BUDDHIST COMPILATION FORUM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Indriyabhavana suttram

Go down

Indriyabhavana suttram Empty Indriyabhavana suttram

Post by skipper Wed Dec 09, 2009 11:43 pm

Suttantapitake
Majjhimanikayo III
Uparipaooasako
Saeayatanavaggo
Namo tassa bhagavato arahato sammàsambuddhassa.

Indriyabhavana suttram


Demikianlah telah ku dengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang tinggal di dekat Kajangala di hutan kecil Mukhelu. Pada waktu itu brahmana muda bernama Uttara, seorang siswa dari Parasariya menghampiri Beliau; setelah dekat, ia saling bertukar salam dengan Sang Bhagava, dan setelah berbincang-bincang dengan akrab dan sopan ia duduk pada jarak yang sopan. Lalu, Sang Bhagava berbicara kepada pemuda brahmana Uttara, siswa dari Parasariya, ketika ia duduk pada jarak yang sopan: "Uttara, apakah Parasariya sang brahmana mengajarkan pengembangan alat-alat inderia kepada murid-muridnya?"

"Yang Mulia Gotama, brahmana Parasariya mengajarkan pengembangan alat-alat inderia kepada murid-muridnya."

"Tapi Uttara, dengan cara apa Parasariya, sang brahmana mengajarkan pengembangan alat-alat inderia kepada murid-muridnya?"

"Mengenai hal ini, Yang Mulia Gotama, seseorang tidak boleh melihat bentuk-bentuk benda dengan mata, orang tidak boleh mendengar suara-suara dengan telinga. Dengan demikian, Yang Mulia Gotama, brahmana Parasariya mengajarkan pengembangan alat-alat inderia kepada murid-muridnya."

"Kalau demikian Uttara, maka menurut apa yang dikatakan oleh brahmana Parasariya orang buta pasti berkembang alat inderianya, orang tuli pasti berkembang alat inderianya. Karena seorang buta, Uttara, tidak melihat bentuk-bentuk benda dengan matanya, demikian pula orang tuli tidak mendengar suara dengan telinganya."

Setelah hal ini dikatakan, pemuda brahmana Uttara, murid Parasariya, duduk diam, malu, bahunya menunduk, wajahnya murung, merenung, tanpa bicara. Lalu Sang Bhagava, setelah mengetahui Uttara, murid Parasariya duduk diam, malu, bahunya menunduk, wajahnya murung, merenung, tanpa bicara, menyapa Bhikkhu Ananda sambil berkata: "Ananda, brahmana Parasariya mengajarkan murid-muridnya pengembangan alat-alat inderia dalam satu cara; tetapi dalam disiplin untuk seorang Ariya pengembangan alat-alat inderia yang tak terbanding adalah sebaliknya."

"Inilah saat yang tepat, Yang Mulia, inilah saat yang tepat, Yang Berbahagia, bagi Yang Mulia untuk mengajarkan pengembangan alat-alat inderia yang tak terbandingkan sebagaimana adanya di dalam disiplin bagi seorang Ariya. Bila para Bhikkhu telah mendengar Sang Bhagava, mereka akan mengingatnya."

"Kalau begitu, Ananda, dengar dan perhatikan dengan cermat dan Aku akan berbicara."

"Baik, Yang Mulia," jawab Bhikkhu Ananda setuju. Lalu berkatalah Sang Bhagava:

"Dan Ananda, apakah pengembangan alat inderia yang tak terbandingkan dalam disiplin untuk seorang Ariya? Mengenai hal ini, Ananda, bila seorang Bhikkhu melihat suatu bentuk materi dengan matanya timbullah apa yang disukai, timbullah apa yang tidak disukai, timbullah apa yang disukai sekaligus tidak disukai. Dengan demikian ia memahami: "Yang disukai ini timbul pada diriku, yang tidak disukai ini timbul, yang disukai sekaligus tidak disukai timbul, dan yang timbul karena terbentuk ini adalah tidak menyenangkan (membosankan). Inilah yang sesungguhnya, inilah hal yang sangat baik, yaitu ‘Ketenangan Pikiran.’" Maka, apakah yang timbul dalam dirinya itu disukai, tidak disukai atau sekaligus disukai dan tidak disukai, (semuanya sama-sama) terhenti dalam dirinya, dan ketenangan pikiran tetap terjaga. Ananda, bagaikan seseorang yang memiliki penglihatan, yang telah membuka matanya harus menutupnya, atau yang telah menutup matanya harus membukanya. Walaupun demikian, Ananda, seperti kecepatan, seperti kenikmatan dimana segala yang timbul, apakah disukai, tidak disukai atau sekaligus disukai dan tidak disukai, terhenti dalam dirinya, dan ketenangan terjaga. Dalam disiplin bagi seorang Ariya, Ananda, ini dinamakan pengembangan alat inderia yang tak terbandingkan dalam kaitan dengan bentuk-bentuk materi yang disadari melalui mata.

Dan juga, Ananda, bila seorang Bhikkhu mendengar suara dengan telinga timbullah apa yang disukai, timbullah apa yang tidak disukai, timbullah apa yang sekaligus disukai dan tidak disukai. Dengan demikian ia memahami: "Yang disukai ini timbul pada diriku, yang tidak disukai ini timbul, yang disukai sekaligus tidak disukai timbul, dan yang timbul karena terbentuk ini adalah tidak menyenangkan (membosan-kan), dan ketenangan terjaga. Ananda, bagaikan seorang laki-laki kuat dapat mencengkeramkan jari-jarinya dengan mudah, demikianlah, Ananda begitulah kecepatan, begitulah kemudahan dengan segala sesuatu yang telah timbul, apakah hal itu disukai, tak disukai atau sekaligus disukai dan tidak disukai, terhenti dalam dirinya, dan ketenangan pikiran terjaga. Dalam disiplin bagi seorang Ariya, Ananda, hal ini dinamakan pengembangan alat inderia yang tak terbandingkan berkaitan dengan suara-suara yang disadari oleh telinga.

Dan juga, Ananda, bila seorang Bhikkhu mencium bau-bauan dengan hidungnya timbullah apa yang disukai, timbullah apa yang tidak disukai, timbullah apa yang disukai sekaligus tidak disukai. Dengan demikian ia memahami: "Yang disukai ini timbul pada diriku, yang tidak disukai ini timbul, yang disukai sekaligus tidak disukai timbul, dan yang timbul karena terbentuk ini adalah tidak menyenangkan (membosankan), dan ketenangan pikiran tetap terjaga. Ananda, bagaikan tetes hujan jatuh pada bunga teratai yang miring dan tak bersisa, begitu pula, Ananda begitulah kecepatan, begitulah kemudahan dengan segala sesuatu yang telah timbul, apakah hal itu disukai, tak disukai atau sekaligus disukai dan tidak disukai, terhenti dalam dirinya, dan ketenangan pikiran terjaga. Dalam disiplin bagi seorang Ariya, Ananda, ini dinamakan pengembangan alat inderia yang tak terbanding berkenaan dengan bau-bauan yang dapat disadari oleh hidung.

Begitu pula, Ananda, bila seorang Bhikkhu mengecap (mencicipi) rasa dengan lidahnya timbullah apa yang disukai, timbullah apa yang tidak disukai, timbullah apa yang disukai sekaligus tidak disukai. Dengan demikian ia memahami: "Yang disukai ini timbul pada diriku, yang tidak disukai ini timbul, yang disukai sekaligus tidak disukai timbul, dan yang timbul karena terbentuk ini adalah tidak menyenangkan (membosankan), dan ketenangan pikiran tetap terjaga. Ananda, bagaikan setetes lendir yang terkumpul di ujung lidahnya, orang yang kuat dapat dengan mudah meludahkannya ke luar, demikianlah Ananda, berkenaan dengan hal-hal yang telah timbul, apakah hal itu disukai, tak disukai atau sekaligus disukai dan tidak disukai, terhenti dalam dirinya, dan ketenangan pikiran tetap terjaga. Dalam disiplin bagi seorang Ariya, Ananda, hal ini disebut sebagai pengembangan alat inderia yang tak terbanding yang berkaitan dengan rasa yang dapat disadari melalui lidah.

Demikian juga Ananda, bila seorang Bhikkhu merasakan sentuhan dengan tubuhnya, timbullah apa yang disukai, timbullah apa yang tidak disukai, timbullah apa yang disukai sekaligus tidak disukai. Dengan demikian ia memahami: "Yang disukai ini timbul pada diriku, yang tidak disukai ini timbul, yang disukai sekaligus tidak disukai timbul, dan yang timbul karena terbentuk ini adalah tidak menyenangkan (membosankan), dan ketenangan pikiran tetap terjaga. Ananda, bagaikan seorang kuat yang dapat merentangkan tangannya yang menekuk atau dapat menekuk kembali tangannya yang terentang, demikianlah Ananda, begitulah kecepatan, begitulah kemudahan dengan segala sesuatu yang telah timbul, apakah hal itu disukai, tak disukai atau sekaligus disukai dan tidak disukai, terhenti dalam dirinya, dan ketenangan pikiran terjaga. Dalam disiplin bagi seorang Ariya, Ananda, hal ini dinamakan pengembangan alat inderia yang tak dapat dibandingkan berkenaan dengan sentuhan yang dapat disadari melalui tubuh.

Dan juga Ananda, bila seorang Bhikkhu menyadari keadaan mental dengan pikirannya timbullah apa yang disukai, timbullah apa yang tidak disukai, timbullah apa yang disukai sekaligus tidak disukai. Dengan demikian ia memahami: "Yang disukai ini timbul pada diriku, yang tidak disukai ini timbul, yang disukai sekaligus tidak disukai timbul, dan yang timbul karena terbentuk ini adalah tidak menyenangkan (membosankan), dan ketenangan pikiran tetap terjaga. Ananda, seperti seorang yang menjatuhkan dua atau tiga tetes air ke dalam tong besi yang panas membara setiap hari. Ananda, perlahan jatuhnya tetes air itu, namun tetes air itu cepat musnah dan habis. Demikianlah Ananda, demikianlah Ananda, begitulah kecepatan, begitulah kemudahan dengan segala sesuatu yang telah timbul, apakah hal itu disukai, tak disukai atau sekaligus disukai dan tidak disukai, terhenti dalam dirinya, dan ketenangan pikiran terjaga. Dalam disiplin bagi seorang Ariya, Ananda, hal ini dinamakan pengembangan alat inderia yang tak dapat dibandingkan berkenaan dengan keadaan mental yang dapat disadari oleh pikiran.

Demikianlah Ananda, pengembangan alat inderia yang tak dapat dibandingkan dalam disiplin bagi seorang Ariya. Dan Ananda, apakah tujuan seorang siswa ? Mengenai hal ini Ananda, bila seorang Bhikkhu melihat bentuk materi
(benda) dengan mata timbullah apa yang disukai, timbullah apa yang tidak disukai, timbullah apa yang sekaligus disukai dan tidak disukai. Karena telah timbul apa yang disukai, karena timbul apa yang tidak disukai, karena timbul apa yang sekaligus disukai dan tidak disukai, ia terganggu olehnya, malu karenanya, muak terhadapnya. Bila ia mendengar suara dengan telinganya, membaui dengan hidungnya, mengecap rasa dengan lidahnya, merasakan sentuhan dengan tubuhnya, menyadari keadaan mental dengan pikirannya, timbullah apa yang disukai, timbullah apa yang tidak disukai, timbullah apa yang sekaligus disukai dan tak disukai. Karena timbul apa yang disukai, karena timbul apa yang tak disukai, karena timbul apa yang sekaligus disukai dan tidak disukai, ia terganggu olehnya, malu karenanya, muak kepadanya. Begitulah Ananda, tujuan seorang siswa.

Dan siapakah orang Ariya yang alat inderianya berkembang, Ananda ? Dalam hal ini, Ananda, bila seorang Bhikkhu melihat bentuk materi (benda) dengan mata timbullah apa yang disukai, timbullah apa yang tidak disukai, timbullah apa yang sekaligus disukai dan tidak disukai. Karena telah timbul apa yang disukai, karena timbul apa yang tidak disukai, karena timbul apa yang sekaligus disukai dan tidak disukai, ia terganggu olehnya, malu karenanya, muak terhadapnya. Bila ia mendengar suara dengan telinganya, membaui dengan hidungnya, mengecap rasa dengan lidahnya, merasakan sentuhan dengan tubuhnya, menyadari keadaan mental dengan pikirannya, timbullah apa yang disukai, timbullah apa yang tidak disukai, timbullah apa yang sekaligus disukai dan tidak disukai. Jika ia berkeinginan demikian: 'Semoga aku tetap tidak mencerap ketidakmurnian dalam ketidakmurnian,' ia tetap tidak mencerap ketidakmurnian. Jika ia berkeinginan: 'Semoga aku tetap mencerap ketidakmurnian dalam kemurnian,' ia lalu tetap mencerap ketidakmurnian. Jika ia berkeinginan: 'Semoga aku tetap tidak mencerap ketidakmurnian dalam ketidakmurnian dan dalam kemurnian,' ia tetap tidak mencerap ketidakmurnian. Jika ia berkeinginan: 'Semoga aku tetap mencerap ketidakmurnian dalam kemurnian dan ketidak-murnian,' ia tetap mencerap ketidakmurnian. Jika ia berkeinginan: 'Semoga aku, setelah menghindari ketidakmurnian dan kemurnian, tetap berada dalam ketenangan pikiran, penuh perhatian dan benar-benar sadar,' maka ia tetap berada dalam ketenangan, perhatian dan benar-benar sadar. Demikianlah Ananda, sang Ariya yang alat inderianya berkembang.

Jadi Ananda, telah Kuajarkan pengembangan alat inderia yang tak dapat dibandingkan (sebagaimana adanya) dalam disiplin bagi seorang Ariya, telah Kuajarkan tujuan seorang siswa, telah Kuajarkan tentang seorang Ariya yang alat inderianya berkembang. Ananda, apapun yang seharusnya dilakukan dengan welas asih oleh seorang Satta (guru) yang menghendaki kesejahteraan murid-murid-Nya dan mengasihi mereka, telah Kulakukan untuk-Mu. Ananda, inilah akar-akar pohon, inilah tempat-tempat kosong (sunyi). Bermeditasilah Ananda, jangan malas, jangan menyesal nanti. Inilah petunjukKu kepadamu."

Demikianlah sabda Sang Bhagava. Dengan gembira, Bhikkhu Ananda bergembira dalam apa yang telah dikatakan oleh Sang Bhagava.
skipper
skipper

Jumlah posting : 493
Join date : 27.11.08
Age : 35

http://aryamahayana.forumup.com

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik