BUDDHIST COMPILATION FORUM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

SETAN PEREMPUAN MENUNTUT HUTANG DARAH

Go down

SETAN PEREMPUAN MENUNTUT HUTANG DARAH Empty SETAN PEREMPUAN MENUNTUT HUTANG DARAH

Post by Admin Sat Nov 28, 2009 1:50 pm

SETAN PEREMPUAN MENUNTUT HUTANG DARAH

Sejak dilahirkan tulang kaki kin Can Tik - lim sudah lumpuh, pertumbuhannya juga tidak-.normal, hingga dalam usia dewasa tubuhnya yang cebol itu masih belum mampu berjalan secara normal. Maklum Porpinsi An-hwi dimana ia dilahirkan di kota Siu - ling merupakan daerah yang berlangganan dengan banjir, perekonomian kota kecil ini memang tidak semakmur daerah lain.

Karena ayah bundanya meninggal dunia dan kini ia hanya sebatangkara, maka dalam usia 21 ia hijrah ke Han - gau, dimana ia punya seorang paman yang membuka toko perhiasan, untung pamannya masih mau menerimanya sebagai pelayan toko, dan memperoleh. sebuah kamar di ujung belakang rumahnya yang agak sempit lagi gelap.
Beberapa bulan setelah Can Tik - lim berada di Han gau, suatu hari ia tengah duduk di dalam kamar, mendadak mukanya berubah beringas warna hijau kelam, mulutnya juga mengoceh dengan suara keras:” Hei. dengarkan, aku adalah Ong Jui. aku meminjam tubuh Can Tik - lim untuk berbicara.. Suamiku lahir di karesidenan Ka - hin di Ciat - kang ia bernama Ong Goan. Semasa hidupnya yang dahulu Can Tik - lim bernama Go Yau - tin, kelahiran Lam – Jiang di Kang - he.

Go Yau- tin adalah seorang pedagang yang sering mondar mandir ke Ka - hin, belakangan menjadi sahabat baik suamiku Ong Goan, suatu ketika suamiku pernah menanamkan modalnya sebesar seribu tahil perak untuk menambah modal usaha daganganya yang terus maju. Beberapa tahun kemudian karena usaha suamiku sendiri bangkrut, ia minta modal dan laba keuntungan uangnya selama ini kepada Go Yau - tin, ternyata Go Yŕu - un berhati jahat. Ia mengingkari janji dan mungkin pernah menerima sejumlah modal dan suamiku, hingga terjadilah pertengkaran yang berakhir dengan perkelahian. saking gusar suamiku mengambil bendo dan dapur hendak membunuhnya, dalam pergulatan yang sengit, lantaran perawakan Go Yau - un lebih besar dan lebih kuat, ia berhasil merebut bendo dan tangan suamiku dan malah membunuhnya. Hari itu juga ia mengukuti seluruh harta bendanya dan pulang ke tempat kelahirannya di Lam - jiang.

Untuk menuntut balas kematian suamiku, aku Ong Jui mengajukan surat pen gaduan dan gugatan kepada presiden Ka - hin, akhirnya Go Yau - tin ditangkap di Lam - Jiang dan diadili di Ka - hin, setelah terbukti dosa - dosanya ia dijatuhi hukuman penjara beberapa tahun. Peristiwa ini terjadi pada waktu Kha - Liong bertahta tahun ke 59, kemudian path waktu Kha - khing bertahta tahun ke 6, terjadi huru hara diseluruh negeri, dalam kesempatan itulah Go Yau – tin melarikan diri dari penjara, pulang ke kampung halamannya. Sejak suamiku mati, selama bertahun-tahun ini keluargaku menjadi bergantung hidup atas sisa peninggalan suamiku, dalam keadaan kepepet terpaksa aku pergi ke Lam - jiang menemui Go Yau - tin menagih hutang-hutangnya.

Bukan saja tidak mau bayar, Go Yau - tin malah mengusirku dan menutup rapai pintu rumahnya. dalam keadaan lapar dan kehabisan ongkos, terpaksa aku tidur dilemperan rumah orang. rnalam itu cuaca amat buruk. hujan deras lagi dingin, perutku kelaparan pula. masa depan seperti tiada harapan lagi, malam itu aku menggantung diri di depan pintu besar rumah Go Yau - tin. Secara diam-diam ia menyuruh para Cen - tingnya menguburku di pekarangan belakang rumahnya, orang lain memang tidak ada yang tahu atas kematianku.

Dua tahun kemudian, Go Yau - tin mampus karena terserang penyakit aneh. Kira kira tahun ke 19 dinasu Ka - khing, Go Yau- tin menitis hidup dikeluarga Can, ia dilahirkan kembali menjadi Can Tik- lim yang sekarang. Meski sudah berada di dalam baka, aku Ong Jui masih penasaran, sudah tiga puluh tahun aku menanti kesempatan di Hong - Si - shia, dengan penasaranku belum terlampias, syukur belakangan Giam - ong tahu perkaraku itu. atas idzin yang dibrikan kepadaku, aku boleh kembali ke dunia fana ini, menemukan jejak Go Yau - tin dan menuntut balas padanya. Syukur jerih payahku tidak sia-sia. kini telah kutemukan dia, maka jiwanya harus diserahkan kepadaku untuk membayar hutang darah suămi dan diriku”

Bicara sampai di sini, perlahan-lahan Can Tik - lim yang tanpa daksa ini tersungkur di lantai, pingsan hingga beberapa waktu lamanya.
Mulai hari itu untuk beberapa hari lamanya, diwaktu pagi dan malam arwah Ong jui selalu masuk ke badan Can Tik- lim , lewat mulutnya ia membeber perkara lama yang belum tuntas itu. Belakangan Can Tik lim malah mencak-mencak, dengan tangan sendiri ia memukul dada dan kepala. secara beringas ia menggigit kulit daging di tubuh sendiri, hingga sekujur badan luka-luka, darah bercücuran. Sudah tentu pamannya menjadi panik, banyak orang sudah mendengar ocehannya, semua berpendapat bahwa perkara ini merupakan akibat balas dendam pada penitisan yang terdahulu, orang biasa takkan mungkin bisa menolong atau membebaskan perkara ini.

Untunglah paman Can Tik - lim punya seorang kenalan bernama Ong Long - ung, laki-laki tua berusia 70 tahun ini baik hati dan sabar, ia tidak tega melihat keadaan Can Tik-lim yang menyiksa diri seńdiri. Malam itu saat Ong Jui masuk ke tubuh Can tik - lim, dengan sabar ia mengajaknya berbicara: “Mendengar uraianmu tadi kami semua yakin bahwa kau memang benar-benar penasaran, tapi kalau perkara dendam mendendam, balas membalas ini terus berkepanjangan, lalu sampai kapan urusan ini dapat dibereskan. Semasa hidupnya yang dahulu Can Tik -lim berhutang uang kepadamu, bagaimana kalau sekarang ia membayar hutang-hutangnya dulu, cara ini kukira dapat menolong jiwa Can Tik-lim, disamping juga meluruskan jalan lapangmu menuju kepenitisan yang akan datang, bukankah dua pihak akan memperoleh keuntungan.

Lewat mulut Can Tik - lim, Ong Jul berkata pula. “Kali ini aku datang bersama suamiku Ong Goan. Kami datang ke Lam-jiang naik perahu. perahu kami berlabuh di dermaga Cu - ke kang. Tadi kau bilang mau membayar seluruh hutang-hutang lama. baiklah tawaranmu kuterima, untuk itu kau harus membelikan sebuah perahu besar, kaos kaki laki perempuan masing-masing sepasang. Uang kertas yang berlaku diakhirat sebesar tujuh ribu tahil, dan harus ditulis nama-nama kami dan dibakar dimana perahu kita sedang berlabuh.
Ong Long - ting meluluskan semua tuntutan Ong Jui. dan segera bekerja sesui pesan itu. Tujuh hari kemudian Ong Jui masuk pula ke tubuh Can Tik - lim dan bicara lewat mulutnya” Suamiku Ong Goan, sudah memperoleh persetujuan Giam - ong untuk menitis hidup kembali, saat ini masih dalam proses penyelesaian sambil menanti putusan akhir dimana ia akan dilahirkan kembali. Sementara masa depanku masih belum ada keputusan. untuk itu perlu dibantu dengan selalu membacakan mentram supaya arwahku lebih cepat memperoleh pengampunan.

Kembali Ong Long-ting menyatakan sanggup melaksanakan pesan Ong Jui. Atas inisiatipnya Ong Long - ring mengumpulkan derma. dana yang ter kumpul cukup unik membiayai upacara sembahyang yang dipimpin rombongan Hwesio. selama tujuh hari tujuh malam upacara sembahyang ini terus berlangsung untuk mengantar arwah Ong Jui yang penasaran itu kembali ke muasalnya.

Malam ketujuh setelah upacara sembahyang usai, Can Tik-lim masuk tidur dikamarnya, tengah malam ia bermimpi dirinya diseret satu setan perempuan. setan perempuan ini bukan lain adalah Ong Jui yang mau menggantung diri. Dengan menyeret Can Tik-lim, Ong Jui membawanya ke tang-gak-sin-bio. Dimana Tang-gak-te sedang membuka sidang, dengan lantang dosa-dosa Go Yautin dibacakan, lalu diputuskan untuk dihukum cambuk sebanyak tiga puluh kali. Dua petugas yang berdiri di dua sisi meja mengiakan, dengan ruyung besar di tangan mereka, secara bergantian menghajar paha dan kaki Can Tik-lim, ter­hitung selesailah perkara penasaran Ong Jui.

Sambil merintih-rintih Can Tik-lim terjaga bangun dari tidurnya. terasa betapa sakit kedua kakinya, bukan saja bergerak untuk berduduk juga tidak kuat lagi. Jerit kesakitan Can Tik-lim mengejutkan seisi rumah, semua memburu ke kamarnya, Ong Long-ring segera memeriksa keadaannya, dilihatnya paha Can Tik-lim memar biru bekas kena pukulan, terpaksa ia harus rebah hampir sebulan lamanya. Tapi arwah Ong Jui tidak pernah datang mengganggu lagi.

Admin
Admin

Jumlah posting : 277
Join date : 02.04.08

https://agama.forumakers.com

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik