BUDDHIST COMPILATION FORUM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

KISAH BIJAKSANA

Go down

KISAH BIJAKSANA Empty KISAH BIJAKSANA

Post by Admin Sat Nov 28, 2009 1:59 pm

KAKEK BERUSIA 4 TAHUN

Alkisah seorang kakek tua yang telah beruban dan gigi yang tanggal. Suatu hari, ada seseorang bertanya kepadanya, "kakek, berapa usia anda sekarang?"
" empat tahun," jawab sang kakek.
"jangan bercanda, kakek sudah tampak begitu tua penuh dengan uban, bagaimana mungkin bisa berusia 4 tahun. Menurut saya, usia kakek hampir memasuki 80 tahun."
"Ah, sungguh disesalkan! kendati usia hampir memasuki 80 tahun, tapi selama tenggang waktu yang begitu panjang ini, saya lewati penuh kehampaan. selama 4 tahun belakangan ini, saya baru menginsafi hukum kebenaran dan terpanggil di dalam membina diri dengan melayani penderitaan umat. 4 tahun ini saya hidup bermakna dan berbahagia, maka saya katakan usiaku baru 4 tahun," jawab sang kakek.

PENJELASAN:
Manusia sekalipun hidup dalam usia panjang, tapi penuh kehampaan, bukankah lebih baik seperti seorang kakek tua yang berusia hampir 80 tahun, tapi hidup bermakna untuk 4 tahun.



FALSAFAH KAKEK TUA

Tampak seorang kakek tua sedang bersusah payah menggali tanah menanam tumbuhan persik di halaman rumahnya. kebetulan lewat seorang pemuda dan bertanya: "Hai, Pak Tua! Usia anda sudah begitu lanjut, untuk apa lagi bersusah payah membuang tenaga dengan menanam pohon kecil itu, jangankan untuk menikmati hasilnya, untuk melihat pohon itu tumbuh besar mungkin tidak sempat."

Kemudian kakek itu berdiri sembari mengelap peluh dengan tangannya. Dengan roman penuh kewibawaan beliau berkata: "Anak muda, anda belum memahami makna hidup yang paling esensi. saya menanam pohon ini bukanlah hanya semata untuk diriku tapi anak dan teman-teman saya masih sempat bernaung di bawah pohon rindang ini kelak. saat saya sudah meninggal, cucu cucuku nantinya sudah dapat mengecap buahnya yang berlimpah ruah. Masihkah anda mengatakan jerih payahku tak berguna?"

PENJELASAN:
Pepatah berujar : "Yang tua menanam, yang muda menikmati hasilnya. Atau, yang tua merintis jalan, yang muda menapakinya."
Hidup yang paling bermakna adalah turut memikirkan kelangsungan generasi. Kendati hidup hanay puluhan tahun, tapi memiliki nilai yang kekal. Bagaikan membakar sebatang kayu, begitu kayu pertama habis terlalap diikuti lagi oleh kayu kedua. Walau kayu kedua bukan merupakan kayu pertama, tapi yang pertama tetap bertanggung jawab untuk yang kedua, sehingga kontiniutas api tetap berlangsung. Demikian pula dalam kehidupan manusia ini.



ENGKAU ADALAH BUDDHA

Suatu hari, bhiksu Ling Shin mengunjungi Bhiksu Kui Cong dan bertanay: "Mohon tanya, siapakah Buddha itu ?" "Saya tidak bisa membritahukan kepadamu !" ujar Kui Cong dengan berat hati. "Mengapa tidak bisa?" tanya Ling Shin lagi. "sebab diberitahupun anda tidak percaya," Jawab Kui Cong.
Ling Shin cepat berkata: "Tidak guru! guru lebih senior, mana mungkin saya tidak mempercayainya."
Lalu mulut Kui Cong mendekati telinga Ling Shin semabri berkata dengan suara rendah, "Apa yang anda tanyakan tadi?"
"Saya cuma bertanya, apa dan siapa itu Buddha?"
Saat itu juga Kui Cong berbisik di telinga ing Shin, "Engkaulah Buddha!" Mendengar jawaban ini, sekejap dia terpana. Sebentar kemudian ia pun menginsafinya, lalu berseru dengan suara lantang, "Akulah Buddha, ha...ha...Akulah Buddha itu!"

PENJELASAN:
Kisah ini menjelaskan kepada kita bahwa realita Hukum tuhan (TAO) tidak perlu dicari di luar diri, karena Dia ada dalam jiwa setiap insan manusia. Tergantung seberapa tebal kesadaran kita untuk menghayati bahwa pribadi Buddha itu ada dalam diri kita masing-masing. Sungguh memprihatinkan bahwa manusia hanya terus mencari sesuatu di luar dirinya. Hal ini seperti seorang penunggang kuda yang masih mencari kudanya dan bagaikan orang yang mencari ikan di pohon.

Semenjak lahir, manusia telah diwarisi oleh "WATAK KEBUDDHAAN". "Buddha berada di Gunung Sukma, jangan mencarinya di luar. Gunung Sukma ada dalam jiwamu." Melalui Watak Sejati Gunung Sukma, kita menggembleng Ratna Pitaka dalam jiwa kita.



USIA KEHIDUPAN

Suatu ketika, Hyang Buddha Sakyamuni berjalan-jalan bersama para siswaNya. Menyadari kehidupan manusia yang bersifat Anicca, maka bertanyalah Sang Buddha kepada para siswaNya, "Dimanakah letak usia kehidupan manusia?"
"Dalam kehidupan sehari-hari," jawab salah seorang siswa. "Anda belum menyadarinya." Jawab Sang Buddha.
"Pada sesuap nasi", ujar yang lainnya. "Anda juga belum menyadarinay," kata Sang Buddha.
"Terletak pada hembusan nafasnya,"jawab siswa terakhir. "Ehm ...... sungguh benar! Anda telah menyadarinya," balas Sang Buddha sambil memanggutkan kepala. Selanjutnya Sang BUddha menghimbau siswa-siswaNya agar semakin tekun didalam melatih diri untuk mencapai kemajuan bathin.

PENJELASAN:
Ternyata hidup ini hanya tergantung dalam tarikan nafas. Begitu nafas dihembuskan tanpa dapat dihirup kembali, berarti pergilah manusia menemui ajalnya. Pergunakanlah hidup ini dengan berbuat kebajikan, tanpa melewatinya dengan sia-sia. Lebih-lebih jangan bermalas-malasan yang berarti menanam benih punarbhava.



KEMANA MAUT MENYERET

Keyakinan adalah tuntutan hidup yang penting. tanpa keyakinan, pupuslah gairah hidup. Hidup tak ada tempat bersandar.

Pada tahun 1895, diadakan perjanjian shimonoseki antara pemerintah Jepang dan RRC. saat itu, Jepang diwakili olah Perdana Menteri yang punya keyakinan diri tinggi. saat akan pergi mengemban tugas, mendadak putri tercintanya jatuh sakit. Sebelumnya, ia sudah berpesan pada keluarga jika tak ada hal penting jangan menyuratinya. tepat di hari penandatanganan, mendadak datang sepucuk surat dari rumah yang menyatakan kondisi kesehatan putrinya amat buruk dan berharap dapat bersua dengan sang ayah untuk yang terakhir kalinya.

Saat itu Menteri Luar Negeri datang menghampiri, "Pulanglah, biarlah semua urusan saya yang mewakili." kemudian Perdana Menteri tersebut bergegas pulang ke rumah untuk menemui puterinya yang sudah sakit sekarat.

Melihat sang ayah yang dinanti nantikan sudah hadir di sampingnya, berkatalah si anak, "Ayah, saya akan berpisah denganmu untuk selamanya, Ada satu pertanyaan terasa menyesak di hati saya, sambil menanti jawaban darimu."

"Pertanyaan apa itu?" "Yah, kemanakah saya pergi setelah meninggal nanti?" Sang Perdana Menteri merupakan seorang Jenderal gagah berwibawa penuh kepercayaan diri, tapi begitu menghadapi kenyataan dari sebuah pertanyaan yang diajukan oleh puterinya sendiri, serta merta dia terbenam dalam kebingungan dan tak jelas harus bagaimana menjawab.

"Ke manakah kita akan pergi bila maut datang, saya sendiri tidak tahu. Tapi saya sering melihat ibumu membaca paritta suci, papa yakin Buddha pasti akan membawamu ke suatu tempat yang indah." setelah mendengar jawaban sang ayah, si anak pergi meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Darimana kita datang dan kemana maut menyeret? masih merupakan pertanyaan yang kabur bagi Sang Jenderal. Semenjak itu, dia mulai tekun mendalami Buddha-Dharma dan akhirnya memilih hidup sebagai Bhiksu.

PENJELASAN:
Dalam enam jalur roda punarbhava, peristiwa samsara merupakan perkara besar dalam hidup manusia. Para pembina di zaman silam telah menyadari kenyataan peristiwa samsara yang tragis ini hingga mereka rela meninggalkan segala-galanya demi berjuang mencapai kesucian guna terbebas dari kungkungan samsara. Sebaliknya, manusia awam menganggap dukha sebagai sukha, palsu sebagai sejati, hingga terlena dalam mimpi yang melenakan, hingga menanam benih-benih karma.



SALING BANDING

Dikisahkan seorang ayah yang lagi sebal pada anaknay, lalu berkata:" George Washigton waktu seusiamu sudah begitu hebat, mana seperti dirimu apapun serba tidak ada."

Anaknya menjawab sambil menyeringai, "Washington seusiamu sudah menjadi Presiden Amerika, betul enggak?"

Dilain kisah, seorang tuan bermarga Tan mengomentari isterinya, " lihat tetangga kita nyonya Wang begitu rajin, rumahnya tampak rapi." mendengar suaminya membandingkan dirinya dengan orang lain, si isteri tak mau kalah lalu membalas, " Tuan Wang pandai mencari uang hingga isterinya tidak perlu bekerja diluar. waktunya cuma di rumah saja."

" Bukan soal suami bisa atau tidak bisa mencari uang, tapi rajin tidaknya si isteri merawat rumah!" tukas si suami dengan luapan emosi.

Si isteri tambah emosi dan berkata: "Bagaimanapun rajinnya si isteri, tapi kalau bersuamikan yang jorok, dibersihkan pun tak ada gunanya."

PENJELASAN:
Bila sebuah harapan terlalu untuk dituntut bisa mebawa duka. Puas dengan apa yang dimiliki justru bahagia



OPTIMIS DAN PESIMIS

Alkisah, sebuah perusahaan pembuat sepatu akan mengadakan ekspansi ke daerah Afrika. perusahaan lalu mengutus dua orang untuk mengadakan studi kelayakan serta masalah tenaga kerja.

Beberapa bulan kemudian, mereka pulang dengan membawa dua versi laporan yang berbeda. A:" tak ada gunanya, orang di sini tak pernah memakai sepatu." lalu laporan si B:" orang di sini tidak memiliki sepatu yang harus dipakai."

Dilain kisah, seorang nenek tua yang selalu menangis kalau menjumpai cuaca cerah dan hari hujan. ketika ditanya, ia menjawab: "Putra sulungku berdagang es dan si bungsu menjual payung. kalau cuaca cerah berarti dagangan si bugsu tak laku, sebaliknya kalau hujan, daganagn si sulung tidak laku. maka, setiap hari saya diliputi kerisauan."

"Anda salah nek! seharusnya nenek berbahagia setiap hari. bila langit cerah,daganagn es si sulung akan laku. sebaliknya kalau hujan, dagangan si bungsu akan laku. ini baru benar." Demikianlah semenjak itu, si nenek selalu bahagia, baik hari hujan maupun cuaca cerah.

PENJELASAN:
Sesungguhnya rasa optimis dan pesimis hanay permainan perasaan belaka. sama halnya dengan disuguhkan minuman setengah botol, si pesimis akan berkata: "Ah........hanya tinggal setengah botol." Tapi bagi si optimis:" Tak jelek juga, masih ada sisa setengah botol." Anda tergolong tipe manakah?



ANUGERAH DAN PETAKA

Pada masa pemerintahan Dinasti SONG, terdapatlah seseorang yang amat gemar melakukan kebajikan, bahkan hingga tiga tingkat keturunannya.

Suatu hari, sapi hitam piaraannya melahirkan seekor anak sapi putih. lalu dia bertanya kepada Nabi KHONG CU tentang kejadian hari ini. Nabi KHONG CU berkata:"Ini pertanda baik! sebaiknya dipersembahkan kepada tuhan."

Tak tahunya setelah lewat setahun, si ayah menjadi tunanetra. tak lama kemudian lahir lagi seekor sapi putih. dia mengutus anaknya pergi menemui Nabi KHONG CU, tapi anaknya berkata: "dulu, ayah menjadi buta setelah bertanya kepada beliau. sekarang, untuk apa lagi kita pergi?"

"Ucapan orang suci sulit dicerna pada awalnya, tapi akan berakhir dengan kebenaran. apalagi soal anugerah atau kemalangan yang sangat jelas diketahui oleh Beliau. cepatlah kamu pergi bertanya!" ujar sang ayah.

Si anak segera pergi menanayai Nabi KHONG CU."Ini alamat baik!" jawab KHONG CU ketika ditanya. kembali lagi Nabi KHONG CU menyarankan untuk dipersembahkan kepada Tuhan. sepulangnya, si anak memberitahukan ayahnya, lalu sang ayah berkata:"Turuti saja apa yang dikatakan oleh Sang Nabi."

Kira-kira setahun kemudian, anaknya juga buta tanpa sebab. berselang beberapa lama kemudian, negara CHU menyerang ibukota negara SONG. para serdadu yang terkepung kehabisan ransum yang akhirnya memakan anak sendiri dengan buas. karena kehabisan kayu bakar, tulang manusia dijadikan sebagai bara. seluruh pemuda yang sehat dikerahkan menjadi pasukan perang. banyak diantara mereka gugur. tinggal ayah beranak yang buta itu terhindar dari musibah peperangan. setelah perang usai, kedua ayah beranak itu dapat melihat kembali.

PENJELASAN:
Nabi LAU TZE bersabda: "kemalangan ada kalanya hadir bersama anugerah." sebuah kemalangan yang ditakuti manusia, bisa saja membawa anugerah di kemudian. sebaliknya, anugerah yang berlimpah, bisa saja mengundang hadirnya kemalangan. dalam perkara membina diri, kemalangan atau anugerah yang datang, terimalah penuh kepasrahan sebagai satu kenyataan




HATI NURANI SI PENCURI

Pada suatu malam seorang pencuri menyelinap ke sebuah rumah yang dihuni oleh seorang nyonya tua, yang saat itu sedang duduk di samping meja. sungguh beruntung sekali, pikir si pencuri. tiba-tiba terdengar tangisan nyonya tua itu dengan tersedu-sedu, lalu mengambil sebuah gunting dan mengarahkannya ke leher. "Ah......! tidak boleh!" teriak si pencuri. tanda sadar ia berlaku sebagai pencuri, dia menerobos ke dalam rumah dan merampas gunting dari tangan nyonya tua itu.

"masalah apa yang terjadi? bicarakan padaku, untuk apa memilih jalan pintas?"

ternyata nyonya tua itu baru saja ditinggal suaminya. anak dan menantu tidak berbakti, ditambah lagi menderita sakit hingga merasakan hidup ini tidak berarti lagi. setelah dinasehati panjang lebar, niat untuk bunuh diri tadi perlahan lahan hilang. setelah ramai sejenak, para tetangga mengalihkan perhatian pada si pencuri tadi."terima kasih,tuan!" tanpa pertolongan anda, tragedi malam ini tentu akan terjadi," cetus mereka.

"Kalian terlalu sungkan. saya menolong nyonya ini adalah suatu reaksi spontan, sungguh tak pantas dipuji," jawab si maling.

"tuan, apakah marga anda?" " saya bernarga Tan." setelah berbasa basi sebentar, tiba-tiba salah seorang di antara mereka berkata:"oh ya! ada satu hal yang perlu kita ketahui." kemudian matanya melirik kepada si maling.

"Tuan tan, bagaimana engkau bisa sampai di sini dan menyelamatkan nyonya tua ini? darimana anda masuk?"

si maling menjadi pusat perhatian puluhan pasang mata. "celaka! tak mungkin merahasiakannya lagi. lebih baik berterus terang saja," pikirnya.

"saya masuk ke sini dengan memanjat tembok, semula berniat mencuri, tak dinyana bertemu dengan seorang nyonya tua yang sedang putus asa. niat mencuri hilang seketika begitu saya masuk ke dalam menyelamatkan si nyonya tua ni."

Kendati para tetangga terpengarah mendengarkannya, namun mengingat ia telah menyelamatkan nyawa orang, maka mereka menasehatinya lalu membiarkannya pergi.

PENJELASAN:
Terbukti bahwa seberapa jahatnya manusia, ia tetap memiliki hati nurani untuk menolong orang lain. kita harus memberikan kesempatan.




EKSISTENSI TAO

Tong Kok Ce bertanya kepada Cuang Ce," di manakah Ketuhanan ( Tao ) itu berada?"

"ada dimana saja." " mohon dijelaskan lebih lanjut." Cuang Ce berkata: "Tao berada pada diri serangga kecil."

"Lho, mengapa bisa berada pada mahkluk sekecil itu?"

"Bahkan rumput halus sekalipun, Tao ada di dalamnya."

"mengapa bisa ada pada tumbuhan yang lebih kecil lagi?"

"dia juga ada di dalam batu bata da atap!" sahut Cuang Ce.

"Ah........semakin tak karuan saja!"

"Dia bahkan ada di dalam kotoran dan urine manusia." Tong Kok Ce diam seribu bahasa, lalu Cuang Ce melanjutkan, "semakin anda bertanya, semakin jauh anda meninggalkan Tao, baik itu serangga, rumput, batu, atap atau urine manusia semuanya sama. kalau mereka tidak didiami oleh Tao, mereka itu tidak mungkin ada. itulah makna Tao ada eksis di mana saja."

PENJELASAN:
Tao adalah hukum kebenaran tertinggi. dialah sang penguasa laksa kehidupan, mengendalikan seisi alam semesta, dia ada dimana-mana.




SI BUTA MERABA GAJAH

Dalam kitab suci Maha Parinirvana Sutra ada tercatat seorang Maha Raja yang kepada menterinya berkata:"Bawakan seekor gajah besar untuk diperlihatkan kepada orang buta. penglihatan mereka pasti mengandalkan kedua tangannya." tak berapa lama kemudian gajahpun dibawa. para tuna netra benar-benar meraba gajah itu dengan kedua belah tangan mereka. tangan mereka terus meraba......meraba..... sebentar kemudian Sang Raja memanggil mereka, "gajah yang kalian raba itu sebenarnya berbentuk apa?

mereka yang sempat memegang taring gajah maka ia menggambarkan bentuk gajah seperti lobak besar dan kasar. yang satu lagi melukiskan bentuk gajah ibarat alat penampi beras karena ia meraba telinga gajah. orang ketiga melukiskan gajah bagaikan batu penggiling beras, ternyata yang dia pegang adalah kaki gajah. yang lain mengatakan gajah tak ubahnay seperti tempat tidur dan besar karena ia meraba pantat gajah. orang kelima menuturkan bentuk gajah sebenarnya seperti kendi karena dia meraba perut gajah. yang berikutnya menyentuh ekor gajah, maka digambarkan gajah itu seperti seutas tali. singkatnya, masing-masing mengeluarkan komentar mereka berdasarkan posisi gajah yang mereka raba. apa yang mereka lukiskan hanya merupakan bagian-bagian dari gajah tersebut.

PENJELASAN:
Dari cerita ini kita dapat mengambil hikmah agar tidak seperti sibuta yang hanay memperoleh sebagian kecil dengan meraba gajah hingga tidak memperoleh kenyataan menyeluruh. suatu tindakan keliru dan lari dari realitas yang ada bahkan kadang bisa memperumit permasalahan. lihatlah ke dalam diri kita sendiri, berhati-hatilah mencari sang kebenaran melalui realitas agar tidak mengundang lelucon hingga menyingkapkan tabir kebutaan kita.




ARGUMEN TIGA PROFESSOR

Benarkah di dunia ini terdapat malaikat dan setan? demikianlah sebuah pertanyaan yang telah menjadi materi pembahasan bagi para ahli. di atas mimbar, untuk yang pertama kali, berbicara seorang profesor di bidang astronomi. dia tidak mempercayai adanya malaikat, suaranya terdengar lantang, "Saya telah menggunakan teleskop untuk menyelidiki kehidupan di jagat raya ini selama 20 tahun lebih, namun tak pernah sekalipun saya menyaksikan adanya malaikat. kesimpulan saya, malaikat itu tidak ada sama sekali." tampak para hadirin begitu terpukau hingga mereka bertepuk tangan.

Profesor kedua, seorang ahli kedokteran di bidang pembedahan, memberikan penjelasan tentang tidak adanay roh pada diri manusia. dengan penuh kepercayaan diri, dia berkata: " saya telah membedah ratusan manusia dan meneliti setiap organ tubuh manusia, namun saya tidak menemukan roh, baik di jantung, otak ataupun pembuluh darah. kesimpulan saya, roh itu tidak ada sama sekali." kembali para hadirin memberikan tepuk tanagn yang meriah.

lalu profesor ketiga, seorang ahli hukum moralitas mengafirmasikan bahwa kematian itu tak ubahnya seperti padamnya sebuah api. sekali padam, maka segalanya berakhir. Omong kosong keberadaan Surga dan Neraka. lebih-lebih tidak ada apa yang dinamakan hidup abadi itu. dalam karangan ilmiah yang ditulis sejak dulu hingga sekarang tidak mencantumkan pernyataan tersebut. profesor ini juga mendapat sambutan membahana dari para hadirin.

Ketiga profesor tersebut telah memberikan argumen dan pernyataan ilmiah mereka yang dapat diterima secara logika tanpa ada kekuranagn. setelah menunggu sejenak tanpa ada yang memberikan sanggahan, tiba-tiba seorang nenek tua naik ke atas mimbar lalu bertanya kepada profesor pertama, " anda telah menggunakan teleskop lebih 20 tahun, pernahkah terlihat oleh anda keberadaan angin? bagaimana wujudnya?"

"bagaimana mungkin angin dapat terlihat melalui teleskop?" tangkis profesor tadi.

"dapat atau tidaknya angin ditangkap oleh teleskop, keberadaannya tidak dapat kita bantah. demikian pula halnya dengan malaikat yang tidak tampak oleh mata." Si profesorpun terdiam, lalu si nenek tua mengalihkan perhatiannya kepada profesor kedua,"apakah anda mencintai isteri anda?"

"tentu saya mencintainya." " kalau demikian, pinjamkan saya pisau untuk membedah dadamu sekedar untuk menemukan di mana letak 'cinta' itu. di hati, lambung atau di usus anda?"

seusai nenek itu menyanggah pernyataan ketiga profesor. para hadirin tampak bergembira hingga keraguan mereka terhadap malaikat dan setan pupus seketika.

PENJELASAN:
LAO TZE bersabda: "melihat namun tak terlihat, mendengar namun tak terdengar, meraba namun tak teraba, itulah namanya kegaiban."

sesungguhnya keberadaan TUHAN dan para BUDDHA tidak dapat terlihat oleh mata, demikian pula dengan malaikat dan setan, sampai roh sendiri juga. segala peralatan zaman modern yang diciptakan, tidak dapat membuktikannya secara nyata. penglihatan dan pendengaran manusia ada batasnya, lebih-lebih tidak dapat menyelami prihal 'sesudah kematian'. seperti dalam kitab Nan Hwa (Bungan selatan), Cuang Tze bersabda:" katak di sumur tidak mengenal luasnya air di samudera, suara serangga di musim panas tidaklah sebanding dengan suara di musim dingin. demikian pula seorang penyanyi manalah dapat disamakan dengan seorang pembabar kebenaran. semuanya memiliki keahlian masing-masing."




DUA ORANG BHIKSU

Dahulu di propinsi She Chuan, kabupaten Nei Ciang terdpatlah dua orang bhiksu. yang satu hidup mewah dan senang, sedang yang satu lagi hidup merana dan papa.

suatu hari, kedua bhiksu itu kebetulan bertemu, dengan rendah hati si bhiksu papa berkata kepada temannya, "saya ingin pergi ke laut selatan untuk berpuja bakti pada Bodhisattva Kuan Im, sekaligus berguru kepada MahaThera di sana guna mendalami Buddha Dharma, bagaimana pendapatmu?"

"perjalanannya amat jauh, dengan apa engkau berangkat?"

"saya rasa cukup membawa sebuah mangkok dan sepasang kaki ini."

Bhiksu elite tersenyum lalu berkata:"saya sudah lama merencanakannya dengan naik perahu. karena masih banyak hal yang belum dipersiapkan hingga sampai sekarang ini masih belum bisa berangkat. tapi kamu begitu gampang sudah akan berangkat. apakah mungkin?"

Bhiksu papa mendengarnya dengan memanggut kepala, diam membisu, dalam hati semangat tetap tak tergoyahkan, biarlah fakta yang akan menjadi saksi semuanya ini.

setelah berpisah, bhiksu papa berangkat meninggalkan kabupaten Nei Ciang dengan bekal sebuah mangkok pindapata, kedua kakinya melangkah penuh kepercayaan diri menuju ke biara di laut selatan. sepanjang jalan dia melewati gunung dan bukit. menjadikan angin sebagai sarapan dan sisi jalan sebagai alas tidurnya. perjalanannya yang penuh bahaya, namun tekad si bhiksu papa tidak luntur. ia tetap yakin, dengan bekal ketegaran jiwa dan semangat yang membara niscaya akan tercapai tujuannya. setahun kemudian, berakhirlah sebuah perjalanan yang penuh penderitaan itu.

setelah selesai mendalami ilmu, kini sampailah saatnya dia kembali ke kampung halamannya. di sana dia menjumpai kembali si bhiksu elite. dengan penuh ketulusan dihadiahkannya sebuah kitab suci untuk temannya. menerima kitab suci tersebut, dalam hati begitu tersentuh, tapi juga disertai rasa penyesalan

PENJELASAN:
Dalam Sutra Avatamsaka tertulis, "yakin akan hukum kebenaran merupakan induk dari semua jasa pahala. dapat memupuknya dengan mantap merupakan sumber akar kebajikan." demikianlah keyakinan membentuk akar kebajikan hingga membawa kesuksesan. pentingnya keyakinan itu laksana akar dari sebatang pohon. sama halnya pula apa yang kita lakukan harus dilandasi dengan sebuh keyakinan, kalau sudah demikian apa yang akan dilakukan akan mendatangkan hasil cemerlang. sebaliknya, tanpa keyakinan, dedikasi apapun tak akan membawa hasil.




KEKUATAN LAHIRIAH

Alkisah terdapatlah seorang pekerja yang kalau setiap kali pergi dan pulang dari kerja harus melewati areal kuburan. suatu malam, saat pulang dari kerja, melewati areal kuburan, tiba-tiba dia terjerumus ke sebuah lobang yang dalam. dicobanya untuk naik, tapi tidak berhasil karena selalu tergelincir jatuh kembali. dalam hati dia berpikir, "terpaksa harus menetap semalam di dalam lobang ini hingga subuh besok mendapat pertolongan."

sebentar kemudian, sialnya jatuh lagi seorang pejalan kaki yang ketepatan melewati areal sana. lubangnya besar nan gelap. dia juga berusaha untuk memanjat naik, tapi tetap tak berhasil. saat itu ada suara yang berkata (orang pertama tadi), "Bung! tiidak usah dipanjat lagi, lebih baik bermalam di sini saja."

begitu mendengar ada suara yang berbicara kepadanya, berdiri bulu kuduk nya penuh ketakutan. dikiranya setan yang lagi berbicara dengannya. sangkin takutnya, dia berusaha sekuat tenaga melompat dan memanjat keluar dari lobang itu, ternyata berhasil. setelah keluar, dia lari terbirit-birit.

PENJELASAN:
Seberapa besarkah kekuatan manusia yang terselubung itu? tak seorangpun yang dapat memastikannya. hanya saat kebutuhan mendesak, kekuatan lahiriah itu akan mengalir keluar, ada kalanya bisa semakin bijaksana. kalau seseorang dapat mendaya-dunakan kekuatan yang tersembunyi itu, hasil yang diperoleh akan amat bermanfaat.




SEMUT DI DALAM TELINGA

Ada seorang pekerja yang sedang bertugas di sebuah perusahaan. suatu ketika, tanpa disengaja dia menginjak sarang semut hingga lantai dipenuhi kawanan semut, semut-semut yang tak terkira jumlahnya sampai merayap ke seluruh tubuhnya.

sebentar kemudian, dia merasakan telinganya amat gatal. disangkanya semut-semut sudah merayap masuk ke telinganya, hingga dia memutuskan untuk berobat ke dokter. hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa telinganya tidak dimasuki semut, tapi anehnya dia tetap bersikeras mengatakan telinganya terdapat semut. banyak dokter telah dicari, tapi hasilnya tetap sama.

seorang temannya menganggap dia terlalu dilanda prasangka dan perasaan yang berlebihan, hingga menjadi penyakit psikis. kalau betul demikian, tak ada gunanya mencari dolter, melainkan yang dibutuhkan adalah seorang psikiater.

psikiater memeriksanya dengan teliti dan mengatakan positif, "Ada, memang ada. tapi sebelum semutnya dikeluarkan, harus terlebih dahulu disuntik." lalu diapun merebahkan diri untuk disuntik dengan obat bius. dia tertidur pulas, saat mulai siuman, psikiater membunyikan beberapa batang perkakas medis di samping telinganya hngga berdesing, lalu menunjukkan dua ekor semut yang ditangkapnya dari sisi meja seraya berkata:" kini anda telah sembuh, semut itu telah saya keluarkan." mendengar ini, si pasien amat bergembira dan mengucapkan terima kasih kepada psikiater.

PENJELASAN:
Telah dapat dibuktikan, bahwa dari kecurigaan akan melahirkan sosok mara. kalau sudah dilanda prasangka bagaimana mungkin bisa melahirkan kepercayaan diri? terlebih lebih kalau sudah mencurigai kebenaran hukum Tuhan, bagaimana mungkin dapat membina diri lagi?





SI PENCURI KAPAK

Dikisahkan bahwa ada seorang penebang kayu yang suatu hari kehilangan kapaknya. ia lalu mencurigai pelakunya seorang anak kecil tetangganya. kemudian dia terus mengamati setiap gerak-gerik anak kecil itu; dari gayanya berjalan, berbicara bahkan sampai pancaran wajahnya menunjukkan sikap seorang pencuri kapak.

Selang beberapa hari kemudian, saat akan pergi ke gunung menggali lubang yang ada di belakang rumahnya, tanpa disangka dia telah menemukan kapaknya yang hilang itu. lantas, dia kembali mengamati si anak kecil itu; wajahnya, omongannya, semua gerak geriknya sudah tidak seperti seorang pencuri kapak lagi.

PENJELASAN:
Pepatah mengatakan: " punya hati curiga tidak menjadi masalah, tapi hati yang ingin mencelakakan orang lain harus dienyahkan." seperti si penebang kayu di atas, kalau sudah punya prasangka, anak kecil yang tidak tahu apa-apa telah dianggap sebagai pencuri. begitu prasangka sudah lenyap (kapak ditemukan), si maling (tersangka) kembali menjadi orang yang baik.

BERSAMBUNG . . . . . . .

Admin
Admin

Jumlah posting : 277
Join date : 02.04.08

https://agama.forumakers.com

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik