BUDDHIST COMPILATION FORUM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Utsaha Parivartah Dharmaparyaya Suttram

Go down

Utsaha Parivartah Dharmaparyaya Suttram Empty Utsaha Parivartah Dharmaparyaya Suttram

Post by skipper Sat Nov 29, 2008 1:42 pm

SUTTA BUNGA TERATAI DARI KEGHAIBAN HUKUM KESUNYATAAN YANG MENAKJUBKAN

BAB XII

Utsaha Parivartah Dharmaparyaya Suttram NamahSamantaBuddhanamAvirahumkham
Namah Samanta Buddhanam Avirahumkham
Namo Pen She Secia Muni Fo
Namo Wen Shu Se Li Fo Pusa Mohosa
Namo Moho Mu Jien Lien Pusa Mohosa
PENEGAKAN


Pada saat itu Sang Bodhisattva Mahasattva Bhaisajyaraja dan Sang Bodhisattva Mahasattva Mahapratibana bersama Rombongan Mereka dari 20 Ribu Para Bodhisattva, seluruh-Nya berPrasetya dihadapan Sang Buddha demikian:"Bersuka-citalah Yang Maha Agung, tanpa adanya kekhawatiran ! Sesudah Kemokshaan Sang Buddha nanti, Kami akan menjaga, membaca, menghafalkan dan mengkhotbahkan Sutta ini. Dimasa mendatang yang penuh kedurhakaan nanti, watak dan tabiat baik manusia akan berkurang sedang keangkuhan yang sangat akan meningkat, mereka berhati tamak akan keuntungan dan penghormatan, serta tindak tanduk buruk mereka akan berkembang sehingga mereka akan jauh tergeser dari Jalan Kebebasan. Meskipun nantinya akan terasa sulit untuk mengajar dan mentakbiskan mereka, tetapi Kami akan berusaha sesabar mungkin dalam membaca dan menghafalkan Sutta ini, menjaga, mengkhhotbahkan serta menurun-Nya dan memuliakan-Nya tanpa sedikitpun memperhatikan Jiwa dan Raga Kami."

Kemudian ke 500 Arhat yang telah mendapat Penetapan didalam Persidangan itu menyapa Sang Buddha dengan berkata:"Yang Maha Agung ! Kami juga berPrasetya untuk menyiarkan Sutta ini didalam negeri-negeri lain." Lagi, ke 8 ribu Arhat yang masih dibawah asuhan dan yang tidak, yang telah mendapat Penetapan, semua-Nya bangkit dari Tempat Duduk-Nya dan dengan Tangan Terkatup pergi kearah Sang Buddha untuk berPrasetya demikian:"Yang Maha Agung ! Kami juga akan menyiarkan Sutta ini di negeri-negeri lain. Karena betapapun juga para manusia di alam semesta ini terlibat didalam tindak angkara, bertingkah dengan sangat congkaknya, dan berkepribadian rendah, penuh dengan iri dan benci , terpenuhi rasa curiga mencurigai serta berpikiran serong."

Kemudian Saudara dari Ibu Sang Buddha yaitu Bhiksuni Mahaprajapati, dengan 6 ribu Para Bhiksuni yang masih dalam asuhan dan yang tidak, Semua-Nya bangkit dari Tempat Duduk-Nya dan dengan Tangan Terkatup memandang Sang Buddha tanpa sekejappun mengejapkan mata. Kemudian Sang Buddha menyapa Sang Gautami:"Mengapa Engkau memandang Sang Tathagata dengan wajah yang muram? Bukankah Engkau sedang berpikir Aku belum menyebutkan Nama-Mu untuk mencapai Penerangan Agung? Wahai Gautami ! Aku telah mengatakan keseluruhannya bahwa masa depan dari Para Sravaka akan ditetapkan. Sekarang Engkau yang ingin mengetahui nasib-Mu yang akan datang, masa Engkau didunia
mendatang nanti akan menjadi Seorang Guru Besar Hukum Kesunyataan didalam Peraturan-Peraturan dari 68 Ribu koti Para Buddha, dan Keenam Ribu Para Bhiksuni yang masih terasuh dan yang tidak ini, seluruh-Nya akan menjadi Guru-Guru Hukum Kesunyataan. Sehingga akhirnya Engkau akan menjadi sempurna didalam Jalan KeBodhisattvaan dan menjadi Seorang Buddha dengan Nama Sarvasattvapriyadarsana, Yang Telah Datang, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Sempurna Pikiran dan Perbuatan, Yang Terbahagia, Maha Tahu Tentang Dunia, Sang Pemimpin Tiada Tandingan, Guru Dewa dan Manusia, Yang Telah Sadar, Yang Dihormati Dunia.
Wahai Gautami ! Sang Buddha Sarvasattvapriyadarsana dan Keenam Ribu Bodhisattva-Nya akan ditetapkan secara bergantian untuk mencapai Penerangan Sempurna."

Kemudian Ibu Rahula, yaitu Bhiksuni Yasodhara, membayangkan demikian:"Yang Maha Agung didalam Penetapan-Nya telah meninggalkan Nama-Ku sendiri tanpa disebut-Nya." Kemudian Sang Buddha bersabda kepada Yasodhara:"Didalam Hukum-Hukum Kesunyataan dari Ratusan Ribu Koti Para Buddha di dunia yang mendatang nanti, Engkau dengan Perbuatan-Perbuatan Bodhisattva-Mu, akan menjadi Seorang Guru Besar Hukum Kesunyataan dan akhirnya akan sempurna didalam Jalan KeBuddhaan serta didalam Kawasan Kebaikan, Engkau akan menjadi Seorang Buddha yang BerGelar Rasmisatasahasraparipurnadhvaja, Yang Telah Datang, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Sempurna Pikiran dan Perbuatan, Yang Terbahagia, Maha Tahu Tentang Dunia, Sang Pemimpin Tiada Tandingan, Guru Dewa dan Manusia, Yang Telah Sadar, Yang Dihormati Dunia. Masa Hidup dari Sang Bhagavato Tathagata Arhan SamyakSamBuddha Rasmisatasahasraparipurnadhvaja ialah sekian kalpa asamkhyeya yang tak terbatas."

Kemudian Bhiksuni Mahaprajapati dan Bhiksuni Yasodhara bersama dengan seluruh Rombongan Mereka, Semua-Nya dihinggapi Kegembiraan yang meluap-luap setelah memperoleh Kebahagiaan yang belum pernah teralami ini, dan dengan segera Mereka berseru dihadapan Sang Buddha dengan Syair:

"Pemimpin Dunia Yang Maha Agung !
Penghibur Para Dewa dan Manusia !
Kami, setelah mendengar Penetapan-Mu,
Memperoleh Kedamaian Yang Sempurna didalam Hati Kami."

Sesudah mengucapkan Syair ini, kemudian Para Bhiksuni berkata Pada Sang Buddha :"Yang Maha Agung ! Kami semua juga mampu menyiarkan Sutta ini di negeri-negeri lain."

Kemudian Sang Buddha memandang ke 80 Ribu Koti nayuta dari Para Bodhisattva Mahasattva. Seluruh Bodhisattva-Bodhisattva ini berada dalam Tingkatan Avaivartika yang memutar Roda Hukum Kesunyataan yang Tiada pernah bersurut, yang telah mencapai Dharani. Seketika itu juga Mereka bangkit dari Tempat Duduk-Nya dan pergi menghadap Sang Buddha, serta dengan sepenuh hati Mereka mengatupkan Tangan-Nya dan membayangkan demikian:"Seandainya Yang Maha Agung memerintahkan Kami untuk memelihara dan mengajarkan Sutta ini, maka Kami akan menyiarkan Hukum ini seperti apa yang telah diajarkan oleh Sang Buddha." Dan Mereka membayangkan demikian lagi :"Sekarang Sang Buddha sedang diam, dan Kita tidak diperintah apapun juga, lalu apa yang harus Kami lakukan?"

Kemudian Para Bodhisattva Mahasattva ini dengan takzimnya mematuhi Kehendak Sang Buddha dan karena ingin mematuhi Prasetya Sejati-Nya, maka Mereka mengangkat suara lantang dan mengucapkan sebuah Prasetya dengan berkata:"Yang Maha Agung ! Sesudah Kemokshaan Sang Tathagata nanti, Kami akan berkelana dan melanglang seluruh penjuru dunia agar dapat memimpin para umat untuk menurun Sutta ini, menerima dan memelihara, membaca dan menghafalkan-Nya, meresapi makna-Nya serta menjalankan-Nya sebagai Hukum Mereka dan menyimpan-Nya dengan betul didalam Hatinya. Yang semuanya ini dengan izin Sang Buddha. Bersukahatilah Yang Maha Agung, didalam memperhatikan dan mengawasi Kami dari jauh meskipun berada di Kawasan yang lain."

Kemudian seluruh Bodhisattva dengan serempak Mengangkat Suara dan Berkata dengan Syair:

"Tenanglah tanpa kekhawatiran !
Setelah Kemokshaan Sang Buddha,
Di ujung masa yang penuh kedurhakaan,
Kita akan menyiarkan Sutta ini.
Meskipun banyak orang yang didalam ketidaktahuan mereka
Akan mengutuk dan mencerca Kita
Dan memukul Kita dengan pedang dan pentung,
Kita akan memikul itu semua.

Para Bhiksu didalam masa durhaka itu
Kolot, penuh rasa curiga, kalut.
Mengaku sudah mencapai Penerangan Agung, padahal belum,
Dan dengan hati yang penuh kecongkakan.

Yang lain yang didalam aranya
Akan mengenakan pakaian-pakaian bertembel dalam tempat terpencil,
Berpura-pura bahwa mereka telah berjalan di jalanan yang benar
Dan mencemooh orang lain;
Dengan serakah berusaha untuk memperoleh,

Mereka akan berkhotbah tentang Hukum kepada Para Pengikut
Dan dihormati dunia,
Seperti Arhat-Arhat dari Keenam Kemampuan yang tak terbayangkan;
Manusia-manusia ini berwatak angkara,
Selalu memikirkan benda-benda keduniawian,
Akan senang menfitnah Kita,
Mengatakan sesuatu tentang Diri Kita seperti,

"Seluruh Para Bhiksu ini,
Karena senang sanjungan,
Mengkhotbahkan Ajaran yang kolot;
Mereka telah menyusun Sutta ini Sendiri
Untuk memperdayakan umat diseluruh dunia;
Demi untuk memperoleh Kemashuran,
Mereka membuat suatu kekhususan dari Sutta ini."
Selalu didalam pertemuan-pertemuan,
Untuk meruntuhkan Kita,
Kepada Para Raja dan Menteri,
Para Brahman dan rakyat,
Dan kepada Kelompok lain dari Para Bhiksu,

Mereka menfitnah Kita,
Dengan berkata,"Inilah Orang-Orang yang berpandangan palsu,
Yang mengkhotbahkan Ajaran yang kolot."
Tetapi Kita, karena rasa hormat Pada Sang Buddha,
Akan menahan segala kedurhakaan-kedurhakaan ini.
Dengan sapaan-sapaan yang menghina seperti,
"Hai, Kalian Para Buddha !"
Bahkan cemoohan dan kecongkakan semacam itu
Kita akan menahannya dengan sabar.

Didalam masa durhaka dari kalpa yang dikorup,
Tinggal dalam ketakutan dan kecemasan,
Mahluk jahat akan menguasai mereka
Untuk mengutuk, mencerca dan menghina Kita.
Tetapi Kita dengan Rasa Hormat dan Percaya kepada Sang Buddha,
Akan mengenakan tameng besi;
Demi untuk mengkhotbahkan Sutta ini

Kita akan memikul penderitaan-penderitaan yang berat ini.
Kita tidak akan menyayangi jiwa dan raga,
Tetapi hanya berpikir tentang Jalan Yang Agung.
Kita akan, selama masa-masa mendatang,
Menjaga apa yang telah diwariskan Sang Buddha.
Yang Maha Agung ! Engkau Maha Mengetahui bahwa,
Didalam masa korup itu, Para Bhiksu yang keji,
Tidak mengetahui Hukum-Hukum Kesunyataan yang telah dikhotbahkan dengan sempurna

Karena kesempatan yang telah disediakan oleh Sang Buddha,
Akan menghina dan bermuka masam kepada Kita;
Secara berulang kali, Kita akan diusir,
Dan dibuang jauh-jauh dari sanggar pamujan.
Kekejian semacam itu akan menjadi derita Kita,
Untuk mengingat Perintah Sang Buddha,
Kita akan menahan segala kesengsaraan ini.
Dimanapun juga didalam kampung dan kota-kota.

Andai terdapat mereka yang mencari Hukum ini,
Kita akan pergi kesana
Mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan ini yang telah diwariskan oleh Sang Buddha.
Kita adalah Utusan-Utusan Yang Maha Agung.
Dan ditengah-tengah khalayak ramai dengan tiada gentar,
Akan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan ini dengan benar.
Tenanglah, Wahai Sang Buddha untuk bersemayam dalam Kedamaian.
Dihadapan Sang Buddha
Dan Para Buddha yang datang dari segala penjuru,
Kita semua berPrasetya,
Dan Sang Buddha mengetahui Isi Hati Kita."

Demikianlah Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan, Tentang Penegakan, Bab 12.
skipper
skipper

Jumlah posting : 493
Join date : 27.11.08
Age : 35

http://aryamahayana.forumup.com

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik