rambut (roman). Bila Anda telah mengenai ratusan rambut itu, Anda belajar untuk membidik sepuluh rambut. Ketika Anda telah mengenai sepuluh rambut itu, Anda belajar untuk membidik di sehelai rambut. Bila Anda telah mengenai rambut tunggal itu, Anda belajar untuk membidik di pecahan seperseratus rambut : sekali mampu mengenai itu, Anda terkenal sebagai seorang pemanah yang baik (niryata isvastracarya); kemana pun Anda ingin membidik, Anda tidak menyerang kekosongan; jika Anda ingin, Anda dapat dengan mudah (anabhogena) mencapai makhluk apapun, manusia (Manusya) atau mahluk bukan manusia (amanusya), suara yang
terdengar di malam hari (ratri) atau kegelapan (andhakara).
Sama-sama, O Drdhamati, Seorang Bodhisattva yang ingin melatih Diri-Nya sendiri didalam Suramgamasamadhi harus pertama-tama melatih Diri-Nya sendiri didalam niat maksud tujuan-tujuan yang baik (asaya).[Setelah mempelajari niat baik, Dia harus belajar usaha (prayoga)]. [Setelah mempelajari usaha, Dia harus belajar tekad tinggi (adhyasaya)]. [Setelah mempelajari tekad tinggi, Dia harus belajar kemauan baik yang besar (mahamaitri)]. [Setelah mempelajari kemauan baik yang besar, Dia harus belajar kasih sayang yang besar (mahakaruna)]. [Setelah mempelajari kasih sayang yang besar, Dia harus belajar empat tempat tinggal brahma yang mulia (arya brahmavihara), yaitu, kemauan baik (maitri), kasih sayang (karuna), kegembiraan (mudita) dan ketenangan.]. Setelah mempelajari empat tempat tinggal brahma yang mulia, Dia harus belajar lima pengetahuan super (pancabhijna) yang terjadi oleh hasil (vipakaya) dan selalu sesuai dengan mereka.
Setelah mempelajari pengetahuan super, Dia kemudian dapat menyelesaikan enam kesempurnaan (satparamitah paripurayati).
Setelah menyelesaikan enam kesempurnaan, Dia memahami dan menembus [kemahiran] didalam berbagai cara (upayakausalya).
Setelah menembus cara-cara mahir, Dia menetapkan Diri-Nya di kepastian kedua yang disebut 'persiapan' (dvitiyanulomiki ksanti).
Menjadi ditetapkan dalam kepastian kedua yang disebut 'persiapan'. Dia memperoleh (pratilabhate) kepastian dari dharma yang tidak timbul (anutpattikadharmaksanti).
Ketika Dia telah memperoleh anutpattikadharmaksanti, Sang Buddha meramalkan kepada Dia (vyakurvanti) [bahwa Dia akan mencapai Penerangan Sempurna Tertinggi Tiada Tanding (anuttaram samyaksambodhim abhisambhotsyate)].
Setelah Sang Buddha telah memberikan kepada Dia ramalan itu (vyakarana), Dia menembus ke tahap Bodhisattva kedelapan (bodhisattvanam astamakam bhumim pravisati). Ketika Dia telah memasuki tahap Bodhisattva kedelapan, Dia memperoleh pemusatan pikiran yang terdiri dari selalu ditempatkan menghadap para Buddha masa kini (pratyutpannabuddhasammukhavasthitasamadhi). Setelah memperoleh pemusatan pikiran yang terdiri dari selalu ditempatkan menghadap para Buddha masa kini, Dia tidak pernah kehilangan penglihatan dari Para Buddha (satatasamitam tathagatadarsanavirahito bhavati).
Tidak pernah kehilangan penglihatan dari Para Buddha, Dia memenuhi sebab-sebab dan kondisi-kondisi (hetupratyaya) yang diperlukan untuk mencapai sifat-sifat Buddha (buddhadharma).
Dengan memenuhi sebab-sebab dan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mencapai sifat-sifat Buddha, Dia mencapai {abhirnirharati) lapangan Buddha dari pencapaian yang sangat indah megah (buddhaksetravyuhasampad).
Setelah mencapai lapangan Buddha dari pencapaian yang sangat indah megah, Dia mencapai pencapaian yang disebut kelahiran, keluarga dan suku (janma-kula-gotrasampadah paripurayati).
Setelah mencapai pencapaian yang disebut kelahiran, keluarga dan suku, Dia mencapai pencapaian dari keturunan ke dalam rahim dan dari meninggalkan dunia (garbhavakranty-abhiniskramanasampadah paripurayati).
Setelah mencapai pencapaian dari keturunan ke dalam rahim dan penolakan dari dunia, Dia mencapai tingkat kesepuluh (dasamam bhumim paripurayati).
Setelah mencapai tingkat kesepuluh, Dia menerima penyucian (abhiseka) dari para Buddha.
Setelah menerima penyucian dari para Buddha, Dia memperoleh semua pemusatan pikiran Bodhisattva (sarvabodhisattvasamadhi).
Setelah memperoleh semua pemusatan pikiran Bodhisattva, Dia yang terakhir dari semuanya (pascat) memperoleh Suramgamasamadhi.
Setelah didapat Suramgamasamadhi, Dia dapat melakukan perbuatan Buddha (buddhakarya) untuk semua makhluk, tetapi Dia tidak meninggalkan praktek (carya) dari seorang Bodhisattva.
Drdhamati, jika seorang Bodhisattva belajar semua dharma itu, Dia memperoleh Suramgamasamadhi. Seorang Bodhisattva yang telah memperoleh Suramgamasamadhi tidak memiliki dharma lebih lanjut untuk dipelajari. Mengapa? Karena Dia telah belajar semua dharma secara menyeluruh. Sama seperti murid pemanah yang bisa membidik pecahan dari rambut yang tidak ada lanjutan lagi untuk dipelajari - dan mengapa? Karena Dia telah belajar bagaimana untuk, maka, O Drdhamati, seorang Bodhisattva yang berada di dalam Suramgamasamadhi tidak memiliki dharma lebih lanjut untuk dipelajari, karena Dia telah memperoleh semua pemusatan pikiran (samadhi) dan semua manfaat jasa pahala kebaikan (Punya).
Kemudian Drdhamati Bodhisattva berkata kepada Sang Buddha: Bhagavata, Saya ingin menceritakan sebuah perbandingan (upama); Semoga Bhagavata mengizinkan Saya untuk melakukannya. Sang Buddha setuju.
Bhagavata, sama seperti devaraja Mahabrahma, Raja dari trisahasramahasahasralokadhatu, memeriksa (vilokayati) untuk dirinya sendiri trisahasramahasahasralokadhatu itu tanpa membuat usaha apapun, demikian juga Bodhisattva ddialam Suramgamasamadhi memeriksa untuk dirinya sendiri semua Dharma itu tanpa membuat usaha apapun, dan Dia juga mengetahui fungsi dari pikiran dan pemikiran dari semua mahluk.
Sang Buddha berkata kepada Drdhamati: Adalah seperti yang Anda katakan (evam etad yatha vadasi): Bodhisattva di Suramgamasamadhi tahu semua dharma bodhisattva dan semua dharma Buddha.
Rahasia dan Misteri Merusikharadhara
Sekarang, di dalam majelis itu, ada Sakra Devendra bernama 'Merusikharadhara' ('Memegang puncak Gunung Meru'), yang tinggal diluar batas-batas (prantadvipa) dari trisahasramahasahasralokadhatu tersebut. Dia berkata kepada Sang Buddha : Sama seperti yang didirikan di puncak Sumeru melihat (vilokayati) semua benua (Dvipa), demikian juga Bodhisattva yang didirikan didalam Suramgamasamadhi secara spontan (svatas) melihat praktek latihan (carya) dari para Sravaka dan Pratyekabuddha serta praktek semua makhluk.
Kemudian Bodhisattva Drdhamati bertanya kepada Sakra Merusikharadhara : Dari alam semesta dari empat benua (caturdvipaka) mana yang Anda datang? Dari yang Sumeru Anda menduduki puncak (sikhara)?
Sakra menjawab : Kulaputra, Seorang Bodhisattva yang menguasai Suramgamasamadhi seharusnya tidak bertanya tempat (sthana) dimana Dia tinggal menetap. Mengapa? Karena seperti seorang Bodhisattva berdiam di semua buddhaksetra, tetapi tidak terikat melekat pada tempat tinggal (sthanam nabhinivisati), tidak memperlihatkan tempat tinggal (sthanam nopalabhate) dan tidak melihat tempat tinggal (sthanam na pasyati).
Drdhamati bertanya: Teman (Sakhi), apakah Anda telah memperoleh Suramgamasamadhi?
Sakra menjawab: Samadhi yang seperti itu, bisakah itu diperoleh atau tidak?
Drdhamati menjawab: Tidak!
Sakra melanjutkan: Kulaputra, harus dipahami bahwa Bodhisattva yang melakukan latihan samadhi ini belum memperoleh Dharma apapun.
Drdhamati mengatakan lebih jauh: Seorang pria yang pandai berbicara mengesankan (pratibhanavat) seperti Anda sendiri tentu harusnya telah memperoleh Suramgamasamadhi.
Sakra itu berkata: Kulaputra, Saya tidak melihat Dharma apapun pada yang mana yang dapat diperoleh, dan di antara semua Dharma itu pada yang mana yang tidak bisa di peroleh harus diperingkatkan menjadi Suramgamasamadhi. O Kulaputra, untuk memperoleh samadhi ini adalah tidak untuk mempunyai apapun. Jika Anda tidak mempunyai apa pun, Anda tidak mengambil apapun. Jika Anda tidak mengambil apa pun, Anda tidak membicarakannya.
Kemudian Sang Buddha berkata kepada Sang Bodhisattva Drdhamati: Apakah Anda melihat Sakra Merusikharadhara ini?
Saya melihat Dia, O Bhagavata.
O Drdhamati, Sakra ini, secara spontan (svatas) dan berkehendak (yathakamam), memperoleh Suramgamasamadhi dan, tinggal menetap di dalam samadhi itu, menyatakan wujud Dirinya sendiri (atmanam samdarsayati) di semua istana dari para Sakra (sakrabhavana) dari trisahasramahasahasralokadhatu.
Kemudian Sakra Devendra dari alam semesta ini berkata kepada Sang Buddha : Bhagavat, jika Sakra Merusikharadhara menyatakan perwujudan dirinya didalam semua istana dari para Sakra, bagaimana itu mungkin bahwa Saya sendiri belum pernah melihat Dia didalam setiap tempat tinggal Sakra (sakrasthana)?
Kemudian Sakra Merusikharadhara berkata kepada Sakra [Devendra]: Kausika, jika Saya sekarang memperlihatkan tubuh Saya yang sebenarnya (bhutakaya), Anda akan merasa tiada sukacita (mudita) didalam istana Anda sendiri. Saya selamanya akan di istana di mana Anda tinggal, tetapi Anda, Anda tidak melihat Saya.
Kemudian Sakra Devendra berkata pada Sang Buddha: Bhagavat, Saya ingin melihat tubuh yang disempurnakan(parinispannakaya) dari satpurusa ini.
Sang Buddha berkata: Kausika, apakah Anda ingin melihatnya?
Ya, Bhagavat, saya sangat ingin melihatnya.
Sang Buddha berkata kepada Sakra Merusikharadhara : Kulaputra, maka perlihatkan tubuh yang sejati dan yang luar biasa menakjubkan Anda kepada Sakra [Devendra]:
Dengan segera, Sakra [Merusikharadhara] menampilkan tubuh Dia yang sejati dan yang luar biasa menakjubkan.
Kemudian, di majelis itu, para Sakra, Brahma, Raja Lokapala dari para dewa, Sravaka dan Bodhisattva yang belum belum memperoleh Suramgamasamadhi, menjadi tak terlihat, seperti blok tinta (masirasisadrsa). Tubuh Sakra Merusikharadhara, seperti tinggi (abhyudgata) Meru, raja dari para pegunungan, yang sedang bersinar (bhasate), kilat berseri-seri (Tapati) dan megah gemilang (virocate). Tubuh Buddha itu sendiri ganda bercahaya.
Sakra Devendra berkata pada Sang Buddha: Sungguh luar biasa (adbhuta), O Bhagavat, badan dari satpurusa ini yang tampil disini memiliki warna-warna yang murni, luar biasa dan tiada bandingnya.
Tubuh para Sakra, Brahma dan Raja-raja Lokapala dari para dewa semua pudar hilang cahayanya (dhyamikrta), seperti blok tinta (masirasi). Bhagavat, ketika saya, di dalam Sudharma devasabha di atas Gunung Sumeru, mengenakan kalung permata (maniratnaniska) yang disebut Sakrabhilagna 'liontin Sakra', tubuh-tubuh dari semua para dewa menjadi pudar hilang cahayanya (dhyanikrta) oleh kecemerlangannya. Itu adalah saya sekarang dikalahkan oleh kecemerlangan dari satpurusa ini dan kalung permata yang saya pakai tidak lagi bersinar (na bhasate).
Sang Buddha berkata kepada Sakra Devendra : Kausika, seandainya trisahasramahasahasralokadhatu diisi (paripurna) dengan permata-permata Sakrabhilagna, masih ada lagi permata yang akan memudar hilangkan cahaya mereka semua: Sarvadevaloka ('Kecemerlangan dari semua dewa'). Kausika, seandainya trisahasramahasahasralokadhatu itu diisi dengan
permata-permata Sarvadevaloka, masih ada lagi permata yang akan memudar hilangkan cahaya mereka semua: Vajraloka (Kecemerlangan Berlian). Kausika, seandainya trisahasramahasahasralokadhatu itu diisi dengan permata-permata Vajraloka, masih ada lagi permata yang akan memudar hilangkan cahaya mereka semua: Sarvalokasamgraha ('Himpunan dari Semua Kecemerlangan').
Kausika, apakah Anda melihat permata Sarvalokasamgraha yang dipakai oleh Sakra [Merusikharadhara]?
Ya, saya melihatnya, O Bhagavat, tetapi kecemerlangan dari permata itu begitu keras bahwa mata saya tidak dapat menahan itu.
Sang Buddha berkata: Kausika, ketika para Bodhisattva menguasai Suramgamasamadhi akhirnya menjadi para Sakra, Mereka semua mengenakan kalung permata seperti itu.
Kemudian Sakra Devendra berkata pada Sang Buddha: Jadi, O Bhagavat, Mereka yang tidak membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta dirampas (parihina) dari tubuh yang disempurnakan (parinispannakaya) seperti itu dan juga
dicabut dari Suramgamasamadhi.
Kemudian devaputra Gopaka berkata kepada Sakra Devendra :Para Sravaka yang telah memasuki kepastian yang mutlak (avakrantan-iyama)] bahkan jika Mereka memuji dan menghargai masa Buddha {buddhatva), tidak dapat mencapainya karena mereka telah menyiapkan sebuah halangan (avarana) untuk Samsara. Para makhluk yang telah terangsang, yang membangkitkan dan akan membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta harus menghargai masa Buddha: maka mereka dapat memperoleh tubuh fisik (rupakaya) sesempurna [seperti yang dilakukan oleh Meru-sikharadhara].
Sama seperti mereka yang terlahir buta (jatyandha), bahkan jika mereka memuji dan menghargai matahari (surya) dan bulan (candra), tidak dapat menikmati (anubhavitum) dalam cahaya mereka, sehingga mereka para Sravaka masuk ke dalam kepastian mutlak (avakrantaniyama), bahkan jika mereka memuji dan menghargai sifat atribut Buddha (Buddha Dharma), tidak dapat secara pribadi mendapatkan keuntungan apapun dari kebajikan-kebajikan Buddha (buddhaguna). Itulah mengapa mereka yang ingin mendapatkan tubuh yang luar biasa dan kebijaksanaan agung (mahaprajna) harus membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta ; maka mereka akan mendapatkan tubuh fisik yang disempurnakan.
Ketika devaputra Gopaka telah berbicara kata-kata itu, dua belas ribu devaputra membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta.
Kemudian Drdhamati Bodhisattva bertanya kepada Gopaka devaputra: Melalui akar perbuatan kebajikan apakah Anda mengubah tubuh wanita Anda (kena kusalamulena strlkayam paravartisthah)?
Gopaka: Kulaputra, mereka yang dijanjikan untuk Kendaraan Besar (mahayanasamprasthita) tidak melihat perbedaan apapun (visesa) antara laki-laki (Purusa) dan perempuan (stri). Mengapa? Karena pikiran maha tahu (sarvajnacitta) tidak ditemukan di tiga lapis dunia (traidhatuka) dan karena [pengertian] pria dan wanita yang ditimbulkan oleh pembedaan (vikalpaprabhavita). Anda bertanya kepada Saya, O Teman (Sakhi), melalui tindakan-tindakan baik apakah yang Saya mengubah tubuh perempuan Saya, baik, itu karena di masa lalu Saya melayani Bodhisattva [Sakyamuni] dengan pikiran yang bebas dari kemunafikan (aham purvakale bodhisattvasya satkaram cakaracapalena cittena ).
Drdhamati: Bagaimana Anda 'melayani' Dia?
Gopaka: Saya melayani Bodhisattva sebagai Tuhan (Bhagavat).
Drdhamati: Bagaimana Anda melayani Dia 'dengan pikiran yang bebas dari kemunafikan'?
Gopaka: Saya menyesuaikan perbuatan tubuh fisik Saya (kayakarman) pada suara-Saya (vac), dan Saya menyesuaikan tindakan suara Saya (vakkarman) dalam pikiran Saya (manas): ini adalah, bagi seorang wanita, pikiran yang bebas dari kemunafikan (acapalacitta).
Drdhamati: Bagaimana Anda mengubah tubuh wanita Anda?
Gopaka: Sesuai dengan pemenuhan (yathasadhanam).
Drdhamati: Bagaimana Anda 'memenuhi'?
Gopaka: Sesuai dengan perubahan (yathaparavrttim).
Drdhamati: O devaputra, apa arti kata itu?
Gopaka: Kulaputra, dharma tidak mencakup baik 'pemenuhan' (sadhana) ataupun 'mengubah' (paravrtti). Semua dari dharma adalah rasa tunggal (ekarasa), yaitu rasa dari elemen mendasar (dharmadhaturasa). Hal ini sesuai dengan aspirasi Saya (yathdpranidhanam) bahwa Saya memiliki tubuh perempuan (strikaya) dan, jika sekarang tubuh Saya adalah bahwa seorang pria (Purusa), Saya tidak untuk semua menghancurkan atau meninggalkan tanda-tanda (nimitta) dari tubuh wanita. Itu sebabnya, O Kulaputra, harus dipahami bahwa [konsep] pria dan wanita adalah pandangan sesat (viparyasa), dan bahwa semua dharma juga pandangan sesat: mereka benar-benar bebas dari dualitas (atyantam dvayavipramukta).
Drdhamati Bodhisattva bertanya kepada Gopaka: Apakah Anda tahu bahkan bagian terkecil (kamcid eva pradesam) dari Suramgamasamadhi?
Gopaka menjawab: Kulaputra, apa yang Saya tahu tentang itu Saya belajar dari orang lain. Saya tidak memperolehnya secara pribadi (saksatkrta). Menurut ingatan Saya, di masa lalu (atlte 'dhvani), Buddha Sakyamuni, maka Seorang Bodhisattva biasa berdiam di tempat tinggal Raja Suddhodana, berada di istana di tengah-tengah selirnya (antahpura). Dalam masih malam itu (prasantaratri), ada tiba dari wilayah Timur (purva dis) para Brahmaraja yang banyaknya seperti pasir di Sungai Gangga (ganganadivalukopama); mereka bertanya kepada Sang Bodhisattva, beberapa dari mereka tentang Kendaraan Bodhisattva dan orang yang lainnya tentang Jalan Sravaka , dan Bodhisattva menjawab semua pertanyaan mereka.
Di antara para Brahma itu, ada seorang Brahmaraja yang tidak memahami sarana mahir (upaya) yang digunakan oleh Bodhisattva, mengajukan pertanyaan ini kepada Dia: Teman, bahkan ketika sedang sangat bijaksana dan membalas dengan baik pertanyaan, bagaimana Anda bisa tetap melekat pada kekuasaan raja (rajya) dan kesenangan (kamabhoga)?
Para Brahmadeva lain yang telah memahami kebijaksanaan (prajna) dan sarana mahir (upaya) dari Bodhisattva berkata kepada Brahma itu: Sang Bodhisattva tidak terikat pada kekuasaan raja dan kesenangan, melainkan untuk mematangkan dan menyempurnakan makhluk bahwa Dia ada di sini sebagai orang awam (grhastha) dan bahwa Dia muncul sebagai Seorang Bodhisattva, tapi pada saat yang sama, di alam semesta lain, Dia telah mencapai pencerahan lengkap(abhisambuddha) dan menetapkan pemutaran Roda Dharma (dharmacakram pravartayati).
Brahma itu, setelah mendengar hal ini, bertanya: Samadhi apakah yang telah dimiliki Bodhisattva itu untuk melakukan perubahan tersebut (vikurvana)?
Para Brahma lainnya menjawab: Dia melakukan itu semua melalui kekuatan (sthama) dari Suramgamasamadhi.
[narasi ini berakhir, Gopaka berkata kepada Drdhamati]: Kulaputra, pada pada saat itu, Saya punya pemikiran ini: samadhi dan kekuatan super daya (rddhibala) dari Bodhisattva itu memang tentu luar biasa (adbhuta) sehingga, hidup di tengah-tengah kesenangan (kama) dan mengarahkan urusan kerajaan, Dia tidak pernah menyimpang sama sekali dari samadhi itu. Setelah mengatakan ini untuk diri Saya sendiri, Saya melipatgandakan hormat Saya dan benar-benar menganggap Sang Bodhisattva sebagai Tuhan (Bhagavat). Dengan tegas, saya membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta dan Saya juga berharap untuk memenuhi nilai-nilai kebaikan (guna) yang sama seperti Dia di masa depan. O Kulaputra, ini adalah apa yang saya telah lihat dari Suramgamasamadhi, itu hanya sebagian kecil dari itu. Saya hanya tahu bahwa Suramgamasamadhi ini memiliki kebajikan (guna) dan kekuatan (sthama) yang sangat besar (apramana) dan tak terbayangkan (acintya).
Drdhamati berkata pada Sang Buddha: Ajaib (ascarya), O Bhagavat, kata-kata yang paling dalam bersemangat tekun (adhyasayanirdesa) dari devaputra Gopaka: semua itu adalah perbuatan Sang Tathagata. O Bhagavat, pernah dilindungi oleh [Tathagata] teman keagamaannya (kalyanamitraparigrhita), sang Gopaka devaputra juga akan didirikan di dalam Suramgamasamadhi dan akan mendapatkan kekuatan dari perubahan (vikurvanabala) seperti yang mana Bhagavat saat ini miliki.
[Munculnya Beberapa kelipatan jumlah Bodhisattva dalam Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Drdhamati Bodhisattva bertanya kepada Sang Buddha: Bhagavat, dalam perkumpulan ini, adakah orang yang menguasai Suramgamasamadhi?
Sekarang, didalam perkumpulan majelis itu, ada seorang devaputra yang bernama Matyabhimukha 'Dekat dengan kecerdasan [dari Buddha]' yang berkata kepada Bodhisattva Drdhamati: Adalah seolah-olah seorang pedagang (sarthika) memasuki laut besar (Samudra) bertanya jika laut besar itu mengandung permata (maniratna) yang akan diambil dan dibawa pergi. Pertanyaan Anda adalah seperti itu. Dan mengapa ini? Pada saat Anda duduk di hadapan Sang Tathagata, Laut Besar pengetahuan (mahajnanasamudra), di dalam perkumpulan di mana ada para Bodhisattva yang diberkahi dengan permata Dharma (dharmaratnasamanvagata)
dan menampilkan riasan besar. Dan Anda berani menanyakan apakah di majelis ini ada para Bodhisattva yang menguasai Suramgamasamadhi.
O Drdhamati, saat ini di majelis ini ada para Bodhisattva yang menguasai Suramgamasamadhi yang mewujudkan diri dalam tubuh seorang Sakra Devendra, dalam tubuh seorang Brahmaraja, atau dalam tubuh dari para dewa, naga, yaksa, gandharva, asura, garuda , kimnara dan mahoraga. Ada Para Bodhisattva yang menguasai Suramgamasamadhi yang menampakkan diri mereka sendiri dalam wujud tubuh para bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika. Ada Para Bodhisattva yang menguasai Suramgamasamadhi dengan tubuh dihiasi dengan tanda-tanda fisik primer dan sekunder (laksananuvyanjanasamalamkrta).
Ada Para Bodhisattva yang, demi untuk makhluk mematangkan para mahluk (sattvaparipacanartham), mewujudkan gambar (samsthana), warna (varna) dan tanda-tanda (nimitta) dari tubuh seorang wanita (strikaya); yang lainnya mewujudkan gambar, warna dan tanda-tanda seorang Sravaka, namun yang lain, gambar, warna dan tanda-tanda seorang Pratyekabuddha.
Drdhamati, tergantung pada apakah Tathagata menghadiri sebuah perkumpulan majelis para Ksatriya, Brahmana, vaisya, Sakra, Brahma atau lokapala, para Bodhisattva mewujudkan gambar, warna dan tanda-tanda
sesuai dengan perkumpulan majelis itu. Perlu diketahui bahwa semua ini adalah buah-buah khusus (phalavisesa) dari Suramgamasamadhi.
Drdhamati, di manapun Anda melihat Tathagata menjelaskan Dharma secara terperinci, memahami dengan jelas bahwa ada ada banyak sekali tak terhitung para Bodhisattva besar, ahli pengetahuan besar,
menampilkan riasan yang besar, setelah memperoleh penguasaan atas semua dharma {sarvadharmesu vasitaprapta), mereka datang setelah Sang Tathagata untuk mengatur pemutaran roda dharma.
Drdhamati Bodhisattva berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, saya sekarang mengatakan bahwa devaputra ini 'Matyabhimukha' memiliki Suramgamasamadhi; bahkan kebijaksanaan (prajna), kefasihan (pratibhana) dan pengetahuan super yang tidak terhalang (apratihatabhijna) adalah begitu sangat besar!
Sang Buddha berkata: Drdhamati, adalah persis seperti yang Anda katakan (evam etad yatha vadasi): bahwa devaputra 'Matyabhimukha' sudah di dalam Suramgamasamadhi; 'itu karena Dia menembus samadhi itu bahwa Dia bisa berbicara seperti Dia lakukan.
[Berbagai macam Perubahan Wujud di Perkumpulan Majelis]
Kemudian Sang Buddha berkata kepada devaputra 'Matyabhimukha' : Perlihatkanlah, maka, baik itu hanya sebagian kecil (kamcid eva pradesam darsaya) dari keterampilan Anda dalam Suramgamasamadhi.
Sang devaputra Matyabhimukha bertanya kepada Drdhamati Bodhisattva: Teman, apakah Anda ingin melihat sedikit dari keagungan supremasi (arsabha) dari Suramgamasamadhi?
Drdhamati menjawab: Saya sangat ingin melihatnya.
1. Devaputra Matyabhimukha, yang telah berada di penyelesaian keagungan supremasi Suramgamasamadhi, melakukan suatu tindakan luar biasa (evamrupam rddhyabhisamskaram abhisamskaroti sma) bahwa semua anggota majelis (sarvavati parsad) diubah menjadi raja Cakravartin yang mulia, dihiasi dengan tiga puluh dua tanda (dvatrimsallaksanasamalamkrta), dikelilingi oleh pengiring-pengiringnya (sanucara) dan disertai dengan tujuh permata (saptaratnasamanvagata).
Sang devaputra bertanya: Apa yang Anda lihat?
Drdhamati menjawab: Saya melihat semua anggota majelis yang berkumpul dengan warna (varna), bentuk (rupa) dan tanda-tanda (nimitta) raja Cakravartin yang mulia, dikelilingi oleh rombongan dan didampingi oleh tujuh permata.
2. Kemudian Sang devaputra membuat semua anggota majelis muncul seperti banyak sekali para Sakra devendra, tinggal di istana (vimana) dari Trayastrimsa, dikelilingi oleh ratusan ribu anak-anak perempuan dari para dewa (devakanya), bermain musik (turyani pravadayamana) dan memberikan diri mereka sendiri kepada kesenangan di Hutan kegembiraan (nandanavane paricarayamana).
3. Dan lagi, melalui kekuatan batin-Nya yang luar biasa (rddhibala), Dia mengubah wujud semua anggota majelis menjadi para Brahmaraja yang banyak, dengan warna mereka, bentuk (rupa), tanda-tanda {nimitta) dan sikap tubuh (iryapatha), tinggal di istana (vimana) dari para Brahma dan mengolah empat tingkatan tak terbatas (caturapramana).
Kemudian Dia bertanya kepada Drdhamati: Apa yang Anda lihat?
Yang lalu menjawab: Devaputra, saya melihat Semua anggota majelis seperti para Brahma yang begitu banyak.
4. Sekali lagi, Dia menunjukkan kemampuan batin sehingga semua anggota majelis itu diubah menjadi sthavira Mahakasyapa yang begitu banyak, dengan sosok-Nya (samsthana), warna (varna) dan
penampilan (prakara), dilengkapi dengan jubah-Nya dan mangkuk sedekah (civarapatradhara), memasuki pencerapan (dhyana) dan pencapaian (samapatti) dan berlatih delapan pembebasan (vimoksa): tidak ada
perbedaan sedikit pun juga.
5. Namun lagi, Dia menunjukkan kemampuan batin sehingga semua anggota majelis itu muncul seperti Sakyamuni yang begitu banyak dengan tubuh Buddha (buddhakaya) Mereka, tanda utama (primer) dan tanda tambahan (sekunder) (laksananuvyanjana) dan sikap tubuh Mereka (iryapatha), masing-masing dikelilingi oleh pertemuan para Bhiksu (bhiksusamghaparivrta).
Lalu Dia bertanya: Drdhamati, apa yang Anda lihat?
Yang lalu menjawab: Devaputra, Saya melihat semua anggota majelis seperti Sakyamuni yang begitu banyak dengan tubuh Buddha Mereka, tanda utama dan tanda tambahan dan sikap tubuh Mereka, masing-masing dikelilingi oleh pertemuan para Bhikkhu.
Devaputra Matyabhimukha berkata kepada Drdhamati: Ini adalah keagungan supremasi (arsabha) dari Suramgamasamadhi. O Drdhamati, Seorang Bodhisattva yang memiliki Suramgamasamadhi dapat memasukkan
trisahasramahasahasralokadhatu kedalam sebuah biji sesawi (sarsapa) sedemikian rupa sehingga gunung-gunung (parvata), sungai-sungai (nadi), matahari-matahari (surya), bulan-bulan (candra) dan bintang-bintang (taraka) semua muncul seperti sebelumnya, tanpa menyempitkan atau mengganggu para mahluk. Drdhamati, ini adalah keagungan supremasi yang tidak terbayangkan (acintyarsabha) dari Suramgamasamadhi.
[Perlunya memperoleh Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Kemudian para Mahasravaka dan para dewa, naga, yaksa, gandharva, Sakra, Brahma dan Lokapala Raja para dewa, menyapa sang Buddha dengan satu suara, berkata kepada Dia: Bhagavat, Mereka yang telah mendapatkan Suramgamasamadhi ini memiliki kebajikan-kebajikan yang tidak terbayangkan (acintyaguna). Mengapa? Orang-orang ini semua dekat dengan masa Buddha dan mereka diberkati dengan pengetahuan (Jnana), pengetahuan super (abhijha) dan pengetahuan yang lebih tinggi (vidya). Kami orang lain, hari ini dan di tempat ini, telah melihat berbagai warna, bentuk (rupa) dan berbagai perubahan (vikurvana) dari perkumpulan majelis, dan kami pikir ini: Mereka yang belum mendengar Suramgamasamadhi tentu dikuasai oleh Mara (maradhisthita), dan mereka yang telah mendengarnya tentu dilindungi oleh para Buddha (buddhaparigrhlta). Apa yang kemudian dapat dikatakan (kah punar vadah) dari mereka yang telah mendengarnya, mengulanginya dan mempraktekkan itu?
Bhagavat, Bodhisattva yang ingin menembus sifat-sifat Buddha (Buddha Dharma) dan mencapai pantai seberang (para) harus mendengarkan dengan penuh perhatian (ekacittasravana) ke Suramgamasamadhi, memahaminya (udgrahana), mengingatnya (dhdrana), mengulanginya (vacana) dan menjelaskan secara terperinci kepada orang lain (parebhya uddesana).
Bhagavat, Bodhisattva yang ingin mewujudkan semua rupa (samsthana), semua warna (varna) dan semua sikap tubuh (iryapatha), Bodhisattva yang ingin memahami fungsi dari maksud dan pemikiran (cittacaittapravrtti) dari semua makhluk, Bodhisattva yang ingin tahu cara mengobati semua penyakit (vyadhi) dari makhluk, bahwa Bodhisattva harus mendengarkan dengan cermat ke permata Dharma (dharmaratna) ini yang merupakan Suramgamasamadhi, memahaminya, mengingatnya dan mengulanginya.
Bhagavat, dia yang telah memperoleh Suramgamasamadhi telah pasti memasuki wilayah dari Buddha (buddhavisaya) dan ke dalam penguasaan pengetahuan (jnanavasita).
Sang Buddha berkata: Ini adalah demikian, itu begitu, itu adalah persis seperti yang Anda katakan (evam etad yatha vadatha). Dia yang belum memperoleh Suramgamasamadhi tidak pantas menyandang nama sempurna tercapai (krtacarya) Bodhisattva, dan Tathagata menyangkal bahwa orang ini benar-benar memiliki memberi (dana), moralitas (sila), kesabaran (ksanti), kekuatan (virya), serapan meditasi (dhyana) dan kebijaksanaan (prajna). Itu sebabnya, jika Anda ingin menempuh semua jalan [pelepasan (niryanamarga)], Anda harus mencari untuk mendapatkan Suramgamasamadhi, tapi tanpa memikirkan pelatihan (siksa) apapun.
Suramgama Samadhi Suttram
[Diskusi Filosofis]
[1.Praktek Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
[1.Praktek Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Kemudian Bodhisattva Drdhamati bertanya kepada devaputra Matyabhimukha: Jika seorang Bodhisattva ingin memperoleh samadhi ini, dharma apa yang harus Dia bina kembangkan?
Devaputra: Seorang Bodhisattva yang ingin memperoleh samadhi ini harus mengolah dharma dari duniawi (prthagjanadharma). jika Dia melihat prthagjanadharma itu adalah tidak bersatu (yukta) dengan atau terpisah (viyukta) dari buddhadharma, maka Dia sedang mengolah Suramgamasamadhi.
Drdhamati: Bisakah terdapat persatuan (yoga) atau pemisahan (viyoga) di dalam kaitannya dengan buddhadharma?
Devaputra: Sehubungan dengan prthagjanadharma, tidak ada persatuan atau pemisahan, dan apalagi dalam kaitannya dengan buddhadharma.
Drdhamati: Apakah yang dimaksud dengan mengolah [dharma]?
Devaputra: Memahami bahwa prthagjanadharma dan buddhadharma merupakan tiada duanya (advaya), itulah mengolah dharma. Pada kenyataannya, antara [dua jenis] dari dharma, terdapat baik persatuan maupun pemisahan sejak, O Kulaputra, semua dharma memiliki tanda yang tidak timbul (anutpadalaksana), semua dharma memiliki tanda tiada penghentian (anirodhalaksana), semua dharma memiliki tanda seperti ruang angkasa (akasasamalaksana) dan semua dharma memiliki tanda tiada perjumpaan secara kebetulan (asamagama).
[2.Hasil Akhir dari Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Drdhamati: Dimana Suramgamasamadhi pergi (kva gacchati)?
Devaputra: Suramgamasamadhi pergi ke pikiran (citta) dan praktek (carita) dari semua makhluk, tetapi tidak mengambil untuk objeknya (nalambhate) pikiran-pikiran itu dan praktek. Dia pergi ke semua tempat-tempat kelahiran (jatisthana), tetapi tidak tercemar (klista) oleh tempat-tempat kelahiran itu.
Dia pergi mendekati para Buddha dari seluruh alam semesta, tetapi tidak membedakan (na vijanati) tubuh Para Buddha itu dengan tanda-tanda utama dan tambahan (laksananuvyahjana).
Dia pergi menuju ke arah semua suara (svara) dan semua bahasa (nirukti), tetapi Dia tidak membedakan gagasan tentang suku kata (aksarasamjna).
Dia menampilkan (samdarsayati) semua buddhadharma tetapi tidak pergi begitu jauh dengan menguras mereka sepenuhnya.
Kulaputra, Anda bertanya di mana samadhi ini pergi. Nah, di manapun Sang Buddha bepergian, samadhi ini pergi juga.
[3.Nirvana dari Para Buddha]
Drdhamati: Dan para Buddha, di mana Mereka pergi?
Devaputra: Para Buddha, karena hal seperti ini (tathata), tidak pergi ke mana pun.
Drdhamati: Tidakkah Para Buddha pergi ke Nirvana?
Devaputra: Semua dharma [sudah] di Nirwana (atyantanirvrta); itulah sebabnya mengapa para Tathagata tidak pergi ke Nirwana. Mengapa?
Karena seluruh sifat dari Nirvana, orang tidak pergi ke Nirwana.
Drdhamati: Di masa lalu, tidakkah para Buddha yang banyak-Nya seperti pasir sungai Gangga (ganganadivalukopama) pergi ke Nirvana?
Devaputra: Semua Buddha yang banyak-Nya seperti pasir di sungai Gangga, apakah Mereka timbul?
Drdhamati: Namun, telah dikatakan oleh Tathagatha: ' Para Buddha yang banyak-Nya seperti pasir di sungai Gangga, setelah timbul, mencapai Nirvana.
Devaputra: Kulaputra, tidakkah dia juga berkata: "Seorang Individu tunggal yang timbul di dunia muncul demi manfaat dan kebahagiaan banyak makhluk, [melalui belas kasih kepada dunia], untuk kepentingan, keuntungan dan kebahagiaan tubuh besar makhluk, [manusia dan para dewa. Yang manakah Individu tunggal itu? Sang Tathagata, yang suci, sepenuhnya sempurna tercerahkan]. Apa pendapat Anda tentang itu (tat kim manyase)? Apakah Sang Tathagata benar-benar menjadi Individu yang tunduk pada kemunculan timbul (utpada) dan penghentian (nirodha)?
Drdhamati: O Devaputra, Tathagata, sebenarnya, tidak dimiliki baik yang timbul maupun penghentian.
Devaputra: Kulaputra, memahami hal ini: Meskipun Tathagata berbicara tentang "Buddha muncul di dunia ', bagi Tathagata tidak ada kemunculan timbul yang nyata. Meskipun Tathagata berbicara tentang "Buddha mencapai Nirvana', bagi Tathagata tidak ada penghentian yang nyata.
Drdhamati: Saat ini, tidakkah tak terhitung banyaknya para Tathagata mencapai pencerahan sepenuhnya (abhisambodhi)?
Devaputra: Hal ini sesuai dengan sifat alami dari tidak-timbul (anutpada) dan tidak-berhenti (anirodha) bahwa para Tathagata mencapai abhisambodhi. O Kulaputra, apakah para Buddha muncul di dunia atau memasuki Nirvana, tidak ada perbedaan (visesa). Mengapa? Para Tathagata memahami sepenuhnya (abhisambudhyante) bahwa semua dharma pada dasarnya ditentramkan (atyantaparinirvrta) dan itulah mengapa Mereka disebut Buddha.
Drdhamati: Jika semua dharma pada dasarnya ditentramkan, bisakah Nirvana itu sendiri [sejauh ketentramannya] sepenuhnya dipahami (abhisambuddha)?
Devaputra: Fakta bahwa semua dharma pada dasarnya ditentramkan (parinirvrta) adalah sama persis identik dengan Nirvana itu sendiri. Untuk memahami ini adalah untuk memahami sifat dari Nirvana. O Kulaputra, jika para Tathagata muncul di dunia, itu bukan berdasarkan kebajikan dari timbul kemunculan (utpada), lamanya (sthiti) dan penghancuran (bhanga); Itu adalah tidak adanya timbul kemunculan, lamanya dan kehancuran yang dinamakan 'munculnya seorang Buddha' (buddhotpada).
[4.Ketiadaan Landasan]
Drdhamati: Apakah ketika didalam Suramgamasamadhi bahwa Anda mengatakan semua itu?
Devaputra: Kulaputra, apa pendapat Anda tentang ini (tat kim manyase)? Pada apakah makhluk-makhluk khayalan yang diciptakan oleh Tathagata(tathagatanirmitanirmana) melandaskan diri mereka untuk berbicara?
Drdhamati: Mereka melandaskan diri pada kekuatan pendukung (adhisthana) dari Sang Buddha, dan kemudian mereka dapat berbicara.
Devaputra: Dan Sang Buddha, pada apakah Dia melandaskan Diri-Nya agar untuk menciptakan makhluk-makhluk khayalan?.
Drdhamati: Buddha melandaskan Diri pada pengetahuan tiada-duanya (advayabhijha) agar untuk menciptakan makhluk-makhluk khayalan itu.
Devaputra: Sama seperti Sang Tathagata melandaskan Diri-Nya pada 'ketiadaan landasan' (apratisthana) agar untuk menciptakan makhluk-makhluk khayalan itu, jadi makhluk-makhluk khayalan itu melandaskan diri pada ketiadaan landasan untuk berbicara.
Drdhamati: Jika mereka tidak punya landasan dasar, bagaimana mereka dapat berbicara?
Para devaputra: Dengan cara yang sama bahwa Saya berbicara kepada Anda sementara tidak melandaskan Diri Saya sendiri pada apa pun.
[5.Kelancaran Berbicara Bodhisattva]
Drdhamati: Mengapa seorang Bodhisattva diberkahi dengan 'Kelancaran Berbicara' (Pratibhanasampanna)?
Devaputra: Seorang Bodhisattva berbicara tanpa menggunakan gagasan diri (atmasamjna), tanpa menggunakan gagasan lain (Parasamjna) dan tanpa menggunakan gagasan dharma, Dia oleh karena itu 'diberkahi dengan kelancaran berbicara'.
Ketika Dia menguraikan secara terperinci Dharma, suku kata (aksara) tidak habis-habisnya (aksaya), dan dharma juga tidak habis-habisnya.Dengan demikian juga dalam berbicara, Dia tidak berbicara tentang dualitas (dvaya), oleh karena itu Dia diberkahi dengan 'kelancaran berbicara'.
Kulaputra, jika seorang Bodhisattva tidak menolak tanda dari khayalan ilusi (mayalaksana) yang melekat dalam semua Dharma dan tidak menolak tanda dari gema (pratisrutkalaksana) yang melekat dalam semua suara (svara), Dia adalah diberkahi dengan kelancaran berbicara.
Selain itu, sama seperti suku kata (aksara), suara (Svara) dan bahasa (Nirukti) yang tidak memiliki dunia (sthana), tidak ada tempat (desa), tidak ada yang di dalam, tidak ada yang di luar, tidak ada dasar (pratisthana) dan awalnya berasal dari ketergantungan (pratityasamutpanna), demikian juga dharma tidak memiliki dunia, tidak ada tempat, tidak ada yang di dalam, tidak ada yang di luar dan tidak ada dasar;. mereka bukan masa lalu (atita), juga bukan masa depan (anagata) maupun sekarang (pratyutpanna), dan mereka tidak diungkapkan oleh suara (Svara) atau bahasa (nirukti). Untuk berbicara, dalam mengetahui hal ini untuk diri sendiri, adalah untuk diberkahi dengan kelancaran berbicara. "Seperti gema (pratisrutka), misalnya:. Itu berbicara dalam semua suara bergema (anugacchanti) di dalamnya.
Drdhamati: Apakah arti dari kata 'gema' (anugama)?
Devaputra: Kulaputra, gema berarti gema dalam ruang angkasa (akasa). Hanya karena tidak ada gema di ruang angkasa, sehingga semua dharma adalah tanpa gema, semua dharma menghindari perbandingan (Anupama) dan menghindari semua persetujuan (asadrsa). Itu adalah mereka yang mendengar gema yang berbicara dari gema.
Kemudian Bhagavata mengucapkan selamat (sadhukaram adat) kepada Devaputra: Bagus, bagus, itu adalah sama persis seperti yang Anda katakan (sadhu sadhu. Evam etad yatha vadasi). Selama hal ini Bodhisattva tidak seharusnya takut, gemetar atau mengambil ketakutan (nottrasitavyam na samtrasitavyam na samtrasam apattavyam). Mengapa? Karena jika 'gema' itu ada, Dia tidak akan mencapai anuttarasamyaksambodhi.
Pembukaan Rahasia berhubungan dengan Devaputra Matyabhimukha
Sang Bodhisattva Drdhamati bertanya kepada Sang Buddha : 'Bhagavat, dari Buddhaksetra yang manakah Devaputra Matyabhimukha ini datang ke alam semesta saha ini.'
Sang Devaputra berkata : 'Apakah maksud dari pertanyaan itu?'
Sang Bodhisattva Drdhamati berkata : 'Saya ingin balik menghadap ke arah tempat itu dan melakukan penghormatan kepada tempat itu, bagi itu adalah tempat lintasan perjalanan dan yang didiami oleh satpurusa seperti itu.'
Sang Devaputra berkata :'Itu adalah Mereka yang menggenggam Suramgamasamadhi didalam tangan Mereka yang seluruh dunia dengan para dewa dan manusia (sadevamanusyo loka) harus memuliakan.'
Lalu Sang Buddha berkata kepada Bodhisattva Drdhamati: 'Itu adalah dari alam semesta Abhirati dari Buddha Aksobhya yang Devaputra Matyabhimukha ini tiba disini [di sahaloka ini]. Disana, Dia selalu menguraikan secara terperinci Suramgamasamadhi. O Drdhamati, semua para Buddha tanpa kecuali menguraikan secara terperinci Suramgamasamadhi. Drdhamati, Devaputra Matyabhimukha ini, disini didalam alam semesta saha ini, akan mencapai penerangan sempurna tertinggi (anuttaram samyaksambodhim abhisambhotsyate). Itu adalah agar untuk menghancurkan lima perubahan (pancakasayaprahana), untuk mengamankan tanah suci murni Buddha (parisuddhabuddhaksetraparigrahana), untuk mematangkan para mahluk (sattvaparipacana), untuk mengolah (bhavana) dan mempertinggi (vardhana) Suramgamasamadhi bahwa Dia telah datang kesini.'
Drdhamati bertanya kepada Sang Buddha:'Setelah berapa lama (kiyacciram) didalam alam semesta ini akan Sang Devaputra mencapai penerangan sempurna tertinggi (anuttaram samyaksambodhim abhisambhotsyate)? Apa yang Dia akan dipanggil dan apa yang akan menjadi nama alam semestanya (lokadhatu)?'
Sang Buddha menjawab: 'Selama pada waktu 62 kalpa yang akan mengikuti Nirvana dari ribuan Buddha dari masa yang menguntungkan (bhadrakalpa), akan tidak ada banyak Buddha; Selama selang waktu ini, hanya akan ada`muncul ratusan ribu nayutakoti para Pratyekabuddha, dan itu dibawah Merekalah bahwa semua mahluk akan menanam akar-akar kebaikan (kusalamulany avaropsyanti). Kalpa-kalpa [62] itu telah lewat berlalu, Sang Devaputra [Matyabhimukha] akan mencapai penerangan sempurna tertinggi Dia akan dipanggil Sang Tathagata Vimalaprabhakirtiraja 'Raja Cahaya Kemuliaan Cemerlang Tanpa Noda' alam semesta Dia akan memiliki nama Prasannadarsana 'Penglihatan Suci Murni'. Didalam masa waktu itu, Tathagata Vimalaprabhakirtiraja akan menyebabkan para mahluk mempunyai pikiran suci murni (prasannacitta), dan para mahluk dari alam semesta itu tidak akan diserang oleh idaman (raga), rasa kebencian (dvesa) atau angan-angan khayalan (moha); Dihidupkan dengan keyakinan suci murni didalam Dharma (dharmaprasada), mereka akan melatih Ajaran Kebajikan Bagus (saddharma).
Dradhamati, jangka waktu hidup (ayuspramana) dari Buddha Vimalaprabhakirtiraja akan terdiri dari 10 kalpa kecil (antarakalpa). Dia akan mengantarkan para mahluk dengan cara dari Tiga Kendaraan dan, diantara mereka, tidak terkira banyaknya (apramana) dan tak terbatas (ananta) jumlah dari para Bodhisattva akan memperoleh Suramgamasamadhi dan kekuatan yang sangat bagus (vikurvanabala) oleh semua dharma. Dalam masa waktu itu, mara dan sanak keluarganya (marajatiya) akan berikrar pada diri mereka sendiri untuk Kendaraan Besar (mahayanasamprasthita) dan akan berwelas kasih terhadap para mahluk (sattvakarunika). Buddhaksetra itu akan bebas dari tiga takdir nasib buruk (durgati) dan [delapan] kondisi yang tidak menguntungkan (aksana); terhiasi dan sucimurni; Itu akan mirip seperti Uttaravati. Itu akan bebas dari perbuatan-perbuatan mara (marakarman) dan terbebas dari semua pandangan salah (mithyadrsti).
Setelah Nirvana dari Buddha itu, Dharma-Nya akan bertahan selama ratusan ribu koti tahun. Drdhamati, seperti itulah alam semesta suci murni didalam yang Devaputra itu akan mencapai penerangan sempurna tertinggi.'
Lalu Sang Bodhisattva Drdhamati berkata kepada Sang Devaputra: Itu adalah Keberuntungan Besar Agung kepada Kamu (labhas te sulabdhah) bahwa Sang Tathagata telah meramalkan Kamu mencapai anuttarasamyaksambodhi.
Sang Devaputra menjawab: Kulaputra, Keberuntungan Besar Agung adalah tidak memperoleh dharma apapun (sarvadharmanam alabho mahalabha ity utcyate). Untuk memperoleh Dharma apapun adalah tidak menguntungkan: Itulah mengapa, O Kulaputra, tidak memperoleh dharma apapun adalah Keberuntungan Besar Agung.
Seketika Dia sedang berbicara, 25 ribu devaputra yang sebelumnya telah menanam akar-akar kebaikan (avaropitakusalamula) membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta, dan 10 ribu Bodhisattva memperoleh anutpattikadharmaksanti.
Mara Terikat oleh Lima Ikatan
Kemudian Sariputra berkata kepada Sang Buddha : 'Itu adalah luar biasa (adbhuta): Pada saat sekarang sang Suramgamasamadhi sedang dijelaskan secara terperinci dan masih Mara Papimat 'Mara Sang Jahat Pemfitnah Berbahaya'' tidak datang untuk menyebabkan kesusahan (vicaksuhkaranaya).
Sang Buddha berkata kepada Sariputra: Apakah Kamu ingin melihat kesusahan Mara?
Ya, Saya ingin melihat mereka.
Lalu Sang Buddha dengan sangat cepat seketika memancarkan sinar terang dari lingkaran rambut diantara kedua alis mata-Nya, satu dari ciri-ciri tanda Laki-Laki Agung (atha khalu buddhas tasyam velayam mahapurusalaksanad bhruvivarantarad urnakosat prabham pramumoca); Seluruh perkumpulan majelis melihat Mara Papimat terikat oleh lima ikatan (pancabandhanabaddha) dan tidak mampu membebaskan dirinya sendiri dari ikatan itu.
Sang Buddha berkata kepada Sariputra: Apakah Kamu melihat Mara Papimat terikat oleh lima ikatan?
[Sariputra menjawab]: Ya, Saya telah melihat dia; oleh apakah Mara lalu terikat?
Sang Buddha menjawab: Dia diikat oleh kekuatan sandaran (adhisthanabala) dari sang Suramgamasamadhi. Dalam buddhaksetra dimana sang Suramgamasamadhi dijelaskan secara terperinci, rasa sakit hati dendam (pradustacitta) para Mara menentang-Nya, tapi melalui kekuatan sandaran dari sang Suramgamasamadhi dan dari para Buddha, semua Mara Papimat itu menemukan diri mereka sendiri terikat oleh lima ikatan. Sariputra, dalam tempat-tempat dimana sang Suramgamasamadhi dijelaskan secara terperinci, apakah Saya sekarang hadir dalam dunia atau sudah dalam Parinirvana, semua Mara, sanak keluarga Mara (marajatiya) dan mahluk sakit hati pendendam (praduscitta) lainnya diikat oleh lima ikatan melalui Kekuatan Sandaran Penyokong dari Sang Suramgamasamadhi.
Suramgama Samadhi Suttram
Dua Belas Ikatan dari Pandangan Salah
Kemudian didalam perkumpulan majelis itu, para deva, naga, yaksa, gandharva dan lain-lainnya berkata kepada Sang Buddha : Bhagavat, berkaitan dengan Samadhi ini, Kami tidak merasakan keraguan apapun (samsaya) dan Kami tidak memiliki perlawanan apapun (antaraya) terhadap itu. Kami tidak ingin terikat oleh lima ikatan (pancabandhana) itu. O Bhagavat, Kami menghormati Samadhi ini, dan itulah mengapa Kami telah datang semua untuk melindungi (parigrahana) Pengajarnya (dharmabhanaka). Kami menganggap samadhi ini seperti diri Bhagavat sendiri.
Sang Buddha berkata kepada para dewa, para naga dan mahluk-mahluk ketuhanan lainnya : Itu adalah untuk alasan ini Kamu harus membebaskan (parimoktum) dirimu sendiri dari dua belas ikatan dari pandangan salah (drstigatabandhana). Apakah dua belas itu ? Dua belas itu adalah :
1. Pandangan terhadap diri sendiri (atmadrsti),
2. Pandangan terhadap mahluk (sattvadrsti),
3. Pandangan terhadap mahluk hidup (jivadrsti),
4. Pandangan terhadap perseorangan (pudgaladrsti),
5. Pandangan terhadap ketiadaan (ucchedadrsti),
6. Pandangan terhadap kekal abadi (sasvatadrsti),
7. Pandangan terhadap keyakinan didalam diri sendiri (atmagrahadrsti),
8. Pandangan terhadap keyakinan didalam apa yang menyinggung diri sendiri (atmiyagrahadrsti),
9. Pandangan terhadap adanya kehidupan (bhavadrsti),
10. Pandangan terhadap ketiadaan kehidupan (vibhavadrsti),
11. Pandangan terhadap kepribadian (satkayadrsti),
12. Pandangan terhadap semua dharma (sarvadharmadrsti)
Begitulah dua belas ikatan itu. Ketahuilah bahwa jika para mahluk memiliki perasaan benci (dvesa) pada Buddhadharma dan mencoba untuk menghancurkannya (nivartitum), mereka terjerat didalam dua belas pandangan salah itu. Mereka yang percaya (adhimucyante) dalam Buddhadharma, mengikuti (anuvartante) nya dan tidak melawannya akan terbebas dari 12 ikatan itu.
Kebajikan dari Nama
Lalu Sariputra berkata kepada Sang Buddha : Bhagavat, pada waktu itu, apakah Mara Papimat mendengar nama dari Suramgamasamadhi ini?
Sang Buddha menjawab : Dia juga mendengarnya tapi, karena dia terikat, dia tidak dapat datang kesini.
Sariputra berkata : Mengapa Sang Tathagata tidak menggunakan Kekuatan sandaran Nya (adhisthanabala) sehingga Mara itu tidak mendengar nama dari Suramgamasamadhi itu?
Sang Buddha berkata : Berhenti (tistha), jangan berkata kata-kata seperti itu! Andaikata alam semesta itu sebanyak pasir di sungai gangga (ganganadivalukopama lokadhatu) terisi dengan api besar (mahagni) [dan bahwa mereka akan diseberangkan] agar demi mendengar Suramgamasamadhi dijelaskan secara terperinci, mereka akan diseberangkan semuanya secara sama. Mengapa? Jika seseorang mendengar Suramgamasamadhi dijelaskan secara terperinci, Saya menuntut bahwa dia akan memperoleh dari itu keuntungan yang besar (labha) yang jauh lebih unggul dari memperoleh empat penyerapan (dhyana) atau empat kediaman brahma (brahmavihara).
Sariputra, jika Mara Papimat sekarang mendengar nama Suramgamasamadhi sedang diucapkan, Dia akan berhasil melampaui (samatikrantum) pekerjaan mara (marakarman). Dan, bahkan jika mereka terikat, mereka yang mendengar nama dari samadhi ini akan membebaskan diri mereka sendiri dari dua belas ikatan dari pandangan salah (dvadasa drstigatabandhana). Itulah sebabnya, O Sariputra, pria jahat dan tukang fitnah, tertangkap dalam jaring Mara {marajalapravista), harus mendengar Suramgamasamadhi ini. Berapa lebih banyak (kah punar vadah) sehingga seharusnya para makhluk dengan pikiran murni (prasannacitta) senang dalam mendengarnya.
Perbudakan dan Pembebasan
Sekarang terdapat didalam perkumpulan majelis itu Seorang Bodhisattva yang bernama Maragocaranupalipta 'Bersih Tidak tercemar oleh Wilayah Kekuasaan Mara.'; Dia berkata kepada Sang Buddha : Sebenarnya, Bhagavat, Saya ingin pergi sekarang ke dunia Mara dan, dengan kekuatan yang menakjubkan milik Saya (vikurvanabala), memaksa Mara untuk membangun dirinya di Suramgamasamadhi.
Sang Buddha berkata : Ya, Jika Kamu memikirkan sekarang menjadi waktu yang tepat (yasyedanim kalam manyase).
Lalu Sang Bodhisattva Maragocaranupalipta tiba-tiba menghilang dari perkumpulan majelis dan muncul didalam istana mara (marabhavana). Dia berkata kepada Mara Papimat: Apakah Anda tidak mendengar Buddha membabarkan Suramgamasamadhi? Makhluk yang tidak terhitung membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta dan melarikan diri dari wilayah kekuasaan Anda (gocara), dan [bahwa perintah] akan mengantarkan lebih banyak orang dengan memungkinkan mereka semua untuk meninggalkan wilayah kekuasaan Anda.
Mara menjawab : Saya mendengar Sang Buddha membabarkan secara terperinci nama dari Suramgamasamadhi tapi, menjadi sedang terikat oleh lima belenggu ikatan (pancabandhanabaddha), Saya tidak mampu untuk pergi kesana. Mereka adalah ikatan-ikatan yang Saya miliki pada dua tangan, dua kaki dan leher Saya.
Maragocaranupalipta bertanya kepada Mara Papimat : Siapa yang mengikat Kamu?
Mara menjawab : Tepat pada waktu bahwa Saya membuat keputusan untuk pergi kesana agar untuk mengganggu Mereka yang sedang mendengar dengan penuh perhatian pada Suramgamasamadhi. Saya dengan segera terikat oleh lima belenggu ikatan. Tepat pada waktu itu Saya berkata kepada Diri Saya Sendiri : 'Para Buddha dan Para Bodhisattva memiliki Kekuatan Besar (anubhava) dan tidak dengan mudah diganggu; Jika Saya pergi kesana, Saya akan dikuasai, jadi adalah lebih baik untuk tinggal menetap disini didalam istana.' Saya hampir tidak menyelesaikan pikiran itu ketika Saya [sebentar lagi] disampaikan (mukta) dari lima belenggu ikatan itu.
Sang Bodhisattva menanggapi : [Demikian pula], orang-orang bodoh duniawi (balaprthagjana) terikat (Baddha) oleh gagasan-gagasan mereka sendiri (samjna), imajinasi hayalan (vikalpa), pandangan yang menyimpang (viparyasa) dan kekhawatiran (nimittograhana); mereka terikat oleh gerakan (injita), refleksi pantulan (manyana) dan omong kosong (Prapanca) milik mereka; mereka terikat oleh apa yang mereka lihat, dengar, pikir, dan ketahui (drstasrutamatavijnata). Namun dalam kenyataannya, tidak ada yang 'terikat' {baddha) atau 'disampaikan' (Mukta). Kenapa? Dharma tidak 'terikat' karena mereka awalnya disampaikan (svabhavena Mukta), dharma tidak 'disampaikan' karena awalnya mereka tidak terikat. Mengenai tanda ini dari Pembebasan abadi (nityavimuktilaksana), tidak ada kesalahan yang mungkin: itu adalah dengan cara dari pembabaran Dharma (dharmamukha) bahwa Tathagata membabarkan Dharma, makhluk yang memahami maknanya dan mencari pembebasan secara penuh perhatian dan penuh semangat diseberangkan dari belenggu ikatan itu.
Pengubahan putri-putri dari para dewa
Kemudian, dalam rombongan mara, 700 putri devakanya dari para dewa menaburi sang Bodhisattva Maragocaranupalipta wewangian angkasa (divyagandha), bunga-bunga (puspa), bedak (curna), salep (vilepana) dan kalung (niska). Mereka berkata kepada Dia : Kapan kami akan disebrangkan (mukta) dari wilayah kekuasaan mara?
Sang Bodhisattva menjawab : Jika kamu tidak menghancurkan ikatan belenggu mara (marabandhana), kamu akan disebrangkan.
Mereka bertanya : Apa itu ikatan belenggu mara?
Dia berkata : Ada 62 jenis pandangan salah (drstigata). Jika kamu tidak menghancurkan pandangan-pandangan salah itu, kamu akan disebrangkan dari ikatan belenggu mara.
Devakanya itu berkata lebih jauh : Bagaimana penyelamatan pembebasan diperoleh dengan tanpa menghancurkan pandangan-pandangan salah?
Dia menjawab : Pandangan salah aslinya tidak datang dari manapun dan tidak pergi kemanapun. Untuk mengetahui tanda dari tidak datang dan tidak pergi (anagamanirgama) dari pandangan salah adalah untuk disebrangkan dari ikatan belenggu mara.
Pandangan salah adalah bukan Ada maupuan Tiada.Bukan untuk membedakan antara Ada (bhava) maupun Tiada adalah untuk disebrangkan dari ikatan belenggu mara.
Tidak melihat apapun adalah pandangan benar (samyagdrsti) dan pandangan benar ini adalah bukan benar (samyak) maupun salah (mithya). Dharma adalah bukan benar maupun salah. Bukan pelaku (karaka) maupun pemicu (vedaka), dan ini adalah untuk disebrangkan dari ikatan belenggu mara.
Pandangan-pandangan salah itu tidak ditemukan didalam batin (adhyatmam) atau diluar batin (bahirdha) atau diluar dari dua itu (nobhayam antarena). Tidak memikirkan (amanyana) pandangan-pandangan salah itu adalah disebrangkan dari ikatan belenggu mara.
700 devakanya, setelah mendengar ceramah itu, memperoleh persiapan kepastian (anulomiki ksanti) dan berkata : Ketika kami tidak lagi dikotori oleh wilayah kekuasaan mara (maragocaranupalipta), kami akan membebaskan (parimocayisyamah) semua mereka yang terikat oleh belenggu mara (marabandhana).
Pengubahan Kepentingan Pribadi Mara
Lalu Sang Bodhisattva Maragocaranupalipta berkata kepada mara papimat : Pelayan perempuan milikmu telah membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta; Apa yang akan kamu lakukan?
Mara menjawab : Tebelenggu oleh lima ikatan (pancabandhana-baddha), saya tidak tau apa yang harus dilakukan.
Sang Bodhisattva melanjutkan : Bangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta, dan kamu akan disebrangkan dari ikatan belenggu itu.
Kemudian para devakanya, melalui belas kasihan (anukampa) untuk mara, berkata kepada dia: Kamu dapat membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta. Jangan anggap ketakutan (bhaya) apa yang keamanan (ksema); jangan anggap penderitaan (duhkha) apa yang kebahagiaan (sukha); jangan anggap perbudakan (Bandhana) apa yang pembebasan (mukti).
Lalu Mara membingkai pikiran kebohongan (mayacitta) dan berkata: Jika Anda meninggalkan (visarjatha) bodhicitta, saya setuju untuk membangkitkan itu.
Kemudian para devakanya, beralih ke sarana mahir (upaya), berkata kepada Mara: Kami telah meninggalkan bodhicitta, oleh karena itu Anda dapat membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta tersebut. Jika Seorang Bodhisattva membangkitkan bodhicitta, semua Bodhisattva membangkitkan itu juga. Kenapa? Citta ini tidak dapat dibedakan (nirvisista); antara semua makhluk citta adalah sama (sama).
Kemudian Mara Paplmat berkata kepada Bodhisattva Maragocaranupalipta : Saya membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta, semoga saya melalui akar yang baik ini (kusalamula) dibebaskan dari ikatan!
Hampir setelah Dia mengucapkan kata-kata itu lalu dia menemukan dirinya sendiri dibebaskan dari ikatan itu.
Pengubahan para devakanya yang penuh nafsu
Lalu sang Bodhisattva Maragocaranupalipta, melalui kekuatan supernya (rddhibala), memancarkan cahaya besar (mahaprabha) dan mempertunjukkan tubuhnya yang bagus sekali (parinispannakaya) : Dia menyinari semua istana mara (marabhavana), dan mara menemukan dirinya sendiri menjadi gerhana (dhyamikrta) seperti blok tinta (masirasisardsa).
Sekarang terdapat didalam rombongan pengiring mara 200 devakanya (putri deva) yang secara mendalam melekat pada kesenangan inderawi (kamaragatisakta). Melihat kecantikan sempurna (rupasampad) dari Bodhisattva itu, mereka menjadi terpikat (samrakta) pada Dia. Setiap orang menyatakan secara tersendiri : Jika lelaki itu bercinta dengan kita, kami semua akan menuruti perintah-perintah Dia (sarva tasya sasanam anuvartsyamah).
Lalu sang Bodhisattva, mengetahui bahwa mereka memenuhi kondisi-kondisi bersyarat (purvapratyaya) itu untuk disebrangkan, diciptakan melalui perubahan bentuk (abhinirmimite sma) 200 devaputra (putra dewa) yang cantik sempurna, sama serupa dengan Diri Nya sendiri. Dia juga menciptakan 200 pavilyun (kutagara) yang megah untuk keintiman, yang unggul atas semua istana Mara. Para devakanya, menemukan diri mereka didalam pavilyun-pavilyun yang megah itu, setiap devakanya berpikir terpisah: "Akulah yang sedang bersenang-senang diri dengan Bodhisattva '. Ketika keinginan mereka (Asaya) sepenuhnya dipuaskan (Paripurna), keinginan mereka (kamaraga) menghilang. Mereka membangkitkan tekad tinggi (Adhyasaya) dan menghormati sang Bodhisattva. Kemudian yang lalu menguraikan secara terperinci Dharma yang cocok (yathapratyarham) kepada mereka, dan mereka semua membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta tersebut.
Tipu muslihat lebih lanjut dari Mara
Lalu Sang Bodhisattva Maragocaranupalipta berkata kepada mara papimat : Kamu dapat pergi menghadap Sang Buddha.
Mara memiliki pikiran in : Sekarang bahwa saya diseberangkan dari belenggu itu, saya akan pergi menghadap Sang Buddha dan mengacaukan pengajaran Dharma.
Oleh sebab itu mara papimat, dikelilingi dengan rombongannya, pergi menghadap Sang Buddha dan berkata kepada Dia : Bhagavat, jangan membabarkan Suramgama Samadhi mulai saat ini. Mengapa? Ketika Kamu membabarkan secara terperinci Samadhi itu, saya terbelenggu oleh lima belenggu ikatan itu. Saya ingin Sang Tathagata membabarkan sesuatu yang lain.
Lalu Sang Bodhisattva Drdhamati berkata kepada mara papimat : Siapa yang melepaskan belenggu ikatan kamu?
Mara menjawab : Sang Bodhisattva Maragocaranupalipta melepaskan belenggu ikatan saya.
[Drdhamati melanjutkan]: Apa yang kamu janjikan, sebagai imbalan karena dilepaskan dari ikatan belenggu?
Mara berkata : Saya berjanji membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta.
Lalu Sang Buddha berkata kepada Sang Bodhisattva Drdhamati : Hari ini mara papimat membangkitkan bodhicitta agar menjadi lepas dari belenggu ikatan, dan bukan dengan niat yang murni {adhyasaya). Sama, O Drdhamati, setelah Nirvana saya [pada akhir zaman, pada periode akhir], dalam lima ratus tahun terakhir (mama parinirvrtasya, pascime kale, pascime samaye, pascimayam pahcasatyam vartamanayam) banyak bhiksu akan membangkitkan bodhicitta untuk keuntungan materi (labha) dan bukan dengan niat yang murni (adhyasaya).
O Drdhamati, mempertimbangkan kekuatan (sthama) dari Suramgamasamadhi dan tindakan yang mendukung (adhisthana) dari Buddhadharma: bhiksu dan bhiksuni, upasaka dan upasika yang melalui ejekan cemoohan (vidambana), melalui cinta keuntungan (labhakama) atau meniru orang lain (paranuparivartana), akan mendengarkan samadhi dan membangkitkan bodhicitta, saya tahu bahwa untuk mereka yang cittotpada akan menjadi penyebabnya dan Kondisi {hetupratyaya) dari kedatangan pada anuttarasamyaksambodhi. Bagaimana lebih sehingga dapat dikatakan (kah punar vadah) dari orang-orang yang akan mendengarkan Suramgamasamadhi ini dengan niat yang murni (adhyasaya) dan akan membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta? Harus diketahui bahwa yang terakhir yang ditakdirkan untuk tanda sifat Buddha (buddhadharmaniyata).
Ramalan kepada Mara
Sang Bodhisattva Drdhamati berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, hari ini Mara Papimat, setelah mendengar Suramgamasamadhi diuraikan secara terperinci, membangkitkan bodhicitta agar dibebaskan dari belenggu ikatannya. Akankah cittotpada (kebangkitan dari pikiran penerangan sempurna) itu memungkinkan dia satu hari untuk mendapatkan tanda sifat-sifat sempurna Sang Buddha (Paripurnabuddhadharma)?
Sang Buddha menjawab: Itu memang seperti yang Anda katakan (evam etad yatha vadasi). Karena Mara Papimat memiliki jasa kebaikan (= akar yang baik, (kusalamula) dari telah mendengar Samadhi ini dan karena dia membangkitkan bodhicitta, dia akan di masa depan (anagate 'dhvani) datang untuk menghilangkan (vyantlkartum) karya-karya Mara (marakarman), praktek-praktek Mara (maracarya), kemunafikan Mara (marasathya) dan tipu muslihat dari Mara (maramaya). Seperti dari hari ini (adyagrena) Dia akan secara bertahap (kramena) memperoleh kekuatan Suramgamasamadhi dan akhirnya akan mencapai pencerahan sempurna tertinggi (anuttarayam samyaksambodhim abhisambhotsyate).
Sang Bodhisattva Drdhamati berkata kepada Mara Papimat: Sang Tathagata baru saja memberi Anda ramalan (vyakarana).
Mara mengatakan: Kulaputra, itu bukan dengan niat yang murni (adhyasaya) bahwa hari ini saya membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta tersebut. Bagaimana kemudian bisa Sang Tathagata memberikan saya ramalan? Sang Buddha telah mengatakan: 'Dari pikiran (citta) timbul tindakan (karman) dan dari tindakan muncul hasil (vipaka)'. Karena saya tidak pernah memiliki pemikiran [yaitu, niat] dari
mencari Bodhi, bagaimana bisa Tathagata memberikan saya ramalan?
Empat Jenis dari Ramalan
Kemudian Sang Buddha, dalam rangka untuk menghancurkan keraguan dari perkumpulan majelis (tasyah parsadah samsayacchedandya), berkata kepada Drdhamati: Ramalan diberikan kepada Bodhisattva adalah dari empat jenis. Apakah empat itu?
1. Ramalan tentang dia yang belum membangkitkan pikiran Bodhi {anutpaditabodhicittavyakarana).
2. Ramalan diberikan pada dirinya yang baru saja menimbulkan pikiran dari Bodhi (utpaditabodhicittavyakarana).
3. Ramalan yang dibuat tanpa diketahui yang bersangkutan (rahovyakarana).
4. Ramalan yang dibuat di hadapan Dia yang telah memperoleh kepastian ketidak timbulan dari dharma (anutpattikadharmaksantilabdhasammukhavyakarana).
Keempat Ramalan ini hanya dapat diketahui oleh Tathagata; Sravaka dan Pratyekabuddha tidak mengetahui itu.
1. Anutpaditabodhicittavyakarana
Tatra Drdhamate katamad anutpaditabodhicittavyakaranam. iha Drdhamate sa pudgalah pancagatike samsare upapanno bhavati, yadi va nirayesu yadi va tiryagyonau yadi va yamaloke yadi va devesu yadi va manusyesu; sa ca pudgalas tiksnendriyo bhavati, udaradhimuktikah; tam enam tathagatah prajanati: ayam purusapudgalo yavadiyadbhih kalpakotlniyutasatasahasrair anuttarayam samyaksambodhau cittam utpadayisyati, iyadbhir asamkhyeyakalpakotlniyutasatasahasrair bodhisattvacaryas carisyati, iyanti buddhakotlniyutasatasahasrani satkarisyati, iyanty apramanani sattvakotlniyutasatasahasrani paripacayisyati bodhipratisthapanaya, iyadbhis casamkhyeyakalpasatasahasrair bodhim abhisambhotsyate, evamnama bhavisyati, idrsam casya buddhaksetram bhavisyati, Idrsas casya sravakaparivaro bhavisyati, idrsam casyayuspramanam bhavisyati, etavad antaram kalam asya parinirvrttasya saddharmah sthasyati. idam Drdhamate tathagatah prajanati taduttaram ca. idam Drdhamate ucyate bodhisattvasyanutpaditabodhicittavyakaranam.Drdhamati, apa ramalan mengenai Dia yang belum membangkitkan pikiran Bodhi? Di sini, Drdhamati, seorang pria telah diambil pada kelahiran di babak kelahiran kembali dengan lima nasib, antara lahir ke neraka,
hewan, dunia Kematian, dewa dan manusia: Orang ini memiliki kemampuan tajam dan bercita-cita untuk ajaran mulia. Tathagata mengetahui Orang ini dengan baik dan mengatakan: Individu ini, setelah begitu banyak ratusan dari ribuan kotiniyuta masa waktu kalpa, akan membangkitkan pikiran pencerahan sempurna tertinggi; selama begitu banyak ratusan ribu dari kotiniyuta masa waktu kalpa yang tak terhitung, Dia akan melakukan praktik Bodhisattva; Dia akan menghormati begitu banyak ratusan ribuan kotiniyuta Buddha; Dia akan mematangkan begitu banyak tak terhitung ratusan ribu kotiniyuta makhluk sehingga membangun mereka di Bodhi; setelah begitu banyak ratusan ribu masa waktu kalpa yang tak terhitung, Dia akan mencapai Bodhi yang sempurna; Dia akan memiliki seperti-dan-nama seperti itu, Tanah Lapang Buddha-Nya akan memiliki lapangan seperti ini dan karakteristik itu; para rombongan murid-Nya akan berjumlah banyak; umur-Nya akan berlangsung begitu lama dan setelah Nirvana-Nya Dharma-Nya yang baik akan bertahan selama banyak tahun. Ini, Drdhamati, Tathagata mengetahui dengan baik, dan hal-hal lain juga. Demikianlah, O Drdhamati, ramalan mengenai bodhisattva yang belum membangkitkan pikiran Bodhi.
Atha khalv ayusmdn Mahakasyapo bhagavantam etad avocat. adyagrenasmabhir bhagavan sarvasatvanam antike sastrsamjnotpadayitavya.tat kasya hetoh. na hy asmakam etaj jnanam pravartate: katamasya bodhisatvasya bodhiparipacakanindriyani samvidyante, katamasya na samvidyante. tato vayam bhagavann ajananas tatharupesu, hinasamjnam utpadayema. tena vayam ksanyema.
Kemudian Mahakasyapa Yang Mulia berkata kepada Sang Bhagavat : Terhitung sejak hari ini, O Bhagavat, Kami harus mempertimbangkan semua makhluk sebagai Guru secara pribadi. Kenapa? Hal ini karena Kita tidak memiliki pengetahuan Kamu dan Kita tidak tahu di mana kemahiran spiritual Bodhisattva masak di Bodhi dapat ditemukan dan di Bodhisattva yang mana mereka tidak dapat ditemukan.
Jadi karena itu, O Bhagavat, tidak mengetahui hal ini, itu berarti bahwa Kita memikirkan cemoohan caci maki untuk pria tersebut dan, melalui ini, Kita dapat merugikan diri Kita sendiri.
Bhagavan aha, sadhu sadhu Kasyapa subhasita te iyam vak.idam ca. may a Kasyaparthavasam sampasyamanena yusmakam evam dharmo desito: 'Ma bhiksavah pudgalena pudgalam pravicetavyam. yac chlghram ksanyati hi bhiksavah pudgalah pudgalam pravicinvan. aham va pudgalam praminuyam yo va syan madrsah'. etena Kasyapa nirdesena bodhisatvena va sravakena va sarvasatvanam antike sastrsamjotpadayitavya. matra kascid bodhisatvayanikah pudgalo bhavet tena tatratma raksitavya iti
Bhagavat mengatakan: Bagus, bagus, Kasyapa, apa yang baru saja dikatakan diucapkan dengan baik. Hal ini dalam mempertimbangkan pentingnya persoalan itu, O Kasyapa, bahwa Saya mengajarkan Anda aturan berikut: Para Bhikshu ', seseorang tidak boleh menilai seseorang, karena dia merugikan dirinya sendiri dengan sangat cepat, O Para Bhikshu, bahwa orang itu yang menilai orang. Saya sendiri atau orang seperti saya bisa menilai orang. Sesuai dengan ajaran ini, O Kasyapa, seorang Bodhisattva dan Sravaka harus mempertimbangkan semua makhluk sebagai Guru atas dirinya sendiri, dan bertanya pada diri mereka sendiri dengan hati-hati jika beberapa individu menganut Kendaraan Bodhisattva tidak didepan mereka.
Suramgama Samadhi Suttram
2. Utpaditabodhicittavyakarana
Ramalan dianugrahkan pada dirinya yang baru saja membangkitkan pikiran Bodhi. Ada juga makhluk yang memiliki akar kebaikan yang ditanam sejak lama (avaropitakusalamula), setelah menyelesaikan praktek-praktek yang baik (krtacarya), diserahkan kepada kekuatan (arabdhavirya), dengan kemahiran tajam (tiksnendriya), bercita-cita untuk ajaran mulia (udaradhimuktika), sangat welas asih (mahakarunasamanvagata) dan berusaha untuk menyampaikan makhluk {sattvavimoktukama). Segera setelah cittotpada mereka, orang-orang yang: mencapai keadaan tanpa kemunduran (avaivartika), masuk ke dalam kepastian yang mutlak dari para Bodhisattva (avakrantabodhisattvaniyama), dinilai dalam kepastian mutlak (niyatipatita), dan telah melampaui delapan kondisi yang tidak menguntungkan dari keberadaan
(astaksanasamatikranta). Segera setelah pria tersebut telah membangkitkan cittotpada, para Buddha memberi ramalan kepada mereka bahwa mereka suatu hari akan mencapai anuttarasamyaksambodhi, bahwa mereka akan memiliki seperti-dan-seperti nama, seperti-dan-seperti lapangan (ksetra) dan semacamnya-dan-seperti panjang kehidupan (ayuspramana). Ketika para Tathagata, mengetahui kecenderungan (asaya)laki-laki seperti itu, memberi mereka ramalan, itu adalah ramalan 'dianugrahkan pada Dia yang baru saja membangkitkan pikiran 'Bodhi.
3. Rahovyakarana
'Ramalan yang dibuat tanpa diketahui yang bersangkutan '. Terdapat para Bodhisattva yang, selama mereka belum mendapat ramalan tersebut, selalu penuh semangat mencari anuttarasamyaksambodhi.
1. Berkenan pada semua jenis pemberian (nanavidhadanadhimukta), Mereka senang untuk melimpahkan semua pemberian.
2. Melakukan janji yang ketat (drdhasamadanastha), mereka tidak melakukan pelanggaran terhadap kesusilaan (silaskandham na tyajanti).
3. Menampilkan hiasan pakaian resmi agung, memiliki kekuatan besar dari kesabaran (mahaksantibalopeta), Mereka berpikiran sama (samacitta) terhadap semua makhluk.
4. Memberi diri kepada kekuatan (arabdhavirya), mereka mencari semua dharma kebaikan (sarvakusaladharman paryesante). Tubuh mereka (kaya) dan pikiran (citta) tidak menganggur (akusida), mereka tampak seperti orang-orang yang sedang mencoba untuk menyelamatkan rambut mereka yang terbakar berkobar-kobar.
5. Terampil dalam kesadaran dan perhatian (smrtisamprajanyakusala), Mereka dapat memperoleh empat pencerapan (dhyana).
6. Mencari kebijaksanaan (prajnaparyesin), mereka melaksanakan Bodhi dari para Buddha.
Setelah lama mempraktekkan enam kesempurnaan (satpdramita), Mereka menyadari tanda Buddha (buddhalaksana).
Kemudian para Bodhisattva lainnya, para dewa, naga, Yaksa, gandharva, dan lain-lainnya, mencerminkan demikian: "Sungguh kuat (evamvidharabdhavlrya) Bodhisattva adalah sungguh luar biasa (adbhuta). Setelah berapa lama Dia akan mencapai anuttarasamyaksambodhi? Apa yang akan menjadi namanya? Yang akan menjadi tanah lapangnya {ksetra)? Apa yang akan menjadi jumlah Sravaka nya?
Sang Buddha, dalam rangka untuk memotong keraguan (samsayacchedana) dari makhluk-makhluk, kemudian memberikan ramalan: seluruh pekumpulan majelis (sarvavati parsad) mendengar dan memahami ramalan itu; hanya, dan karena kekuatan pendukung {adhisthanabala) dari Buddha, Bodhisattva yang bersangkutan tidak dapat mendengarnya. Seluruh perkumpulan majelis tahu bahwa Bodhisattva ini akan menjadi Buddha, apa yang akan menjadi namanya, apa yang akan menjadi tanah lapangnya dan jumlah Sravaka nya. mereka yang meragukan maka akan yakin dan akan mempertimbangkan Bodhisattva ini sebagai yang menjadi Bhagavat dirinya sendiri {tasya bodhisattvasyantike bhagavatsamjnam utpadayisyanti). Namun, Bodhisattva sendiri tidak akan tahu apakah Dia telah memperoleh ramalan.Demikianlah 'ramalan yang dibuat tanpa diketahui yang bersangkutan (Rahovyakarana)'.
4. Anutpattikadharmaksantilabdhasammukhavyakarana
'Ramalan yang diberikan di hadapan orang yang telah memperoleh kepastian dari dharma yang tidak timbul'. Seorang Bodhisattva tertentu telah mengumpulkan akar kebaikan {samcitakusalumula) untuk waktu yang lama; tidak ada yang Dia tidak lihat, Dia selalu berlatih pantangan nafsu (brahmacarya), Dia merenungkan bukan diri (anatmari) dan kosong (sunya) dan, menyangkut semua dharma, Dia telah mendapat
kepastian bahwa mereka tidak muncul (anutpadaksanti).
Sang Buddha tahu bahwa manfaat (Punya) dan kebijaksanaan (prajna) dari Orang itu adalah sempurna (sampanna), dan sebagainya, di tengah-tengah kumpulan majelis besar dari para dewa, manusya, Mara, Brahma, sramana dan brahmana, Dia menganugerahkan ramalan pada dirinya secara terbuka {samrnukha) dan mengatakan kepadanya: 'Kulaputra, dalam begitu banyak ratusan ribu kotiniyuta kalpa, Anda akan menjadi Buddha memiliki seperti-dan-seperti nama, seperti-dan-seperti tanah lapangan, seperti-dan seperti sejumlah Sravaka dan semacamnya-dan-seperti rentang hidup.'
Kemudian orang-orang yang tak terhitung banyaknya, meniru Bodhisattva itu, akan membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta tersebut. Seperti baginya, telah menerima ramalan secara tatap muka langsung dengan Sang Buddha, Dia akan bangkit ke udara pada ketinggian tujuh pohon palem (saptatalamatram vaihayasam abhyudgamisyati). Demikianlah, O Drdhamati, ramalan keempat, menganugrahkan 'di hadapan'.
Bodhisattva Setelah menerima Ramalan tersebut
Kemudian Drdhamati Bodhisattva berkata kepada Sang Buddha: Di sini, di dalam kumpulan majelis ini, adakah para Bodhisattva yang telah menjadi obyek dari empat ramalan itu?
Sang Buddha menjawab: Ya, ada beberapa.
Drdhamati bertanya: Siapakah mereka?
Sang Buddha berkata:
1. Sang Bodhisattva Simhanadanadin 'Gemuruh Auman Singa' dan Sang grhapatiputra 'Kenikmatan cinta' telah menerima ramalan sebelum membangkitkan pikiran Bodhi (anutpaditacittavyakarana).
Secara sama, di alam semesta di wilayah lain, Bodhisattva yang tak terhitung telah juga menerima ramalan sebelum membangkitkan pikiran Bodhi.
2. Selain itu, sang Bodhisattva Santimat 'Menentramkan', Bodhisattva kumarabhuta 'Kebajikan Besar', Bodhisattva Manjusri kumarabhuta dan para Bodhisattva lain yang tak terhitung telah menerima ramalan setelah membangkitkan pemikiran Bodhi (utpaditacittavyakarana). Mereka semua berada pada tahap tak dapat diubah (avaivartikabhumi).
3. Selain itu, Bodhisattva Jnanasura 'Pahlawan Pengetahuan', Bodhisattva Visesamati 'Kecerdasan Istimewa' dan tak terhitung Bodhisattva lainnya telah menerima ramalan yang dibuat tanpa diketahui mereka sendiri (rahovyakarana).
4. Akhirnya, O Drdhamati, Saya Sendiri, Maitreya dan ribuan para Bodhisattva dari Masa Waktu Yang Menguntungkan (bhadrakalpa) telah semua menerima ramalan yang diberikan di hadapan Mereka yang telah memperoleh kepastian dari dharma yang tidak timbul (anutpattikadharmaksantilabdhasammukhavyakarana).
Sang Drdhamati Bodhisattva berkata kepada Sang Buddha: Luar Biasa (adbhuta), O Bhagavat, adalah praktik yang tak terbayangkan dari para Bodhisattva (acintyabodhisattvacarya) dan ramalan yang tak terbayangkan (acintyavyakarana) yang Mereka terima! Para Sravaka dan Pratyekabuddha tidak bisa memahami Mereka dan, apalagi, makhluk lainnya.
Sang Buddha berkata: Drdhamati, praktek-praktek (carya) dari para Bodhisattva dan semangat (virya) yang Mereka kembangkan serta kekuatan pendukung (adhisthanabala) Mereka adalah tak terbayangkan (acintya).
Ramalan Yang Dianugrahkan kepada Para Putri Dewa
Kemudian para devakanya yang telah dimenangkan seluruhnya (vinita) oleh Bodhisattva Maragocaranupalipta dan yang telah membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta tersebut menyebarkan Bunga Langit (divyapuspa) diatas Buddha dan berkata kepada-Nya: Bhagavat, kita tidak suka ramalan yang diberikan tanpa diketahui oleh yang bersangkutan (rahovyakarana); kami ingin mendapatkan ramalan yang diberikan di hadapan siapapun yang telah memperoleh kepastian dari dharma yang tidak timbul (anutpattikadharmaksantilabdhasammukhavyakarana). Kami ingin Bhagavat untuk memberi kita sekarang Ramalan yang berkaitan dengan anuttarasamyaksambodhi.
Lalu Hyang Buddha tersenyum (smitam akarot): dari bibir-Nya menyorotkan keluar sinar (arcis) dari berbagai warna (nanavidhavarna) yang menerangi semua alam semesta, kembali ke Bhagavat dan menghilang
ke dalam tonjolan kepala Nya (usnise 'ntarhita).
Ananda bertanya: Bhagavat, untuk alasan apa Kau tersenyum?
Sang Buddha berkata kepada Ananda: Apakah Anda melihat dua ratus devakanya ini yang, dengan tangan bergabung, sedang membungkuk dihadapan Tathagata?
Ya, Saya melihat mereka, O Bhagavat.
[Sang Buddha melanjutkan]: Ananda, para devakanya itu, dalam berlalunya hari, di hadapan lima ratus Buddha, dengan mendalam menanam akar kebaikan (avaropitakusalamula). Selanjutnya, mereka akan memberi hormat (pujayisyanti) kepada para Buddha yang tak terhitung dan, pada akhir tujuh ratus asamkhyeyakalpa yang tidak terhitung, mereka akan menjadi Buddha dengan nama Vyuharaja. Ananda, para devakanya itu, setelah kematian mereka (maranakalakriyakale), akan mengubah tubuh perempuan mereka (strikdya) dan akan semuanya terlahir kembali di tempat tinggal para dewa Tusita di mana mereka akan memberi penghormatan untuk (pujayisyanti) dan melayani (upasthapayisyanti) Maitreya Bodhisattva.
[Permulaan menyesatkan dari Mara]
Lalu Mara Papimat, belajar bahwa para devakanya telah menerima ramalan, berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, saya telah kehilangan semua perintah (vasita) atas rombongan saya (parijana) karena mendengar Suramgamasamadhi dibabarkan. Apa yang kemudian dapat dikatakan (kah punar vadah) dari pokok persoalan saya lainnya (anubaddha)? Jika mereka mendengar Suramgamasamadhi, mereka juga akan menjadi pasti dari ciri sifat Buddha (buddhadharmesu niyata bhavisyanti).Kemudian para devakanya dengan pikiran berani (alinacittena) berkata kepada Mara Papimat: Jangan sedih, kita tidak meninggalkan dunia Anda (dhatu). Kenapa?
Keserupaan dari dunia Mara (maradhatutathata) adalah keserupaan dari dunia Buddha (buddhadhatutathata). Antara maradhatutathata dan buddhadhatutathata tidak ada duanya (dvaya) ataupun perbedaan (visesa). Dan kita tidak menyimpang dari keserupaan itu.
Sifat alami sejati dari dunia Mara (maradhatudharmata) adalah sifat alami sejati dunia Buddha (buddhadhatudharmata). Antara maradhatudharmata dan buddhadhatudharmata tidak ada duanya {dvaya) ataupun perbedaan (visesa). Dan kami tidak meninggalkan, tidak melebihi sifat alami sejati itu.
Dunia Mara (maradhatu) tiada persis atau dapat diuraikan, dan dunia Buddha (buddhadhatu) juga tiada persis atau dapat diuraikan. Antara maradhatu dan buddhadhatu tidak ada duanya {dvaya) ataupun perbedaan (visesa). Dan kami tidak meninggalkan, tidak melebihi sifat alami sejati dari dharma (dharmata).
Itulah sebabnya perlu diketahui bahwa semua dharma adalah tidak persis (aniyata) dan, karena mereka tidak persis, [untuk Anda] tiada kehadiran rombongan pengiring (parivara) atau tiada ketidak hadiran rombongan pengiring (aparivara).
Papimat Mara, yang sedih dan dirugikan, ingin kembali ke surganya.
Maragocaranupalipta Bodhisattva berkata kepada Mara Papimat: Dimana Anda akan pergi?
Mara menjawab: Saya ingin kembali ke istana tempat tinggal saya.
Bodhisattva melanjutkan: Jangan meninggalkan kumpulan majelis ini, ini adalah Istana Anda.
Pada saat itu Mara Papimat menemukan dirinya didalam istananya sendiri.
Bodhisattva bertanya kepada dia: Apa yang Anda lihat?
Mara Papimat menjawab: Aku mendapati diriku kembali didalam istana saya sendiri: kebun yang indah ini (ramaniyarama) dan sungai-sungai (nadi) ini milik saya.
Bodhisattva berkata kepada dia: Kalau begitu, sekarang persembahkan itu (niryataya) kepada Sang Tathagata.
Mara menjawab: Setuju!
Pada saat yang tepat bahwa dia mengucapkan kata itu, Dia melihat Tathagata, para Sravaka dan Bodhisattva: seluruh kumpulan majelis itu ada di kediamannya dan Sang Buddha sedang membabarkan Suramgamasamadhi
[Nilai Masing-masing Persembahan kepada Sang Buddha]
Kemudian Ananda berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, Sang Buddha dipersembahkan tempat di mana Dia menguraikan Suramgamasamadhi, dan Dia dipersembahkan makanan (bhojana) yang Dia makan sebelum mencapai pencerahan sempurna (abhisambodhi). Betapa besarnya manfaat (Punya) yang diperoleh oleh dua tuan dari memberi (danapati) yang membuat persembahan-persembahan itu kepada-Nya?
Buddha menjawab: Ananda, Sang Buddha ditawari makanan yang Dia makan sebelum pencapaiannya ke anuttarasamyaksambodhi, Dia ditawari makanan yang Dia makan sebelum menetapkan memutar Roda
Dharma (dharmacakrapravartana) dan Dia ditawari makan yang Dia makan sebelum membabarkan Suramgamasamadhi. Baik, masing-masing manfaat kebajikan yang dihasilkan dari ketiga pemberian makanan adalah tidak dapat dibedakan {nirvisesa).
Ananda, tempat dimana Saya mencapai anuttarasamyaksambodhi adalah kursi berlian (Vajrasana) di mana semua Buddha, masa lalu (atita), masa depan (anagata) dan sekarang (pratyutpanna), mencapai
pencerahan sempurna (abhisambodhi). Baik, semua tempat di mana Suramgamasamadhi dibabarkan adalah benar-benar sama (sama,nirvisesa) seperti Kursi berlian. Hal ini juga sama untuk semua tempat dimana Suramgamasamadhi diajarkan (desita), dibacakan (vacita) atau ditulis (likhita).
Ananda, Sang Buddha ditawari makanan yang Dia makan sebelum menetapkan memutar Roda Dharma untuk pertama kalinya. Baik, jika Ahli Dharma (dharmacarya) yang akan membacakan atau membabarkan
Suramgamasamadhi ditawarkan makanan, manfaat yang dihasilkan masing-masing dari kedua persembahan itu adalah sama (sama) dan tidak dapat dibedakan (nirvisesa).
Selanjutnya, O Ananda, Sang Buddha ditawari biara (vihara) di mana Dia memenangkan para makhluk dengan cara delapan belas keajaiban super (rddhipratiharya), Dia juga ditawarkan biara di mana Dia membaca dan menguraikan secara terperinci Suramgamasamadhi. Baik, manfaat kebajikan yang dihasilkan dari kedua hadiah persembahan itu tidak berbeda antara itu sendiri.
Kemudian Ananda berkata kepada Mara Papimat: Ini adalah keuntungan besar bagi Anda (mahalabhas te sulabdhah) telah mampu memberikan istana Anda kepada sang Buddha sehingga Dia dapat tinggal di dalamnya.
Mara mengatakan: Itu adalah hasil dari tindakan yang mendukung (adhisthana) dari Maragocaranupalipta bodhisattva.
[Perbuatan Luar Biasa dari Maragocaranupalipta dalam Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Drdhamati Bodhisattva berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, untuk melakukan keajaiban besar seperti itu (vikurvana), bukankah Bodhisattva Maragocaranupalipta berada didalam Suramgamasamadhi?
Sang Buddha menjawab: Drdhamati, memang seperti yang Anda katakan (evam etad yatha vadasi). Bodhisattva ini berada didalam Suramgamasamadhi dan dengan demikian bisa, dengan cara kekuatan supranaturalnya, menghasilkan sesuai keinginan:
Dia mewujudkankan dirinya dalam semua wilayah dari Mara (maragocara), namun Dia tidak terkotori (upalipta) oleh wilayah dari Mara.
Dia bersenang-senang dari dirinya (Ramati) dengan para putri dari para dewa (devakanya), tapi Dia tidak mengalami kesenangan seksual terlarang apapun (maithunarati).
Kulaputra ini dapat ditemukan didalam Suramgamasamadhi: Dia memasuki istana para Mara, namun Dia tidak pernah meninggalkan kumpulan majelis (parsad) yang berkumpul di sekitar Sang Buddha.
Dia tampaknya melakukan perjalanan melalui dunia Mara (maradhatu), untuk berjalan-jalan dan menghibur Dirinya di sana, tapi Dia memanfaatkan Buddha Dharma untuk memenangkan atas para makhluk.
[Perbuatan Luar Biasa dari Sang Buddha dalam Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Drdhamati Bodhisattva berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, ketika Tathagata berada di dalam Suramgamasamadhi, berapa banyak prestasi yang menakjubkan (vikurvanavyuha) yang Dia wujudkan? Akan lebih baik, O Bhagavat, jika Anda akan mengungkapkan kepada saya baik itu hanya sebagian kecil dari itu (kamcid eva pradesam).
Sang Buddha berkata: Drdhamati, saya saat ini berada di dalam Suramgamasamadhi. Dalam trisahasramahasahasralokadhatu ini, ada seribu juta (kotisata) Caturdvipaka, Candrasurya. Caturmaharaja dewa,
Trayastrimsa dewa, dewa Yama, Tusita dewa, dewa Nirmanarati, Paranirmitavasavartin dewa, dan seterusnya, hingga Akanistha dewa, Sumeru parvataraja dan Mahasamudra: ini disebut trisahasramahasahasralokadhatu.
Drdhamati, bahkan ketika sedang tinggal di dalam Suramgamasamadhi, Saya berada di dalam trisahasramahasdhasralokadhatu dan, pada akhirnya, di Jambudvipa, saya melatih, sebagai kasus mungkin, kesempurnaan (paramita) pemberian (dana), moralitas (sila), kesabaran (ksanti), kekuatan (virya), meditasi pennyerapan (dhyana) atau kebijaksanaan (prajna). Di Jambudvipa Saya, sebagai kasus mungkin, pertapa dengan lima pengetahuan super (pancabhijnarsi), atau lagi, seorang perumah tangga awam (grhastha) atau seorang bhikshu (pravrajita).
Dalam Caturdvlpaka, Saya, akan kesempatan muncul, seorang dewa Tusita dipisahkan dari lingkungan Buddha oleh hanya satu kehidupan (ekajatipratibaddha), atau lagi seorang raja Cakravartin mulia, seorang Sakra Devendra, Brahmaraja, Caturmahadevaraja, Yama DevaRaja, Tusita DevaRaja, Nirmanarati DevaRaja, Para-nirmitavasavattin DevaRaja, atau lagi pedagang (sresthin), perumah tangga (grhapati), Raja kecil (kottaraja), Raja besar (maharaja), Ksatriya, Brahmana atau sudra.
Dalam Caturdvipaka, akan kesempatan muncul, Saya meninggalkan surga Tusita dan turun untuk dilahirkan di dunia, atau lagi, Saya masuk ke rahim, Saya berdiam di dalam rahim, Saya terlahir, setelah lahir Saya mengambil tujuh langkah (saptapada) dan, mengangkat tangan Saya, Saya menyatakan: 'Saya yang tertua (jyestha) dari langit dan bumi ', Saya tinggal di istana di tengah-tengah tempat kediaman selir-selir sultan
(antahpura), Saya meninggalkan dunia, Saya berlatih pertapaan {duskaracarya), Saya menerima rumput, Saya duduk di Bodhimanda, Saya mengalahkan Mara, Saya menjadi Buddha, Saya bermeditasi [bawah] raja pohon, Sakra dan Brahma mengundang Saya untuk menetapkan memutar Roda Dharma, Saya menetapkan memutar Roda Dharma, Saya menolak kekuatan hidup (ayuhsamskaran utsrjami) , Saya memasuki Nirvana, tubuh Saya dibakar, semua relik tubuh Saya (sarira) diawetkan, relik Saya disebarkan, Dharma Saya ada pada titik menghilang, Dharma Saya telah menghilang, jangka hidup Saya (ayuhpramana) adalah
besar, jangka hidup Saya pendek, bidang tanah lapang (ksetra) Saya tidak berisi nasib buruk (apaya), bidang saya berisi nasib buruk.
Sekarang Jambudvlpa murni dan dihiasi seperti istana raja, sekarang itu tampaknya menyedihkan sekali, sekarang lagi, itu tampaknya unggul (adhimatra), biasa sedang (madhya) atau lebih rendah (avara).
Demikianlah, O Drdhamati, kekuatan yang menakjubkan (vikurvanabala) dari Suramgamasamadhi. Bodhisattva tampaknya masuk Nirvana, namun Ia tidak sepenuhnya hilang: di trisahasramahasahasralokadhatu, Ia
terus mewujudkan kekuatan yang menakjubkan {vikurvanabala) dan menampilkan seperti keajaiban (vyuha) itu.
Drdhamati, memikirkan Sang Buddha: untuk saat (etarhi) itu, dalam caturdvipaka sini Dia menetapkan memutar Roda Dharma, namun di Jambudvipa lainnya Dia belum mencapai kebuddhaan dan, masih di
Jambudvipa lainnya, Dia sudah dalam Nirvana. Ini disebut Penjelasan yang terperinci Dharma yang mengarah ke Pemusatan Pikiran Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani (suramgamasamadhipravesadharmamukha).
Suramgama Samadhi Suttram
[Perluasan Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani ke Sistem Dunia Lain]
Kemudian, di kumpulan majelis itu, para dewa, naga, Yaksa, gandharva, dan lainnya, para Bodhisattva dan para mahasravaka memikirkan demikian: Apakah hanya di dalam trisahasramahasahasralokadhatu sekarang ini bahwa Buddha Sakyamuni memiliki kekuatan luar biasa (rddhibala) ini, atau apakah Dia melaksanakannya secara sama di alam semesta yang lain?
Kemudian Manjusri, mengetahui pikiran perkumpulan majelis itu dan menginginkan untuk memotong keraguan (samsayacchedana) yang terakhir, berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, Saya melakukan perjalanan melalui semua Tanah Lapang Buddha (buddhaksetra). Sekarang, di wilayah puncak {uparisthad disi), jika, meninggalkan alam semesta ini di sini, seorang melintasi alam semesta yang banyaknya seperti pasir di
enam puluh sungai Gangga {ito buddhaksetrat sastiganganadlvalukopamani buddhaksetrany atikramya), terdapat alam semesta Buddha (buddhalokadhatu) yang disebut 'Cahaya lampu tunggal' Ekapradipa, ada seorang Buddha membabarkan Dharma kepada umat manusia. Saya pergi kepada-Nya dan, setelah menghormat kaki-Nya dengan menyentuhnya dengan kepala Saya (tasya padau sirasabhivandya), Saya bertanya kepada-Nya: 'Bhagavat, siapa nama-Mu dan bagaimana Saya harus menyebut Anda (ko nama tvam, katham dharayami)? Buddha itu menjawab Saya: 'Pergi dan temukan Buddha Sakyamuni dan Dia sendiri akan menjawab Anda'.
O Bhagavat, kebajikan dan keajaiban (gunavyuha) tanah lapang Buddha itu sedemikian rupa sehingga, orang menghabiskan sebuah kalpa atau lebih pada itu, orang tidak bisa menghitung itu semua. Di lapangan itu, nama dari Sravaka atau Pratyekabuddha bahkan tidak disebutkan, hanya ada perkumpulan majelis Bodhisattva yang tak henti-hentinya membabarkan secara terperinci Roda Dharma yang tak dapat diubah {avaivartikadharmacakra).
Bhagavat, beritahukan kepada Saya nama Buddha itu yang membabarkan Dharma secara terperinci di alam semesta Ekapradipa itu.
Kemudian Sang Buddha [Sakyamuni] berkata kepada Manjusri kumarabhuta: Sekarang dengarkan baik-baik dan ukir dengan baik dalam pikiran Anda (tena hi srnu sadhu ca ca susthu manasikuru), tetapi Anda tidak harus takut atau gemetar atau mengambil ketakutan, atau ragu atau meragukan (nottrasitavyam na samtrasitavyam na samtrasam apattavyam na vimativicikitsa utpadayitavyah). Kenapa? Kekuatan luar biasa (rddhibala) para Buddha adalah tak terbayangkan (acintya) dan keunggulan supremasi (arsabha) dari Suramgamasamadhi juga tak terbayangkan. Manjusri, Dia yang membabarkan Dharma di dalam alam semesta Ekapradipa adalah Buddha yang bernama Sarvagunadharmasamdarsakavikurvanaprabharaja 'Raja Perwujudan Cemerlang Menakjubkan dari Semua Kebaikan ', O Manjusri, Buddha Sarvagunadharmasamdarsakavikurvanaprabharaja dari alam semesta Ekapradipa itu adalah diri-Ku Sendiri. Di dalam alam semesta itu Saya mewujudkan {samdarsayami) kekuatan pendukung dari para Buddha; di dalam alam semesta itu Saya menjelaskan secara terperinci Roda Dharma Yang Tidak Dapat Diubah (avaivartikadharmacakra): itu adalah tanah murni yang dibudidayakan (Prabhavita) oleh Saya di masa lalu.
Manjusri, Anda harus tahu bahwa Saya melakukan kekuatan luar biasa ini dimana-mana di dalam yang tak terhitung (apramana) dan tak terbatas (ananta) kotinayutasatasahasrani dari buddhaksetra, tetapi para Sravaka dan para Pratyekabuddha tidak mengetahui ini. Demikianlah, O Manjusri, keunggulan supremasi (arsabha) dari Suramgamasamadhi: Bodhisattva, bahkan saat selalu mewujudkan prestasi yang menakjubkan (vikurvana) seperti itu di alam semesta yang tak terhitung banyaknya, tidak pernah menyimpang dari samadhi ini.
Manjusri, seperti matahari (surya) dan bulan (candra), tanpa pernah meninggalkan istana mereka (vimana), menerangi desa (grama), kota (Nagara) dan kabupaten (nigama), juga Bodhisattva, tanpa pernah
menyimpang dari Suramgamasamadhi, menampakkan diri mereka di mana-mana di alam semesta yang tak terhitung dan membabarkan secara terperinci Dharma sesuai dengan cita-cita (adhimukti) dari makhluk.
[Keyakinan dalam Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Kemudian seluruh kumpulan majelis itu takjub (Adbhutaprapta): baik-senang (Tusta), suka (udagra), dibuat sangat gembira (attamands), diisi dengan sukacita dan kegembiraan (pritisawnanasyajata). Para penonton yang tak terhitung itu membuat salam, tangan mereka bergabung (Pragrhitanjali). Para dewa, naga, Yaksa, gandharva, asura, garuda,kimnara, mahoraga, dan lainnya, memancurkan hujan kepada Sang Buddha dengan kalung mutiara (Ardhahara), bunga-bunga mengagumkan dari berbagai warna, bubuk bedak (curna) dan salep (vilepana), mereka menyebabkan setiap alat musik (turya) pemberian para dewa menjadi mensuarakan dan memuji Sang Tathagata. Para Sravaka melepaskan pakaian luar mereka (uttarasanga) dan mempersembahkannya kepada Sang Buddha. Para Bodhisattva menghujani Sang Buddha dengan bunga-bunga berwarna indah, sebesar Sumeru, sebaik beranekaragam jenis parfum (Gandha), bubuk bedak {curna), salep (vilepana), kalung mutiara dan permata (maniratnaniska).
Mereka semua berseru: Ya, Bhavagat, semua tempat (pradesa) di mana Suramgamasamadhi dijelaskan adalah seperti berlian (vajrasama).
Mereka yang, setelah mendengar samadhi ini, akan percaya (adhimoksyanti), pegang (udgrahisyanti), ulangi (vacayisyanti) dan menjelaskannya secara luas untuk orang lain (parebhyas ca vistarena samprakasayisyanti), tidak akan takut (Nottrasisyanti) dan tidak akan gemetar (na samtrasisyanti), mereka paling pasti juga seperti berlian (vajrasama), disebabkan dengan kepastian yang tidak dapat dihancurkan (abhedyaksantipratilabdha), mapan dalam iman (prasadanisrita), dilindungi oleh para Buddha (tathagataparigrhita), diberkahi dengan akar kebajikan yang kuat (sthulakusalamula), memiliki keuntungan besar pada pemberian mereka (sulabdhalabha), penakluk Mara dan musuh (nihatamarapratyarthika), dibebaskan dari takdir yang buruk (ksinapaya) dan dilindungi oleh teman-teman spiritual (kalyanamitraparigrhita).
Bhagavat, seperti yang kita mengerti arti dari kata-kata Bhagavat (Yatha vayam, Bhagawan, bhagavato bhasitasyartham ajanimah), makhluk yang, setelah mendengar Suramgamasamadhi ini, akan percaya
(Adhimoksyanti), mengenggamnya (udgrahlsyanti), mengulanginya (vacayisyanti), menembusnya secara mendalam (paryavapsyanti), menjelaskan secara luas kepada orang lain (Parebhyo vistarena samprakasayisyanti) dan menerapkan upaya mereka untuk itu (Bhavanakarena prayoksyante), makhluk-makhluk itu pasti dan tidak dapat diubah akan ditakdirkan mengenai sifat-sifat Buddha (buddhadharmaniyata).
Sang Buddha berkata: Sangat baik, sangat baik, memang seperti yang Anda katakan (Sadhu sadhu, evam etad Yatha vadatha). Mereka, bagaimanapun, yang belum menanam akar kebajikan yang kuat (anavaropitakusalamula), ketika mereka mendengar Suramgamasamadhi ini, tidak mempercayainya (na pattiyanti). Sedikit makhluk yang, mendengar Suramgamasamadhi ini, mempercayainya; banyak dari mereka yang, mendengar Suramgamasamadhi ini, tidak mempercayainya.
Kulaputra, jika Dia diberkahi dengan empat kualitas (caturbhir dharmaih samanvagatah), seorang pria bisa mempercayai (pattiyati) samadhi ini ketika ia mendengarnya. Apakah empat itu?
1. Dalam masa berlalu, di bawah Buddha dari masa lalu (atltabuddha), ia mendengar samadhi ini.
2. Dilindungi oleh teman-teman spiritual (kalyanamitraparigrhita), ia bercita-cita secara mendalam (adhyasayati) ke lingkungan Buddha.
3. Setelah mengumpulkan akar kebaikan (kusalamula), ia adalah seorang calon untuk pengajaran yang baik (udaradhimuktika).
4. Dia adalah saksi dengan tubuh langsung terhadap Dharma yang mendalam dari Mahayana (mahayanagambhlradharmateyasaksin).
Jika dia diberkahi dengan empat kualitas ini, seorang pria dapat percaya Suramgamasamadhi.
Kulaputra, ada juga para arhat yang tujuannya terpenuhi (Paripurnasamkalpa), mereka yang memiliki pandangan benar {drstisampanna), mereka yang mengejar [kebenaran] di bawah dorongan keyakinan (Sraddhanusarin) dan mereka yang mengejar kebenaran dengan cara Dharma (dharmanusarin). Mereka yang mematuhi melalui keyakinan (Sraddhadhimukta) dengan firman Buddha (tathagatapravacana)
mempercayai Suramgamasamadhi, tetapi tidak menyaksikannya dengan tubuh langsung (na tu kayena sdksdtkurvanti). Kenapa? Karena samadhi ini tidak dapat ditembus (gatimgata) oleh para Sravaka dan Pratyekabuddha dan bahkan sedikit oleh makhluk lain.
Kemudian Mahakasyapa sthavira berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, itu seperti manusia yang buta sejak lahir (jatyandha) yang, dalam mimpi (svapna), mendapatkan kembali penglihatannya (caksus): ia melihat semua jenis warna (rupa) dan merasa sukacita besar, masih dalam mimpi, ia mencampur dan bercakap-cakap (pralapati) dengan mereka yang menikmati penglihatan normal. Namun, orang buta, sekali
terbangun (pratibuddha), tidak lagi melihat warna-warna itu. Jadi Kita, setelah mendengar Suramgamasamadhi ini, dengan baik-senang {Tusta), suka (udagra) dan dibuat sangat gembira (attamanas), Kami pikir Kami telah memperoleh mata surgawi (divyacaksus), kami mencampur, kami berbincang dan kami berdebat dengan para Bodhisattva. Tapi sekarang, dari bibir sang Buddha, Kita telah mendengar samadhi ini, kita tidak tahu apa-apa tentang masalah ini dan, seperti mereka yang buta sejak lahir, kita tidak tahu apa-apa tentang dharma yang dipraktekkan oleh para Buddha dan Bodhisattva. Seperti dari hari ini (adyagrena), kami mempertimbangkan diri kami seperti mereka yang buta sejak lahir, tidak mengetahui dharma mendalam {gambhiradharma) dari para Buddha, tidak tahu dan tidak melihat wilayah (gocara) dari Bhagavat tersebut.
Sejak hari ini, Kita tahu bahwa para Bodhisattva benar-benar memiliki mata surgawi dan memiliki pengetahuan mendalam (gambhirajnana). Bhagavat, jika seorang pria tidak memiliki pemikiran kemahatahuan {sarvajnacitta), bagaimana ia bisa menegaskan ia berpengetahuan (jnanin) dan bahwa ia adalah lapangan jasa (punyaksetra)?
Sang Buddha berkata: Bagus, bagus, Kasyapa, memang seperti yang Anda katakan (sadhu sadhu, Kasyapa, evam etad yatha vadasi). pengetahuan mendalam ini yang diperoleh oleh para Bodhisattva tidak dapat dicapai baik oleh para Sravaka atau Pratyekabuddha.
Sementara Mahakasyapa sedang berbicara, delapan ribu makhluk membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta.
[Lapangan Tempat Menanam Jasa Kebajikan]
Kemudian Drdhamati Bodhisattva bertanya kepada Manjusri kumarabhuta: Manjusri, orang berbicara tentang lapangan jasa kebajikan (punyaksetra). Apa yang dimaksud dengan punyaksetra?
Manjusri menjawab: Jika seseorang dikaruniai dengan sepuluh kualitas (dasabhir dharmaih samanvagatah), orang itu adalah punyaksetra. Apakah sepuluh itu?
1. Tinggal di tiga pintu menuju kebebasan (vimoksamukha): kekosongan (sunyata), tiada tanda (animitta) dan tiada keinginan (Apranihita), tetapi tidak masuk ke dalam kepastian yang mutlak (Dharmaniyama).
2. Melihat dan mengetahui empat Kebenaran Mulia (catuhsatyajnanadarsana), tetapi tidak menuai buah dari Jalan (na tu margaphalasaksatkarah).
3. Membangkitkan delapan kebebasan (astavimoksa), tetapi tidak meninggalkan praktek bodhisattva (bodhisattvacarya).
4. Membangkitkan pengetahuan rangkap tiga (traividya), dan masih bepergian melalui dunia rangkap tiga (traidhatuka).
5. Mewujudkan bentuk tubuh (samsthana), warna (varna) dan sikap tubuh (iryapatha) dari Sravaka, tetapi tidak menjadi hanya pengulang belaka (Ghosanuga) mencari untuk belajar Dharma dari bibir lain
(Parato dharmaparyesin).
6. Mewujudkan bentuk tubuh, warna dan sikap tubuh dari Pratyekabuddha, tetapi membabarkan Dharma dengan kefasihan yang tidak putus-putusnya (andcchedyapratibhana).
7. Tinggal selalu di dalam penyerapan (dhyana) dan pencapaian (Samapatti), tetapi pada saat yang sama melaksanakan praktik Bodhisattva (Bodhisattvacarya).
8. Tidak pernah membelok dari jalan yang benar (marga), namun berpura-pura memasuki jalan yang salah (kumarga).
9. Seakan menjadi sangat melekat pada kesenangan (samrakta), tetapi menjadi terpisah (virakta) dari semua hawa nafsu (klesa).
10. Memasuki Nirvana, tapi tidak menghancurkan atau meninggalkan Samsara.
Perlu diketahui bahwa orang yang diberkahi dengan sepuluh kualitas ini adalah benar-benar seorang punyaksetra.
Kemudian Drdhamati Bodhisattva berkata kepada Subhuti: Ayusmat Subhuti, Bhagavat telah memanggil Anda yang paling utama di antara punyaksetra. Apakah Anda memiliki sepuluh kualitas itu?
Subhuti menjawab: Saya tidak memiliki bahkan salah satu dari mereka, apalagi semua sepuluh.
Drdhamati melanjutkan: Lalu kenapa kau disebut yang terutama di antara punyaksetra?
Subhuti menjawab: Dibandingkan dengan Buddha dan Bodhisattva, Saya tidak terkemuka di antara punyaksetra ', hanya dalam kaitannya dengan Sravaka dan Pratyekabuddha bahwa Buddha menyatakan Saya yang terutama diantara punyaksetra.
O Drdhamati, itu seperti seorang raja kecil perbatasan (pratyantajanapadanam kottarajah): ia juga disebut raja, tetapi jika raja Cakravartin yang mulia pergi ke perbatasan, semua raja kecil kehilangan gelar raja, untuk kemudian hanya ada seorang raja yang mulia Cakravartin yang kerajaan keagungan-Nya jauh lebih unggul (Bahvantaravisista) untuk mereka. Sama, O Drdhamati, di kerajaan, desa {grama), kota (nagara) dan kabupaten (nigama) dimana tiada Bodhisattva, Saya memiliki gelar punyaksetra, tetapi di mana pun ada para Buddha atau Bodhisattva yang agung, Saya kehilangan gelar punyaksetra.
Memang, Bodhisattva memiliki kemahatahuan (sarvajnacitta): itulah sebabnya Mereka lebih unggul untuk Saya.
Kemudian, sang Buddha mengucapkan selamat (sadhukaram adat) pada Subhuti: Sangat baik, sangat baik, memang seperti yang Anda katakan (evam etad yatha vadasi):
itulah kata-kata seorang Sravaka Besar yang tanpa kebanggaan (anabhimanika).
Yang Sungguh Belajar
lagi, Drdhamati Bodhisattva bertanya kepada Manjusri kumarabhuta: Manjusri, orang berbicara tentang belajar (bahusruta). Apa itu bahusruta?
Manjusri menjawab: Jika seseorang, mendengar wacana religius dari frase tunggal (ekapadika dharmamukha), dapat menganalisis seratus ribu kotinayuta makna (artha) di dalamnya, mengembangkan dan menjelaskannya untuk seratus, seribu atau sepuluh ribu kalpa tanpa melelahkan baik pengetahuannya (Jnana) atau kefasihannya (pratibhana), maka Dia adalah bahusruta.
Selain itu, O Drdhamati, Bodhisattva yang, segera setelah Dia mendengar mereka, dapat mengingat (dharana) semua kata-kata dari para Buddha yang tak terhitung dari sepuluh daerah, sang Bodhisattva yang bagi siapapun tidak ada berwujud frase tunggal (pada) belum terdengar sebelumnya (apurvasruta), sang Bodhisattva yang bagi siapa apa yang sering didengar adalah yang sudah mendengar, sang Bodhisattva yang ingat (dharayati) hal-hal sebagaimana Ia mendengar mereka (Yathasrutam) dan tanpa melupakan mereka (asampramosam), sang Bodhisattva yang menguraikan secara terperinci kepada makhluk sementara tidak ada makhluk, sang Bodhisattva yang tidak membeda-bedakan (visesa) antara dirinya sendiri (atman), makhluk (sattva) dan hal yang diuraikan secara terperinci Bodhisattva itu, kata Saya, adalah bahusruta.
Sekarang ada di perkumpulan majelis itu seorang Bodhisattva bernama devaputra Vimalacandragarbha 'Intisari Bulan Bersih Tak Bernoda', yang memiliki pemikiran ini: Sang Buddha menyatakan Ananda yang paling utama dari para bahusruta; apakah Ananda benar-benar bahusruta seperti Manjusri baru saja mendefinisikannya? Telah memiliki pikiran itu, Dia bertanya kepada Ananda: Sang Tathagata, Dia berkata kepadanya,
telah menyatakan Anda yang paling utama dari para bahusruta. Apakah Anda belajar (Bahusrutya) seperti itu yang Manjusri baru saja tegaskan?
Ananda menjawab: Aku tidak dengan cara apapun memiliki pembelajaran yang Manjusri baru saja tegaskan.
Vimalacandragarbha bertanya: Mengapa kemudian sang Tathagata selalu menyatakan Anda yang paling utama dari para bahusruta?
Ananda menjawab: Para murid (Sravaka) Sang Buddha memperoleh pembebasan (vimukti) sejauh mereka mengulangi kata-kata sang Guru (Ghosanuga): itu adalah di antara mereka bahwa sang Buddha menyatakan Saya yang terutama. Tapi Dia tidak pernah mengatakan bahwa Saya adalah yang paling utama dari para bahusruta diantara para Bodhisattva, diberkahi dengan lautan besar pengetahuan (apramanajnanasamudra),
diberkahi dengan kebijaksanaan tiada bandingnya (asamaprajha) dan kefasihan yang tak terhalang (apratihatapratibhana).
O devaputra, itu karena matahari (surya) dan bulan (candra) menerangi mereka bahwa orang dari Jambudvipa melihat angka (samsthana) dan warna (varna) dan melaksanakan kegiatan mereka (karmakaraka). Sama, itu hanya karena kecemerlangan kebijaksanaan (prajnaprabha) dari Tathagata bahwa Saya telah berhasil untuk mengingat Dharma Nya. Dalam hal ini Saya tidak memiliki kekuatan pribadi di penyelesaian Saya, masalah ini harus dikaitkan dengan kekuatan supernormal (rddhibala) dari Tathagata.
Kemudian Bhagavat mengucapkan selamat (sadhukaram adat) kepada Ananda: Sangat baik, sangat baik, memang seperti yang Anda katakan (sadhu sadhu, evam etad yatha vadasi). Jika Anda ingat dan jika Anda telah hafal Ajaran, itu adalah karena kekuatan supernormal dari Tathagata.
Kemudian Sang Buddha berkata kepada Vimalacandragarbha: dharma-dharma yang diingat oleh Ananda sangat sedikit, dharma yang Dia tidak mengerti adalah tak terhitung dan tak terbatas.
O devaputra, dari semua Dharma yang Saya peroleh di kursi pencerahan (Bodhimanda), Saya belum menguraikan ratusan-ribuan-ratus juta bagian dari mereka, dan dari sedikit yang Saya telah babarkan Ananda belum ingat ratusan-ribuan-ratus juta bagian dari mereka.
Mari Kita perhatikan, O devaputra, apa yang Tathagata, dalam satu hari dan satu malam, menguraikan kepada para Sakra, Brahmaraja, Lokapala devaraja, dewa, naga, Yaksa, Gandharva, devaputra dan Bodhisattva
yang mendiami seluruh alam semesta dari sepuluh daerah. Dengan cara kekuatan pengetahuan-Nya (jnanabala) Dia menyusun gatha, Dia menguraikan sutra, nidana, avadana sattvacarita dan paramita, Dia menguraikan para Sravaka-dan Pratyekabuddhayana, dan Anuttarayana dari Buddha yang berisi Pengajaran Mahayana, Dia melecehkan Samsara dan menjunjung tinggi Nirvana. Mari kita andaikan bahwa semua makhluk dari Jambudvipa adalah seperti yang dipelajari sebagai Ananda. Nah sekarang, apakah mereka untuk mengabdikan seratus ribu kalpa untuk itu, mereka tidak akan mampu menghafal [ajaran yang baru saja disebutkan]. Itulah sebabnya, O devaputra, seharusnya diketahui bahwa dharma yang diuraikan oleh Tathagata adalah tak terhitung dan tak terbatas, dan bahwa apa yang Ananda telah mengingat dari mereka adalah
sangat sedikit.
[Ramalan kepada Vimalacandragarbha]
Kemudian Vimalacandragarbha devaputra mempersembahkan kepada Tathagata ratusan ribu payung (chattra) dihiasi dengan tujuh permata (Saptaratnamaya). Pada saat yang sama payung-payung itu menutupi
(Acchadayanti sma) cakrawala (antariksa), dan makhluk yang ditutupi oleh mereka mengambil warna emas (suvarnavarna).
Setelah mempersembahkan payung-payung tersebut, sang devaputra berkata: O Bhagavat, Saya berharap bahwa, karena jasa kebaikan Saya (Punya), semua makhluk dapat membabarkan Dharma dengan kefasihan yang sama (pratibhana) seperti milik Anda dan bahwa mereka mungkin mengingat Dharma sebaik yang dilakukan Manjusri kumarabhuta.
Lalu Hyang Buddha, mengetahui tekad tinggi (adhyasaya) mengenai lingkungan Buddha yang memotivasi devaputra Bodhisattva, meramalkan (vyakaroti sma) anuttarasamyaksambodhi kepada-Nya, mengatakan:
Devaputra ini, dalam empat ratus dan empat ratusan ribu kalpa, akan menjadi Buddha di bawah nama Ekaratnacchattra 'Payung Tunggal Berharga', dan ksetra Nya (Tanah-Nya) akan dipanggil Sarvaratnacita
'Dibuat dengan semua Permata'.
Terakhir diubah oleh skipper tanggal Wed Apr 24, 2013 10:49 am, total 1 kali diubah
Suramgama Samadhi Suttram
[Alam Sementara Pratyekabodhi]
Ketika Sang Buddha telah mengakhiri kata-kata itu, dua ratus Bodhisattva mengalami keputusasaan (linacitta) dan berpikir: Ajaran (dharma) dari Buddha Bhagavat terlalu mendalam (Atigambhira) dan anuttarasamyaksambodhi terlalu sulit untuk dicapai (Sudurlabha), kita tidak mampu mencapai hal-hal ini, akan lebih baik untuk memasuki Nirvana dengan cara Kendaraan dari Pratyekabuddha.
Kenapa? Karena Buddha telah mengatakan: "Bodhisattva yang goyah bimbang menjadi baik Pratyekabuddha ataupun Sravakas".
Kemudian Manjusri kumarabhuta, memahami keputusasaan (Linacitta) dari dua ratus Bodhisattva itu, ingin menghalangi mereka dari tekad mereka sehingga menyebabkan mereka untuk memperoleh
anuttarasamyaksambodhi. Dia juga berharap untuk mematangkan (paripacana) perkumpulan majelis dengan dewa nya, naga, Yaksa, gandharva, asura, garuda, kimnara dan mahoraga. Itulah sebabnya Ia berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, Aku ingat bahwa di masa lalu (atite 'dhvani), selama kalpa yang disebut Vairocana 'Cemerlang', dalam perjalanan dari tiga ratus enam puluh ratusan ribu kehidupan, Aku masuk Nirvana dengan cara Kendaraan dari Pratyekabuddha.
Kemudian seluruh perkumpulan majelis (sarvavati parsad), benar-benar bingung (Samsayajata), berpikir: Jika Ia telah memasuki Nirvana, Dia tidak akan kembali ke kelahiran baru (pratisamdhibandha). Jadi mengapa Manjusri berkata: 'Bhagavat, Aku ingat bahwa di masa lalu, selama kalpa yang disebut Vairocana, dalam perjalanan dari tiga ratus enam puluh ratusan ribu kehidupan, Aku masuk Nirvana dengan cara Kendaraan dari Pratyekabuddha '? Apa artinya ini?
Kemudian Sariputra, diberikan kuasa oleh Buddha (buddhanubhavena), bertanya belakangan: Bhagavat, jika seseorang telah memasuki Nirvana, ia tidak bisa kembali ke kelahiran baru. Jadi bagaimana bisa Manjusri, setelah masuk Nirvana, telah terlahir kembali lagi?
Sang Buddha menjawab: Anda dapat bertanya kepada Manjusrl sendiri dan Dia akan menjawab Anda.
[Samaran Nirvana Manjusri]
Kemudian Sariputra bertanya kepada Manjusri dan berkata kepada-Nya: Jika seseorang telah memasuki Nirvana, ia tidak bisa kembali ke kelahiran baru. Jadi bagaimana bisa Anda mengatakan: 'Bhagavat, Aku ingat bahwa di masa lalu, selama kalpa yang disebut Vairocana, dalam perjalanan dari tiga ratus enam puluh ratusan ribu kehidupan, Aku masuk Nirvana dengan cara Kendaraan dari Pratyekabuddha '? Apa artinya ini?
Manjusri menjawab: sang Tathagata yang kini hadir adalah Yang Mengetahui Semua (Sarvajna) dan Yang Melihat Semua (sarvadarsin); Ia menceritakan kebenaran (satyavadin), Ia bercerita tentang kenyataan (tattvavadin) dan Dia tidak berbohong (na vancayati); tidak pernah dia menipu dunia dengan para dewa dan manusianya (sadevamanusyaloka). Sekarang ini sang Buddha secara pribadi menjadi saksi (saksin) terhadap kata-kata saya dan, jika saya berbicara sebaliknya (anyatha), saya akan menipu sang Buddha.
O Sariputra, pada waktu itu, selama kalpa Vairocana, ada muncul di dunia Buddha bernama Pusya. Setelah menjadi manfaat kebaikan bagi dunia dengan para dewa dan manusia-Nya, Ia memasuki Nirvana.
Setelah Nirvana-Nya, Dharma Baik-Nya berlangsung selama seratus ribu tahun. Setelah hilangnya Dharma Baik itu (saddharmavipralopa), para makhluk tidak bisa menemukan kondisi untuk pembebasan kecuali
dengan Pratyekabuddha. Bahkan jika ratusan ribu koti Buddha telah membabarkan Dharma kepada mereka, mereka tidak akan percaya dan tidak akan menerimanya. Itu hanya melalui badan-badan (Kaya), sikap tubuh (iryapatha) atau ajaran (dharma) dari Pratyekabuddha bahwa mereka bisa menang mengatasi. Dan semua makhluk itu bercita-cita ke Bodhi dari Pratyekabuddha. Pada saat itu, tidak ada Pratyekabuddha yang hadir, dan makhluk-makhluk itu tidak punya kesempatan apapun untuk menanam akar kebaikan (kusalamula).
Jadi saat itulah, agar untuk mematangkan mereka (paripacanartham), Aku berpura-pura menjadi seorang Pratyekabuddha. Dalam semua kerajaan (Rastra), desa (Grama), kota (nagara) dan kabupaten (nigama), Saya diyakini sebagai seorang Pratyekabuddha. Selain itu, saya mewujudkan (samdarsayami sma) bentuk badan (samsthana), warna (varna) dan sikap tubuh (iryapatha) dari Pratyekabuddha. Semua makhluk-makhluk itu menghormati Saya (pujayanti sma) sangat mendalam menawarkan dana makanan (Pindapata). Setelah menerima dan memakan itu, Saya menganggap kondisi mereka sebelumnya (purvapratyaya) dan ajaran-ajaran yang cocok untuk mereka dengar; Saya menjelaskan secara terperinci kepada mereka, lalu Saya bangkit ke udara (antariksam abhyudgamam), seperti raja angsa (rajahamsa). Kemudian para makhluk itu merasakan sukacita yang besar dan, diisi dengan hormat, mereka menghormati saya dengan kepala mereka, dengan mengatakan: "Kami ingin, di masa mendatang (Anagate 'dhvani), untuk mendapatkan kebajikan dan keuntungan seperti yang dimiliki Pria ini '.
O Sanputra, adalah dengan metode ini (tenaparyayena) bahwa Saya memimpin jumlah tak terhingga dan tak terhitung para makhluk untuk menanam akar yang baik (Kusalamula).
Kemudian, mengingat dan mengetahui bahwa orang-orang yang menawarkan Saya makanan memiliki perasaan putus asa (Linacitta), Saya menyatakan kepada mereka: "Waktu Nirvana saya telah tiba '. Ratusan ribu makhluk, setelah mendengar kata-kata itu, mengambil bunga (puspa), parfum (Gandha), berbagai intisari dan minyak (taila), dan datang kepada Saya. Lalu Aku memasuki pencapaian penghentian (nirodhasamapatti) namun, sesuai dengan cita-cita Saya sebelumnya (purvapranidhana), Saya tidak memasuki Parinirvana seluruhnya (atyantam). Para makhluk mengatakan bahwa Saya sudah mati;
dalam rangka untuk menghormati Saya, mereka membakar tubuhku dengan bahan bakar wangi (Gandhendhana) dan menegaskan bahwa Saya benar-benar di dalam Parinirvana.
Setelah itu, Saya sekali lagi pergi ke ibukota lainnya (Rajadhani); Saya menampilkan ulang diri Saya sebagai Pratyekabuddha, ada lagi, para makhluk datang untuk menawarkan saya dana makanan (Pindapata). Pada saat itu, Aku berpura-pura masuk Nirvana dan, sekali lagi, Saya dikatakan di dalam Parinirvana. Orang-orang datang untuk menghormati saya dan membakar tubuh Saya.
Jadi, Sariputra, bahwa pada saat itu, selama kalpa kecil secara keseluruhan (Antarakalpa), dalam perjalanan dari tiga ratus enam puluh ratusan ribu kehidupan, Saya adalah Pratyekabuddha dan pura-pura masuk
Nirwana. Dalam semua ibu kota (Rajadhani), satu demi satu, Saya menyampaikan tiga puluh enam ratus ribu makhluk melalui Kendaraan Pratyekabuddha. Jadi itulah, Sariputra, bahwa seorang Bodhisattva yang masuk Nirwana melalui Kendaraan Pratyekabuddha tidak dalam Parinirvana untuk senantiasa.
Ketika Manjusri telah berbicara kata-kata itu, trisahasmahasahasralokadhatu bergetar dalam enam cara (sadvikaram akampata) dan dipenuhi dengan pancaran yang besar (Mahata prabhaya parisphuto 'bhut). Agar
untuk memberi penghormatan kepada Manjusri kumarabhuta, seribu ratusan ribu para dewa menyebabkan bunga-bunga surgawi (divyapuspa) untuk menghujan turun dan berkata: Ini benar-benar luar biasa (adbhuta): hari ini kita telah memperoleh keuntungan besar (labha nah sulabdhah), kita telah melihat Bhagavat Buddha, kita telah melihat Manjusri kumarabhuta dan kami telah mendengar Suramgamasamadhi. O Bhagavat, Manjusri kumarabhuta memiliki kualitas yang benar-benar luar biasa (adbhutadharma). Di dalam samadhi manakah Dia dapat ditemukan untuk mewujudkan kualitas yang luar biasa seperti itu?
[Perbuatan Luar Biasa dari para Bodhisattva dalam Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Sang Buddha berkata kepada para dewa: Manjusri kumarabhuta ditemukan di dalam Suramgamasamadhi, itulah mengapa Dia bisa melakukan hal-hal yang luar biasa (Adbhuta) dan sulit (duskara) seperti itu.
1. Bodhisattva di dalam Suramgamasamadhi mempengaruhi untuk mengikuti kebenaran di bawah dorongan keyakinan (sraddhanusarin), tapi Dia tidak bergantung pada orang lain untuk percaya.
2. Dia mempengaruhi untuk mengikuti kebenaran dengan cara Dharma (Dharmanusarin) tapi, tentang hakikat segala sesuatu (dharmata) dan pemutaran Roda Dharma (dharmacakrapravartana), Dia adalah tanpa tidak dapat diubah atau kekurangan.
3. Dia mempengaruhi menjadi tingkat delapan Yang Suci (astamaka), tetapi selama tak terhingga tak terhitung periode kalpa {asamkhyeyakalpa), Dia menjalani sang jalan (margam carati) demi mereka yang telah jatuh ke dalam delapan kejahatan (astamithyatvapatita).
4. Dia mempengaruhi telah memasuki aliran arus Nirvana (srotaapanna) namun, demi mahluk yang tertarik ke dalam aliran arus Samsara (samsarasrotovahita), Dia tidak memasuki kepastian (niyama) [mengenai kemahiran mutlak yang baik].
5. Dia mempengaruhi kembali hanya sekali [antara manusia] (sakrdagamin), tetapi Dia memperlihatkan dirinya dimana-mana di seluruh dunia (lokadhatu).
6. Dia mempengaruhi untuk tidak terlahir kembali [di Kamadhatu] (anagamin), tapi Dia kembali sekali lagi untuk mematangkan makhluk (sattvaparipacanartham).
7. Dia mempengaruhi menjadi Seorang Suci (arhat), tapi Dia terus mengerahkan semangatnya (viryam arabhate) untuk mencari sifat Buddha {buddhadharmaparyesanartham).
8. Dia mempengaruhi untuk menjadi pendengar biasa (Sravaka), tapi Dia mengajarkan Dharma (dharma desayati) kepada umat manusia dengan kefasihan yang tak terhalang {Anacchedyapratibhana).
9. Dia mempengaruhi untuk menjadi Pratyekabuddha tetapi, demi untuk mematangkan para makhluk diberkahi dengan kekuatan kondisi (pratyayabalopeta), Dia tampaknya masuk Nirvana, kemudian melalui kekuatan samadhi ini Dia kembali ke kelahiran baru.
10. O para devaputra, Bodhisattva yang berdiam di dalam Suramgamasamadhi dapat menggunakan berbagai cara mulia dari pidato (aryavyavahara) tetapi, dalam semua tahap (bhumi) di mana Dia membabarkan Dharma, Dia tidak benar-benar menghuni (na viharati).
Suramgama Samadhi Suttram
[Keunggulan Pelanggar terhadap Dia Yang Suci]
Para dewa, saat mendengar Buddha sedang menjelaskan hal-hal ini, larut dalam air mata dan berkata: Bhagavat, makhluk yang telah memasuki kepastian (niyama) dari Sravaka dan Prateykabuddha adalah pasti hilang dicabut (vipanna) dari Suramgamasamadhi ini.
O Bhagavat, seorang yang bersalah dari lima pelanggaran dari hasil langsung (pancanantarya) yang mendengar Suramgamasamadhi dibabarkan/dijelaskan adalah lebih unggul terhadap [Dia Yang Suci] yang masuk ke dalam kepastian (avakrantaniyama) dan terhadap arhat yang telah menghancurkan semua kekotoran batin (ksinasrava). Mengapa? Orang yang bersalah dari pancanantarya, saat mendengar Suramgamasamadhi dibabarkan, membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta dan bahkan jika, karena kelakuan buruk dia sebelumnya (purvapapakarman), dia jatuh ke dalam neraka (Naraka), jasa kebaikan (kusalamula) karena telah mendengar Suramgamasamadhi memungkinkan dia untuk menjadi Buddha. Sebaliknya, para arhat yang telah menghancurkan kekotoran batin (Ksinasrava) adalah seperti wadah rusak (chinnabhajana): tidak pernah bisa dia membuat penggunaan Suramgamasamadhi.
Dengan demikian, Bhagavat, suatu hari ketika pembagian mentega (ghrta), minyak (Taila) dan madu (madhu) sedang berlangsung, kerumunan orang menampilkan diri mereka sendiri dengan segala macam wadah (bhajana). Antara orang-orang itu, melalui ketidaksengajaan (smrtihani), memecahkan wadah yang dia sedang pegang. Ia pergi ke pembagian namun tidak memperoleh keuntungan dari minyak, mentega dan madu. Dia menyegarkan dirinya hanya pada tempat itu, tetapi tidak bisa mengambil apa pun pulang untuk diberikan kepada orang lain. Sebaliknya, orang lain yang memiliki wadah utuh di pengasingan dirinya tidak hanya
menyegarkan dirinya di tempat, tapi bisa mengambil semangkuk yang terisi dengan baik (Paripurnabhajana) untuk menawarkan kepada orang lain.
Mentega, minyak dan madu itu menunjukkan Dharma yang baik {Saddharma) dari Buddha. Pria dengan mangkuk yang rusak yang hanya memperoleh kepuasan pribadi dari pembagian tetapi tidak bisa mengambil apa pun pulang untuk diberikan kepada orang lain menunjukkan Sravaka dan Pratyekabuddha. Pria dengan mangkuk yang utuh menunjukkan Bodhisattva yang, sementara memastikan kesejahteraan (svahita) sendiri, masih bisa memberikan kepada semua mahluk.
[Dua Ratus Bodhisattva yang Putus asa Mendapatkan Sepuluh Kekuatan]
Ketika dua ratus Bodhisattva yang ingin menarik diri dari anuttarasamyaksambodhi mendengar kata-kata tersebut dari para devaputra itu dan belajar dari kebajikan tak terbayangkan dan kemampuan
(acintyagunaprabhava) dari Manjusri kumarabhuta, Mereka memperbaharui tekad tinggi (adhyasaya) mereka dan membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta tersebut. Sepenuhnya memutuskan untuk tidak menarik diri dari itu lagi, Mereka berkata kepada Sang Buddha: Bahkan jika Kami harus menghadapi bahaya dan kehilangan hidup Kami, tidak pernah lagi akan Kami meninggalkan bodhicitta dan tidak akan pernah Kami meninggalkan makhluk. O Bhagavat, berdasarkan manfaat jasa kebaikan (kusalamula) akibat mendengar Suramgamasamadhi ini, semoga Kami memperoleh sepuluh kekuatan Bodhisattva (dasabodhisattvabala). Apa itu sepuluh kekuatan?
1. Kekuatan kesetiaan ketabahan dalam pemikiran Bodhi (bodhicittasaratabala),
2. Kekuatan keyakinan dalam sifat-sifat Buddha yang tidak terbayangkan (acintyabuddhadharmasraddhabala),
3. Kekuatan penyimpanan ingatan pada pengetahuan (bahusrutyasampramosabala),
4. Kekuatan tak kenal lelah dalam perjalanan melalui putaran kelahiran kembali (samsaranaparikhedabala),
5. Kekuatan kesetiaan ketabahan dalam kasih sayang yang besar terhadap makhluk {sattvesu mahakaruna saratabala),
6. Kekuatan pendirian teguh kemurahan Hati dalam memberi (danadrdhatyagabala),
7. Kekuatan tidak meninggalkan janji mengenai moralitas (silasamadanaparihanibala),
8. Kekuatan penyelesaian tegas dalam kesabaran dan kebaikan (ksantisauratyanivesanabala),
9. Kekuatan kebijaksanaan yang tidak bisa dihancurkan Mara,
10. Kekuatan keyakinan dalam ajaran yang mendalam (gambhiradharmadhimuktibala).
Kemudian Sang Buddha berkata kepada Bodhisattva Drdhamati: Jika seseorang, sekarang atau setelah Saya Parinirvana, mendengar Suramgamasamadhi ini dan mempercayainya,
ia pasti akan mendapatkan sepuluh bodhisattvabala itu.
[Mengapa dan Bagaimana Melatih Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Sekarang, dalam perkumpulan ada seorang Bodhisattva bernama Namamati yang berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat,
1. Dia yang mencari jasa kebaikan harus memberi penghormatan kepada Sang Buddha (punya paryesina buddhapujanam kartavyam).
2. Dia yang mencari kebijaksanaan (prajna) harus mengabdikan dirinya untuk belajar (Srutabhiyoga).
3. Dia yang mencari surga (svarga) harus memperhatikan moralitas (silaraksana).
4. Dia yang mencari kekayaan (upabhoga) harus melipatgandakan pemberian (Danavardhana).
5. Dia yang mencari kecantikan (rupa) harus mengembangkan kesabaran (Ksantibhavana).
6. Dia yang mencari kefasihan (pratibhana) harus tekun mengabdi untuk Guru nya (gurubhakti).
7. Dia yang mencari daya ingat (dharani) harus menghindari kesombongan (abhimanaparivarjana).
8. Dia yang mencari pengetahuan (Jnana) harus mengembangkan perhatian benar (Yoniso manasikara).
9. Dia yang mencari kebahagiaan (sukha) harus menghindari semua tindakan yang salah (Sarvapapakarana).
10. Dia yang berusaha untuk menjadi bermanfaat bagi makhluk (sattvarthakriya) harus membangkitkan pikiran pencerahan (bodhicittotpada).
11. Dia yang mencari suara manis (madhurasvara) harus menumbuhkan perkataan benar (satyavagbhavana).
12. Dia yang mencari kebajikan (guna) harus bersuka dalam kesunyian kesendirian (Pravivekapriti).
13. Dia yang mencari Pengajaran (dharma) harus sering dengan sahabat dharma (kalyanamitrasevana).
14. Dia yang mencari ketenangan (samatha) harus menghindari kerumunan (Samsargavipravasa).
15. Dia yang mencari wawasan pengetahuan yang dalam (vipasyana) harus menumbuhkan perhatian (manasikarabhavana).
16. Dia yang ingin terlahir kembali di dunia Brahma (Brahmaloka) harus berlatih empat tingkatan tak terbatas (caturapramanacittabhavana).
17. Dia yang ingin dilahirkan kembali di antara dewa dan manusia (devamanusyasampad) harus mengikuti sepuluh jalan perbuatan baik (dasakusalakarmapatha).
18. Dia yang mencari Nirvana harus mematuhi kekosongan dharma (dharmasunyatadhimukti).
O Bhagavat, Dia yang mencari pada saat yang sama jasa kebaikan, kebijaksanaan, surga, kekayaan, kecantikan, kefasihan, daya ingat, pengetahuan, kebahagiaan, manfaat bagi makhluk, suara manis, kebajikan, Dharma, ketenangan, wawasan pengetahuan dalam, dunia Brahma, dewa dan manusia dan Nirvana, orang itu, Saya katakan, harus mendengar Suramgamasamadhi, pegang, ingat, menjelaskannya secara terperinci
kepada orang lain dan memasukkannya ke dalam latihan. Bhagavat, bagaimana kemudian harus seorang bodhisattva melatih samadhi ini?
Sang Buddha menjawab: Namamati,
1. Bodhisattva yang menganggap Dharma sebagai kosong (sunya), tidak melawan (apratigha) dan binasa dari seketika ke seketika (ksanika), tanpa keengganan atau kasih sayang (ananunayapratigha), Bodhisattva itu melatih samadhi ini.
2. Selain itu, O Namamati, tidak hanya ada satu metode tunggal pengejaran (ekapratipatti) dalam berlatih samadhi ini. Bagaimana bisa begitu? Sebanyak keberadaan fungsi-fungsi (pravrtti) dalam pikiran dan jiwa
(Cittacaitta) dari makhluk, adalah banyaknya fungsi-fungsi dalam samadhi ini. Sebanyak pintu masuk (pravesa) ke dalam pikiran dan jiwa {Cittacaitta) dari makhluk, adalah banyaknya pintu masuk ke dalam samadhi ini. Sebanyak pintu masuk (pravesamukha) ke indra (indriya) dari makhluk, adalah banyaknya pintu masuk ke samadhi ini. Sebanyak nama dan bentuk (namarupa) diantara para makhluk, adalah banyaknya nama dan bentuk dalam samadhi ini. Mengetahui hal ini begitu adalah sedang berlatih samadhi ini.
3. Sebanyak nama (naman), bentuk (rupa) dan tanda (Laksana) dalam para Buddha, adalah banyaknya nama, bentuk dan tanda dalam samadhi ini. Mengetahui hal ini begitu adalah sedang berlatih samadhi ini.
4. Bodhisattva sendiri memperoleh bidang (ksetra) sebanyak yang Dia lihat dari mereka diantara para Buddha:itu adalah sedang berlatih samadhi ini.
Bodhisattva Namamati berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, metode dari pengejaran (pratipatti) dalam samadhi ini adalah sangat sulit (atiduskara).
Sang Buddha berkata kepada Namamati: Itulah sebabnya sedikit Bodhisattva yang tinggal di dalam samadhi ini, dan banyak para Bodhisattva yang berlatih samadhi-samadhi lainnya.
[Maitreya dalam Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Kemudian Bodhisattva Namamati berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, Maitreya Bodhisattva di sini dipisahkan dari lingkungan Buddha dengan hanya satu kehidupan {ekajatipratibaddha) dan menurut Anda, Bhagavat, Dia akan mencapai anuttarasamyaksambodhi. Apakah Maitreya memiliki Suramgamasamadhi?
Sang Buddha menjawab: Namamati, para Bodhisattva yang berada di Tahap kesepuluh (dasabhumistha), yang ekajatipratibaddha dan yang telah menerima pentahbisan (abhiseka) dari para Buddha semuanya memiliki Suramgamasamadhi.
Kemudian Bodhisattva Maitreya menampilkan perbuatan supernormal (evamrupam rddhyabhisamskaram abhisamskaroti sma) bahwa bodhisattva Namamati dan seluruh perkumpulan majelis (sarvavati parsad)
melihat Maitreya Bodhisattva di semua Jambudvipa dari trisahasramahasahasralokadhatu.
Di sini Dia berada di antara para dewa (devaloka), disana di antara manusia (Manusyaloka). Di sini Dia adalah seorang pengemis yang taat beragama (pravrajita), di sana Dia adalah orang awam (grhastha).
Di sini Dia adalah seorang pelayan (upasthayaka) dari Buddha seperti Ananda, disana Dia adalah yang paling utama dari orang bijak besar (mahaprajnavatam agryah) seperti Sariputra, di sana Dia adalah yang paling utama dari mereka yang memiliki kekuatan supernormal (rddhimatam agryah) seperti Maudgalyayana, disana Dia adalah yang paling utama dari mereka yang mengamati praktek pertapaan (Dhutagunavadinam agryah) seperti Mahakasyapa, di sana Da adalah yang paling utama dari mereka yang membabarkan Dharma (dharmakathikanam agryah) seperti Purna, di sana Dia adalah yang paling utama dari mereka yang suka untuk melatih diri sendiri (siksakamanam agryah) seperti Rahula, di sana Dia adalah yang paling utama dari para penjaga Vinaya (vinayadharanam agryah) seperti Upali, di sana Dia adalah yang paling utama dari mereka yang memiliki mata surgawi (Divyacaksukanam agryah) seperti Aniruddha, di sana Dia yang paling utama dari penyerap (dhyayinam agryah) seperti Revata, di sana Dia adalah yang paling utama dari mereka yang tinggal didalam tidak adanya perselisihan (aranaviharinam agryah) seperti Subhuti. Jadi itu adalah yang mereka lihat Maitreya menjadi yang paling utama di antara semua.
Di sini mereka melihat Dia memasuki desa {grama), kota (nagara) dan provinsi (nigama) mengemis untuk makanan, di sana mereka melihat Dia menguraikan Dharma, atau lagi, duduk dalam kesunyian meditasi (pratisamlina).
Bodhisattva Namamati dan perkumpulan majelis besar melihat Bodhisattva Maitreya demikian mewujudkan kekuatan pendukung dari Suramgamasamadhi dan, setelah melihat Dia, mereka sangat bersukacita dan
berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, seperti emas (kancana), bahkan jika itu telah melewati penempaan, tidak pernah kehilangan kealamiannya (svabhava), jadi para Satpurusa Besar ini, di mana pun Mereka pergi, menyatakan dimana-mana kealamian dari kualitas-kualitas mereka yang tak terbayangkan (acintyadharma).
Kemudian Bodhisattva Namamati berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, Saya menyatakan bahwa Bodhisattva yang dapat menembus Suramgamasamadhi juga menembus praktek dari semua jalur (sarvamargacarya) dan menembus Sravakayana, Pratyekabuddhayana dan Mahabuddhayana.
Sang Buddha menjawab: Ya, memang seperti yang Anda katakan: para Bodhisattva yang dapat menembus Suramgamasamadhi juga menembus praktek dari semua jalan.
[Manjusri Identik dengan Nagavamsagra Buddha]
Kemudian Sang Sthavira Mahakasyapa berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, Saya menyatakan bahwa Manjusri kumarabhuta, di masa lampau (Bhutapurvam), di masa lalu yang lama (atite dhvani), melakukan perbuatan Buddha (buddhakarya), bahwa Dia duduk di Kursi Pencerahan (Bodhimanda), bahwa Dia mengatur memutar Roda Dharma, bahwa Dia mengajar para makhluk dan bahwa Dia memasuki Nirvana Yang Besar (Maha Parinirvana).
Sang Buddha menjawab: Hal ini memang begitu, memang seperti yang Anda katakan (evam etad evam etad Yatha vadasi). Di masa berlalunya waktu yang lama, baik lebih dahulu yang sangat luas {Aprameya), tak terbatas (ananta) dan tak terbayangkan (acintya) asamkhyeyakalpa, ada seorang Buddha yang bernama Nagavamsagra "Puncak dari Bangsa Naga", Yang Telah Datang (Tathagata), Yang Suci (arhat), Yang Mencapai Pencerahan Sempurna (samyaksambuddha), Yang sempurna Pikiran dan Perbuatan (Vidyacaranasampanna), Yang Terbahagia (Sugata), Yang Maha Mengetahui dunia (lokavid), Pemimpin tak Tertandingi (Anuttara), Penjinak Nafsu makhluk-makhluk (purusadamyasarathi), Guru dewa dan manusia (Sasta Devanam ca manusyanam ca), Sang Buddha, Sang Bhagava (bhagavat).
Di wilayah selatan (daksinasyam disi), jika meninggalkan alam semesta ini disini seseorang melintasi seribu tanah Buddha (ito buddhaksetrad buddhaksetrasahasrany atikramya), ada tanah yang disebut Sama "rata", tiada gunung dan sungai {apagataparvatanada) tanpa pasir, kerikil dan batu, tanpa bukit atau batu kecil, bahkan sama seperti telapak tangan (sama panitalajata), menghasilkan rumput lembut (mrdutrna) seperti Kacilindika.
Itu adalah di dalam alam semesta (lokadhatu) itu bahwa Buddha Nagavamsagra mencapai anuttarasamyaksambodhi, mengatur memutar Roda Dharma, mematangkan dan memenangkan tujuh puluh koti lebih
para Bodhisattva. Delapan puluh koti orang menjadi arhat dan sembilan puluh enam ribu orang didirikan pada ajaran hubungan sebab akibat dari Pratyekabuddha. Buddha Nagavamsagra memiliki perkumpulan Sravaka yang sangat besar sebagai pengikut-Nya O Kasyapa, umur-Nya (Ayuspramana) adalah dari empat ratus dan empat puluh tahun yang banyak sekali. Ketika Dia telah mengantarkan dewa dan manusia, Dia memasuki Nirvana. peninggalan relik tubuh-Nya (Sarira) dibagikan ke seluruh negeri, tiga puluh enam koti stupa didirikan pada Nya yang para mahluk datang untuk menghormati. Setelah Parinirvana dari Buddha itu, Dharma-Nya yang baik (Saddharma) berlangsung lebih sepuluh tahun yang banyak sekali.
Buddha Nagavamsagra, berada di titik masuk Nirvana, telah memberikan ramalan (vyakarana) kepada Bodhisattva Jnanaprabha "Pengetahuan Cemerlang" dan mengumumkan: 'Bodhisattva Jnanaprabha ini, setelah Diri-Ku sendiri, akan mencapai anuttarasamyaksambodhi dan akan menanggung nama 'Jnanaprabha'.
O Kasyapa, jangan mulai bertanya-tanya apakah, pada waktu itu, Sang Buddha Nagavamsagra dari alam semesta Sama tak lain [selain Manjusri]. Kenapa? Karena Manjusri kumarabhuta yang sekarang hadir waktu itu adalah [Sang Buddha Nagavamsagra].
Kasyapa, sekarang mempertimbangkan kekuatan dari Suramgamasamadhi. Itu adalah melalui kekuatannya para Bodhisattva Agung menyatakan:
1. turun ke dalam rahim (garbhavakranti),
2. kelahiran (janman),
3. penolakan terhadap dunia (abhiniskramana),
4. praktek dari pertapaan (duskaracarya),
5. yang pergi ke pohon pencerahan (bodhivrksagamana),
6. pemasangan di kursi pencerahan (bodhimandanisidana),
7. kemenangan atas Mara (maradharsana),
8. yang mencapai pencerahan (abhisambodhana),
9. pemutaran Roda Dharma (dharmacakrapravartana),
10. yang Mahaparinirvana,
11. pembagian relik (sariraniksepa).
Meskipun demikian, para Bodhisattva itu tidak pernah meninggalkan sifat alami Bodisattva Mereka (bodhisattvadharmatam notsrjanti) dan, [bahkan] di dalam Mahaparinirvana, Mereka tidak benar-benar sepenuhnya di Parinirvana (atyantaparinirvrtta).
Kemudian Mahakasyapa ayusmant berkata kepada Manjusri: Teman, Anda telah mencapai suatu hal yang paling sulit (atiduskara) dengan demikian mewujudkan diri-Kamu sendiri kepada para makhluk.
Manjusri menjawab: Kasyapa, apa pendapat Anda tentang hal ini (tat kim manyase): siapa yang menciptakan Grdhrakutaparvata dan di mana alam semesta (lokadhatu) ini berasal?
Kasyapa menjawab: Manjusri, semua alam semesta diciptakan seperti busa dan mereka berasal dari buah hasil tindakan yang tak terbayangkan (Acintyakarmavipaka) yang dicapai oleh para makhluk.
Manjusri berkata: Semua Dharma juga datang dari buah hasil dari tindakan yang tak terbayangkan. Dalam bidang lingkungan ini, Saya tidak perlu melakukan usaha apapun (Abhisamskara). Kenapa? Semua Dharma tergantung pada penyebab dan kondisi (Hetu-pratyayadhina), tidak menjadi bebas berdiri sendiri (asvamika) mereka ditempa pada keinginan (yathakamavithapita). Tidak ada yang sulit (duskara) untuk
dia yang telah memahami hal ini. O Kasyapa, bagi orang yang belum melihat Empat Kebenaran Mulia (na drstasatya) untuk mendengar hal-hal ini dan mempercayainya, itulah yang sulit. Tapi untuk seorang yang telah melihat Empat Kebenaran Mulia (drstasatya) dan memperoleh Pengetahuan Super (abhijhaprapta) untuk mendengar ini dan mempercayainya , bahwa itu tidak sulit.
Suramgama Samadhi Suttram
[Kemunculan para Buddha dari Sepuluh Wilayah]
Kemudian Sang Bhagavat, naik ke atas udara dengan ketinggian tujuh pohon palem (saptatalamatram vaihayasam abhyudgamya), duduk bersila (paryankam abhujya nyasidat) dan memancarkan sinar (avabhasa) yang menerangi alam semesta yang tak terhitung jumlanya dari sepuluh wilayah. Seluruh perkumpulan majelis melihat para Buddha yang tak terhitung jumlahnya dari sepuluh wilayah yang semuanya membabarkan Suramgamasamadhi, tiada menambahkan apapun dan tiada menghilangkan apapun (anunanadhikam), dan dari jauh para perkumpulan majelis mendengar Mereka.
Pada gilirannya Mereka sendiri para Buddha dari sepuluh wilayah, naik ke atas udara dengan ketinggian tujuh pohon palem, duduk bersila dan memancarkan sinar (avabhasa) yang menerangi alam semesta yang tak terhitung jumlanya dari sepuluh wilayah. Para makhluk dari alam semesta tersebut juga melihat sang Buddha Sakyamuni duduk di atas udara, duduk bersila. Mereka para perkumpulan majelis itu mengambil bunga (Puspa) dan, dari jauh, menyebarkan bunga-bunga itu ke atas Sakyamuni Buddha. Mereka melihat bunga-bunga itu bergabung bersama di udara dalam bentuk payung bunga (puspacchattra).
Para Bodhisattva di alam semesta ini, serta para dewa, naga, Yaksa, gandharva, dan seterusnya, juga mengambil bunga dan menyebarkan bunga-bunga itu ke atas para Buddha [dari sepuluh daerah]. Dan, di atas para Buddha itu, bunga-bunga itu berubah menjadi payung bunga.
Kemudian Sang Buddha mencabut basis kekuatan supranatural-Nya (Rddhipadan pratisamharati sma) dan kembali duduk di tempat asli-Nya. Dia berkata kepada Drdhamati: Itulah kekuatan yang menakjubkan (pratiharyabala) dari Tathagata. Hal ini demikian sehingga kebajikan (guna) dari para makhluk dapat bertambah bahwa Tathagata mewujudkan hal-hal ini.
Pada saat itu Sang Buddha mewujudkan kekuatan ajaib-Nya (pratiharyabala), delapan ribu dewa dan manusia membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta. Dan, sebagaimana pengajaran dari Suramgamasamadhi akan berakhir, Bodhisattva Drdhamati dan lima ratus Bodhisattva Mahasattva memperoleh Suramgamasamadhi. Mereka melihat kekuatan yang luar biasa banyaknya (vikurvanabala) dari para Buddha dari sepuluh wilayah, Mereka memperoleh cahaya pengetahuan (jnanaloka) mengenai ajaran-ajaran yang mendalam {gambhiradharma) dari Buddha, Mereka mendirikan diri Mereka sendiri ke dalam tahap kesepuluh (dasama bhumi) dan menerima pentahbisan dari para Buddha (buddhabhiseka). Trisahasramahasahasralokadhatu berguncang dalam enam cara (sadvikaram akampata); Sinar Besar (mahavabhasa) mengisi alam semesta, banyak sekali ribuan alat musik (turya) dimainkan secara serempak bersamaan dan, dari langit antariksa (uparybantariksat), para dewa menurunkan hujan semua jenis bunga.
Terakhir diubah oleh skipper tanggal Wed Apr 24, 2013 10:52 am, total 1 kali diubah
Namo Sarvajna Siddha Tathagata
[Perlindungan terjamin untuk Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Kemudian Sang Buddha berkata kepada Ananda: Pegang Genggamlah, Ananda, Suramgama samadhi ini, ingat, ceritakan dan jelaskanlah secara luas kepada orang lain (Udgrhnisva tvam Anandemam Surarngamasamadhim dharaya vacaya parebhyas ca vistarena samprakasaya).
Lalu Hyang Sakra Merusikharadhara berkata kepada sang Buddha:
Bhagavat, pengetahuan (Jnana) dan kesadaran (smrti) dari Ananda adalah terbatas (pradesika), dan para Sravaka membatasi diri Mereka sendiri untuk mengulangi kata-kata orang lain (parato ghosanuga), bagaimana bisa Anda mempercayakan (Parindatum) ke Ananda permata dari Dharma {dharmaratna) ini yang adalah Suramgama samadhi?
Sang Sakra Merusikharadhara kemudian membuat pernyataan kebenaran (satyavacanam akarot) : Jika memang benar bahwa, pada saat sekarang ini (pratyutpanne dhvani) dan di masa depan mendatang (anagate dhvani) Saya akan menyebarkan (upabrmhayisydmi) Suramgama samadhi ini, semoga pohon-pohon (vrksa) yang menutupi meliputi Grdhrakutaparvata semuanya berubah menjadi pohon bodhi (bodhivrksa) Sang Buddha dan, dibawah masing-masing pohon Bodhi itu, semoga ada Bodhisattva.
Hampir setelah sang Sakra Merusikharadhara mengucapkan kata-kata itu lalu Dia melihat semua pohon sebagai bodhivrksa dan, di bawah setiap salah satu dari bodhivrksa, seorang Bodhisattva. Semua bodhivrksa itu mengucapkan kata-kata berikut ini: Apa yang dikatakan oleh Sakra Merusikharadhara adalah kebenaran (satya): bahwa Dia akan secara luas menjelaskan dan menyebarkan Suramgama samadhi.
Kemudian para dewa, naga, Yaksa, gandharva, dan lain-lain, dengan satu suara berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, mari kita anggap bahwa sang Tathagata menetap hidup untuk seluruh kalpa, tidak melakukan apa-apa selain membabarkan Sravakayana kepada umat manusia, mari kita lebih lanjut menduga bahwa pada masing-masing perintah-Nya Dia memenangkan atas banyak makhluk sebanyak Dia menang atas pada waktu pertama kali memutar Roda Dharma (prathamadharmacakrapravartana). Nah sekarang, para makhluk yang dimenangkan atas (vinltasattva) pengajaran Suramgama samadhi akan melebihi mereka, masih lebih. Kenapa? Karena para makhluk yang dimenangkan melalui Sravakayana tidak mencapai bagian seratus (satatamlm api kalam nopayanti) dari makhluk yang dimenangkan melalui bodhisattvayana, tidak juga seperseribu (Sahasratamim api), maupun sepuluh ribu (dasasahasratamim api), atau seratus-ribu (satasahasratamim api), dan seterusnya sejauh (Yavat) yang tidak dapat di tanggung dengan penomoran, atau perhitungan, atau perbandingan, atau kemiripan (samkhyam api gananam api upamam api upanisam api na ksamante). Suramgama samadhi ini memiliki kekuatan besar, dia dapat menyempurnakan para makhluk dan menyebabkan mereka untuk mendapatkan sifat-sifat Buddha.
[Ciri-ciri Sakyamuni Buddha dan Vairocana]
Kemudian Drdhamati Bodhisattva bertanya kepada Sang Buddha: Bhagavat, berapa lama rentang hidup Anda akan menjadi (kiyat tavayuspramanam) dan setelah berapa lama (kiyacciram) Anda akan masuk Parinirvana tetap yang pasti?
Sang Buddha menjawab: Drdhamati, di wilayah Timur (purvasyam disi) jika, meninggalkan alam semesta ini, seseorang melintasi tiga puluh dua ribu tanah Buddha (Ito buddhaksetrad dvatrimsadbuddhaksetrany atikramya), ada alam semesta (lokadhatu) yang disebut Pratimandita 'Dihiasi': ada disana bisa ditemukan 'Vairocana Rasmi Pratimandita Vikurvana Raja' ("Raja Luar Biasa Pandai Yang Dihiasi dengan Sinar Bintang), sang 'Tathagata' (Yang Telah Datang), Yang Suci (Arhat), Yang Sepenuhnya Tercerahkan (samyaksambuddha), sempurna pikiran dan perbuatan (vidya carana sampanna), Sugata (Yang Terbahagia), Maha Mengetahui dunia (Lokavid), Pemimpin tiada tanding yang menjinakkan para makhluk (Anuttara purusadamyasarathi), Guru dari dewa dan manusia (Sasta Devanam ca manusyanam ca), Sang Buddha, Sang Bhagava (Bhagavat). Saat ini, Dia sedang menjelaskan secara terperinci Dharma tersebut.
O Drdhamati, rentang hidup-Ku (ayuspramana) adalah sama persis dengan rentang hidup Vairocanarasmipratimanditavikurvanaraja Buddha itu.
[Drdhamati bertanya]: Bhagavat, berapa lama rentang hidup Buddha Vairocanarasmipratimanditavikurvanaraja itu?
Sang Buddha menjawab Drdhamati: Pergi dan bertanyalah kepada-Nya dan Dia sendiri akan menjawab Anda.
Kemudian sang Drdhamati, melalui kemampuan batin luar biasa (rddhibala) dari Sang Buddha, melalui kekuatan batin luar biasa dari Suramgamasamadhi dan juga melalui kekuatan batin luar biasa dari akar kebajikan sendiri (kusalamula), pergi dalam seketika (ekasminn eva ksanalavamuhurte) ke alam semesta Pratimandita dan, setelah memberi hormat pada kaki sang Buddha itu dengan kepala-nya (tasya bhagavatah padau sirasabhivandya) dan setelah mengelilingi Dia tiga kali (trispradaksinikrtya), Dia berdiri di satu sisi (ekante 'sthat). Lalu Dia berkata kepada sang Buddha: Bhagavat, berapa lama rentang hidup Anda akan menjadi dan setelah berapa lama Anda akan masuk Parinirvana?
Buddha itu menjawab: Rentang hidup Saya adalah sama persis dengan rentang kehidupan dari Buddha Sakyamuni. O Drdhamati, jika Anda ingin tahu, rentang hidup Saya akan berlangsung selama tujuh ratus periode kosmis yang tak terhitung (700 asamkhyeyakalpa), dan itu adalah sama persis untuk itu dari sang Buddha Sakyamuni.
Lalu Hyang Drdhamati Bodhisattva mengalami sukacita yang besar dan, setelah kembali ke Saha Lokadhatu ("alam semesta Saha"), Dia berkata kepada Sang Buddha [Sakyamuni]: Bhagavat, rentang hidup Vairocanarasmipratimanditavikurvanaraja Buddha itu akan berlangsung selama tujuh ratus asamkhyeyakalpa dan Dia mengatakan kepada saya: 'Rentang hidup Saya adalah sama persis dengan rentang kehidupan dari Buddha Sakyamuni'.
Kemudian Ananda, setelah bangkit dari tempat duduk-nya, setelah mengatur pakaian atas-nya di salah satu pundak-nya, setelah menempatkan lutut kanannya pada tanah dan setelah mengulurkan tangan-nya bergabung anjali dalam arah kepada sang Bhagavat, berkata belakangan (athananda utthayasanad ekamsam uttarasangam krtva daksinam janumandalam prthivyam pratisthapya yena bhagavams tenanjalim pranamya bhagavantam idam Avocat):
Bhagavat, seperti yang Saya mengerti arti dari kata-kata sang Bhagavat (Yathaham, Bhagawan, bhagavato bhasitasyartham ajanami), Saya katakan bahwa itu adalah Engkau, hai Bhagavat, yang berada di dalam Pratimandita Lokadhatu (alam semesta Pratimandita) di mana, dengan nama yang berbeda (anyena namna), Anda membawa kesejahteraan dan kebahagiaan {hitasukha) dari semua makhluk.
Kemudian Sang Buddha mengucapkan selamat (sadhukaram adat) kepada Ananda: Sangat baik, sangat baik (sadhu sadhu), itu adalah melalui kekuatan sang Buddha bahwa Anda tahu bahwa, bahwa sang Buddha [Vairocanarasmipratimanditavikurvanaraja] adalah diri-Ku sendiri yang, dengan nama yang berbeda, menguraikan secara terperinci Dharma dalam [Pratimandita] alam semesta dan mengantarkan para makhluk. Ananda, kekuatan super dan luar biasa (rddhivikurvanabala) ini adalah kekuatan dari Suramgamasamadhi itu sendiri.
Kemudian Sang Buddha, mengarah kepada Drdhamati Bodhisattva, berkata kepada-nya: Oleh karena itu harus diketahui bahwa rentang hidup Saya (ayuspramana) akan berlangsung selama tujuh ratus asamkhyeyakalpa dan setelah itu Saya akan secara pasti memasuki Parinirvana.
[Pengaruh Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani Yang Sangat Bagus]
1. Panjang Umur dan Jaminan Keamanan
1. Panjang Umur dan Jaminan Keamanan
Kemudian seluruh perkumpulan majelis {sarvavati parsad), pada pembelajaran bahwa rentang hidup Sang Buddha adalah begitu tak terbayangkan (acintya), mengalami sukacita yang besar dan, dipenuhi keheranan penuh takjub (adbhutaprapta), berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, kekuatan batin (rddhibala ) dari para Buddha adalah menakjubkan (adbhuta) dan semua praktek Mereka (carya) adalah tak terbayangkan (acintya). Bahkan saat, di alam semesta ini [Saha Lokadhatu], Anda mewujudkan rentang hidup yang sangat singkat (atihrasva), dalam alam semesta [yang Pratimandita Lokadhatu] itu, rentang hidup Anda berlangsung selama tujuh ratus asamkhyeyakalpasl O Bhagavat, kami ingin semua makhluk untuk memiliki rentang hidup yang tak terbayangkan seperti itu.
Kemudian Sang Buddha berkata kepada Drdhamati: Dalam semua kerajaan (rastra), desa (grama), kota (nagara), provinsi (nigama), tempat tinggal (vihara) dan tempat-tempat sepi (aranya) di mana Suramgamasamadhi ini akan menembus, tiada Mara maupun kerabat Mara (marajdtlya) akan memiliki kuasa di atasnya (avataram na lapsyante).
Dia lebih lanjut berkata kepada Drdhamati: Jika ahli Dharma (dharmacarya) menuliskan (likhayati), belajar (svadhyayati) atau mengajarkan (uddesayati) sang Suramgamasamadhi, ia akan mengalami ketiadaan takut atau gemetar di hadapan manusia atau mahluk bukan manusia {manusyamanusyanam antike nottrasisyati na samtrasisyati na samtrasam apatsyate). Selanjutnya, ia akan memperoleh dua puluh satu macam kebajikan tak terbayangkan (acintyagunavisesa).
2. Dua Puluh Satu Kebajikan Yang Tak Terbayangkan
Apa itu dua puluh satu kebajikan yang tak terbayangkan (acintya) itu?
1. Manfaat Jasa Kebajikan Pahala Yang Tak Terbayangkan (Punya).
2. Pengetahuan Yang Tak Terbayangkan (Jnana).
3. Kebijaksanaan Yang Tak Terbayangkan (prajha).
4. Cara Mahir Yang Tak Terbayangkan (upaya).
5. Kefasihan Yang Tak Terbayangkan (pratibhana).
6. Cahaya pengetahuan Yang Tak Terbayangkan (jnanaloka).
7. Dharani Yang Tak Terbayangkan.
8. Penjelasan Terperinci Dharma Yang Tak Terbayangkan (dharmamukha).
9. Kesadaran (smrti) dan Kecerdasan (mati), Sesuai Dengan Kebenaran Yang Tak Terbayangkan .
10. Kekuatan dari Pengetahuan Super Yang Tak Terbayangkan (abhijnabala).
11. Penembusan Bahasa Seluruh Makhluk Yang Tak Terbayangkan (Sarvasattvaniruktipravesa).
12. Penembusan Praktik dan Cita-Cita Semua Makhluk Yang Tak Terbayangkan (sarvasattvacaryasayapravesa).
13. Daya Penglihatan Semua Buddha Yang Tak Terbayangkan (sarvabuddhadarsana).
14. Pembelajaran Yang Tak Terbayangkan (sruta).
15. Pematangan Makhluk Yang Tak Terbayangkan (sattvaparipacana).
16. Kekuatan Atas Pemusatan Pikiran Yang Tak Terbayangkan (samadhivikurvana).
17. Pencapaian Prestasi dari Tanah Suci Yang Tak Terbayangkan (ksetrabhinirhara).
18. Keindahan dari Bentuk dan Pewarnaan Yang Tak Terbayangkan (samsthanavarnaprasada).
19. Kebajikan (guna) dan Kekuatan Berdaulat (vasita) Yang Tak Terbayangkan.
20. Praktek Kesempurnaan Yang Tak Terbayangkan (paramitabhavana).
21. Roda Dharma Tak Dapat Diubah Yang Tak Terbayangkan (avaivartikadharmacakra).
Tersebut adalah dua puluh satu kebajikan. Drdhamati, siapa pun yang menuliskan (likhati) dan belajar (svadhyayati) Suramgamasamadhi ini memperoleh dua puluh satu macam kebajikan yang tak terbayangkan (acintyagunavisesa) itu. Itulah sebabnya, O Drdhamati, siapa pun yang ingin mendapatkan keuntungan-keuntungan (artha) itu dalam kehidupan masa ini dan kehidupan masa depan (ihaparajanmani) harus menulis, belajar, menembus dan berlatih Suramgamasamadhi ini.
3. Mencapai Pencerahan
Drdhamati, kulaputra atau kuladuhita (Putra Yang Baik atau Putri Yang Baik) yang mencari pencerahan berlatih enam kesempurnaan (Sat Paramita) selama seratus ribu kalpa. Tapi siapa pun, yang mendengar Suramgamasamadhi ini, akan percaya, tidak putus asa, tidak takut, tidak gentar [dan tidak mengambil ketakutan], akan melampaui yang lebih dahulu dalam pahala kebajikan prestasi dan akan lebih cepat dibentuk di dalam Pencerahan Sempurna Tertinggi. Apa yang kemudian dapat dikatakan dari orang-orang yang, setelah mendengar itu, akan menggenggam memahami, mempertahankan, mengulangi dan menjelaskannya sambil menerapkan setiap usaha untuk itu? (Drdhamate, bodhyarthikah kulaputro vd kuladuhita va kalpasatasahasresu satparamitas Carati. Yas ca khalu punah suramgamasya samadheh saha sravanenadhimucyeta navaliyen nottrasen na samtrasen na samtrasam apadyet sa eva bahutaram punyaskandham prasavati, ksiprataram niryaty anuttarayam samyaksambodhau. kah Punar vado yah srutvodgrhniyad dharayed vacayet parebhya uddised bhagavanayogam anuyuktah).
4. Keyakinan Pasti
Bodhisattva yang, setelah mendengar Yang Tidak Dapat Dipahami dari para Tathagata, tidak ingin takut dan tidak ingin gemetar, Bodhisattva yang ingin tahu meskipun pengalaman pribadi semua sifat Buddha, tanpa bergantung pada ajaran lain, Bodhisattva itu, kata Saya, harus menumbuhkan Suramgamasamadhi. Bodhisattva, yang ketika mendengar ajaran yang belum pernah didengar sebelumnya, ingin mempercayainya dan tidak ingin menolaknya, Bodhisattva itu harus mendengarkan Suramgamasamadhi (bodhisattvena tathagatacintikatam srutvanuttrasitukamenasamtrasitukamena, bodhisattvena parato ghosam anisritya sarvabuddhadharmanam pratyatmajnanam anugantukamena suramgamasamadhir bhavayitavyah bodhisattvenasrutapurvan Dharman srutvadhimoktukamena na niksiptukamena.
suramgamasamadhih srotavyah).
[Pengubahan Akhir]
Sementara Suramgamasamadhi demikian diajarkan, makhluk yang tak terhitung jumlahnya membangkitkan Pemikiran Tertinggi Pencerahan Sempurna (Anuttara SamyakSamBodhi Citta), lebih banyak yang tak terhitung dari Mereka yang didirikan pada tingkat Tanpa Kemunduran (Avaivartika Bhumi), namun lebih banyak yang tak terhitung dari Mereka yang memperoleh Kepastian dari Dharma Yang Tidak Timbul (Anutpatika Dharma Kshanti). Delapan belas ribu Bodhisattva memperoleh Suramgamasamadhi, pikiran delapan belas ribu Bhikkhu dan Bhikkhuni yang, melalui pelepasan, disampaikan dari kekotoran mereka, dua puluh enam ribu upasaka dan upasika memperoleh Mata Dharma Murni Tanpa Debu atau Noda Mengenai Dharma (Dharma Caksu Visuddham); tiga puluh nayuta Dewa masuk kedalam Kepastian Mulia.
(Asmin suramgamasamadhau nirdisyamane 'prameyanam sattvanam anuttarayam samyaksambodhau cittany utpannani, apramanatara ye 'vaivartikabhumau pratisthitah. apramanataras ca yesam anutpattikadharmaksantih pratilabdha. astadasanam bodhisattvasahasranam suramgamasamadhih pratilabdhah. astadasanam bhiksubhiksunisahasranam anupadayasravebhyas cittani vimuktani. sadvimsatinam copasakopasikasahasranam virajo vigatamalam dharmesu dharmacaksur visuddham. trimsatinam ca devanayutanam niyamavakrantir abhusit).
Demikianlah yang diucapkan Bhagavan. Diangkut dengan sukacita, Manjusri Kumarabhuta, Bodhisattva Drdhamati, para Bodhisattva besar yang lain, murid-murid besar dan dunia dengan dewa-dewanya, manusia, asura dan gandharva memuji kata-kata yang diucapkan oleh sang Bhagavan
(idam avocad bhagavan. attamana Manjusrih kumarabhutah sa ca Drdhamatir bodhisattvas te canye bodhisattva mahasattvas te ca mahasravakah sadevamanusyasuragandharvas ca loko bhagavato bhasitam abhyanandann iti)
Similar topics
» Suramgama Usnisa Sitatapatra Suttram
» Amitabha Suttram
» Brahma Jala Suttram
» Amitabha Suttram
» Indriyabhavana suttram
» Amitabha Suttram
» Brahma Jala Suttram
» Amitabha Suttram
» Indriyabhavana suttram
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik