BUDDHIST COMPILATION FORUM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

SUKMA YANG DIUJI

Go down

SUKMA YANG DIUJI Empty SUKMA YANG DIUJI

Post by Admin Sat Nov 28, 2009 1:57 pm

SUKMA YANG DIUJI

Waktu itu tahun ke 14 dinasti Kha - khing, kerajaan Ceng masih kuat bercokol di daratan Tiongkok.

Nyo Jay - cau lahir di ‘kabupaten Tio -jang di wilayah Tit - le. Kebetulan masa paceklik sedang melanda kampung halamannya, mana lagi kehidupan keluarganya yang serba miskin amat kekurangan, maka ia berangkat ke Beijing untuk mencari kerja. Karena Nyo Jay - cau orangnya jujur lagi setia. seorang temannya she Oei menampungnya untuk beberapa waktu lamanya, belakangan ia beroleh pekerjaan di rumah seorang berpangkat. diangkat menjadi pengurus rumah tangga.

Belum lama setelah ia menduduki jabatannya, suatu hari ia berada di perjalanan pulang rnenyelesaikan tugas yang diberikan, setiba di depan Tin - bu - bio yang berada di pintu timur, di pinggir jalan, ia menemukan selembar cheque yang dikeluarkan sebuah Bank terbesar di kota raja dengan nilai delapan ribu tahil.

Sarnbil menimang-nimang temuannya itu. Nyo Jay - cau melanjut kan perjalanannya pulang, setiba di ujung sebuah gang, dilihatnya seorang laki-laki tua sedang meringkus seorang pemuda serta menghajarnya dengan sebatang pentung. Lekas Nyo Jay - cau maju melerai dan menghentikan pemukulan yang sadis itu. serta tanya apa sebab pemuda itu dihajar. Orang tua itu adalah majikan si pemuda menjelaskan, bahwa keparat ini disuruh menagih hutang yang dibayar selembar cheque. ternyata cheque itu hilang. mungkin jatuh di tengah jalan, Lebih jauh Nyo Jay - cau tanya berapa nilai cheque itu serta kapan tangal cairnya, jawaban si pemuda ternyata tepat dan persis dengan cheque yang barusan dipungutnya di depan kelenteng, tanpa pikir panjang ia serahkan cheque yang ia temukan itu kepada laki-laki tua yang merasa kehilangan.

Mungkin karena cuaca tidak cocok atau tata kehidupan di kota raja ini berbeda dengan kebiasaan hidupnya, dua bulan setelah Nyo Jay-cau bekerja, tiba-tiba ia jatuh sakit, penyakitnya ternyata cukup membahayakan jiwanya. suhu badannya tinggi, beberapa hari sudah ia tidak sadarkan diri. Dalam keadaan tidak sadar itulah Nyo Jay - cau seperti bertemu dengan ayahnya yang sudah lama meninggal, ia diajak menuju ke depan sebuah istana yang amat mentereng, pigura di atas pintu istana itu diukir lagi huruf warna emas berbunyi Tang - gak - ha”. Sang ayah menariknya masuk, mereka disambut seorang petugas yang berjubah sutra, ia kenal laki - laki berjubah sutra ungu ini bukan lain adalah kakek luarnya, semasa hidupnya dulu tinggal di Hok - kian, lebih jauh kakek itu bercerita bahwa takdir sebetulnya menentukan ia berusia 59, tapi karena ia mengawini bini orang lain sebagai gundik, usianya dipotong 10 tahun. Disamping itu secara paksa ia menganjurkar supaya kakak perempuannya menikah lagi hingga usianya dipotong 10 tahun lagi. Setelah dirinya mati dalam usia 39, boleh dikata sudah tiada dosa-dosa lainnya, maka dirinya ditugaskan menjadi pemegang buku catatan di pintu akhirat ini. Kakek luarnya itu she Clang, agaknya berwibawa sekali, setan yang bertugas di situ ia panggil untuk mengantar Jay-cau berkeliling melihat-lihat dan memeriksa keadaan sebenarnya dalam akhirat itu.

Pemandangan pertama yang tampak oleh Jay - cau adalah sebatang cagak besar, dimana terikat seorang perempuan yang sedang menjalani hukuman, dada perempuan ini dibelek dan diambil hatinya, jeritannya yang menyayat hati sungguh membuat orang giris, dengan seksama Jay - cau perhatikan perempuan itu, ternyata pembantu she Ni yang bekerja di keluarga Oei. Maju lebih jauh mereka dihadang sebuah batu besar segi empat, di atas meja batu ini mendekam seorang laki-laki.

Setan kuda tengah bercokol di punggungnya, dengan sebatang obor yang menyala besar sedang membakar punggung laki-laki itu. Jay-cau juga kenal laki - laki itu bukan lain adalah penjaga malam she Han di rumah keluarga Oei. Lebih jauh ia melihat pula seorang yang dirantai kedua tulang pundaknya serta digantung di penglari, jeritannya sungguh menyayat hat, Jay - cau juga kenal orang ini adalah Oei. Ping - cu yang biasanya menggembala kerbau. Jay - cau juga melihat Lie-Seng - biau, masih terhitung familinya, orang ini dipantek di atas dinding.

Di belakangnya tampak seorang berduduk di punggung seekor kerbau, setan kerbau menghajar kerbau itu dengan pentung menjalin, laki-laki yang duduk di punggung kerbau malah menjerit - jerit minta ampun, di tengah ratapnya ia menyatakan bertobat bahwa selama hidupnya dulu terlalu senang makan daging kerbau, sekarang ia memperolah ganjarannya. Akhirnya Nyo Jay – cau dibawa masuk kesebuah ruang besar yang mentereng, dindingnya berukir dan dihiasi lampu - lampu lilin, suasana di sini terasa khidmat, tampak banyak laki perempuan duduk terpekur, semua melantunkan mantram puja puji. Tak jauh di belakang istana, tampak sebuah bukit menjulang tinggi menembus mega, air hitam tampak berdebur keras di kaki bukit, suasana di sini kelihatan remang- remang.

orang akan merasa giris dan seram berada di sana. Demikian juga hati Nyo Jay- cau saat berada di tempat yang mengerikan ini, apalagi saat berjalan ia terpeleset dan hampir jatuh, di tengah jeritan kagetnya itulah, mendadak ia terjaga bagun dari tidurnya. Ternyata dirinya masih rebah di atas ranjang, sudah dua hari dua malam ia tidak sadarkan diri.

Beberapa kejap kemudian baru ia bertanya kepada orang yang berada di dekat ranjang, ‘ Pembantu she Ni itu sekarang berada dimana?
Rekan kerjanya yang setia merawatnya menjelaskan, Lho, babu she Ni itu kan sudah mati karena serangan jantung.

Lalu penjaga malam she Han icu, bagaimana keadaannya?”
Sedang sakit, keadannya gawat, tumor ganas tumbuh di punggungnya!”
Beberapa hari kemudian, penjaga malam she Han itu juga akhirnya meninggal dunia.
Kira kira setengah bulan kemudian, kebetulan datang seorang kenalannya dari kampung kelahirannya, ia tanya keadaan Ong Ping - cu’. Kenalan itu menerangkan bahwa Ong Ping - cu jatuh sakit, sakitnya gawat lagi aneh, siang malam ia berkaok-kaok karena kesakitan sampai suaranya serak, untuk meringankan penderitaan, ia suruh keluarganya mengikat tali di pinggangnya lalu menggantung dirinya di atas penglari rumahnya, begitu keadaannya rada mendingan, namun seminggu kemudian ia meninggal juga. Tentang familinya yang bernama Liem Seng - biau. Orang ini ternyata berhati culas. bermulut manis tapi suka mencelakai orang, dengan kepandaiannya bicara ia banyak menipu uang dan barang orang lain. Karena dikejar-kejar hutang akhirnya ia hijrah ke tempat lain.

Beberapa waktu yang lalu keluarganya menerima sepucuk surat dari seorang teman yang mengabarkan bahwa Liem Seng - biau mati terserang tumor ganas di lehernya.

Babu she Ni ternyata pernah melahirkan anak haram, takut diketahui majikannya. begitu lahir orok itu ia cekik mati lalu dibuang ke jurang di belakang rumahnya. Sementara penjaga malam she Han itu adalah laki-laki kasar yang suka mengganggu ketenangan orang lain, menindas yang lemah munduk-munduk pada pihak yang kuat. apalagi yang berkantong tebal, sering sewenang-wenang, menjagal kerbau atau kembing lalu memakan dagingnya. ternyata dosanya tidak kecil, demikianlah nasib Ong Ping - cu. maka siksa derita yang dialaminya di akhirat juga amat mengerikan.. Segala perbuatan dosa yang di lakukan manusia di dunia fana ini sebelum yang bersangkutan nanti dan arwah belum meningga1kán badan kasarnya, diakhirat kau nanti akan memperoleh ganjaran yang setimpal sesual perbuatanmu sendiri. jadi nasib manusia di dunia dan apa pengalaman deritamu. hakikatnya sama dengan apa yang akan kaualami di akhirat nanti.

Demikianlah pengalaman hidup Nyo Jay - cau yang sempat melihat kenyataan dalam mimpi, kenyataan dalam kehidupan manusia secara umum dan kenyataan yang dialami manusia itu sendiri di akhirat.

Admin
Admin

Jumlah posting : 277
Join date : 02.04.08

https://agama.forumakers.com

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik